Anda di halaman 1dari 18

A.

IDENTITAS
Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny. T Nama : Tn. WS
Umur : 27 tahun Umur : 26 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : STM
Pekerjaan : Office girl Pekerjaan : Pelayaran
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Jl. Cipucang 4 RT 012/12 Alamat : Jl. Cipucang 4 RT 012 RW 012

Masuk RS : 21 Januari 2015 pukul 12.40

B. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis pada hari Rabu, 21 Januari 2015 pukul 13.00.

Keluhan Utama
Keluar air dari kemaluan sejak 14 jam SMRS.

Keluhan Tambahan
Mules dan perut terasa kencang.

Riwayat Penyakit Sekarang


OS datang dengan rujukan dari Puskesmas Rawa Badak dengan keluhan
keluar air dari jalan lahir sejak pukul 22.00 1 hari SMRS. Cairan berwarna kehijauan,
tidak berbau busuk, tidak bercampur dengan darah, dikatakan keluar sedikit-sedikit
namun terus-menerus. Awalnya OS belum merasakan mules, lalu baru pukul 10.00
OS merasakan mules. Keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir diakui
muncul bersamaan dengan mules. Keluhan demam atau menggigil, keluarnya cairan
vagina berbau, dan keluarnya darah yang banyak dari kemaluan disangkal.
OS mengaku ini adalah kehamilan pertama dan sudah berjalan 38 minggu. OS
mengatakan bayi tetap bergerak aktif selama kehamilan.

Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Lama haid : 7 hari, dismenorrhea (+)
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut per hari
HPHT : 30 Maret 2014
HPL : 6 Januari 2015

Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, pada usia 26 tahun, lamanya menikah 1 tahun.

Riwayat Kontrasepsi
OS tidak pernah memakai kontrasepsi sebelumnya.

Riwayat Obstetri
-

Riwayat ANC
OS mengatakan selalu kontrol secara rutin ke bidan setiap bulan selama kehamilan,
dinyatakan tidak terdapat kelainan pada kehamilannya.

Riwayat Penyakit Terdahulu


Jantung (-), ginjal (-), liver (-), DM (-), asma (-), hipertensi (-), alergi (-), operasi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Jantung (-), ginjal (-), liver (-), DM (-), asma (-), hipertensi (-), alergi (-), operasi (-)

Riwayat Kebiasaan:
OS tidak merokok maupun minum alkohol selama kehamilan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
I. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Gizi : Baik
Tinggi badan : 157 cm
Berat badan : 55 kg
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Pernapasan : 22 x/menit
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher : KGB dan tiroid tidak membesar
Dada : Mammae simetris, puting susu menonjol, areola
mammae hiperpigmentasi
Jantung : Bunyi jantung I & II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Perut tampak membuncit, linea nigra (+), striae
gravidarum (+), bekas operasi (-)
Alat gerak : akral hangat, edema (+) kedua tungkai

II. Pemeriksaan Obstetri


Pemeriksaan Luar
a. Palpasi
Leopold I : Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah processus
xyphoideus, teraba bagian bulat, lunak, ballotement (-)
Leopold II : Perut kanan : Teraba bagian keras, memanjang
Perut kiri ibu : Teraba bagian-bagian kecil
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, ballotemen (+)
Leopold IV : Konvergen
b. TFU : 30 cm
c. TBJ : 30-12 x 155 = 2790 g
d. DJJ : 149 x/menit
e. His : 2 kali dalam 10 menit selama 25 detik

Pemeriksaan Dalam
1. Inspeksi :Vulva dan uretra tenang, perdarahan aktif tidak ada,
terdapat cairan keluar dari vagina
2. VT : Portio tebal 3 cm, lunak, arah axial, Ø 1 cm, selaput
ketuban (+), bagian terendah kepala, Hodge I

