Anda di halaman 1dari 9

LANUD ABDULRACMAN SALEH

RSAU dr. M. MUNIR

LAPORAN
PENYAKIT GEA SESUAI DENGAN DEMOSILI
DI RSAU dr. M. MUNIR

RSAU dr. M. MUNIR LANUD ABDULRACHMAN SALEH


2017
LANUD ABDULRACMAN SALEH
RSAU dr. M. MUNIR

LAPORAN
PENYAKIT GEA SESUAI DENGAN DEMOSILI
DI RSAU dr. M. MUNIR

1. Latar Belakang. Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat


berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-
penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karenakurang bersihnya lingkungan
disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemarilingkungan tersebut. Hal ini
dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada dilingkungan bebas
tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara.
2. Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman
Hippocrates.Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan
utama masyarakatIndonesia.Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat
mengakibatkan kematian dan dapatmenimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB).
3. Penyebab utama kematian pada diare adalahdehidrasi yaitu sebagai akibat
hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare (Depkes RI,1998). Keadaan
dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.

4. Tujuan

a. Tujuan Umum. Mengevaluasi angka kejadian diare di RSAU


dr. M. Munir

b. Tujuan Khusus

1) Menganalisa angka kejadian diare di sekitar lingkungan Lanud Abd


Saleh.
2) Untuk mengetahui gambaran tentang kasus Gastroenteritis yang
dialami oleh pasien di RSAU dr. M. Munir.
3) Menjadi dasar untuk penyelesaian masalah yang sering terjadi di
sekitar lingkungan Lanud Abd Saleh.

5. Sasaran. Sasaran yang menjadi tolok ukur bahwa rumah sakit dapat
menangani kejadian GEA, adalah sebagai berikut:

a. Menurunnya kejadian GEA di lingkungan Lanud Abd Saleh.


b. Rumah Sakit Abd Saleh bisa menangani kejadian

6. Hasil Kegiatan

Dari kegiatan pengumpulan data pasien dengan diagnosa GEA di RSAU dr. M.
Munir ditampilkan dalam bentuk grafik, dibawah ini :
JANUARI
0%
Pakis
44%
Jabung
56% Singosari
Dll

0%

Tabel 1.Hasil Bahwa di RSAU. dr. M. Munir pasien GEA dalam bulan Januari terbesar
adalah pasiean yang berdomisili di Singosari sebanyak 56% (5 orang).

FEBRUARI
0%

0%
17% Pakis
Jabung
83% Singosari
Dll

Tabel 2.Hasil Bahwa di RSAU. dr. M. Munir pasien GEA dalam bulan februari terbesar
adalah pasiean yang berdomisili di Singosari sebanyak 83% (5 orang).
MARET
0%
Pakis
33%
Jabung
67%
Singosari
0% Dll

Tabel 3.Hasil Bahwa di RSAU. dr. M. Munir pasien GEA dalam bulan februari terbesar
adalah pasiean yang berdomisili di Singosari sebanyak 83% (5 orang).

7. Analisa :

a. Selama bulan Juli s/d September , tidak ada kejadian IDO dan ISK.
Walaupun ada denumerator (pasien yang operasi dan pemasangan kateter).

b. Angka kejadian phlebitis selama kurun waktu bulan Juli s/d September
mengalami fluktuasi. Kejadian phlebitis meningkat pada bulan Juli sebanyak 1,7 %
Terendah pada bulan Agustus tidak ada kejadian phlebitis, ada beberapa kondisi
yang kemungkinan menjadi penyebab meningkatnya kejadian phlebitis di bulan
Juli.

c. Berdasarkan hasil survei dan stratifikasi pada kejadian phlebitis, diperoleh


data yang mendukung terjadinya phlebitis adalah sebagai berikut :

1) Prosedur tindakan pemasangan infus yang belum standar

a) Prosedur hand hygiene sebelum pemakaian APD tidak


dipatuhi

b) Tindakan insersi vena kateter yang berpotensi memperluas


port de entry kuman

c) Prosedur dan pemberian antibiotik atau obat per i.v yang


multidose.

d) Penggunaan APD yang kurang tepat pada saat pemasangan


IV line.

e) Pengenceran obat yang kurang tepat.

2) Fasilitas

a) Pemakaian plester untuk penutup daerah insersi (dibuka


dengan tidak aseptik)
b) Pemakaian infus set dan vena kateter yang tidak close system.

