Anda di halaman 1dari 4

RUMAH SAKIT PEMERIKSAAN SPIROMETRI

MARTHA FRISKA
MULTATULI No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Utama
Standart Prosedur
Operasional

PENGERTIAN Spirometri adalah pemeriksaan mengukur volume udara inspirasi


dan ekspirasi seseorang dalam waktu tertentu. Besarnya aliran
udara atau volume yang berubah dalam waktu tertentu dapat
pula diukur dengan alat ini.
TUJUAN Mengukur volume udara inspirasi dan ekspirasi

KEBIJAKAN Kebijakan Direktur tentang pelayanan pasien di ruang Rawat Inap

PROSEDUR Indikasi:
A. Diagnostik
1. Mendiagnosis kelainan obstruksi dan restriksi
2. Setiap penderita dengan keluhan sesak napas tanpa
memandang penyebabnya
3. Mengukur akibat suatu penyakit terhadap faal paru
4. Memeriksa orang–orang yang mempunyai risiko penyakit
paru
5. Menilai risiko prabedah
6. Menilai prognosis suatu penyakit
7. Menilai status kesehatan sebelum pendaftaran suatu
program yang memerlukan aktiviti fisik yang berat
B. Evaluasi
1. Menilai kemajuan suatu pengobatan asma / PPOK
2. Memantau para pekerja yang terpajan bahan–bahan
berbahaya
3. Memantau reaksi suatu obat dan toksisitinya pada paru
C. Penilaian lain
1. Menilai penderita yang menjalani program rehabilitasi
2. Menilai risiko sebagai bagian dari penilaian asuransi
3. Menilai kesehatan seseorang yang terlibat masalah hokum
4. Menentukan keluhan seseorang di lingkungan atau tempat
kerjanya
5. Penilaian berkala pada orang–orang yang merokok

Kontra indikasi
A. Relatif
1. Hemoptisis
2. Pneumotoraks
3. Gangguan kardiovaskular
4. Aneurisma
5. Setelah pembedahan mata
B. Mutlak
Tidak ada

Persiapan Pasien:
Penjelasan mengenai cara kerja pemeriksaan

Persiapan Alat :
Spirometer
RUMAH SAKIT PEMERIKSAAN SPIROMETRI
MARTHA FRISKA
MULTATULI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Cara Kerja:
1. Penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan dalam
keadaan berdiri tegak, dalam kondisi yang tidak
memungkinkan boleh duduk.
2. Gunakan penjepit cuping hidung / nose clips untuk
menghindari keluarnya udara melalui hidung pada saat
ekspirasi terutama pada spirometer closed sirkuit dan untuk
manuver pemeriksaan KV. Sedangkan untuk spirometer
open sirkuit penggunaan nose clips tidak terlalu penting.
3. Lakukan manuver pemeriksaan KV sebelum pemeriksaan
KVP dan VEP1
4. Letakkan mouthpiece yang sudah tersambung dengan alat
spirometer pada mulut penderita dan pastikan tidak ada
kebocoran udara.
5. Untuk manuver pemeriksaan KV (kapasiti vital)
Penderita melakukan manuver secara rileks. Subjek
menghisap udara semaksimal mungkin dan mengeluarkan
udara sebanyak–banyaknya sampai mencapai nilai volume
residu. Manuver diteruskan sampai subjek mencapai nilai
inhalasi maksimal dan volume ekhalasi dalam flow yang
relatif konstan
6. Untuk manuver pemeriksaan KVP dan VEP1
Penderita menghisap udara semaksimal mungkin (inspirasi
maksimal) kemudian meniup melalui mouth piece sekuat–
kuatnya dan secepat–cepatnya (blast exhalation) sampai
semua udara dapat dikeluarkan sebanyak–banyaknya.
Penderita harus melakukan manuver secara maksimal dan
betul (inspirasi maksimal, permulaan yang baik, ekspirasi
yang tidak terputus/terus menerus minimal 6 detik, serta
usaha yang maksimal).
7. Pemeriksaan dilakukan sampai diperoleh 3 nilai yang dapat
diterima dan 2 (dua) diantaranya harus reproduksibel.

