Anda di halaman 1dari 3

NAMA : LUCKY DHARMAWAN

KELAS :A

MATAKULIAH : KEMAHIRAN TUN

DOSEN : ADRIAN ROMPIS S.H., M.H.

Pejabat sebagai subjek hukum atau pendukung hak dan kewajiban sebagaimana subjek
hukum lainnya melakukan berbagai tindakan baik tindakan nyata maupun tindakan hukum.
Tindakan nyata adalah tindakan-tindakan yang tidak ada relevansinya dengan hukum dan oleh
karenanya tidak menimbulkan akibat hukum, sedangkan tindakan hukum menurut R.J.H.M
Huisman, tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan akibat hukum
tertentu. Terdapat kaitan yang sangat erat antara tindakan pemerintah dengan keputusan TUN.
Keputusan administrasi merupakan bagian dari tindakan pemerintahan yang paling banyak
muncul dan paling banyak dipelajari. Keputusan adalah pernyataan kehendak dari organ
pemerintahan untuk melaksanakan hal khusus, ditujukan untuk menciptakan hubungan hukum
baru, mengubah, atau menghapus hubungan hukum yang ada. Keputusan Tata Usaha Negara
merupakan suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berisikan tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkret, individual, dan final yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata (Pasal 1 angka 9 UU No 51 Tahun
2009 UUPTUN).

Ketika pejabat dihadapkan pada suatu kejadian konkret dan pejabat tersebut memiliki
motivasi dan keinginan untuk menyelesaikan kejadian/peristiwa tersebut, pemerintah diberi
wewenang untuk mengambil tindakan hukum secara sepihak dengan menuangkan motivasi dan
keinginannya itu dalam bentuk keputusan. Artinya, keputusan merupakan hasil dari tindakan
hukum yang dituangkan dalam bentuk tertulis, sebagai wujud dari motivasi dan keinginan
seorang pejabat. Tindakan hukum public itu selalu bersifat sepihak, sehingga keputusan

1
merupakan hasil dari tindakan sepihak pejabat yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Dengan
demikian jelas bahwa keputusan merupakan pernyataan kehendak sepihak secara tertulis.
Menurut Soehadrjo, keputusan TUN adalah keputusan sepihak dari organ pemerintah. Ini tidak
berarti bahwa kepada pihak siapa keputusan itu ditujukan sebelumnya sama sekali tidak
mengetahui akan adanya keputusan itu, dengan kata lain bahwa inisiatif sepenuhnya ada pada
pihak pejabat. Dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugas, pejabat harus tunduk pada asas
legalitas sebagaimana dirumuskan secara tersendiri dalam prinsip negara hukum. Esensi dari
asas legalitas adalah wewenang untuk melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu.
Pembuatan dan penerbitan keputusan harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku atau harus didasarkan pada wewenang pemerintahan yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan. Tanpa dasar kewenangan, pejabat tata usaha negara tidak
dapat membuat dan menerbitkan keputusan atau keputusan itu menjadi tidak sah. Keputusan
itu akan menimbulkan akibat hukum bagi pihak yang dikenai keputusan, karena itu
pembuatannya harus didasarkan pada kewenangannya yang sah.

Permasalahan mengenai administrasi tidak dihanya dengan UU karena banyak faktor


faktor diluar UU misalnya manfaat dari keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat administrasi
bagi masyarakat secara umum. Disini asas manfaat jika dilihat dari konteks sengketa
administrasi hanya berkaitan dengan masyarakat yang mengajukan gugatan bagi pejabat saja
melainkan bukan konteks masyarakat secara umum. Disini artinya terlanggarnya nilai nilai
manfaat masyarakat yang mengajukan gugatan oleh pejabat yang membuat keputusan.
Kemudian adanya alokasi kewenangan yang dimiliki oleh pejabat.

Sengketa TUN adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara
orang atau badan hukum perdata atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun
didaerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. terkadang dinilai tidak
efektif karena terdapat beberapa masalah didalamnya. Beberapa masalah sengketa tata usaha
negara diantaranya adalah sangat normatif dan teknis karena hanya memeriksa bukti formal
yang kebanyakan berupa surat. Akibatnya, masalah inti yang diatur dalam keputusan tata usaha

2
negara tidak diperiksa secara berimbang di dalam persidangan. Keputusan yang dibuat oleh
pejabat yang merugikan langsung bagi masyarakat terkadang masih dianggap sah dan tetap
dapat dilaksanakan meski warga sedang melayangkan gugatan. Kecuali, bila ada putusan
pengadilan yang meminta pelaksanaannya ditunda sehingga akibatnya PTUN tidak dapat
diandalkan sebagai alat perlindungan kepentingan rakyat. Putusan PTUN yang berupa
pembatalan Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) akhirnya diserahkan kepada pejabat negara
yang mengeluarkan KTUN tersebut. Akibat dari hal tersebut eksekusi dalam peradilan tata
usaha negara tergantung pada niat baik dari pejabat yang digugat. Selain PTUN terdapat
beberapa lembaga administrasi negara lainnya seperti Ombudsman, banding administrasi, dan
keberatan yang gunanya adalah supaya pemerintah atau pejabat melakukan perbuatannya
dengan kehati-hatian. Namun disini wewenang ombdusman hanya bersifat rekomendasi dan
sebatas pada pemberian sanksi administrative saja yang dalam praktiknya tidak semua laporan
masyarakat terkait pelanggaran administrasi dapat ditangani. Output yang paling sering
didapatkan oleh ombudsman adalah klarifikasi dari instansi terkait dan biasanya ketika
ombudsman meminta klarifikasi, instansi tersebut langsung membenahi. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa lembaga-lembaga administrasi yang kini ada belum mampu menangani
permasalahan administrasi secara optimal dilihat dari adanya kelemahan-kelemahan dimasing-
masing lembaga tersebut yang seharusnya dapat dibenahi.

Anda mungkin juga menyukai