Kel 7 KUSTA
Kel 7 KUSTA
Disusun oleh :
KELOMPOK VII
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Nikmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Penyakit
Tropis Kusta. Jadi asuhan keperawatan merupakan salah satu metode untuk membantu pasien
dalam menyelesaiakan masalah yang sedang dihadapi.
Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak,diantaranya :
1. Bapak Makhfudli, S.Kep.,Ns.,M.Ked.Trop selaku Fasilitator Kelompok 7 Keperawatan
Kesehatan Komunitas II.
2. Pihak-pihak yang ikut serta dalam proses pembuatan makalah ini
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sebagai manusia kami banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati, kami mohon pembaca berkenan memberikan kritik dan saran demi
penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua khususnya bagi kelompok kami.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kusta merupakan penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Leprae, penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi dan dapat pula menyerang
jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang
menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi
medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan
nasional. (Depkes RI, 2007). Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat,
keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya
pengetahuan dan kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkan oleh
kusta.
Jumlah penderita lepra (kusta) di Indonesia masih tinggi. Selama kurun waktu 10
terakhir data jumlah penderita lepra di Indonesia tidak mengalami penurunan. Sekitar 17 ribu
penderita lepra baru ditemukan di seluruh Indonesia. Jumlah penderita lepra di Indonesia
nomor tiga di dunia setelah India dan Brazil. Jumlah penderita lepra yang masih tinggi
diantaranya Jawa Timur, Papua, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus Jawa Timur
merupakan wilayah dengan jumlah penyandang kusta terbanyak di Indonesia, Jawa Timur
menjadi daerah endemis penyakit kusta. Penyebaran penderita dan penyakit ini berada di 12
wilayah yakni Jember, Situbondo, Bondowoso, Probolinggo, Pasuruan, Sampang, Sumenep,
Bojonegoro, Bangkalan, Pamekasan, Tuban dan Lamongan.
Suatu kenyataan bahwa sebagian besar penderita kusta adalah dari golongan ekonomi
lemah. Perkembangan penyakit pada diri penderita bila tidak ditangani secara cermat dapat
menimbulkan cacat dan keadaan ini menjadi halangan bagi penderita kusta dalam kehidupan
bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi mereka, juga tidak dapat berperan
dalam pembangunan bangsa dan negara. Disamping cacat yang timbul, pendapat yang keliru
dari masyarakat terhadap kusta, rasa takut yang berlebihan atau leprophobia akan
memperkuat persoalan sosial ekonomi penderita kusta.
Mengingat kompleksnya masalah penyakit kusta, maka di perlukan program
penanggulangan secara terpadu dan menyeluruh dalam hal pemberantasan, rehabilitasi medis,
rehabilitasi sosial ekonomi dan permasyarakatan dari bekas penderita kusta. Dengan
kemajuan teknologi di bidang promotif, pencegahan, pengobatan serta pemulihan kesehatan
di bidang penyakit kusta, maka penyakit kusta sudah dapat diatasi dan seharusnya tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat.
.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan penanggulangan dari penyakit tropis kusta?
1.3. Tujuan
Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dan penanggulangan penyakit kusta.
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi kusta.
2. Menjelaskan penyebab kusta.
3. Menjelaskan klasifikasi kusta.
4. Menjelaskan tanda gejala penyakit kusta.
5. Menjelaskan cara penularan kusta.
6. Menjelaskan pemeriksaan klinis kusta.
7. Menjelaskan penatalaksanaan kusta.
8. Menjelaskan masalah-masalah dalam masyarakat akibat penyakit kusta.
9. Menjelaskan program-program kesehatan untuk penderita kusta.
10. Menjelaskan peran perawat komunitas dalam menangani kusta.
1.4. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang definisi, etiologi, masalah kesehatan,
serta program dan kebijakan pemerintah dalam upaya pemberantasan penyakit kusta.
2. Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dan turut serta dalam pemberantasan
penyakit kusta.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 1.1 Kriteria untuk tipe PB dan MB (Depkes RI-Buku pedoman pemberantasan kusta,
2007)
Kelainan kulit dan hasil
PB MB
pemeriksaan bakteriologis
1. Bercak (makula)
1-5 Banyak
a. Jumlah
b. Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil
c. Distribusi Unilateral atau bilateral
Bilateral, simetris
asimetris
d. Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat
e. Batas Tegas Kurang tegas
f. Kehilangan rasa Biasanya tidak jelas, jika ada,
pada bercak Selalu ada dan jelas terjadi pada yang sudah usia
lanjut.
g. Kehilangan
Bercak tidak
kemampuan Bercak masih berkeringat, bulu
berkeringat, ada bulu
berkeringat, bulu tidak rontok.
rontok pada bercak.
rontok pada bercak
2. Infiltrat :
Tidak ada Ada, kadang-kadang tidak ada
a. Kulit
b. Membran mukosa
(hidung tersumbat
Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang tidak ada.
perdarahan di
hidung)
3. Ciri-ciri khusus 1. Punched out lession **
“central healing”
2. Madarosis
penyembuhan di 3. Ginekomastia
4. Hidung pelana
tengah
5. Suara sengau
4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada
5. Penebalan syaraf Terjadi pada yang
Lebih sering terjadi
lanjut, biasanya lebih
dini, asimetris
dari satu dan simetris.
6. Deformitas (cacat) Biasanya asimetris Terjadi pada stadium
terjadi dini lanjut
7. Apusan BTA negatif BTA positif
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah menyembuhkan pasien
kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari
pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan
insidens penyakit.
Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin,
klofazimin, dan DDS dimulai tahun 1981. Program ini bertujuan untuk mengatasi
resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien,
menurunkan angka putus obat, dan mengeliminasi persistensi kuman kusta
dalamjaringan.
Rejimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai rekomendasi WHO ( 1995)
sebagai berikut:
1. Tipe PB
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:
a. Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas.
b. DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah.
Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan. dan setelah selesai minum 6 dosis
dinyatakan RFT (Release From Treatment = berhenti minum obat kusta) meskipun
secara klinis lesinya masih aktif. Menurut WHO (1995) tidak lagi dinyatakan RFT
tetapi menggunakan istilah Completion of Treatment Cure dan pasien tidak lagi dalam
pengawasan.
2. Tipe MB
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:
a. Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas.
b. Klofazimin 300 mg/bulan diminum di depan petugas dilanjutkan dengan
klofazimin 50 mg/hari diminum di rumah.
c. DDS 100 mg/hari diminum di rumah.
Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan. Sesudah
selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif
dan pemeriksaan bakteri positif Menurut WHO ( 1998) pengobatan MB diberikan
untuk 12 dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan
RFT.
Dosis untuk anak :
Klofazimin: Umur di bawah 10 tahun : bulanan 100 mg/bulan harian 50 mg/2
kali/minggu
Umur 11-14 tahun : bulanan 100 mg/bulan harian 50 mg/3 kali/minggu
DDS : 1 - 2 mg/kg berat badan
Rifampisin : 10-15 mg/kg berat badan
Tabel 2. Obat dan dosis regimen MDT-MB
4. Putus Obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang
seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatakan DO
bila tidak minum obat 12 dosis dari yang seharusnya.
5. Evaluasi Pengobatan
Evaluasi pengobatan menurut Buku Panduan Pemberantasan Penyakit Kusta
Depkes ( 1999) adalah sebagai berikut:
a. Pasien PB yang telah mendapat pengobatan MDT 6 dosis dalam waktu 6 sampai
9 bulan dinyatakan RFT tanpa diharuskan menjalani pemeriksaan laboratorium.
b. Pasien MB yang telah mendapat pengobatan MDT 24 dosis dalam waktu 24-36
bulan dinyatakan RFT tanpa diharuskan menjalani pemeriksaan laboratorium.
c. RFT dapat dilaksanakan setelah dosis dipenuhi tanpa diperlukan pemeriksaan
laboratorium. Dikeluarkan dari register pasien dan dimasukkan dalam register
pengamatan (surveillance) dan dapat dilakukan oleh petugas kusta.
6. Masa Pengamatan.
Pengamatan setelah RFT dilakukan secara pasif :
a) Tipe PB selama 2 tahun.
b) Tipe MB selama 5 tahun tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium.
7. Hilang/Out of Control (OOC)
Pasien PB maupun MB dinyatakan hilang bilamana dalam 1 tahun tidak
mengambil obat dan dikeluarkan dari register pasien.
a. Relaps (kambuh)
Terjadi bila lesi aktif kembali setelah pernah dinyatakan sembuh atau RFT.
8. Komplikasi
Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta baik akibat
kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta.
Daftar Pustaka
Depkes, 1998, Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta, Cetakan ke-XII, Depkes
Jakarta
ü Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media Aeuscualpius,
Jakarta.
http://mukrinasution.blogspot.com/2010/09/penyakit-kusta.html
Arief Mansjoer dkk., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
_____, http://us.surabaya.detik.com/read/2011/02/02/102259/1558723/466/30-persen-
penderita-kusta-didominasi-warga-jatim?881104465. diakses tanggal 21 oktober 2011
pukul 19.25
_____,http://hanyaberita.com/penderita-lepra-di-indonesia-terbesar-ke-3-di-dunia/1936/.
diakses tanggal 21 oktober 2011 pukul 20.02
_____,http://koran.republika.co.id/berita/35129/Jumlah_Penderita_Kusta_di_Indonesia_Cend
erung_Naik. Diakses tanggal 21 Oktober 2011 pukul 19.00
_____,http://us.health.detik.com/read/2011/04/07/171659/1611158/763/penderita-lepra-di-
indonesia-nomer-tiga-di-dunia?ld991103763. Diakses tanggal 21 Oktober 2011 pukul
19.00
Anonim.2009. Penatalaksanaan kusta di Indonesia. Disitasi dari
https://pramareola14.wordpress.com/2009/12/09/penatalaksanaan-kusta-di-indonesia/.
Diakses pada 23 Oktober 2011 jam 13.40