Nilai yang dapat diterima


Memenuhi 3 ketentuan berikut :
1. Uji dilakukan sampai selesai
2. Waktu ekspirasi minimal 6 detik
3. Permulaan uji harus cukup baik
4. Grafik flow volume mempunyai puncak grafik

Reproduksibiliti
Ditentukan setelah didapatkan 3 manuver yang dapat diterima.
KVP reproduksibel bila antara 2 (dua) nilai terbesar terdapat
perbedaan kurang dari 5% KVP terbesar atau kurang dari 100 ml
dan perbedaan 2 nilai VEP1 terbesar kurang dari 5% VEP1
paling besar atau kurang dari 100 ml
RUMAH SAKIT PEMERIKSAAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE)
MARTHA FRISKA
MULTATULI No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Utama
Standart Prosedur
Operasional

PENGERTIAN Arus puncak ekspirasi (APE) adalah jumlah aliran udara


maksimal yang dapat dicapai dalam waktu tertentu selama
ekspirasi maksimal

TUJUAN Mengetahui kelainan obstruksi jalan napas.

KEBIJAKAN Kebijakan Direktur tentang pelayanan pasien di ruang Rawat Inap

PROSEDUR Indikasi
A. Diagnostik, untuk mengetahui :
1. Variasi diurnal
2. Obstruksi jalan napas
3. Serangan asma /PPOK
4. Derajat obstruksi
B. Evaluasi hasil pengobatan

Kontra indikasi
A. Relatif
1. Tidak ada
2. Pneumotoraks
3. Gangguan kardiovaskular
4. Aneurisma
5. Setelah pembedahan mata
B. Mutlak
Tidak ada

Komplikasi
1. Pneumotoraks
2. Sesak
3. Syncope
4. Sakit kepala
5. Batuk
6. Peningkatan tekanan intrakranial

Persiapan Pasien
Penjelasan mengenai cara kerja pemeriksaan

Persiapan Alat
Peak flow meter (yang direkomendasi adalah Mini Wright peak
flow meter dari Clement Clark)

Cara Kerja
1. Pasien diminta melakukan inspirasi maksimal lalu ekspirasi
ke dalam peak Flow Meter sekuat-kuatnya.
2. Catat hasil pemeriksaan pada status.
3. Bandingkan dengan nilai dugaan pasien.
4. Lalu dibaca pada peak flow meter angka yang dapat dicapai
pasien.
RUMAH SAKIT PANDUAN PEMERIKSAAN UJI BRONKODILATOR
MARTHA FRISKA
MULTATULI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur Utama
Standart Prosedur
Operasional

PENGERTIAN Uji bronkodilator adalah suatu pemeriksaan faal paru sebelum


dan sesudah pemberian bronkodilator untuk menilai reversibiliti
penyakit.
TUJUAN Menilai reversibiliti penyakit.
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur tentang pelayanan pasien di ruang Rawat Inap

PROSEDUR Indikasi
Diagnosis penderita yang diduga menderita penyakit obstruksi

Kontra indikasi
Tidak ada

Komplikasi
Sesuai efek samping bronkodilator yang digunakan

Persiapan
A. Persiapan Pasien
1. Apakah merokok, penyakit terakhir, obat–obatan yang
digunakan.
2. Penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
3. Bebas bronkodilator (lamanya tergantung jenis dan lama
kerja bronkodilator yang digunakan).
B. Persiapan Alat
1. Spirometer atau Peak flow meter (yang direkomendasi
adalah Mini Wright peak flow meter dari Clement Clark).
2. Obat inhalasi β2 agonis dengan memakai nebuhaler atau
volumatik.berkala pada orang–orang yang merokok

Cara Kerja
1. Dilakukan pemeriksaan faal paru (VEP1 atau APE).
2. Kemudian diberikan inhalasi β2 agonis sebanyak 8 semprot
memakai alat nebuhaler atau volumatik
3. Lima belas (15) menit setelah pemberian inhalasi
bronkodilator dilakukan pemeriksaan faal paru kembali
(VEP1 atau APE).
4. Ditentukan persentase kenaikan VEP1 atau APE dengan
rumus:

VEP1/APE post bronkodilator – VEP1/APE


pre bronkodilator
Reversibiliti =
1/2 (VEP1/APE pre bronkodilator + VEP1/APE
post bronkodilator)

Anda mungkin juga menyukai