Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Off-label


Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang
dalam dosis tertentu dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit
berikut gejalanya. Oleh karena itu pemberian obat haruslah sesuai dengan indikasi
dari obat tersebut, yang merupakan hasil penelitian dari bahan aktif obat.
Pemberian obat dalam berbagai bentuk formulasi sediaaan antara lain bertujuan
agar obat tersebut aman, efektif, stabil, menarik dan nyaman digunakan. Bentuk
formulasi obat ini juga disesuaikan dengan rute pemberian obat tersebut. Dosis
yang tepat juga merupakan faktor yang menentukan dalam mencapai efek terapi
yang diinginkan. Bila dosis kurang maka obat tidak memberikan efek terapi,
sedangkan bila dosis berlebih obat akan menimbulkan risiko toksisitas.
Kesesuaian obat dengan umur dan kondisi pasien juga mempengaruhi efektifitas
obat. (Depkes RI, 1995).
Ketentuan yang berlaku bahwa semua obat yang beredar harus memiliki
izin untuk diedarkan (Product License = PL) atau izin penjualan (marketing
authorisation = MA), yang dikeluarkan oleh Badan POM. Sistem perizinan di
rancang untuk menjamin bahwa obat telah diuji terhadap efikasi, keamanan dan
kualitasnya. Perusahaan farmasi mengajukan permintaan izin edar obat dan dalam
pengajuan dijelaskan indikasi, dosis, cara pemberian dan kelompok usia pasien
yang akan menggunakan obat tersebut. Didalam permintaan izin, informasi
mengenai penggunaan pada pasien anak mungkin terbatas atau sama sekali belum
ada (Purba, 2007)

2.2 Obat Deksametason


Kortikosteroid saat ini sudah dianggap sebagai obat ”dewa” karena
hamper beberapa penyakit dapat diobati dengan obat ini, seperti suatu anafilaktik,
serangan asma yang berat dan beberapa penyakit lainnya. Preparat kortikosteroid
terus dikembangkan dan dimodifikasi. Telah terdapat pula sintesa baru dari
preparat ini sehingga kortikosteroid tidak lagi dianggap sebagai obat baru. Salah
satunya adalah deksametason (Indranarum, 2003).
Deksametason merupakan salah satu kortikosteroid sintetis terampuh.
Kemampuannya dalam menaggulangi peradangan dan alergi kurang lebih sepuluh
kali lebih hebat dari pada yang dimiliki prednisone. Penggunaan deksametason di
masyarakat sering kali jumpai, antara lain: pada terapi arthritis rheumatoid,
systemic lupus erithematosus, rhinitis alergica, asma, leukemia, lymphoma,
anemia hemolitik atau auto immune, selain itu deksametason dapat digunakan
untuk menegakkan diagnosis sindroma cushing. Efek samping pemberian
deksametason antara lain terjadinya insomnia, osteoporosis, retensi cairan tubuh,
glaukoma dan lain-lain (Katzung,2002).
Deksametason dalam kategori dosis melalui oral untuk anak-anak 1 bulan-
18 tahun 10-100 mcg/kgbb sehari dalam1-2 dosis terbagi, dapat ditingkatkan
hingga 300 mcg/kgbb/hari. Melalui injeksi. intramuskular, injeksi intravena atau
infus anak-anak 1 bulan-12 tahun 83–333 mcg/kg/hari dalam 1-2 dosis terbagi,
maksimal 20 mg sehari (BNF for children, 2012).

2.3 Pasien Pediatrik


Anak-anak memiliki hak yang sama dengan orang dewasa untuk
menerima obat yang aman dan efektif, yaitu obat yang benar, dosis, cara serta
indikasi yang tepat dan informasi yang benar. Obat pada anak dapat berpengaruh
karena organ-organ pada anak belum sempurna pertumbuhannya, sehingga obat
dapat menjadi racun dalam darah (mempengaruhi organ hati dan ginjal).
Penggunaan obat pada anak merupakan hal yang bersifat khusus yang berkaitan
dengan perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh maupun enzim
yang bertanggungjawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat.
Farmakokinetik obat pada anak-anak meliputi:
(1) Absorbsi
Absorpsi, yang merupakan proses penyerapan obat daritempat pemberian,
menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Kelengkapan dinyatakan
dalam persen dari jumlah obat yang diberikan. Tetapi secara klinik, yang lebih
penting ialah bioavailabilitas. Istilah ini menyatakan jumlah obat, dalam persen
terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif. Ini
terjadi karena untuk obat-obat tertentu, tidak semua yang diabsorpsi dari tempat
pemberian akan mencapai sirkulasi sestemik. Sebagaian akan dimetabolisme oleh
enzim di dinding ususpada pemberian oral dan/atau di hati pada lintasan
pertamanya melalui organ-organ tersebut. Metabolisme ini disebut metabolisme
atau eliminasi lintas pertama (first pass metabolism or elimination) atau eliminasi
prasistemik
Absorbsi obat pada anak-anak mengikuti prinsip umum yang sama seperti
orang dewasa. Factor-faktor unik yang mempengaruhi absorbsi obat termasuk
aliran darah pada tempat pemberian, sebagai penentu keadaan fisiologik dari
anak-anak, dan untuk obat-obat yang diberikan melalui oral. Umur setelah lahir
juga mempengaruhi pengaturan absorbs (Katzung, 1997).
(2) Distribusi
Komposisi tubuh berubah sesuai dengan pertumbuhan, volume distribusi
obat juga berubah. Neonatus mempunyai persentase berat badan dalam bentuk air
lebih tinggi (70-75%) dibandingkan orang dewasa (50-60%). Faktor utama yang
menentukan distribusi obat adalah ikatan obat pada protein plasma. Albumin
adalah protein plasma yang mempunyai kapasitas pengikat terbesar (Katzung,
1997).
(3) Metabolisme
Metabolisme obat umumnya terjadi dalam hati. Aktivitas fungsi oksidase
yang bercampur bebas dengan sitikrom P450 yang mengdakan metabolisme obat
dan enzim konjugatif sangat rendah pada awl kehidupan neonatus (50-70% dari
nilai orang dewasa). Karena kemampuan metabolisme obat pada neonatus
menurun, banyak obat yang mempunyai laju bersih lambat dan waktu paruh
pengeluaran lebih lama. Jika dosis obat dan jadwal dosis tidak diubah
secukupnya, imaturitas ini mempengaruhi neonatus terhadap efek samping dar
obat-obat yang dimetbolisme oleh hati. Proses maturasi harus dipertimbangkan
jika memberikan obat pada kelompok anak-anak atau neonatus, terutama jika obat
tersebut diberikan dalam jangka panjang (Katzung, 1997).
(4) Ekskresi
Laju filtrasi glomerulus lebih rendah pada bayi baru lahir dibandingkan
bayi yang lebih dulu lahir, anak-anak, ata dewasa, dan keterbatasan ini
berlangsung sampai beberapa hari setelah lahir. Jika dihitung sesuai dengan
permkaan badan, filtrasi glomerulus pada neonates 30-40% dari orang dewasa
(Katzung, 1997).

2.4 Kualitas Hidup


Menurut definisi WHO, kesehatan tidak hanya bebas dari penyakit atau
sakit, tetapi juga kesehatan secara fisik, mental dan sosial. Konsep klinis kualitas
hidup pada akhirnya berfokus pada dampak sakit pada kesehatan pasien secara
fisik, psikologis dan sosial yang teramati oleh pasien tersebut. Kualitas hidup
adalah suatu bangunan multidimensional yang bersifat subjektif, meliputi
pengalaman pasien terhadap gejala penyakit dan efek samping pengobatan, sebaik
kemampuan fungsional dan kesehatan secara fisik dan psikologis (Anonim, 2005).
(1) Kesehatan Fisik
Menurut WHO (Anonim, 2004), kesehatan fisik itu dipengaruhi oleh hal
berikut ini; energi dan kelelahan, mobilitas, penderitaan dan kegelisahan, tidur
dan istirahat, kapasitas pekerjaan.
(2) Hubungan Sosial
Hubungan sosial dinilai berdasarkan hubungan sosial dan hubungan
pribadi yang meliputi dukungan sosial dan aktivitas seksual. Lingkungan
dipengaruhi oleh: kebebasan, kepedulian kesehatan dan sosial, lingkungan rumah,
keikutsertaan pada aktivitas rekreasi, serta transportasi. Dengan demikian dimensi
kualitas hidup tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk mendapatkan satu
kualitas hidup pasien.

2.5 RSUD Ulin Banjarmasin


Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medis
modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk
pemulihan dan pemeliharaan kesatuan yang baik. Secara umum, rumah sakit
pemerintah dan rumah sakit swasta, antara rumah sakit satu dengan yang lain
saling berlomba-lomba agar tingkat pelayanannya dapat semaksimal mungkin dan
dapat menarik kepercayaan masyarakat (Depkes RI, 2009).
RSUD Ulin adalah rumah sakit umum terbesar di Kalimantan. Tugas dan
fungsi RSUD Ulin selain mengemban fungsi pelayanan juga melaksanakan fungsi
pendidikan dan penelitian. Ruang rawat inap yang khusus menampung pasien
anak adalah ruang Sedap Malam. Ruang sedap malam adalah ruang rawat inap
kelas III untuk pasien anak usia 1 bulan-18 tahun, terdiri dari ruang Repirologi
Gastroenterology, ruang Infeksi Neurologi, ruang Gizi Kardiologi, ruang
Nefrologi, ruang Observasi (kamar tindakan), serta ruang Hematilogi I, II dan
Onkologi I,II. Total ranjang keseluruhan adalah 42 ranjang. Jumlah pasien anak di
ruang Sedap Malam pada tahun 2011 sebanyak 2.419 pasien dan tahun 2012
sebanyak 1.825 pasien. Berikut adalah tabel distribusi 10 penyakit terbanyak di
ruang rawat inap anak RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai