Anda di halaman 1dari 21

PAKET PENYULUHAN

PENANGANAN CA TESTIS (Kanker Postat)


Di Ruang 13 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

PKRS (PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR

MALANG

LEMBAR PENGESAHAN

Paket Penyuluhan yang berjudul “PENANGANAN CA TESTIS”

Di Ruang 13 RSUD dr. Saiful Anwar Malang yang akan dilaksanakan pada:

hari Kamis 8 maret 2018:


Oleh:

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )

PAKET PENYULUHAN
PENANGANAN C A TESTIS (Kanker Prostat)

Topik : C A Testis (Kanker Prostat)

Pokok bahasan :Pengertian C A Testis (Kanker Prostat)

Sub Pokok Bahasan : Penanganan C A Testis (Kanker Prostat)

Sasaran : Pasien, keluarga pasien dan pengunjung


Hari/Tgl : Kamis 8 Maret 2018

Jam : 10.00 – 10.30

Alokasi waktu : 30 menit

Tempat : Ruang Penyuluhan 13 dr. Saiful Anwar Malang

Pengertian
Kanker Prostat adalah suatu tumor ganas yang tumbuh di dalam kelenjar
prostat. Kanker prostat sangat sering terjadi. Pemeriksaan mikroskopis terhadap
jaringan prostat pasca pembedahan maupun pada otopsi menunjukkan adanya
kanker pada 50% pria berusia diatas 70 tahun dan pada semua pria yang berusia
diatas 90 tahun. Kebanyakan kanker tersebut tidak menimbulkan gejala karena
penyebarannya sangat lambat.

B. PENYEBAB KANKER PROSTAT


Penyebabnya tidak diketahui, meskipun beberapa penelitian telah
menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan kadar
hormon testosteron. Kanker prostat merupakan penyebab kematian akibat kanker
no 3 pada pria dan merupakan penyebab utama kematin akibat kanker pada pria
diatas 74 tahun. Kanker prostat jarang ditemukan pada pria berusia kurang dari 40
tahun.
Pria yang memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker prostat
adalah pria kulit hitam yang berusia diatas 60 tahun, petani, pelukis dan
pemaparan kadmium. Angka kejadian terendah ditemukan pada pria Jepang dan
vegetarian.
Kanker prostat dikelompokkan menjadi:
Stadium A : benjolan/tumor tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik, biasanya
ditemukan secara tidak sengaja setelah pembedahan prostat karena penyakit lain.
Stadium B : tumor terbatas pada prostat dan biasanya ditemukan pada pemeriksaan
fisik atau tes PSA.
Stadium C : tumor telah menyebar ke luar dari kapsul prostat, tetapi belum sampai
menyebar ke kelenjar getah bening.
Stadium D : kanker telah menyebar (metastase) ke kelenjar getah bening regional
maupun bagian tubuh lainnya (misalnya tulang dan paru-paru).
C. GEJALA KANKER PROSTAT
Biasanya kanker prostat berkembang secara perlahan dan tidak
menimbulkan gejala sampai kanker telah mencapai stadium lanjut. Kadang
gejalanya menyerupai BPH, yaitu berupa kesulitan dalam berkemih dan sering
berkemih. Gejala tersebut timbul karena kanker menyebabkan penyumbatan
parsial pada aliran air kemih melalui uretra. Kanker prostat bisa menyebabkan air
kemih berwarna merah (karena mengandung darah) atau menyebabkan terjadinya
penahanan air kemih mendadak. Pada beberapa kasus, kanker prostat baru
terdiagnosis setelah menyebar ke tulang (terutama tulang panggul, iga dan tulang
belakang) atau ke ginjal (menyebabkan gagal ginjal). Kanker tulang
menimbulkan nyeri dan tulang menjadi rapuh sehingga mudah mengalami fraktur
(patah tulang).
Setelah kanker menyebar, biasanya penderita akan mengalami anemia.
Kanker prostat juga bisa menyebar ke otak dan menyebabkan kejang serta gejala
mental atau neurologis lainnya. Gejala lainnya adalah:
 Segera setelah berkemih, biasanya air kemih masih menetes-netes
 Nyeri ketika berkemih
 Nyeri punggung bagian bawah
 Nyeri ketika buang air besar
 Hematuria (darah dalam air kemih)
 Nyeri perut
 Penurunan berat badan.
Gambar kanker prostat

