Purpura Trombositopeni Idiopatik. Purpura Trombositopeni Idiopatik (ITP), juga
disebut purpura trombositopeni imun, adalah gangguan autoimun yang ditandai dengan rendahnya jumlah platelet dan perdarahan mukokutaneus dan peteki. Rendahnya jumlah platelet disebabkan oleh pemusnahan dini platelet yang diopsonisasi oleh autoantibodi antiplatelet immunoglobulin G yang dihaslikan di limpa. Permbersihan ini terjadi melalui interaksi autoantibodi platelet dengan reseptor Fe yang diekspresikan makrofag jaringan, utamanya di limpa dan hepar. Perkiraan insidensi ITP adalah 100 per 1 juta setiap tahunnya, sekitar setengahnya adalah anak-anak. ITP onset dewasa dan kanak- kanak sangat berbeda pada perjalanan kilnis dan manajemennya. Pasien dengan ITP biasanya datang dengan gejala peteki atau ekimosis, meskipun beberapa mengalami perdarahan besar pada awalnya. Perdarahan mungkin terjadi dari permukaan mukosa dalam bentuk perdarahan gusi, epistaksis, menorrhagia, hematuria, atau bahkan melena. Keparahan perdarahan seringnya sesuai dengan defiesensi platelet: pasien dengan lebih dari 50.000/mm3 biasanya datang dengan temuan insidental; yang memiliki platelet antara 30.000/mm3 dan 50.000/mm3 seringnya mudah mengalami memar; yang memiliki jumlah platelet antara 10.000/mm3 dan 30.000/mm3 mungkin mengalami peteki spontan atau ekimosis; dan mereka yang memiliki platelet kurang dari 10.000/mm3 memiliki resiko perdarahan internal. Insiden dari perdarahan intrakranial adalah sekitar 1%, dan biasanya terjadi pada awal perjalanan penyakit. Durasi perdarahan membantu membedakan ITP dari bentuk akut atau kronik. Anak-anak sering terjadi pada usia muda (puncak usia sekitar 5 tahun) dengan onset peteki atau purpura mendadak beberapa hari hingga berminggu-minggu setelah infeksi penyakit. Sebaliknya, orang dewasa mengalami bentuk penyakit yang lebih kronis dengan onset yang insidious/lambat. Splenomegali tidak umum terjadi pada ITP baik anak-anak maupun dewasa, dan kejadiannya mengharuskan penelusuran penyebab tersendiri trombositopenia. Bagaimanapun, hingga 10% dari anak-anak, memiliki ujung limpa yang dapat terpalpasi. Diagnosis ITP dilakukan berdasarkan eksklusi dari kemungkinan adanya penyebab lain rendahnya jumlah platelet dan perdarahan mukokutaneus. Penyakit lain yang menyebabkan ITP bentuk sekunder, seperti lupus sistemik eritemateus, sindrom antifosfolipid, gangue limfoproliferatif, virus imunodefisiensi (HIV), dan hepatitis C, harus diidentifikasi dan ditangani ketika ada. Selain itu, riwayat penggunaan obat yang menyebabkan trombositopenia seperti antimikroba, anti inflamasi, anti hipertensi, dan anti depressan tertentu, harus ditelusuri. Selain rendahnya jumlah platelet, temuan laboratorium lain yang menjadi khas ITP adalah adanya platelet besar imatur (megakariosit) pada apusan darah tepi. Terapi lini pertama biasanya adalah prednisone oral dengan dosis 1,0 hingga 1,5 mg/kg per hari. Tidak ada konsensus mengenai durasi optimal terapi steroid, tapi sebagian besar respon terjadi dalam 3 pekan pertama. Tingkat respon bervariasi dari 50% hingga 75%, tapi relaps sering terjadi. Imunoglobulin intravena, diberikan pada dosis 1,0 g/kg per hari selama 2 hingga 3 hari, diindikasikan untuk perdarahan interna ketika jumlah platelet masih kurang dari 5000/mm3, ketika terjadi purpura yang ekstensif, atau untuk peningkatan platelet pre operatif. Imunoglobulin intravena diperkirakan mengganggu pembersihan platelet yang diselubungi immunoglobulin G melalui kompetisi untuk berikatan dengan reseptor makrofag jaringan. Respon yang cepat umum terjadi, tapi remisi tidak. Pendekatan medis untuk ITP telah dimodifikasi dengan adanya rituximab dan agonis reseptor trombopoetin. Rekomendasi terapi dirangkum pada tabel 34-2. Splenektomi secara selektif diindikasikan untuk kegagalan terapi medis, untuk penggunaan steroid yang lama dengan efek yang tidak menguntungkan, dan kasus tertentu setelah relaps pertama. Penggunaan steroid yang lama dapat didefenisikan dalam berbagai cara, tapi kebutuhan persisten hingga lebih dari 10 hingga 20 mg/hari selama 3 sampai 6 bulan untuk menjaga jumlah platelet tetap lebih dari 30.000/mm3 umumnya mengharuskan splenektomi. Splenektomi adalah opsi yang efektif untuk ITP refrakter dan memberikan respon permanen tanpa kebutuhan untuk steroid setelahnya pada 75% hingga 85% pasien. Dua review dan meta-analisis baru-baru ini telah menilai hasil global splenektomi untuk ITP, khususnya setelah penggunaan teknik laparoskopi.