Anda di halaman 1dari 8

TUGAS EPIDEMIOLOGI

“PENYAKIT KUSTA”

OLEH:

AULIA PATIA NISA

PO714241151055

KELAS III.B

D.IV FISIOTERAPI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2017
A. Definisi
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Micobacterium
leprae (M.Leprae). Yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi , selanjutnya menyerang
kulit, mukosa (mulut), saluran pernafasan bagian atas,sistem retikulo endotelial, mata, otot,
tulang dan testis ( Amirudin.M.D, 2000 ).
Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
( Mycobacterium leprae ) yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lain kecuali
susunan saraf pusat, untuk mendiagnosanya dengan mencari kelainan-kelainan yang
berhubungan dengan gangguan saraf tepi dan kelainan-kelainan yang tampak pada kulit (
Depkes, 2005 ).
Kusta disebabkan oleh sejenis bakteri yang memerlukan waktu 6 bulan hingga 40 tahun
untuk berkembang di dalam tubuh. Tanda dan gejala kusta bisa saja muncul setelah bakteri
menginfeksi tubuh penderita selama 2 hingga 10 tahun.

B. Sejarah Penyakit Kusta

Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai penyakit
kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui hanya
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, hingga ditemukan bakteri Mycobacterium
lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008.
Yang menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih
khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan bakteri Mycobacterium leprae
ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada
tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra.
Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit Hansen, bukan hanya untuk menghargai
jerih payah penemunya. Bukti pertama kali penyakit Kusta ini menjangkit manusia dari hasil
penelitian sebuah kerangka berumur 4.000 tahun yang ditemukan di India memiliki bukti
arkeologis paling awal kusta.
Sumber-sumber sejarah mendukung penyebaran awal penyakit dari Asia ke Eropa dengan
Alexander tentara besar setelah 400 SM, Referensi tertulis paling awal untuk penyakit ini diduga
berada di dalam Atharva Veda, teks suci Umat Hindu sebelum milenium pertama teks ini berisi
set himne Sansekerta yang ditujukan untuk menggambarkan masalah kesehatan, penyebab dan
perawatan yang tersedia di India kuno.

C. Etiologi
Kuman penyebabnya adalah Mycobacterium Leprae yang ditemukan oleh G.A.Hansen
pada tahun 1874 di Norwegia, secara morfologik berbentuk pleomorf lurus batang panjang, sisi
paralel dengan kedua ujung bulat, ukuran 0,3-0,5 x 1-8 mikron.
Basil ini berbentuk batang gram positif, tidak bergerak dan tidak berspora, dapat tersebar
atau dalam berbagai ukuran bentuk kelompok, termasuk massa ireguler besar yang disebut
sebagai globi ( Depkes , 2007).
Kuman ini hidup intraseluler dan mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf (Schwan
Cell)dan sel dari Retikulo Endotelial, waktu pembelahan sangat lama , yaitu 2-3 minggu , diluar
tubuh manusia (dalam kondisis tropis )kuman kusta dari sekret nasal dapat bertahan sampai 9
hari (Desikan 1977,dalam Leprosy Medicine in the Tropics Edited by Robert C. Hasting , 1985).
Pertumbuhan optimal kuman kusta adalah pada suhu 27º30º C ( Depkes, 2005).
M.leprae dapat bertahan hidup 7-9 hari, sedangkan pada temperatur kamar dibuktikan
dapat bertahan hidup 46 hari , ada lima sifat khas :
a. M.Leprae merupakan parasit intra seluler obligat yang tidak dapat dibiakkan dimedia buatan.
b. Sifat tahan asam M. Leprae dapat diektraksi oleh piridin.
c. M.leprae merupakan satu- satunya mikobakterium yang mengoksidasi D-Dop (D-
Dihydroxyphenylalanin).
d. M.leprae adalah satu-satunya spesies micobakterium yang menginvasi dan bertumbuh dalam
saraf perifer.
e. Ekstrak terlarut dan preparat M.leprae mengandung komponen antigenic yang stabil dengan
aktivitas imunologis yang khas, yaitu uji kulit positif pada penderita tuberculoid dan negatif pada
penderita lepromatous (Marwali Harahap, 2000).

D. Patofisiologi

Mekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan
seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Selain manusia, hewan yang dapat tekena
kusta adalah armadilo, simpanse, dan monyet pemakan kepiting. Terdapat bukti bahwa tidak
semua orang yang terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika
juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di
keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada
setiap individu. Faktor ketidakcukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebab.

Penyakit ini sering dipercaya bahwa penularannya disebabkan oleh kontak antara orang
yang terinfeksi dan orang yang sehat. Dalam penelitian terhadap insidensi, tingkat infeksi untuk
kontak lepra lepromatosa beragam dari 6,2 per 1000 per tahun di Cebu, Philipina hingga 55,8 per
1000 per tahun di India Selatan.

Dua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit dan mukosa
hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa menunjukkan adanya sejumlah organisme di
dermis kulit. Bagaimanapun masih belum dapat dibuktikan bahwa organisme tersebut dapat
berpindah ke permukaan kulit. Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukanya bakteri tahan
asam di epitel deskuamosa di kulit, Weddel et al melaporkan bahwa mereka tidak menemukan
bakteri tahan asam di epidermis.[18] Dalam penelitian terbaru, Job et al menemukan adanya
sejumlah M. leprae yang besar di lapisan keratin superfisial kulit di penderita kusta lepromatosa.
Hal ini membentuk sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat keluar melalui kelenjar
keringat.

Pintu masuk dari M. leprae ke tubuh manusia masih menjadi tanda tanya. Saat ini
diperkirakan bahwa kulit dan saluran pernapasan atas menjadi gerbang dari masuknya bakteri.
Rees dan McDougall telah sukses mencoba penularan kusta melalui aerosol di mencit yang
ditekan sistem imunnya. Laporan yang berhasil juga dikemukakan dengan pencobaan pada
mencit dengan pemaparan bakteri di lubang pernapasan. Banyak ilmuwan yang mempercayai
bahwa saluran pernapasan adalah rute yang paling dimungkinkan menjadi gerbang masuknya
bakteri, walaupun demikian pendapat mengenai kulit belum dapat disingkirkan.

Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti berusaha
mengukur masa inkubasinya. Masa inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa minggu,
berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda. Masa inkubasi maksimum dilaporkan selama
30 tahun. Hal ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada veteran perang yang pernah terekspos
di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah non-endemik. Secara umum, telah
disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.

E. Manifestasi Klinik dan Diagnosis


Manifestasi klinik biasanya menunjukkan gambaran yang jelas pada stadium yang lanjut
dan diagnosis cukup ditegakkan dengan pemeriksaan fisik saja .Penderita kusta adalah seseorang
yang menunjukkan gejala klinik kusta dengan atau tanpa pemeriksaan bakteriologik dan
memerlukan pengobatan ( Muh.Dali Amirudin, 2000).
Untuk mendiagnosa penyakit kusta perlu dicari kelainan-kelainan yang berhubungan
dengan gangguan saraf tepi dan kelainan-kelainan yang tampak pada kulit.Untuk itu dalam
menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu mencari tanda-tanda utama atau “Cardinal Sign,”
yaitu :

1. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa.Kelainan kulit atau lesi dapat berbentuk bercak keputih-
putihan (hypopigmentasi ) atau kemerah-merahan (Eritemtous ) yang mati rasa (anestesi ).
2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf.ganggguan fungsi saraf ini
merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer).gangguan fungsi saraf ini
bisa berupa :
a.Gangguan fungsi saraf sensoris : mati rasa.
b.Gangguan fungsi motoris :kelemahan(parese) atau kelumpuhan /paralise).
c.Gangguan fungsi saraf otonom: kulit kereing dan retak-retak.

3. Adanya kuman tahan asam didalam kerokan jaringan kulit (BTA+), pemeriksaan ini hanya
dilakukan pada kasus yang meragukan (Dirjen PP & PL Depkes, 2005 ).

F. Epidemiologi

Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta. India adalah
negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar. Tetapi untuk kasus
kusta baru, Indonesia menduduki posisi nomor-3 dengan 16.825 kasus dan angka kecacatan 6,82
orang per sejuta penduduk. Kasus kusta baru tertinggi terdapat di India dengan 134.752 kasus,
kemudian diikuti oleh Brazil dengan 33.303 kasus

Pada 1999, insidensi penyakit kusta di dunia diperkirakan 640.000, pada 2000, 738.284
kasus ditemukan. Pada 1999, 108 kasus terjadi di Amerika Serikat. Pada 2000, WHO membuat
daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal.
Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90%
kasus kusta dunia terdapat di Brasil, Madagaskar, Mozambik, Tanzania dan Nepal.

Kelompok berisiko

Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik
dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih,
asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan
sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari wanita.
Situasi global

Tabel 1: Prevalensi pada awal 2006, dan tren penemuan kasus baru pada 2001-2005, tidak
termasuk di Eropa
Daerah Prevalensi terdaftar Kasus baru yang ditemukan pada tahun

(rate/10,000 pop.)
Awal 2006 2001 2002 2003 2004 2005
Afrika 40.830 (0.56) 39.612 48.248 47.006 46.918 42.814
Amerika 32.904 (0.39) 42.830 39.939 52.435 52.662 41.780
Asia 133.422 (0.81) 668.658 520.632 405.147 298.603 201.635
Tenggara
Mediterania 4.024 (0.09) 4.758 4.665 3.940 3.392 3.133
Timur
Pasifik Barat 8.646 (0.05) 7.404 7.154 6.190 6.216 7.137
Total 219.826 763.262 620.638 514.718 407.791 296.499

Tabel 1 menunjukkan penemuan kasus secara global menurun sejak 2001.

Tabel 2: Prevalensi dan Penemuan


Negara Prevalensi terdaftar Penemuan kasus baru

(rate/10,000 pop.) (rate/100,000 pop.)


Awal Awal Awal Selama Selama Selama
2004 2005 2006 2003 2004 2005
Brasil 79.908 30.693 27.313 49.206 49.384 38.410
(4.6) (1.7) (1.5) (28.6) (26.9) (20.6)
Republik 6.891 10.530 9.785 7.165 11.781 10.737
Demokratik Kongo (1.3) (1.9) (1.7) (13.5) (21.1) (18.7)
Madagaskar 5.514 4.610 2.094 5.104 3.710 2.709
(3.4) (2.5) (1.1) (31.1) (20.5) (14.6)
Mozambik 6.810 4.692 4.889 5.907 4.266 5.371
(3.4) (2.4) (2.5) (29.4) (22.0) (27.1)

Nepal 7.549 4.699 4.921 8.046 6.958 6.150


(3.1) (1.8) (1.8) (32.9) (26.2) (22.7)
Tanzania 5.420 4.777 4.190 5.279 5.190 4.237
(1.6) (1.3) (1.1) (15.4) (13.8) (11.1)
Total 112.092 60.001 53.192 80.707 81.289 67.614

Tabel 2 menunjukkan situasi kusta pada enam negara utama.

Sebagaimana yang dlaporkan oleh WHO pada 115 negara dan teritori pada 2006 dan
diterbitkan di Weekly Epidemiological Record, prevalensi terdaftar kusta pada awal tahun 2006
adalah 219.826 kasus. Penemuan kasus baru pada tahun sebelumnya adlaah 296.499 kasus.
Alasan jumlah penemuan tahunan lebih tinggi dari prevalensi akhir tahun dijelaskan dengan
adanya fakta bahwa proporsi kasus baru yang terapinya selesai pada tahun yang sama sehingga
tidak lagi dimasukkan ke prevalensi terdaftar. Penemuan secara globa terhadap kasus baru
menunjukkan penurunan.

Anda mungkin juga menyukai