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes lakmus (+)
Pemeriksaan darah:
 Hemoglobin : 12.5 g/dL
 Leukosit : 12.600/uL
 Hematokrit : 36.7 %
 Trombosit : 293.000/uL
 PT : 8.4 detik
 APTT : 29.9 detik
Urinalisa:
Makroskopis:
 Warna : Kuning
 Kekeruhan : Jernih
 Berat jenis : 1.010
 pH : 7.0
 Protein : (-)
 Glukosa : (-)
 Keton : +1
 Bilirubin : (-)
 Darah samar : (-)
 Leukosit esterase : (-)
 Nitrit : (-)
 Urobilinogen : 0.2 EU
Mikroskopis:
 Leukosit : 1-2 / LPB
 Eritrosit : 1-2 / LPB
 Silinder : (-)
 Sel epitel : 1+
 Kristal : (-)
 Bakteri : (-)
 Jamur : (-)
E. RINGKASAN
A. Anamnesis
Seorang wanita berusia 27 tahun datang dengan rujukan dari puskesmas karena
keluar air dari jalan lahir berwarna kehijauan, merembes, sejak 14 jam SMRS. OS
hamil pertama dengan usia kehamilan 38 minggu. Mules sejak 2 jam SMRS
disertai dengan keluarnya lendir darah dari jalan lahir. HPHT 30 Maret 2014.

B. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Pernapasan : 22 x/menit

Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar
Palpasi :
Leopold I : TFU 3 jari di bawah processus xyphoideus, bokong
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Belum masuk PAP
TFU : 30 cm
TBJ : 30-12 x 155 = 2790 g
DJJ : 149 x/menit
His : 2 kali dalam 10 menit selama 25 detik

Pemeriksaan Dalam
Inspeksi :Vulva dan uretra tenang, perdarahan aktif tidak ada, terdapat
cairan keluar dari vagina
VT : Portio tebal 3 cm, lunak, arah axial, Ø 1 cm, selaput ketuban
(-), bagian terendah kepala, Hodge I

C. Pemeriksaan Penunjang
Tes lakmus (+)

F. DIAGNOSA
Ibu : G1P0A0 hamil 38 minggu Kala I fase laten dengan ketuban pecah dini 14
jam
Janin : Janin tunggal, hidup intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala

G. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. USG
2. CTG

H. RENCANA PENGELOLAAN
 Observasi keadaan umum, kesadaran, dan TTV ibu
 Observasi his, DJJ, dan kemajuan persalinan
 Infus RL 20 tpm
 Antibiotik: Amoxicillin 2 gram iv
 Rencana sc, persiapan sc

I. EDUKASI
Menerangkan kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan pasien dan rencana
tindakan yang akan dilakukan.

J. PROGNOSIS
Ibu : Ad bonam
Janin : Ad bonam
FOLLOW UP

21 Januari 2014
Dilakukan SCTP pada pukul 16.00
Laporan pembedahan:
1. Insisi kutis
2. Insisi uterus SBR, lahir bayi perempuan, BB 2900 gram, Apgar Score 7/8, anus (+),
cacat (-)
3. Plasenta dilahirkan kesan lengkap
4. Cavum uteri dibersihkan, dijahit jelujur reperitonealisasi
5. Cavum abdomen dibersihkan, tutup lapis demi lapis
6. Operasi selesai
Instruksi post-op:
1. IVFD aminofluid 20 tpm
2. Cefepime 1 gram / 24 jam
3. Fetik supp 1 gram / 8 jam
4. Alinamin F 1 ampul / 8 jam
5. Dycinone 1 ampul / 8 jam
Hasil laboratorium post-operasi:
 Hemoglobin : 12.9 g/dL
 Leukosit : 17.900/uL
 Hematokrit : 38.0 %
 Trombosit : 297.000/uL
22 Januari 2014
S: OS mengatakan nyeri pada bekas operasi, BAK kateter, ASI lancar,
masih keluar darah dari kemaluan
O: KU : Baik
Kesadaran : CM
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 110 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
Mata : CA -/-
TFU : 2 jari di bawah pusat
Lochea : Rubra
A: P1A0 post sc hari ke-1 atas indikasi KPD
P: IVFD aminofluid 20 tpm
Cefepime 1 gram / 24 jam
Fetik supp 1 gram / 8 jam
Alinamin F 1 ampul / 8 jam
Dycinone 1 ampul / 8 jam