D. DIAGNOSA KANKER PROSTAT


Cara terbaik untuk menyaring kanker prostat adalah melakukan
pemeriksaan colok dubur dan pemeriksaan darah. Colok dubur pada penderita
kanker prostat akan menunjukkan adanya benjolan keras yang bentuknya tidak
beraturan. Pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar antigen prostat
spesifik (PSA), yang biasanya meningkat pada penderita kanker prostat, tetapi juga
bisa meningkat (tidak terlalu tinggi) pada penderita BPH.
Jika pada pemeriksaan colok dubur ditemukan benjolan, maka dilakukan
pemeriksaan USG. Dengan melakukan rontgen atau skening tulang, bisa diketahui
adanya penyebaran kanker ke tulang.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
 Analisa air kemih
 Sitologi air kemih atau cairan prostat
 Biopsi prostat.

E. PENGOBATAN KANKER PROSTAT


Pengobatan yang tepat untuk kanker prostat masih diperdebatkan. Pilihan
pengobatan bervariasi, tergantung kepada stadiumnya:
 Pada stadium awal bisa digunakan prostatektomi (pengangkatan prostat)
dan terapi penyinaran
 Jika kanker telah menyebar, bisa dilakukan manipulasi hormonal
(mengurangi kadar testosteron melalui obat-obatan maupun pengangkatan
testis) atau kemoterapi.

» Pembedahan untuk kanker prostat


1.Prostatektomi radikal (pengangkatan kelenjar prostat).
Seringkali dilakukan pada kanker stadium A dan B. Prosedurnya lama dan
biasanya dilakukan dibawah pembiusan total maupun spinal. Sebuah sayatan
dibuat di perut maupun daerah perineum dan penderita harus menjalani perawatan
rumah sakit selama 5-7 harai. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah impotensia
dan inkontinensia uri. Pada penderita yang kehidupan seksualnya masih aktif, bisa
dilakukan potency-sparing radical prostatectomy.
2. Orkiektomi (pengangkatan testis, pengebirian).
Pengangkatan kedua testis menyebabkan berkurangnya kadar testosteron,
tetapi prosedur ini menimbulkan efek fisik dan psikis yang tidak dapat ditolerir
oleh penderita. Orkiektomi adalah pengobatan yang efektif, tidak memerlukan
pengobatan ulang, lebih murah dibandingkan dengan obat-obatan dan sesudah
menjalani orkiektomi penderita tidak perlu menjalani perawatan rumah sakit.
Orkiektomi biasanya dilakukan pada kanker yang telah menyebar.

» Terapi penyinaran untuk pengobatan kanker prostat


Terapi penyinaran terutama digunakan untuk mengobati kanker stadium A,
B dan C. Biasanya jika resiko pembedahan terlalu tinggi, maka dilakukan terapi
penyinaran.

Terapi penyinaran terhadap kelenjar prostat bisa dilakukan melalui beberapa cara:
1. Terapi penyinaran eksterna, dilakukan di rumah sakit tanpa perlu menjalani rawat
inap. Efek sampingnya berupa penurunan nafsu makan, kelelahan, reaksi kulit
(misalnya kemerahan dan iritasi), cedera atau luka bakar pada rektum, diare,
sistitis (infeksi kandung kemih) dan hematuria. Terapi penyinaran eksterna
biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama 6-8 minggu.
2. Pencangkokan butiran yodium, emas atau iridium radioaktif langsung pada
jaringan prostat melalui sayatan kecil. Keuntungan dari bentuk terapi penyinaran
ini adalah bahwa radiasi langsung diarahkan kepada prostat dengan kerusakan
jaringan di sekitarnya yang lebih sedikit.

