Anda di halaman 1dari 7

PENYEBAB KEMATIAN ANAK

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/793-untuk-menurunkan-
angka-kematian-ibu-dan-kematian-bayi-perlu-kerja-keras.html

Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka


Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya
percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, AKI 307 per
100.000 KH dan AKB 34 per 1.000 KH.Menurut Menkes, Kementerian Kesehatan
telah melakukan berbagai upaya percepatan penurunan A K I d a n A K B a n t a r a
lain mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan Operasional
K e s e h a t a n ( B O K ) k e Puskesmas di Kabupaten/Kota yang difokuskan
pada kegiatan promotif dan preventif dalam program Kesehatan Ibu dan
Anak. Penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
dan kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan
bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan,
sosial ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan
yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut
mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan,
terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan
yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat
jarak kelahiran). Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat
dihindari apabila ibu dan keluarga m e n g e t a h u i t a n d a b a h a ya k e h a m i l a n
d a n p e r s a l i n a n s e r t a t i n d a k a n ya n g p e r l u d i l a k u k a n u n t u k
mengatasinya di tingkat keluarga.
Menkes menambahkan, salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu
meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh tenaga kesehatan) dalam
penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi a d a l a h P r o g r a m
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
g u n a meningkatkan peran aktif suami (suami siaga), keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga
meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk
perencanaan pemakaian alat/obat kontrasepsi pasca persalinan. Selain itu, program P4K
juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin,
pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan
terampil termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu
hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusui dini (IMD)
dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

http://klikdokter.com/healthnewstopics/topik-utama/10-penyebab-kematian-
terbanyak-di-dunia

Pembunuh terbanyak pada anak-anak adalah infeksi paru-paru (pneumonia),


prematuritas, asfiksia, dan diare. Sekitar 7 juta anak meninggal sebelum usia 5
tahun dan hampir semuanya (99%) terjadi di negara miskin dan berkembang.

Diare dan IPD Penyebab Tertinggi Kematian Anak di Indonesia

http://posyandu.org/kesehatan/penyakit-balita/354-diare-dan-ipd-penyebab-
tertinggi-kematian-anak-di-indonesia.html

Penyakit bakteremia (infeksi darah) yang disebut Invasive Pneumococcal Disease


(IPD) dan diare rotavirus masih berkontribusi sebagai penyebab kematian bayi
dan anak-anak tertinggi di Indonesia. Kasus tertinggi IPD terjadi pada anak-anak
di bawah umur dua tahun.

Ketua Unit Koordinasi Kerja Bidang Tumbuh Kembang Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) Dr dr Kusnandi Rusmil Sp AK mengatakan, IPD merupakan
penyakit invasif yang terjadi ketika bakteri terdistribusi masuk ke dalam darah
dan berkoloni pada jaringan steril.
Anggota satgas imunisasi IDAI itu mengatakan, berdasarkan Riskedas (Riset
Kesehatan Dasar) 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua
pada anak di bawah empat tahun yang mencapai 23,8 persen setelah diare.
Kusnandi Rusmil lebih lanjut mengatakan, penyakit IPD menyebabkan angka
kematian yang tinggi dari 15 persen hingga 20 persen walaupun telah diberikan
terapi antibiotik yang sesuai.
Sementara itu dokter spesialis hati dan pencernaan anak RS Hasan Sadikin
Bandung, Ina Rosalina, SpA(K), M.Kes, MHKes menyatakan, diare masih
merupakan penyebab kematian tertinggi pada bayi (sampai dengan usia 11 bulan)
mencapai 31,45 persen dan balita (usia 1-4 tahun) 25,2 persen.
Rotavirus, kata Ina merupakan penyebab utama diare yang dapat menyebabkan
dehidrasi berat pada bayi dan anak. Hampir semua anak di dunia pernah
mengalami setidaknya satu kali infeksi rotavirus sampai usia mereka lima tahun.

Menurut Ina Rosalina, SpA(K), M.Kes, MHKes , rotavirus mudah sekali


menyebar melalui tangan, mainan, atau obyek yang terpapar oleh feses anak yang
terinfeksi. Diare rotavirus ini berbahaya karena paling banyak mengenai bayi/anak
di bawah usia dua tahun dengan gejala banyak muntah, demam, diare yang berair
dapat berlangsung dari tiga sampai delapan hari hilangnya nafsu makan, dan
dehidrasi (kehilangan cairan tubuh) sehingga membutuhkan cairan infus dan
perawatan di rumah sakit.

Saat ini pencegahan diare rotavirus sedini mungkin dapat dilakukan dengan
vaksinasi yang telah tercantum dalam jadwal imunisasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) tahun 2011. Sesuai anjuran IDAI, vaksinasi rotavirus dapat
diberikan mulai usia dua bulan.