23 Januari 2014
S: OS mengatakan nyeri pada bekas operasi, BAK lancar, ASI lancar,
masih keluar darah dari kemaluan
O: KU : Baik
Kesadaran : CM
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
Mata : CA -/-
TFU : 2 jari di bawah pusat
Lochea : Rubra
A: P1A0 post sc hari ke-2 atas indikasi KPD
P: Terapi lanjutkan
24 Januari 2014
S: OS mengatakan nyeri pada bekas operasi berkurang, BAK lancar, ASI
lancar, masih keluar darah dari kemaluan
O: KU : Baik
Kesadaran : CM
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,40C
Mata : CA -/-
TFU : 2 jari di bawah pusat
Lochea : Rubra
A: P1A0 post sc hari ke-3 atas indikasi KPD
P: Pulang, kontrol 1 minggu kemudian
TINJAUAN PUSTAKA

KETUBAN PECAH DINI

Pendahuluan

Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang sangat
erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim dan sel
trofoblast yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan
air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.

Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini. Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan.

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam
kolagen matriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin
dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan
memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormon yang akan
merangsang aktivitas “mixed degrading enzyme”.1

Definisi

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau
dimulainya tanda inpartu.2

Epidemiologi

Insidensi KPD mendekati 10% dari semua persalinan, dan pada umur kehamilan kurang dari
34 minggu, angka kejadian sekitar 4%. Sebagian dari KPD mempunyai periode lama
melebihi satu minggu.3
Etiologi

Penyebab KPD meliputi hal-hal berikut:3

1. Serviks inkompeten yaitu kelainan pada serviks uteri di mana kanalis servikalis selalu
terbuka.
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion karena
adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium uteri internum pada
servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang, karena tidak
ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membran bagian bawah.
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah belum
masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

Mekanisme Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh.

Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan


struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah.

Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah:

 Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen


 Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
karena antara lain merokok
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.

Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada
degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas degradasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di mana terdapat
peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban
mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia
pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.
Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada
polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.1

Diagnosis

Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan inspeculo.
Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba.
Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspeculo dengan spekulum steril untuk melihat
adanya cairan yang keluar dari kanalis serviks uteri atau menggenang di forniks posterior.
Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin atau minta ibu untuk mengedan/batuk.
Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan penanganan aktif
(melahirkan bayi) karena dapat mengurangi latensi dan meningkatkan kemungkinan
infeksi.2,4

Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi
biru. Sekresi cairan vagina normalnya berkisar dari 4,5 sampai 5,5, sedangkan cairan amnion
biasanya 7,0 sampai 7,5. Penggunaan indikator nitrazine untuk mengidentifikasi ruptur
membran merupakan metode yang mudah dan cukup sahih. pH di atas 6,5 sesuai dengan
ruptur membran. Hasil uji positif palsu dapat terjadi dengan adanya darah, semen, atau
vaginosis bakterialis, sedangkan uji negatif-palsu dapat terjadi akibat sedikitnya cairan.
Pemeriksaan lain meliputi arborisasi atau uji ferning cairan dalam vagina, yang menunjukkan
cairan amnion dan bukan cairan serviks. Cairan amnion mengkristal dan membentuk pola
seperti daun pakis pada mikroskop akibat konsentrasi relatif natrium klorida, protein, dan
karbohidrat. Deteksi alfa-fetoprotein dalam rongga vagina telah digunakan untuk
mengidentifikasi cairan amnion. Identifikasi juga dapat diketahui setelah injeksi indigo
carmine ke dalam kantung amnion melalui amniosentesis abdominal.4

Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya
infeksi. Tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38oC serta air ketuban keruh dan berbau.
Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi
intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi
yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi
kehamilan).1

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari keluarnya cairan melalui vagina akan dijelaskan pada tabel 1.

Tabel 1. Diagnosis Cairan Vagina5

Gejala dan tanda selalu ada Gejala dan tanda kadang- Diagnosis kemungkinan
kadang ada
Keluarnya cairan ketuban Ketuban pecah tiba-tiba Ketuban pecah dini
Cairan tampak di introitus
Tidak ada his dalam 1 jam
Cairan vagina berbau Riwayat keluarnya cairan Amnionitis
Demam/menggigil Uterus nyeri
Nyeri perut Denyut jantung janin cepat
Perdarah pervaginam sedikit
Cairan vagina berbau Gatal Vaginitis/servisitis
Tidak ada riwayat ketuban Keputihan
pecah Nyeri perut
Disuria
Cairan vagina berdarah Nyeri perut Perdarahan antepartum
Gerakan janin berkurang
Perdarahan banyak
Cairan berupa darah lendir Pembukaan dan pendataran Awal persalinan aterm atau
serviks preterm
Ada his

Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

Penatalaksanaan ketuban pecah dini meliputi:1

 Pastikan diagnosis
 Tentukan umur kehamilan
 Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
 Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin

Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang kadang-kadang
disertai tanda-tanda lain dari persalinan.

Diagnosis ketuban pecah dini prematur dari inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar
dari kavum uteri. Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil sekitar 4,5. Bila ada cairan
ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin akan menaikkan pH vagina.

Dengan pemeriksaan ultrasound adanya ketuban pecah dini dapat dikonfirmasikan dengan
adanya oligohidramnion. Bila air ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan
serviks.

Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk diperiksa
lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat
jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, persalinan
diterminasi. Bila ketuban pecah dini pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan
yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien ketuban pecah dini yang tidak
dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya bergantung
pada usia kehamilan.1
Penanganan

Perawatan di rumah sakit perlu dilakukan. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri
perut, pikirkan solusio plasenta. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau),
berikan antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitis.

Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:

 Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin: ampicillin 4 x 500 mg
selama 7 hari ditambah eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 7 hari.
 Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin:
betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam, atau deksametason 6 mg IM
dalam 4 dosis setiap 6 jam. Jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi
 Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
 Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm.

Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:

 Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi
risiko infeksi streptokokus grup B: ampisilin 2 gram IV setiap 6 jam atau penisilin G
2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan. Jika tidak ada infeksi pascapersalinan:
hentikan antibiotika.
 Nilai serviks. Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin.
Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus
oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea.

Konservatif

Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32 – 34
minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia
kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda
infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine). Pada kehamilan 32 – 37 minggu
berikat steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin setiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama
2 hari, deksametason I.M. 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

Aktif

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula
diberikan misoprostol 25μg – 50μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-
tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5,
lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan
seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.

Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat
terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan
normal.1

Persalinan prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung pada
umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
Pada kehamilan antara 28 – 34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

Infeksi

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamniotis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih
sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Hipoksia dan Asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

Sindrom Deformitas Janin

Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan ajnin, serta hipoplasi pulmonar.

Daftar Pustaka

1. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawurohardjo; 2014:


677-81.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di
fasilitas kesehatan dasar dan rujukan: pedoman bagi tenaga kesehatan. Edisi 1. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2013: 122-5.
3. Yulaikhah L. Kehamilan: seri asuhan kebidanan. Jakarta: EGC; 2009: 116-7.
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
Williams. Edisi 23. Volume 1. Jakarta: EGC; 2013: 410.
5. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku panduan praktis
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: 2010; 112-15.
1
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawurohardjo; 2014:
677-81.
2
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan: pedoman bagi tenaga kesehatan. Edisi 1. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI; 2013: 122-5.
3
Yulaikhah L. Kehamilan: seri asuhan kebidanan. Jakarta: EGC; 2009: 116-7.
4
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
Williams. Edisi 23. Volume 1. Jakarta: EGC; 2013: 410.
5
Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku panduan praktis pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
2010; 112-15.

Anda mungkin juga menyukai