Anda di halaman 1dari 4

resume Property, Plant, and

Equipment (intermediate
accounting)
CHAPTER 10
ACQUSITION AND DISPOSOTION OF PROPERTY, PLANT, DAN EQUIPMENT
Akuisisi PPE
- Beberapa perusahaan menggunakan historical cost, yaitu biaya perolehan
asset sampai asset tersebut sampai di lokasi dan siap digunakan.
- Pada umumnya, perusahaan menggunakan cost-model, yaitu:
1. Harga pembelian, termasuk bea impor, pajak pembelian, dikurangi diskon dan
potongan penjualan.
2. Biaya untuk membawa asset ke lokasi dengan kondisi siap digunakan,
misalnya biaya pengiriman.
- Untuk periode selanjutnya, perusahaan menilai PPE dengan cost-method atau
fair value (revaluation)-method.
- Cost-method: lebih murah, karena tidak membutuhkan biaya penilaian.
- Revaluation-method: nilai asset lebih tinggi, sehingga beban depresiasi akan
menjadi lebih tinggi dan net income akan lebih kecil.
Cost of Land
- Semua pengeluaran untuk perolehan tanah dan siap digunakan, yaitu:
1. Harga pembelian
2. Biaya penutupan, seperti biaya balik nama, biaya konsultan, biaya
pencatatan.
3. Biaya yang membuat tanah pada kondisi siap digunakan, seperti peningkatan
mutu, pengisian, pengeringan, pembersihan.
4. Asumsi berhubungan dengan hak gadai, hipotek, dan pemesanan property.
5. Beberapa tambahan perbaikan tanah (Land Improvements) dengan umur tak
terbatas.
- Penilaian khusus untuk perbaikan tertentu, seperti trotoar, lampu jalan,
selokan, dan sistem drainase dapat dicatat sebagai akun Land, karena relative
permanen. Dan ini nanti akhirnya akan dikelola oleh pemerintah. Beberapa
perbaikan tersebut harus dicatat secara terpisah dengan yang memiliki batas
umur ekonomis, seperti driveways, pagar, dan lahan parkir yang mana akan di
depresiasi.
Cost of Building
- Semua pengeluaran yang berhubungan langsung dengan akuisisi atau
konstruksi, yaitu:
1. Materials, labor, dan overhead selama konstruksi gedung.
2. Biaya profesi (arsitek), izin pembangunan.
3. Semua biaya yang dikeluarkan sampai gedung siap digunakan, misal
penghancuran gedung lama.
- Beberapa biaya yang tidak boleh dikapitalisasi dengan biaya gedung karena
tidak berhubungan langsung dengan proses penyiapan gedung, seperti biaya
pembukaan (biaya promosi pembukaan gedung), kerugian yang terjadi saat
pembangunan gedung karena penjualan rendah, administrative expense saat
pembangunan gedung.
Cost of Equipment
- Equipment terdiri dari peralatan pengiriman, peralatan kantor, mesin, furniture
dan fixture, pelengkap, perlatan pabrik, dan asset tetap lainnya.
- Biaya perolehannya yaitu:
1. Harga pembelian
2. Freight and handling charge
3. Asuransi dari equipment saat transit
4. Biaya dasar khusus jika diperlukan
5. Biaya perangkaian dan instalasi
6. Biaya trial runs (percobaan)
- Pendapatan dari penjualan barang saat penyiapan equipment sampai siap
digunakan harus dikurangkan dari biaya perolehan, misal produk sampel saat
percobaan.
Self-Constructed Assets
- Biaya tidak langsung disebut overhead (power, listrik, penerangan, asuransi,
pajak propertipabrik dan perlengkapan, supervisor pabrik, depresiasi fixed asset,
supplies) menjadi masalah, akan dapat diselesaikan dengan 2 cara:
1. Tidak memasukkan fixed overhead ke dalam biaya konstruksi asset
Karena overhead umumnya bersifat tetap, jadi tidak akan meningkat karena
adanya konstruksi dari satu plant atau equipment. Asumsinya bahwa perusahaan
akan mengelurkan biaya yang sama saat mengkonstruksi asset maupun tidak.
Tapi, perusahaan akan tetap mencatat overhead yang bersifat variabel.
2. Memasukkan semua overhead sesuai porsinya (portion) saat proses konstruksi
atau full-costing approach
Perusahaan memasukkan porsi dari semua overhead ke proses konstruksi seperti
halnya produksi biasa
- Perusahaan harus memasukkan overhead dengan porsi yang rata pada biaya
untuk asset tersebut, abnormal amounts (wasted material, other resources)
sebaiknya tidak dimasukkan.
Interest Costs During Construction
- Borrowing cost digunakan sebagai ganti dari interest expense.
- 3 pendekatan yang digunakan untuk mengetahui apakah bunga termasuk
dalam biaya konstruksi asset:
1. Mengapitalisasikan biaya bukan bunga sepanjang proses kontruksi, bunga
termasuk ke dalam financing cost bukan construction cost.
2. Beban konstruksi termasuk semua biaya, yang teridentifikasi atau tidak.
3. Mengkapitalisasi hanya beban bunga actual selama konstruksi, jadi semua
biaya termasuk bunga yang dikeluarkan agar asset siap digunakan masuk dalam
construction cost.
- Untuk mengimplementasikan pendekatan ke-3 (IFRS), perusahaan harus
mempertimbangkan:
1. Qualifying asset
Aset yang dikualifikasikan dapat dikapitalisasi sebagai intereset cost adalah
asset yang digunakan untuk konstruksi (building, plant, mesin berat) dan asset
yang siap dijual atau disewakan dari konstruksi (kapal, pengembangan real
estate).
Yan g tidak dimasukkan adalah asset yang digunakan atau siap digunakan dan
asset yang tidak dugunakan untuk kegiatan operasi.
2. Capitalization period
Periode kapitalisasi interest cost, dimulai saat terjadi expenditure atas asset,
aktivitas yang berhubungan dengan penyiapan asset, munculnya interest cost
dan berakhir saat asset siap digunakan.
3. Amount to capitalize
Jumlah yang dikapitalisasi adalah Lower of Actual Interest Cost atau Avoidable
Interest.
- Persoalan khusus yang berubungan dengan Interest Capitalization
1. Expenditure of Land
Pembelian tanah untuk dikonstruksi menjadi bangunan maka masuk dalam plant
cost.
Tapi bila pengembangan tanah nantinya akan dijual atau digunakan maka
interest cost pada biaya pengembangan tanah.
Interest cost tidak dimasukkan dalam pembelian tanah yang digunakan untuk
langsung dijual karena sudah siap digunakan.
2. Interest revenue
Interest revenue yang didapat dari sekuritas yang diterbitkan perusahaan dapat
di-offset dengan interest cost saat konstruksi.
Valuation Property, Plant, and Equipment
- Perusahaan harus mencatat PPE pada FV atas asset yang diberikan atau asset
yang diterima.
- Ada beberapa persoalan dalam penilaian PPE:
1. Cash discount
Entah discount diambil atau tidak, tetap akan mengurangi biaya asset.
Real cost adalah kas dan ekuivalen kas dari harga asset.
2. Deffered-payment contract
Perusahaan sering membayar aset bangunan pada perjanjian kredit jangka
panjang dengan menggunakan surat hutang (notes), hipotek, obligasi, atau
obligasi peralatan, maka perusahaan menghitung aset yang dibayar dengan
perjanjian kredit jangka panjang dengan present value.
3. Lump-sum purchase
Pembelian asset (misal: inventory, land, building) dengan harga borongan, maka
perusahaan harus mengalokasikan total biaya dengan perbandingan masing-
masing FV dibagi total FV dikali harga borongan.
4. Issuance of shares
Pembelian asset dengan menerbitkan sekuritas, seperti saham, dicatat sebesar
harga pasar dari saham tersebut. Jika, tidak diketahui maka menggunakan FV
dari asset.
5. Exchange of non-monetary assets
Diukur berdasar FV dari asset yang diberikan atau diterima.
Bersifat komersial: mengakui gain and losses, tidak bersifat komersial: mengakui
losses.
6. Grants
Government assistance: Bantuan pemerintah dimana pemerintah sebagai
supplier produk untuk perusahaan.
Government grants: Bantuan pemerintah dimana menyediakan sumber
keuangan untuk perusahaan (kas, sekuriti, PPE, pinjaman dengan bunga di
bawah market rate, subsidi).
Untuk Grants, IFRS menggunakan Income Approach, yaitu mencatat grant
sebagai deferred grant revenue (non-current liab.) dan depresiasi nya dicatat
menjadi current liab.dalam financial position stat. dan grant revenue for the year
pada income stat.
Costs Subsequent to Acquisition
- Ada 4 keadaan yang terjadi:
1. Additions
Penambahan dikapitalisasi ke dalam asset tersebut.
2. Improvements and Replacements
Dikapitalisasi, dengan menghapus asset lama beserta depresiasinya dan
menambahkan asset baru, dengan mengakui adanya losses.
3. Rearrangement and Reorganization
Dicatat sebagai expense, tidak dikapitalisasi.
4. Repairs
Ordinary replace, dicatat sebagai expense.
Major replace, perlakuan sama dengan improvements and replacements.
Revaluation of PPE
- Ada 4 ketentuan dalam revaluasi:
1. Revaluasi lebih tinggi dari historical cost
Sebagai unrealized gain, menambah other comprehensive income.
2. Revaluasi lebih rendah dari historical cost (impairment)
Sebagai loss on impairment, mengurangi net income dan RE.
3. Peningkatan revaluasi setelah terjadi penurunan (impairment loss)
Mengkredit Recovery of Impairment Loss, menambah other comprehensive
income dan mengkredit Unrealized Gain on Revaluation.
4. Penurunan revaluasi setelah terjadi kenaikan (Unrealized Gain on Revaluation)
Mengurangi other comprehensive income dengan menghapus unrealized gain
dan mengurangi net income, dicatat sebagai Loss on Impairment.

Anda mungkin juga menyukai