Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang cukup banyak
dijumpai dan mengenai kurang lebih 2% - 4% populasi. Sebagian besar (90%) tergolong diabetes melitus tidak tergantung insulin ( Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus = NIDDM tipe II), sedangkan 10% adalah diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Mellitus = IDDM tipe I). Manifestasi DM disebabkan oleh karena defisiensi relatif atau absolut atau resistensi jaringan sasaran terhadap insulin. Insulin merupakan hormon anabolik yang merangsang sitesis glikogen, lemak dan protein. Insulin juga berperan dalam transport glukosa kedalam sel dan penggunaan glukosa oleh jaringan. Hormon ini juga menghambat pemecahan glikogen, lemak dan protein Pengaruh insulin pada keadaan terakhir ini merupakan kebalikan dari pengaruh hormon antagonisnya, yaitu glukagon, epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan. Pada defisiensi insulin,hormon antagonis insulin yang lebih dominan sehingga terjadi hiperglikemia Akibat hiperglikemia terjadi berbagai proses biokimia dalam sel yang berperan dalam terjadinya komplikasi pada diabetes melitus, seperti katarak, retinopati, nefropati, neuropati dan arterosklerosis Neuropati diabetik (ND) merupakan salah satu komplikasi kronis paling sering ditemukan pada diabetes melitus. Resiko yang dihadapi pasien diabetes melitus dengan neuropati diabetik antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi jari/kaki. Angka derajat keparahan neuropati diabetik bervariasi sesuai dengan usia, lama menderita diabetes melitus, kendali glikemik, juga fluktuasi kadar glukosa darah sejak diketahui diabetes melitus. Neuropati simptomatis ditemukan pada 28,5 % dari 6500 pasien diabetes melitus. Hingga saat ini patogenesis neuropati diabetik belum seluruhnya diketahui dengan jelas. Namun demikian dianggap bahwa hiperglikemia persisten merupakan faktor primer. Faktor metabolik ini bukan satu-satunya yang bertanggung jawab terhadap terjadinya neuropati diabetik, tetapi beberapa teori lain yang diterima ialah teori vaskuler, autoimun dan nerve growth factor. Manifestasi neuropati diabetik bervariasi, mulai dari tanpa keluhan dan hanya bisa terdeteksi dengan pemeriksaan elektrofisiologis, hingga keluhan nyeri hebat. Bisa juga keluhannya dalam bentuk neuropati lokal atau sistemik, yang semua itu bergantung pada lokasi dan jenis syaraf yang terkena lesi. I.2 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui banyaknya pasien diabetes mellitus yang terkena neuropati diabetes