3) Sumber daya manusia

a) SPO tindakan pemasangan IVFD kurang dipahami

b) Petugas belum paham jenis-jenis antibiotik yang berpotensi


menyebabkan phlebitis dan cara pencegahannya.

c) Pelaksanaan Hand Higene kurang disiplin

d) Monitoring daerah insersi harian tidak dilaksanakan dengan


baik

e) Petugas tidak mengunakan APD secara tepat

8. Rekomendasi dan Tindak Lanjut. Dari hasil pembahasan tersebut maka


rekomendasi dan tindak lanjut yang dilakukan terkait dengan upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi (HAIs) khususnya pada kasus phlebitis adalah sebagai berikut :

a. Menerapkan bundles phlebitis pada setiap tindakan pemasangan infus.

b. Melaksanakan monitoring kejadian phlebitis dan perawatan infus setiap hari.

c. Menyusun SPO pemasangan IVFD dan mensosialisasikan ulang untuk


segera diterapkan dan dipatuhi, meliputi :

1) Tetap melaksanakan hand hygiene sesuai five moment saat


memasang infus.

2) Lokasi insesersi harus diperhatikan.

3) Teknik fiksasi yang harus tepat diikuti dengan ukuran jarum insersi
infus yang disesuaikan dengan kondisi pasien.

4) Pemakaian APD yang tepat.

d. Menyusun SPO pemberian antibiotik per i.v yang berpotensi menyebabkan


phlebitis.

e. Mengajukan pengadaan bekkes yang memadai dalam mencegah dan


mengurangi kejadian phlebitis seperti infus set dan vena kateter yang close system,
serta desinfeksi menggunakan kapas alkohol swab.

f. Melaksanakan pemberian terapi per i.v yang single dose dan pencampuran
di area yang steril dan menerapkan tehnik aseptik.

g. Melaksanakan tindakan aseptik (pemasangan infus dan pemberian injeks


per i.v) dengan secara ketat dan prosedural.
h. Koordinasi akan dilakukan segera dengan unit terkait untuk mengatasi
permasalahan infeksi di rumah sakit.

9. Penutup. Pelaksanaan kegiatan surveillans HAIs dilakukan setiap hari dan


merupkan suatu upaya tanpa akhir yang perlu didukung oleh sumber daya manusia yang
mempunyai pengetahuan, ketrampilan serta sikap profesional dalam melakukan
pengumpulan data. Kegiatan surveillans HAI’s dilaporkan setiap bulan untuk melihat laju
terjadinya infeksi pada masing-masing ruang perawatan.

10. Demikian laporan kegiatan surveillans HAIs ini dibuat, diharapkan dapat menjadi
suatu acuan untuk mengevaluasi terjadinya HAIs di rumah sakit sehingga dapat
meninkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit.

Mengetahui, Malang, 10Oktober 2017

Ketua Komite PPI, IPCN,

dr. Ari Putriani, Sp.PK Ns.Wiwaha M. Yudha, S.kep


Letkol Kes NRP 517538 Mayor Kes NRP 520820

Mengetahui,

Kepala RSAU dr. M. Munir,

dr. Ari Putriani, Sp. PK


Letkol Kes NRP 517538
Diagram duriikanUntukPhlebitis

Sumber Daya
PROSEDUR Analisis Sistem Komponen
Manusia
Mempengaruhi Terjadinya
Phlebitis
SPO pemasangan IVFD tidakdibacaProsedurPemasanganInfus
kurang aseptik
Petugas belum paham
jenis-jenis antibiotik yang berpotensi
menyebabkan phlebitis dan cara pencegahannya
Prosedur HH (Kepatuhan) kurang
Pelaksanaan Hand Higinekurangdisiplinsaatmelakukantindakan
(injeksi dan pemasangan infus)
Monitoring daerahinsersitidakdilaksan ProsedurInsersi, pemilihan Vena
DenganbaikKateterdanlokasiinsersi (vena)
Tidak melakukan monitoring daerah
Petugastidakmengunakan APD secaratepat insersidan perawatan infus setiaphari

Prosedurpemberianobat injeksi
Petugastidak tau menilaiplebitis (antibiotik) yang berpotensi
penyebab phlebitis (multi dose,
pencampuran tidak aseptik)

PHLEBITIS
Pemakaian kapas rendam alkohol untuk desinfeksi
Pemakaian plester/hansaplast atau kassa
sebagai penutup daerah insersi dengan tindakan tidak aseptik

Pemakaian abbocath dan infus set


yang tidak close system dan tidak bagus

Fasilitas dan peralatan

Anda mungkin juga menyukai