Sumber: tribunnews.com
Operasi bayi kembar siam

An

Tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia menjadi pekerjaan rumah
bagi Kementerian Kesehatan.

"Jumlah angka kematian ibu dan anak saat ini makin tinggi dalam lima tahun
terakhir. Bila sebelumnya jumlah angka kematian ibu dan anak hanya 228 per
100.000 kelahiran hidup, namun pada tahun 2013 lalu melonjak menjadi 359 per
100.000 kelahiran hidup," tuturnya.

Sumber : Antara

http://sinarharapan.co/sehat/read/141030021/tingginya-kematian-ibu-dan-anak-
menjadi-tantangan-menkes-baru

Dukungan masyarakat madani


Di lain pihak dukungan organisasi profesi tidak kalah pentingnya melalui
deklarasi yang mereka canangkan pada tahun 2009, organisasi profesi ini adalah
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia
(IBI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI), dan Perkumpulan Perinatologi Indonesia
(PERINASIA). Organisasi profesi berkomitmen meningkatkan profesionalisme
anggotanya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi ibu dan anak. Pada tahun
yang sama sekumpulan LSM dan organisasi masyarakat madani bergabung dalam
Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak juga mendukung pencapaian MDGs 2015
melalui advokasi dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah juga menjalin kerja
sama dengan berbagai Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Negeri pada November 2011 menandatangani deklarasi Semarang agar dengan
pendekatan Tri Darma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat, perguruan tinggi dapat memberikan sumbangsihnya dalam
pengembangan, implementasi dan monitoring serta evaluasi dari setiap kebijakan
kesehatan, khususnya dalam pencapaian MDGs di tingkat nasional dan di tingkat
daerah.

Dukungan development partners

Upaya inovatif tersebut antara lain; penggunaan technologi terkini pada transfer of
knowledge maupun pendampingan dalam memberi pelayanan serta pemberdayaan
masyarakat dengan menggunakan ‘SMS’, metode pendampingan pada capasity
building 1baik dalam hal management program maupun peningkatan kualitas
pelayanan, serta memberi kewenangan lebih pada tenaga kesehatan yang sudah
terlatih pada daerah dengan kriteria khusus dimana ketidaktersediaan tenaga
kesehatan yang berkompeten.

Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan masyarakat internasional


dengan prinsip kerja sama kemitraan, untuk mendukung upaya percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Kerja sama dengan berbagai
development partners dalam bidang kesehatan ibu dan anak telah berlangsung
lama, beberapa kemitraan tersebut adalah :

1) AIP MNH (Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health),
bekerja sama dengan Pemerintah Australia di 14 Kabupaten di Provinsi NTT sejak
2008, bertujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui Revolusi
Kesehatan Ibu dan Anak. Program ini bergerak dalam bidang pemberdayaan
perempuan dan masyarakat, penigkatan kualitas pelayanan KIA di tingkat
puskesmas dan RS serta peningkatan tata kelola di tingkat kabupaten. Pengalaman
menarik dari program ini adalah pengalaman kemitraan antara RS besar dan maju
dengan RS kabupaten di NTT yaitu kegiatan sister hospital.

2) GAVI (Global Alliance for Vaccine & Immunization) bekerja beberapa


kabupaten di 5 provinsi (Banten, Jabar, Sulsel, Papua Barat dan Papua), bertujuan
meningkatkan cakupan imunisasi dan KIA melalui berbagai kegiatan peningkatan
partisipasi kader dan masyarakat, memperkuat manajemen puskesmas dan
kabupaten/kota.

3) MCHIP (Maternal & Child Integrated Program) bekerjasama dengan USAID di


3 kabupaten (Bireuen, Aceh, Serang-Banten dan Kab.Kutai Timur- Kalimantan
Timur)

4) Pengembangan buku KIA oleh JICA walaupun kerjasama project telah berakhir
namun buku KIA telah diterapan di seluruh Indonesia.

5) UNICEF melalui beberapa kabupaten di wilayah kerjanya seperti ACEH, Jawa


Tengah, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur (kerjasama dengan Child
Fund) serta Papua meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat terkait
kesehatan ibu dan anak dan peningkatan kualitas pelayanan anak melalui
manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
6) Tidak terkecuali WHO memfasilitasi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan anak baik dalam dukungan penyusunan standar pelayanan maupun
capasity building.

Tekad dan tujuan Kementerian Kesehatan untuk mencapai Masyarakat Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan dapat diraih dengan dukungan berbagai pihak, demi
kesejahteraan masyarakat umumnya dan kesehatan ibu dan anak khususnya. Tak
ada harapan yang tak dapat diraih dengan karya nyata melalui kerja keras dan
kerja cerdas.

http://dinkes.cirebonkab.go.id/artikel/upaya-percepatan-penurunan-angka-
kematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai