Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada Pembuatan larutan dapat diartikan sebagai ara kita untuk dapat
mempelajari bagaimana cara membuat suatu larutan dari bahan yang cair ataupun
padatan dan dengan konsentrasi tertentu dan untuk menyatakan suatu kepekaan
atau konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan
tergantung pada tujuan penggunaannya. Hampir semua proses kimia berlangsung
dalam larutan sehingga penting untuk memahami sifat-sifatnya. Larutan adalah
sesuatu yang sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup. Pada
umumnya.Reaksi-reaksi kimia biasanyaa berlangsung antara dua campuran zat,
atau lebih bukannya antara zat murni banyak reaksi kimia yang dikenal, baik
didalam laboratorium atu di industri terjadi di dalam larutan. Larutan memiliki
peran penting dalam kehidupan sehari-hari, di alam kebanyakan reaksi
berlangsung di dalam larutan air. Larutan biasanya terdiri dari dua zat atau lebih
yang merupakan campuran homogen. Contoh larutan homogen yaitu gula dan
alkohol dalam air. Sedang campuran heterogen adalah campuran yang
mengandung dua fasa atau lebih, contohnya air susu dan air kopi (Chang, 2009).

Larutan disebut campuran homogen karena komposisi dari larutan begitu


seragam atau satu fase sehingga tidak dapat diamati bagian-bagian komponen
penyususnnya meskipun dengan menggunakan mikroskop ultra sekalipun. Larutan
terdiri dari dua komponen penting. Komponen tersebut adalah solven atau pelarut
dan solute atau zat terlarut. Biasanya komponen solven mengandung jumlah zat
terbanyak dan komponen solute mengandung jumlah zat yang lebih sedikit.
konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam larutan (Carera,
2012).

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajarai cara membuat suatu
larutan yang konsentrasinya sudah ditetapkan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Molaritas
Molaritas dapat dinyatakan dengan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter
larutan. Molaritas juga dapat dikonversikan menjadi suatu molalitas yakni dengan
merubah volume larutan menjadi massa larutan. Pengubahan suatu volume
menjadi massa memerlukan data massa jenis larutan (p). Keuntungan
menggunakan satuan molar adalah kemudahan perhitungan dalam stoikiometri,
karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan jumlah
partikel yang sebenarnya). Adapun Kerugian yang didapat dari penggunaan satuan
ini adalah ketidakpastian dalam pengukuran volume. Selain itu, volume suatu
cairan tersebut dapat berubah sesuai dengan temperatur yang ada, sehingga
molaritas dapat berubah-ubah (Risdanareni et al., 2014).

2.2. Normalitas
Normalitas adalah satuan konsentrasi yang dimana sudah memperhitungkan
kation dan anion yang dikandung sebuah larutan. Lambang dari normalitas adalah
N dan ada yang berbeda dari normalitas ini adalah adanya perhitungan Berat
Ekuivalen atau BE. Oleh karena itu, ada definisi tambahan untuk normalitas ini.
Normalitas dapat didefinisikan dengan banyaknya suatu zat dalam gram ekuivalen
dalam satu liter larutan dengan menggunakan satuan N. BE (Berat Ekuivalen)
sebenarnya adalah Mr yang telah dipengaruhi oleh reaksi yang berdasarkan lepas
atau diterimanya pada atom (Oktavian dan Notobroto., 2014).

2.3. Molalitas
Molalitas adalah satuan dari konsentrasi yang menyatakan jumlah suatu mol
zat yang terdapat pada seribu gram pelarut. Molalitas diberi lambang m (Setiawan,
2017). Molalitas berguna pada keadaan lain, misalnya karena pelarut merupakan
padatan pada suhu kamar dan hanya dapat diukur massanya, bukan volumenya,
sehingga tidak mungkin dinyatakan dalam bentuk molaritas. Kemudian selain
sifat-sifat yang ada atau yang telah terdapat di atas, masih ada sifat lain yang tidak
tergantung pada zat suatu terlarut adalah sifat koligatif larutan yang merupakan
sifat larutan yang tidak tergantung dengan jenis zat terlarut tetapi hanya bergatung
pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Pada sifat koligatif larutan terdiri dari dua
jenis yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif non-elektrolit.
Molalitas berbeda dari molaritas tidak hanya dalam penulisan saja akan tetapi juga
pada penggunaannya, molaritas didasarkan pada liter larutan sedangkan molalitas
didasarkan pada kilogram pelarut. Penggunaan konsentrasi dalam molalitas adalah
ketika mempelajari sifat larutan yang berhubungan dengan tekanan uap dan
adanya perubahan suhu. Molalitas bisa digunakan secara efektif karena nilainya
tidak berubah dengan perubahan suhu. Sedangkan volume larutan di sisi lain,
sedikit bergantung pada suhu. Molalitas suatu larutan bisa diuji dengan
menambahkan beberapa zat pelarut. Pada waktu membuat sirup, kamu tentu
melarutkan sirup ke dalam air, Sirup disebut zat terlarut (solute) dan air disebut zat
pelarut (solvent) (Firmansyah, 2017).

2.5. Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen (komposisinya sama), serba sama
(ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut
(tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat terlarut dengan zat pelarut), pada
partikel-partikel penyusunnya yang berukuran sama (baik ion, atom, maupun
molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent)
adalah cairan, dan zat yang terlarut didalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa
berwujud padat, cair, atau gas. Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah
volume terbesar.Ada dua reaksi yang terjadi dalam larutan, yaitu eksoterm dan
endoterm. Eksoterm yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan,
temperature dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial zat-zat dari kimia
yang bersangkutan akan turun. Sedangkan endoterm yaitu menyerap panas dari
lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi
potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan naik. Dengan demikian kalor
akan dipindahkan dari lingkungan ke dalam sistem reaksi endoterm tersebut.
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen
yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa
dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen
disebut campuran (Mustain, 2017).
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 06 Maret 2018 dimulai pada
pukul 12.45 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB, bertempat di Laboratorium
Kimia Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: 1) batang pengaduk kaca, 2)
beaker glass 25 mL, 3) labu takar, 4) labu ukur, 5) neraca analitik dan 6) pipet
ukur.
Bahan yang digunakan adalah Aquadest, larutan HCL, dan larutan NaOH.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Timbanglah NaOH sebanyak yang telah Saudara hitung di dalam gelas Beaker
25 mL.
2. Tambahkan aquadest ke dalam gelas Beaker sebanyak 20 mL dan aduk dengan
pengaduk kaca hingga larut.
3. Siapkan labu takar 100 mL dan bilaslah labu tersebut dengan aquades
sebanyak 2 kali.
4. Tuanglah larutan NaOH yang telah larut tersebut ke dalam labu ukur dan bilas
gelas Beaker sebanyak 3 x dengan sedikit aquadest dan air bilasannya
dimasukkan ke dalam labu ukur.
5. Tutuplah labu ukur dan gojog secara perlahan dengan posisi tutup labu ukur di
bagian bawah.
6. Tambahkan aquadest ke dalam labu ukur sampai batas tanda pada labu dan
gojog kembali secara perlahan.
7. Apabila larutan ini akan digunakan maka perlu digojog kembali.
8. Lakukan hal yang sama untuk HCl (dikarenakan HCl berbentuk cairan maka
dipipet dengan pipet ukur BUKAN DITIMBANG).

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah :
1. Perhitungan NaOH
= 4 gram

2. Perhitungan NaCl

= 12,06 M

X = 8,25 ml

4.2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini adalah konsentrasi suatu larutan yang bertujuan agar
praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan
larutan dan menentukan konsentrasi yang telah dibuat. Pertama-tama melakukan
perhitungan untuk menimbang NaOH. Selama melakukan penimbangan ada terjadi
kesalahan yaitu jatuhnya NaOH yang akan ditimbang oleh praktikan dalam neraca
analitik. Hal itu bisa disebabkan karena praktikan kurang berhati-hati dalam
melakukan penimbangan. Menghitung berapa gram NaOH yang diperlukan untuk
membuat larutan NaOH 1 M sebanyak 100 mL. Pelarut yang digunakan adalah
aquadest. Gram NaOH dihitung menggunakan rumus yang telah ditetapkan.
Setelah di dapatkan hasilnya yaitu 4 gram, kemudian dapat mempersiapkan bahan
yang telah dihitung tersebut. Proses standarisasi atau proses yang digunakan untuk
menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Selanjutnya yaitu
menghitung berapa mL larutan HCl pekat yang diperlukan untuk membuat larutan
HCl 1 M, setelah di dapatkan hasilnya yaitu 8,29 mL. Pelarut yang digunakan
ialah aquadest. Pada pembuatan larutan HCl yang bersifat endoterm, karena suhu
larutan lebih rendah dari larutan HCl, sedangkan pada larutan NaOH bersifat
eksoterm karena suhu larutannya leih tinggi dari larutan NaOH. Pada pengenceran
larutan HCl dapat dilihat terjadinya perubahan, tetapi secara nyata. Sebelum
diencerkan dan sesuah diencerkantidak terjadi perubahan warna pada larutan HCl.
Dapat diketahui molaritas larutan HCl tersebut, molaritas sendiri merupakan
jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Setelah diketahui kita dapat juga
mempersiapkan larutan HCl tersebut kemudian dilakukan sesuai prosedur. Dengan
demikian dapat diketahui konsetrasi larutan. Dalam sifat kilogatif larutan
diperlukan tiga macam pernyataan konsentrasi larutan yaitu fraksi mol, molalitas,
dan molaritas. Natrium hidroksida (NaOH) adalah sejenis basa logam kaustik.
Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam
air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke
dalam air. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia.
Dalam praktikum ini, bahan yang digunakan adalah larutan asam klorida pekat
dan larutan natrium hiroksida. Konsentrasi larutan merupakan cara untuk
menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Konsentrasi
merupakan jumlah zat tiap satuan volume (besaran intensif), larutan encer berupa
julah zat terlarut sangat sedikit, dan larutan pekat adalah jumlah zat terlarut sangat
banyak. Cara menyatakan konsentrasi antara lain bisa dengan molar, molal, persen,
fraksi mol, bagian persejuta (ppm), dan lain-lain. Konsentrasi larutan menyatakan
kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut/larutan. Sehingga setiap sistem
konsentrasi harus menyatakan satuan yang digunakan untuk zat terlarut, kuantitas
kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan, dan satuan yang digunakan
untuk kuantitas kedua.
BAB 5
KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum Konsentrasi Suatu Larutan adalah :


1. Untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut dapat
diketahui dari konsentrasi dari larutan tersebut..
2. Larutan NaOH bersifat eksoterm karena suhu larutannya leih tinggi dari
larutan.
3. larutan HCl yang bersifat endoterm, karena suhu larutan lebih rendah dari
larutan HCl.
4. Suatu zat dikatakan sebagai pelarut apabila memiliki jumlah pelarut yang lebih
banyak dibandingkan jumlah zat terlarut.
5. Konsentrasi suatu larutan dapat ditentukan dengan cara : Molaritas (M),
Normalitas (N), dan Molalitas (m).

DAFTAR PUSTAKA

Carera, P. I., 2012. Pengembangan Bahan Ajar Kimia Rintisan Sma Bertaraf
Internasional Kelas Xi Materi Laju Reaksi. Jurnal Pendidikan. 13 (1), 5-8.

Chang, Raymond. 2009. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
(Online). https://books.google.co.id/books?
id=HSNbmkSWbXMC&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summ
ary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false. (Diakses pada tanggal 08 Maret
2018).
Firmansyah. 2017. Molalitas – Pengertian, Rumus, dan Contoh Soal. (Online).
http://materiipa.com/molalitas. (Diakses pada tanggal 08 Maret 2018).

Setiawan, S. 2017. Molalitas & Fraksi Mol” Pengertian & ( Contoh – Rumus ).
(Online). http://www.gurupendidikan.co.id/molalitas-fraksi-mol-pengertian-
contoh-rumus/. (Diakses pada tanggal 08 Maret 2018).

Mustain, A. V. F., 2017. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap Nilai


Konstanta Dielektrik Menggunakan Sensor Kapasitor. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.

Oktaviani, M. A., dan Notobroto, H. B., 2014. Perbandingan Tingkat Konsistensi


Normalitas Distribusi Metode Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors, Shapiro-
Wilk, dan Skewness-Kurtosis. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 3 (2),
120–124.

Risdanareni, P., Triwulan., dan Ekaputri, J., 2014. Pengaruh Molaritas Aktifator
Alkalin Terhadap Kuat Mekanik Beton Geopolimer Dengan Tras Sebagai
Pengisi. Teknik Sipil ITS Surabaya. 2(4), 4-6.

Anda mungkin juga menyukai