Warga Gorontalo patut berbangga. Nama Gorontalo harum hingga "New York Fashion Week" lewat kerajinan sulam Karawo. Di tangan dua desainer hebat, Yurita Puji dan Agus Lahinta, kerajinan sulam Karawo melalui Gallery of Indonesia mewarnai Couture Fashion Week di Amerika Serikat. (Berita Jawa Pos pada tanggal 12 September 2017) Sulam Karawo adalah salah satu ragam pembuatan dan motif kain yang dikembangkan di provinsi yang pernah dipimpin oleh Fadel Muhammad untuk era dari tahun 2001 sampai dengan 2009. Ragam pembuatan kain dapat dilakukan dengan cara tenun, bordir, lukis, batik dan sulam. Di mana salah satunya adalah sulam Karawo. Sulam yang dikenal dengan sulaman Kerawang ini, memiliki keunikan dalam teknik pembuatannya. Teknik sulam ini sudah turun-temurun dilakukan oleh perempuan di provinsi yang terbentuk pada tahun 2001 ini. Proses pembuatannya membutuhkan waktu lumayan lama serta memerlukan dedikasi pengrajin agar menjadikan sehelai kain menjadi karya yang bernilai tinggi. Langkah langkah pembuatan karawo: 1. Pemilihan kain Tidak semua kain dapat dilakukan proses karawo. Kain yang mempunyai serat vertikal dan horizontal saja yang terpilih. 2. Iris dan Cabut Benang Selanjutnya, pengrajin akan menghitung jumlah lubang yang akan diiris sesuai dengan ukuran motif yang akan disulam. Lalu mengiris benang satu per satu. Dalam tahapan ini, pengrajin sangat dituntut ketajaman mata serta ketelitian. Terutama untuk kain yang mempunyai tingkat kerapatan yang tinggi. Bila salah iris, maka pekerjaan ini dianggap gagal. Setelah benang diiris dan dicabut satu per satu, agar tersedia ruang-ruang kosong yang nantinya akan diisi dengan benang lainnya. 3. Karawo Tahap berikutnya, pengrajin melakukan pekerjaan karawo dengan dua metode yaitu Melakukan karawo/mengisi motif terlebih dahulu kemudian sisa yang tidak diberi motif diikat dan Melakukan ikat terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan karawo/mengisi motif. Semakin penuh lilitan benang dalam satu lubang pada proses karawo maka harga sulaman tersebut akan bernilai tinggi. 4. Tahap Akhir Terakhir, pengrajin melilitkan jalur-jalur benang dengan satu kali lilitan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat jalur benang yang tidak disulam sehingga hasil akhir sulaman terlihat kokoh dan kuat. Yang menarik dalam pengerjaan teknik Karawo ini dilakukan secara manual tanpa bantuan mesin. Selain itu, pengerjaan iris benang, cabut benang, dan ikat Karawo dilakukan oleh pengrajin yang berbeda. Oleh karenanya, perlu dijaga kualitas setiap tahapan produksinya. Dalam proses sulam karawo, mulai dari pemilihan kain hingga siap dipasarkan diperlukan waktu kira-kira 10 hari. Itu pun untuk motif yang besar. Semakin kecil dan rumit maka waktu yang dibutuhkan waktu yang lebih panjang. Saat ini, teknik Karawo yang mempunyai citra budaya yang tinggi dan produk khas nasional perlu dilestarikan. Para Desainer sudah melakukannya dengan mengkolaborasi satu teknik motif dengan teknik sulam Karawo ini, yaitu Batik dan Karawo. Adanya ekspor kain Karawo juga melestarikan teknik ini, mengingat orang Eropa dan Amerika sangat menghargai karya yang berjenis handmade.
Oleh karenanya, bagi para desainer muda gunakan teknik Karawo ini untuk mempertinggi citra produk dalam negeri dan mengapresiasi budaya yang sangat langka ini.