Chapter 6 Teori Akuntansi
Chapter 6 Teori Akuntansi
Postulat tidak dianggap sebagai bagian pokok dari teori lagi, tapi postulat itu menjadi
semacam asumsi, kondisi yang melandasi teori akuntansi. Kondisinya perusahaan harus
diasumsikan umurnya tidak terbatas sehingga perlu dipotong-potong ada time periodnya lalu
laporan dibuat untuk perusahaannya bukan untuk pemiliknya memakai rupiah. Itu seperti asumsi
kondisi. Berdasarkan asumsi itu kita membangun akuntansi termasuk teori akuntansi. Jadi
suasananya, lingkungannya, itu adalah lingkungan postulat itu tadi. Jadi kalau tanpa lingkungan
seperti itu, teorinya tidak berubah. Dalam postulat itu, dalam lingkungan itu, berdasarkan yang 4
postulat tadi. Kalau seandainya kita membuat perusahaan yang hanya berumur 2 tahun saja, nanti
teori akuntansinya akan berbeda. Berbeda dengan kalau diasumsikan umur perusahaannya tidak
terbatas. Jadi postulat tidak resmi menjadi bagian struktur teori, tapi dasarnya seperti latar
belakangnya itu menjadi dasar dengan situasi dan kondisi yang seperti itu, dari lingkungan
dimana akuntansi itu dikembangkan. Kalau lingkungannya berbeda, yang akan dikembangkan
pun berbeda. Karena sudah disepakati bahwa postulat tidak akan diubah-ubah lagi maka kita
sepakat bahwa lingkungannya tidak berubah. Jadi kita bisa mengembangkan akuntansi dan
teorinya.
Akuntansi itu harusnya jangan disusun berdasarkan maunya penyusun. Akuntansi itu
kan menyediakan informasi, akuntansinya itu harusnya mempertimbangkan yang akan
menggunakan. Ini yang disebut user approach dalam ASOBAT.
Jadi harusnya tidak mempertimbangkan preparer (penyusun), perusahaan, tapi
mempertimbangkan siapa yang akan menggunakan informasi itu. Kalau begitu, kita tidak
memakai postulat lagi sebagai teori. Postulat itu orientasinya perusahaan. Perusahaan itu
umurnya tidak terbatas, laporan itu dipotong umurnya setiap tahun, dibuat laporannya untuk
entitas itu, itu oerientasinya orientasi preparer. Sebagai contoh, restaurant, hanya bisa membuat
satu jenis makanan tertentu. Ini orientasinya producer (preparer),sedangkan pembelinya belum
tentu suka. Bisa jadi tidak ada yang membeli. Lain halnya jika telah dilakukan survey untuk
melihat selera masyarakat. Lalu dibuatlah menu dengan mempertimbangkan selera masyarakat
tersebut. Restaurantnya harapannya bisa lebih sukses.
ASOBAT itu customer oriented, menggunakan user approach. User approachdisini
adalah akuntansi itu dikerjakan agar berguna bagi pemakainya bukan agar pemakainya senang
karena diubah-ubah (window dressing).
Usaha ini dilihat dari kelembagaan bukan individual. Yang dibahas disini ada 4. Dimulai dari:
1. ASOBAT, diterbitkan oleh AAA pada tahun 1966
2. APB Statement No. 4, diterbitkan oleh APB pada tahun 1970
3. Trueblood Committee Report, diterbitkan oleh AICPA pada tahun 1973
4. SATTA, diterbitkan oleh AAA pada tahun 1977
Pada tahun 1966, ASOBAT sudah berbicara tentang objective. Dalam conceptual
framework bagian pertamanya objective yang sudah mulai dirintis oleh ASOBAT dalam tahun
1966. Objectivenya ASOBAT masih berlaku termasuk tambahannya dari Trueblood yang
orientasinya arus kas itu juga masih berlaku. Jadi bukan berarti adanya usaha kedua, usaha
pertama dilupakan. Sebagian ide usaha pertama masih diterusakan di usaha kedua.
Dikembangkan, diubah, begitu juga untuk yang ketiga, keempat dan seterusnya. Ada keterkaitan
antara semua dokumen itu. Cuma disesuaikan dengan kondisinya. Jadi sekarang teori
akuntansinya tidak menggunakan postulat, tapi menggunakan objective.
Yang menerbikan ASOBAT dan SATTA itu AAA (American Accounting Association).
AAA ini kalau di Indonesia setara dengan IAI kompartemen akuntan pendidik. AAA isinya
adalah dosen-dosen universitas jurusan akuntansi. Pekerjaannya riset, menulis. Termasuk
ASOBAT itu adalah tulisan mereka. AAA ini tidak punya kewenangan mengatur praktik, yang
punya kewenangan AICPA. Lembaga-lembaga dibawah AICPA diberi kewenangan oleh
AICPA. Untuk standar ada CAP, APB, berikutnya berubah menjadi FASB. AAA tidak punya
kewenangan, sehingga ASOBAT itu tidak punya otoritas untuk memaksakan. Hanya APB
melihat ada ASOBAT yang bagus sekali maka idenya dipakai oleh APB. APB itu punya
kewenangan ke praktik.
Trueblood committee report juga tidak punya kewenangan. Laporan trueblood ini agak
telat karena setelah terbentuk FASB. Dulu ada 2 komite, Wheat dan Trueblood. Laporannya
trueblood juga dipakai oleh FASB. FASB lembaga yang punya kewenangan. Jadi dari 4 itu tadi
yang langsung punya kewenangan adalah APB Statement No.4. Sedangkan ASOBAT,
Trueblood Committee Report, dan SATTA itu tidak punya kewenangan.
Masalahnya, APB Statement no 4 itu dipakai oleh IAI, diterjemahkan, diringkas, dan
dipakai sebagai Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 84, yang tahun 74 pakai ARS 7. Jadi, APB
Statement No. 4 itu ada kaitannya dengan Indonesia yaitu menjadi PAI yang kedua stelah yang
pertama tahun 74.
Kalau dilihat yang keluar pertama kali itu yang tidak punya otoritas, idenya dipakai juga
oleh APB yang punya otoritas menjadi APB Statement No.4 walaupun tidak sepenuhnya dipakai,
diubah sebagian dari ide sebelumnya.
Disamping APB statement no.4, AICPA juga punya komite dan ada laporannya yang
semuanya nantinya juga dipakai oleh yang paling belakangan, yaitu FASB. Terbitannya FASB
itu namanya SFAC. Yang mengikat adalah kelembagaan sampai nanti menjadi rumusan bersama
mengenai tujuan akuntansi melalui proses.
2. Hyrarchy of Objectives
1) Tier 1 - Basic Objective adalah Tujuan (1)
2) Tier 2 - Users and Their Needs adalah Tujuan (2), (3), (11), (12)
3) Tier 3 - Users’ Needs in Terms of the Enterprise Issuing Financial Statements
adalah Tujuan (4), (5)
4) Tier 4 - Enterprise Information Staisfying This Need adalah Tujuan (6)
5) Tier 5 - Financial Statements Communicating This Information adalah Tujuan (7),
(8), (9), (10)