Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan), yang bersifat labor saving
technology dirasakan telah menggeser penggunaan tenaga manusia dan ternak.
Mesin-mesin pertanian mempunyai hubungan saling mengganti (substitusi) dengan
manusia dan bersifat komplemen terhadap lahan (Haryami dan Ruttan, 1985 dalam
Haeruman 1997). Kedua sifat hubungan tersebut sangat jelas terlihat pada usahatani
padi di Indonesia. Sebagai contoh, penggunaan hand tractor dan power threser
sebagai pengganti tenaga manusia dan ternak. Teknologi mekanisasi pertanian
sebagai suatu input teknologi memiliki peran dan potensi yang sangat
strategis dalam peningkatan produktifitas tenaga kerja dan lahan, pemanfaatan
sumber daya secara efisien, peningkatan mutu dan nilai tambah, pengelolaan irigasi
secara efisien dan pengembangan energi terbarukan untuk kelestarian lingkungan
(BPTP Kalbar, 2004).
Salah satu bentuk intervensi pemerintah adalah dengan mengembangkan
alsintan melalui pola usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) agar petani mampu
mengakses, serta menggunakan alsintan tanpa membeli atau memiliki sendiri.
UPJA didefinisikan sebagai kelompok yang mengusahakan atau kelompok tani
yang mengelola Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA)
(Keputusan Dirjen TPH no: I. HK . 050. 98.71 tanggal 2 Desember 1998). Fungsi
utama UPJA adalah melakukan kegiatan ekonomi dalam bentuk penyewaan jasa
alsintan, baik dalam kegiatan pra-panen hingga pasca panen. Berlatar belakang hal
tersebut di atas, maka dilakukan survey mengenai pengelolaan UPJA di sekitar
Sleman, Pakem Selatan Harjobinganun dengan UPJA bernama Ngudi Rejeki.

1.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui tugas utama UPJA di UPJA Ngudi Rejeki
b. Untuk mengetahui keadaan UPJA Ngudi Rejeki
c. Untuk mengetahui pengelolaan UPJA di Ngudi Rejeki
BAB II
HASIL SURVEY UPJA

2.1. Keadaan Umum UPJA


Survey yang dilakukan dalam membuat tugas Manajemen Energi dan Mesin
Pertanian berada pada daerah Sleman, Pakem Selatan, Harjobinangun di UPJA
Ngudi Rejeki. Warga daerah Pakem Selatan mayoritas bermatapencaharian di lahan
sawah. Pengelolaan UPJA di Ngudi Rejeki memiliki tiga cakupan wilayah yaitu
dusun Turirejo, Turgosari, dan Penen, tetapi jika ada desa atau kelompok tani dari
desa lain membutuhkan peralatan alsintan maka dapat mengirimkan bantuan.

UPJA Ngudi Rejeki

Gambar 2.1. Lokasi UPJA Ngudi Rejeki


(Sumber: google maps)

UPJA Ngudi Rejeki berdiri pada tanggal 5 Februari 2001, dengan total
anggota sebanyak 38 orang. UPJA tersebut mempunyai status pemula dikarenakan
pada saat ini Ngudi Rejeki hanya memiliki 3 jenis alat yaitu hand tractor dan
thresher, serta masing-masing jenis alat hanya mempunyai 1 unit. Alat-alat
pertanian tersebut seluruhnya diperoleh dari Dinas Pertanian Sleman dengan
mengajukan proposal.

(a) (b)
Gambar 2.2. Gambar Hand Tractor (a) dan Threser (b)
(Sumber: google image)
Dalam pengelolaan UPJA di Ngudi Rejeki memiliki struktur kepungurusan,
sehingga mampu dikelola berdasarkan pembagian tugas yang telah diatur
berdasarkan divisi. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan UPJA Ngudi
Rejeki memiliki 8 Pengurus yaitu:
1. Pelindung : Kepala Desa Harjobinangun
2. Penasehat : Dukuh XI Penen
3. Ketua : Sudiyono
4. Sekretaris : Sudarsono
5. Bendahara : Suharto
6. Sie. Litbang : Suwarno
7. Sie. Usaha : H. Purwanto
8. Sie. Humas : Eko Kurniawan
Fungsi utama UPJA yang dilaksanakan pada Ngudi Rejeki tidak jauh beda
dari fungsi utama kelembagaan UPJA pada umumnya yaitu melakukan kegiatan
ekonomi dalam bentuk pelayanan jasa alsintan dalam penanganan budidaya seperti
jasa penyiapan lahan dan pengolahan tanah, pemberian air irigasi, penanaman,
pemeliharaan; perlindungan tanaman termasuk pengendalian kebakaran; maupun
kegiatan panen, pasca panen dan pengolahan hasil pertanian seperti jasa
pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan padi; termasuk mendorong
pengembangan produk dalam rangka peningkatan nilai tambah, perluasan pasar,
daya saing dan perbaikan kesejahteraan petani.

2.2. Pengelolaan UPJA Ngudi Rejeki


Dalam penggunaan alsintan di daerah Pakem Selatan sudah menggunakan
hand tractor dalam membajak sawah sehingga masyarakat sudah tidak ada lagi
menggunakan tennaga manusia maupun hewan lagi dalam pengelolaan lahan
sawah. Penggunaan traktor pada UPJA Ngudi Rejeki dikenakan biaya sebesar Rp.
100.000 rupiah per 1000 meter dengan rincian penggunaan sudah termasuk bensin,
operator, biaya perawatan, dan masuk ke kas serta 60% untuk operator (2 operator)
dan 40% ke kas. Operator di UPJA Ngudi Rejeki memiliki 2 operator yaitu Pak
Sukardi dan Pak Suhardi. Dalam penggunaan traktor, rata-rata digunakan 1 hari 2
tempat dengan ketentuan pada saat jam 12 siang operator istirahat dan dalam
penggarapan tanah minimal 100 meter yang perhitungan biaya akan dilakukan
pembulatan. Untuk perawatan dan kerusakan pada alat dan mesin semua akan
ditanggung kas.

2.3. Masalah dan Solusi di UPJA Ngudi Rejeki


Hasil yang diperoleh dari survey wawanacara terhadap anggota UPJA
memiliki masalah yang sering terjadi. Dalam setiap kegiatan dan pengelolaan di
UPJA sering menghadapi beberapa masalah salah satunya adalah kurangnya
operator yang dapat menggunakan alat serta anak muda yang sudah tidak terlalu
tertarik pada pertanian. Sehingga ketika 2 operator traktor sedang tidak dapat
mengoperasikan traktor maka tidak ada pengganti dari 2 operator tersebut dan dapat
mengakibatkan terbenturnya jadwal penggunaan traktor. Untuk mengatasi masalah
tersebut pengelola akan segera mencari bantuan alat dan mesin pertanian ditempat
lain. Untuk masalah anak muda yang semakin kurang tertarik terhadap pertanian
pengelola sejauh ini hanya mengajak aktif mengikuti kegiatan penyuluhan
pertanian.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hasil yang diperoleh dari survey wawancara di UPJA Ngudi Rejeki dapat
ditarik kesimpulan berupa:
1. Tugas utama dari UPJA Ngudi Rejeki adalah melakukan kegiatan ekonomi
dalam bentuk pelayanan jasa alsintan dalam penanganan budidaya seperti jasa
penyiapan lahan dan pengolahan tanah, pemberian air irigasi, penanaman,
pemeliharaan; perlindungan tanaman termasuk pengendalian kebakaran; maupun
kegiatan panen, pasca panen dan pengolahan hasil pertanian seperti jasa
pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan padi; termasuk mendorong
pengembangan produk dalam rangka peningkatan nilai tambah, perluasan pasar,
daya saing dan perbaikan kesejahteraan petani.
2. UPJA Ngudi Rejeki berdiri pada tanggal 5 Februari 2001 berada di daerah
Pakem Selatan, Harjobinangun, Sleman dengan status pemula dikarenakan hanya
memiliki 2 unit alsintan yaitu hand tractor dan threser masing-masing memiliki 1
jenis alsintan setiap unit. Pengurus UPJA Ngudi Rejeki terdiri dari 8 orang dan
memiliki anggota 38 orang.
3. Pengelolaan yang dilakukan alsintan di UPJA memiliki 2 operator dan memiliki
biaya Rp. 100.000 per 1000 meter yang sudah termasuk bensin, biaya perawatan,
operator, dank as serta 60% untuk operator (2 operator) dan 40% ke kas.
3.2. Saran
UPJA di daerah Yogyakarta masih banyak warga yang tidak tahu, sehingga
sulit mencari informasi mengenai UPJA.
DAFTAR PUSTAKA

Haeruman, Maman. 1997. Perkembangan Pemanfaatan Mekanisasi Pertanian di


Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Perspektif Pemanfaatan
Mekanisasi Pertanian Dalam Peningkatan Daya Saing Komoditas. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi.Bogor.

Anda mungkin juga menyukai