» Pengobatan menggunakan obat


1. Manipulasi hormonal.
Tujuannya adalah mengurangi kadar testosteron. Penurunan kadar
testosteron seringkali sangat efektif dalam mencegah pertumbuhan dan
penyebaran kanker. Manipulasi hormonal terutama digunakan untuk meringankan
gejala tanpa menyembuhkan kankernya, yaitu misalnya pada penderita yang
kankernya telah menyebar.
Obat sintetis yang fungsinya menyerupai LHRH (luteinizing hormone
releasing hormone), semakin banyak digunakan untuk mengobati kanker prostat
stadium lanjut. Contohnya adalah lupron atau zoladeks. Obat ini menekan
perangsangan testis terhadap pembentukan testosteron (hal seperti ini disebut
pengebirian kimiawi karena memiliki hasil yang sama dengan pengangkatan
testis). Obat diberikan dalam bentuk suntikan, biasanya setiap 3 bulan sekali. Efek
sampingnya adalah mual dan muntah, wajah kemerahan, anemia, osteoporosis dan
impotensi.
Obat lainnya yang digunakan untuk terapi hormonal adalah zat
penghambat androgen (misalnya flutamid), yang berfungsi mencegah
menempelnya testosteron pada sel-sel prostat.
Efek sampingnya adalah impotensi, gangguan hati, diare dan ginekomastia
(pembesaran payudara).

2. Kemoterapi
Kemoterapi seringkali digunakan untuk mengatasi gejala kanker prostat yang
kebal terhadap pengobatan hormonal. Biasanya diberikan obat tunggal atau
kombinasi beberapa obat untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengobati kanker prostat adalah:
- Mitoxantron
- Prednisone
- Paclitaxel
- Dosetaxel
- Estramustin
- Adriamycin.
Efek sampingnya bervariasi dan tergantung kepada obat yang diberikan.
» Pemantauan yang perlu dilakukan untuk kanker prostat
Apapun jenis pengobatan yang dijalaninya, penderita akan dipantau secara
ketat mengenai perkembangan penyakitnya. Pemantauannya meliputi:
 Pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar PSA (biasanya setiap 3 bulan
– 1 tahun).
 Skening dan/atau CT scan tulang untuk mengetahui penyebaran kanker.

 Pemeriksaan darah lengkap untuk memantau tanda-tanda dan gejala


anemia.

 Pemantauan tanda dan gejala lainnya yang menunjukkan perkembangan


penyakit (misalnya kelelahan, penurunan berat badan, nyeri yang semakin
hebat, penurunan fungsi usus dan kandung kemih serta kelemahan).

KESIMPULAN
Jadi kanker prostat adalah penyakit tumor ganas yang tumbuh pada kelenjar
prostat. Kanker ini sebagian besar pada pria diatas umur 70 Tahun dan pada semua
pria diatas 90 Tahun. Kanker prostat disebabkan oleh adanya hubungan antara diet
tinggi lemak dan peningkatan kadar hormon testosterone. Pengobatan yang tepat
untuk kanker prostat masih diperdebatkan. Pilihan pengobatan bervariasi,
tergantung kepada stadiumnya:
 Pada stadium awal bisa digunakan prostatektomi (pengangkatan prostat)
dan terapi penyinaran
 Jika kanker telah menyebar, bisa dilakukan manipulasi hormonal
(mengurangi kadar testosteron melalui obat-obatan maupun pengangkatan
testis) atau kemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA

- Read in: http://doktersehat.com/2007/04/03/kanker-prostat/#ixzz13dEqHwwa


- Mencari di www.google.com tentang Kanker prostat
- Marten lakoro, “kanker prostat pada manusia” edisi 2, 2003, Jogjakarta

Diposting oleh candra tQu fakep di 03.59


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
A. Tujuan instruksional

Tujuan umum

Setelah mengikuti ceramah dan tanya jawab diharapkan pasien dapat

memahami tentang cara pembuangan sampah medis dan non medis sesuai

warna tempat sampah.

Tujuan khusus :

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit diharapkan pasien dapat :


a. Menjelaskan pengertian sampah medis dan non medis
b. Mengelompokan mana sampah medis mana sampah non medis
c. Mengerti bagaimana cara pembuangan yang tepat untuk sampah.
B. Sub-pokok bahasan :
 Menjelaskan kepada peserta penyuluhan tentang pengertian sampah

medis dan non medis dan warna tempat sampah.


 Menjelaskan kepada peserta penyuluhan bagaimana pengelompokan

sampah
 Menjelaskan kepada peserta apa saja yang termasuk sampah medis
 Menjelaskan kepada peserta apa saja yang termasuk sampah non

medis
 Menjelaskan kepada peserta bagaimana cara yang tepat untuk

membuang sampah medis dan non medis di lingkungan

C. Materi Penyuluhan
Terlampir
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media
1. Leaflet
2. LCD
3. Power point
F. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Kegiatan peserta Metode Media
mengajar didik
Pendahuluan  Salam  Menjawab Ceramah
(3 menit) salam
 Perkenalan
 Memperhatikan

 Memperhatikan
 Menyampaikan
dan
tujuan
mendengarkan
 Menjelaskan  Memperhatikan
sub-topik dan
mendengarkan
 Penyampaian
 Memperhatikan
tujuan belajar

Penyajian  Memaparkan  Memperhatikan Ceramah dan Leaflet


(15 menit) sub-pokok dan Tanya jawab
bahasan mendengarkan

 Menekankan  Memperhatikan
hal yang dan bertanya
penting

Penutup  Evaluasi  Memperhatikan, Ceramah dan Leaflet


(5 menit) ( memberi bertanya dan Tanya jawab
kesempatan menjawab
pada peserta pertanyaan
didik untuk
bertanya,memb
erikan
pertanyaan)
 Menyimpul
 Memperhatikan
kan seluruh
dan
kegiatan
mendengarkan
penyuluhan
 Membagika  Menerima
n leaflet leaflet
 Ucapan  Memperhatikan
terima
 Menjawab
kasih
salam
 Salam
penutupan

G. Evaluasi :
Evaluasi terstruktur :
1. Meminta perizinan kepada kepala ruang 13 di RSSA Malang
2. Penyuluh mempersiapkan metode, media, dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan di berikan.
3. Meminta salah satu anggota keluarga untuk mengikuti proses
penyuluhan
Evaluasi proses :
1. Pasien dapat memahami terkait dengan tujuan instruksionalnya
2. Pasien dapat memahami dan menjelaskan tentang bagaimana
pengelompokan sampah medis dan non medis, apa saja yg
termasuk sampah medis dan non medis dan bagaimana cara yang
tepat untuk membuangnya
Evaluasi hasil :
1. Pasien dan keluarga mampu membedakan sampah medis dan non
medis serta bagaimana cara pembuangan yang tepat
MATERI TERLAMPIR

PEMBUANGAN SAMPAH MEDIS DAN NON MEDIS

A. PENGERTIAN LIMBAH MEDIS


Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan
yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Depkes, 2009).
Limbah padat layanan kesehatan adalah semua limbah yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan layanan kesehatan yang terdiri dari limbah medis dan non
medis, yaitu (Pruss, 2005) :
a. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
RS di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman
yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
b. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
c. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
yang rentan.
d. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan
stock (sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan,
dan bahan lain yang diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang
sangat infeksius.
B. JENIS-JENIS LIMBAH MEDIS
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas,
pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang
terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif), Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi
penyakit menular.
3. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik
didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang
bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini
dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-
imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah
cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik,
kimia dan biologi.
8. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang
terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
C. PENGERTIAN LIMBAH NON MEDIS
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah non medis atau dapat disebut juga sampah non medis.
Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan
(berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan;
sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-
lain) (Arifin, 2009).
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat
medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut (Anies, 2006: 43) :
a. Kantor/administrasi
b. Unit perlengkapan
c. Ruang tunggu
d. Ruang inap
e. Unit gizi atau dapur
f. Halaman parkir dan taman
g. Unit pelayanan

D. PENGARUH LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN


KESEHATAN
Depkes RI (2001) Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari
sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia
organik.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut
(korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat
menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus,
senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai
jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti
Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.
5. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan
genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan
radioaktif.

E. PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS


Teknologi Pengolahan Limbah Medis
Konsep pengelolaan lingkungan yang memandang pengelolaan lingkungan
sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang
dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environment Management
System), melalui pendekatan ini, pengelolaan lingkungan tidak hanya meliputi
bagaimana cara mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi juga
mengembangkan strategi-strategi manajemen dengan pendekatan sistematis untuk
meminimasi limbah dari sumbernya dan meningkatkan efisiensi pemakaian
sumber daya sehingga mampu mencegah pencemaran dan meningkatkan performa
lingkungan. Hal ini berarti menghemat biaya untuk remediasi pencemaran
lingkungan ( Adisasmito, 2008:1).
Ada beberapa konsep tentang pengelolaan lingkungan sebagai berikut (Adisamito,
2009) :
a. Reduksi limbah pada sumbernya (source reduction)
b. Minimisasi limbah
c. Produksi bersih dan teknologi bersih
d. Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (Total Quality
Environmental Management/TQEM)
e. Continous Quality Improvement (CQI)
Pengelolaan limbah medis secara konvensional meliputi hal-hal sebagai berikut:
pemilahan pada sumber, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pemilahan,
pemotongan, pengolahan dan pembuangan akhir.
1. Pemilahan dan pengurangan pada sumber
Limbah dipilah-pilah dengan mempertimbangkan hal-hal yaitu kelancaran
penanganan dan penampungan, pengurangan jumlah limbah yang
memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3,
diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3, pengemasan
dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi
biaya, tenaga kerja, dan pembuangan, pemisahan limbah berbahaya dari
semua limbah pada tempat penghasil limbah akan mengurangi kemungkinan
kesalahan petugas dan penanganan (Adisasmito, 2009).
2. Pengumpulan (Penampungan)
Sarana penampungan harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas,
aman, dan higienis. Pemadatan merupakan cara yang paling efisien dalam
penyimpanan limbah yang bisa dibuang dan ditimbun. Namun tidak boleh
dilakukan untuk limbah infeksius dan benda tajam (Adisasmito, 2009).
3. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan pengenalan jenis limbah adalah dengan cara
menggunakan kantong berkode (umumnya dengan kode berwarna). Kode
berwarna yaitu kantong warna hitam untuk limbah domestik atau limbah
rumah tangga biasa, kantong kuning untuk semua jenis limbah yang akan
dibakar (limbah infeksius), kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah
yang sebaiknya dibakar tetapi bisa juga dibuang ke sanitary landfill bila
dilakukan pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan, biru muda
atau transparan dengan strip biru tua untuk limbah autoclaving (pengolahan
sejenis) sebelum pembuangan akhir (Adisasmito, 2009).
Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

NO Kategori Warna Tempat sampah Keterangan


Kontainer
1 Sampah Kuning  Kantong
Infeksius,/ plastik kuat,
sampah anti bocor,
medis Limbah
benda tajam :
jarum suntik

 Limbah
infeksius :
dahak pasien
TB atau
infeksi paru,
cairan tubuh
pasien
infeksius

 Limbah
jaringan :
darah

 Limbah
farmasi :
obat-obatan
kadaluarsa

 Limbah
kimia :
alkohol
2 Sampah Sampah rumah
non tangga,
infeksius / kertas,plastic, sisa
non medis makanan,bungkus
makanan, kresek.

3 Radioaktif Ungu Cairan


kemoterapi,

DAFTAR PUSTAKA
Anies, 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi mencegah dan
Menanggulangi Penyakit Menular, Elex Media Komputendo, Jakarta
Arifin M. 2009. Sanitasi lingkungan. http://inspeksisanitasi.
blogspot.com/sanitasi-lingkungan.html. Diakses pada 13 Maret 2012
Depkes RI 2009 , ’Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya’. Jakarta
Depkes RI, 2001. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah Padat. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
Pruss.A, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Cetakan I,
Jakarta: Penerbit EGC.
Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id
Silfa, AB. 2013. Pengelolaan Sampah Limbah Rumah Sakit dn Permasalahannya.
http://ansharcaniago.wordpress.com/2013/02/24/pengelolaan-
sampahlimbah-rumah-sakit-dan-permasalahannya/
Wiku Adisasmito, 2009, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta :
Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai