Anda di halaman 1dari 16

HARA

Oleh :

Aulia Rahmawati B1A015067


Ayunda Praagustiana B1A015072
Depriyan Darmawan B1A015080
Rizqi Nahriyati B1A015088
Fajar Nur Sulistyahadi B1A015091
Rombongan : VIII
Kelompok :3
Asisten : Fatkhul Jannah

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman membutuhkan nutrisi untuk melakukan metabolisme sehingga


tanaman dapat tumbuh dengan baik atau normal apabila kebutuhan akan nutrisi
terpenuhi. Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran tanaman meliputi
tinggi tananman, sedangkan perkembangan tanaman merupakan proses
bertambahnya berat dan lebar tanaman. Kedua proses ini baik pertumbuhan maupun
perkembangan tanamn dipengaruhi oleh ketersedian nutrisi. Apabila ketersedian
unsur hara tercukupi, proses pertumbuhan maupun pekembangan tanaman akan
dapat berjalan normal. Nutrisi tersebut berupa air dan unsur hara. Unsur hara
sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman yaitu terikat
sebagai senyawa penyusun bahan organik dan pada mineral tanah. Bahan organik
merupakan sumber unsur nitrogen, fosfor dan kalium ( Hardjanto et al., 1986).
Hara merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses
demi kelangsungan hidupnya. Masing-masing hara memiliki perananya masing-
masing. Hara bedasarkan kapasitas yang dibutuhkan tanaman dibedakan menjadi
hara makro dan hara mikro. Hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang besar. Sedangkan unsur hara mikro merupakan unsur
hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, namum harus ada bagi tanaman.
Ketersediaan dari unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap bagi
tanaman merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pertumbuhan dan
produksi tanaman (Dewanto,2013).
Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis
tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja.
Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan
terhambat dan produksinya menurun. Kekurangan maupun kelebihan unsur hara
dalam tanaman akan menimbulkan permasalahan bagi pertumbuhan tanaman.
Defisiensi adalah kondisi dimanna tanaman kekurangan unsur hara sehingga proses
fisiologisnya terganggu. Kelebihan maupun defisinsi unsur hara dapat dilihat secara
visual dari gejala yang muncul pada tanaman. Gejala ini daat berupa gangguan
fisiologis tanaman, ganguan ini dapat terlihat permasalahan yang terlihat selama
pertumbuhan tanaman (Widyati, 2011).
B. Tujuan

Tujuan praktikum pada acara ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
hara dalam konsentrasi yang berbeda terhadap tanaman.
II. TELAAH PUSTAKA

Unsur hara adalah senyawa organik dan anorganik yang ada di dalam tanah
atau dengan kata lain nutrisi yang terkandung dalam tanah. Unsur hara di dalam
tumbuhan memiliki peranan sebagai penyusun molekul organik yang komplek,
membantu peran enzim, mempertahankan keseimbangan ion yaitu antara kation-
kation bervalensi dua atau tiga yang berperan penting untuk mempertahankan fungsi
dari protoplasma disamping mempertahankan permiabilitas deferensian membran.
Jika ion sedang dibutuhkan tajuk setiap kelebihan akan ditransformasikan ke tajuk
(Fitter & Hay, 1981).
Hara tanaman terbagi menjadi unsur hara makro dan hara mikro berdasarkan
tingkat kebutuhannya. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak oleh tanaman. Unsur hara makro misalnya C, H, O, N, S, P, K, Ca,
dan Mg. Sedangkan unsur hara mikro adalah hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang sedikit naman esensial bagi tanaman. Meskipun dibutuhkan dalam
jumlah yang sedikit unsur hara mikro ini harus tersedia untuk tanaman. Unsur hara
akan mempengaruhi kuanlitas suatu tanaman. Unsur hara mikro antara lain Fe, Zn,
Mn, Cu, Mg. Masing-masing unsur hara ini memiliki eran dan fungsinya masing-
masing. Unsur hara baik yang mikro maupun makro memiliki peranan dalam
metabolism tumbuhan. Pertumbuhan tanaman sangat bergantung atau dipengaruhi
oleh ketersediaan atau tercukupinya unsur hara untuk tanaman (Surtinah, 2009).
Unsur hara juga dapat dikelompokan menjadi dua macam atas dasar
kepentingan, yaitu unsur hara esensial dan unsur hara non esensial. Unsur hara
esensial mutlak dibutuhkan oleh tumbuhan dan harus ada, walaupun dalam jumlah
sedikit. Apabila tidak tercukupi makan akan terjadi kekukarangan unsur hara tersebut
yang menimbulkan gejala defisiensi unsure hara. Defisiensi merupakan kondisi
dimana tanaman kekurangan material berupa unsur hara yang dibutuhkannya.
Menurut Purwanto (2008) umumnya gejala defisiensi unsur hara ada 3 macam yaitu:
a. Klorosis, yaitu daun tidak berklorofil sehingga daun pucat kekuningan.
Contohnya jika tanaman kekurangan unsur Ca, Zn, Fe, Mg.
b. Nekrosis, yaitu kering daun di bagian tepi. Contohnya jika tanaman kekurangan
unsur Mg, K, Mn, Cu.
c. Kerdil, yaitu pertumbuhan terganggu, pendek. Contohnya jika tanaman
kekurangan unsur P, B, Zn, N, Ca, S.
AB mix merupakan larutan hara yang terdiri dari larutan hara stok A yang
berisi hara makro dan stok B yang berisi hara mikro. Komposisi Pekatan A terdiri
atas kalsium nitrat 1176 gram, kalium nitrat 616 gram, dan Fe EDTA 38 gram.
Komposisi B kalium dihidro fosfat 335 gram, amnonium sulfat 122 gram, kalium
sulfat 36 gram, magnesium sulfat 790 gram, cupri sulfat 0,4 gram, zinc sulfat 1,5
gram, asam borat 4,0 gram, mangan sulfat 8 gram, amonium hepta molibdat 0,1
gram. Komposisi tersebut kemudian dilarutkan di dalam air. Kandungan pupuk AB
mix memiliki komposisi seimbang yang dibutuhkan oleh tanaman (Nugraha, 2014).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak plastik atau polybag,
penggaris, kertas label, pulpen, dan gelas ukur.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih tanaman cabai
(Capsicum annum), pasir sebagai media, dan air.
B. Metode

1. Tanaman cabai usia 4 minggu diukur tingginya dan dihitung jumlah awal daun.
2. Tanaman cabai disiram dengan menggunakan hara AB mix dengan takaran ½
resep, 1 resep, dan 1 ½ resep.
3. Tanaman diamati setiap minggu dengan tinggi tanaman dan jumlah daun.
Pengamatan dilakukan selama 4 minggu.
4. Penyiraman hara AB mix dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 4 minggu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1.1 Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Minggu Awal (t0)


Ulangan
Perlakuan Jumlah Rataan
1 2 3 4 5
AB MIX ½ 3 2 4 3 2 14 2.8
AB MIX 1 5 3 4 3 3 18 3.6
AB MIX 1 ½ 2 3 4 4 4 17 3.4
TOTAL 10 8 12 10 9 49 9.8
Tabel 4.1.2 Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Minggu Akhir (t4)
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rataan
1 2 3 4 5
AB MIX ½ 6 3 5 3 0 17 3.4
AB MIX 1 3 4 4 4 5 20 4
AB MIX 1 ½ 4 6 3 4 4 21 4.2
TOTAL 13 13 12 11 9 58 11.6
Tabel 4.1.3 Data Laju Pertumbuhan
Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 5 Jumlah Rataan
0 ppm 3 1 1 0 -2 3 0.6
20 ppm -2 1 0 1 2 2 0.4
40 ppm 2 3 -1 0 0 4 0.8
TOTAL 3 5 0 1 0 9 0
Tabel 4.1.4 Tabel ANOVA
Sumber F tabel
Db JK KT Fhit
Keragaman 0.05 0.01
Perlakuan 2 1.75 0.875 0.316265 ns 3.24 5.29
Galat 12 33.2 2.766667
Total 14 34.95
LSD 2292.269
Tabel 4.1.5 Tabel BNT
AB MIX 1 AB MIX 1/2 AB MIX 2
Perlakuan Rata-Rata
0.4 Notasi 0.6 Notasi 0.8 Notasi
AB MIX 1 0.4 0
AB MIX 1/2 0.6 0.2 Ns 0
AB MIX 2 0.8 0.8 * 0.2 ns 0
Gambar 4.2.1 Tanaman Cabai Minggu ke-0

Gambar 4.2.3 Tanaman Cabai Minggu ke-1

Gambar 4.2.1 Tanaman Cabai Minggu ke-2

Gambar 4.2.1 Tanaman Cabai Minggu ke-3


Gambar 4.2.1 Tanaman Cabai Minggu ke-4
B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum dan pengamatan didapatkan hasil bahwa F hitung


lebih besar dari F tabel 0,05. Nilai F hitung sebesar 5,231673 dan F tabel 0,05
sebesar 3,24 serta F tabel 0,01 sebesar 5,29. Nilai F hitung lebih besar dari F tabel
0,05 tetapi nilai F hitung lebih kecil dari F tabel 0,01, sehingga diperoleh hasil
signifikan * (bintang satu). Hal tersebut menunjukan bahwa paklobutrazol
berpengaruh dalam tinggi tanaman. Menurut Tambajong et al. (2016), paklobutrazol
dapat menghambat perpanjangan batang, meningkatkan zat hijau daun,
meningkatkan partisi karbohidrat dan secara tidak langsung akan mendorong
pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan abnormal. Dosis aplikasi
paklobutrazol yang dapat digunakan untuk menghasilkan tanaman padi yang pendek
dengan produktivitas yang lebih tinggi adalah 400 ppm sampai 600 ppm.
paklobutrazol mempengaruhi tinggi tanaman jagung Manado Kuning. Semakin
tinggi konsentrasi paklobutrazol yang diberikan, makin pendek tanaman jagung yang
didapati. Salah satu parameter yang digunakan yaitu warna daun. Warna daun yang
diperoleh dari hasil praktikum yaitu warna daun dari minggu ke-1 hingga minggu ke-
3 menunjukan warna hijau tua. Menurut Dewi et al. (2015), paklobutrazol memang
menghambat pertumbuhan, namun tidak menyebabkan pertumbuhan abnormal,
sehingga walaupun ukuran daun mengecil tetapi tetap pertumbuhan daun normal.
Peristiwa yang terjadi pada perlakuan paklobutrazol adalah bertambahnya ketebalan
daun akibat terbentuknya lapisan parenkima palisade tambahan, sehingga walaupun
ukuran sel-sel mesofil daun memendek dan diameter mengecil tetapi daun menjadi
lebih padat dan tampak semakin hijau.
Menurut Setjo (2004) tunas terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Tunas apikal, yang terdapat pada pucuk ataudiujung batang dan akar pokok serta
cabangnya, tunas ini diapit oleh bakal daun (primordium) dan memungkinkan
tumbuhan tumbuh ke atas
2. Tunas interkalar, yang terdapat diantara jaringan dewasa seperti jaringan pada
pangkal ruas rumput-rumputan (ketiak daun). Tunas interkalar menyebabkan
pemanjangan batang lebih cepat, sebelum tumbuhnya bunga.
3. Tunas lateral (tunas aksilar), Terletak paralel dengan lingkaran organ tempat
tunas tersebut ditemukan, yang letaknya pada bagian ketiak daun yang
menyebabkan pertumbuhan sekunder pertumbuhannya akan membentuk cabang
atau bunga.
Auksin adalah hormon pertumbuhan yang ditemukan pada ujung batang,
akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur
pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung.
Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan. Peran auksin pertama kali
ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990). Auksin
disintesis di pucuk batang dekat meristem pucuk, jaringan muda (misalnya daun
muda), dan selalu bergerak ke arah bawah batang (polar), sehingga terjadi perbedaan
auksin di ujung batang dan di akar. Auksin banyak diproduksi di jaringan meristem
pada bagian ujung-ujung tumbuhan, seperti kuncup bunga, pucuk daun dan ujung
batang. Selain itu jugaterdapatdi embrio biji. Auksin tersebut disebarkan ke seluruh
bagian tumbuhan, tetapi tidak semua bagian mendapat bagian yang sama. Bagian
yang jauh dari ujung akan mendapatkan auksin lebih sedikit. Aktivitasnya meliputi
perangsangan dan penghambatan pertumbuhan, tergantung pada konsentrasi
auksinnya. Jaringan yang berbeda memberikan respon yang berbeda pula terhadap
kadar auksin yang merangsang atau menghambat pertumbuhan tanaman (Dartius,
1991).
Meristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena
auksin dari apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan sel, sehingga hormon
akan merangsang pertumbuhan sel–sel tersebut. Auksin berpengaruh hanya pada
kisaran konsentrasi tertentu, yaitu sekitar 10 8sampai 10-3 M. Pada konsentrasi yang
lebih tinggi, auksin bisa menghambat pemanjangan sel. Hal ini disebabkan oleh
tingginya level auksin yang menginduksi sintesis hormon lain, yaitu etilen, yang
umumnya bekerja sebagai inhibitor pertumbuhan tumbuhan akibat pemanjangan sel.
Jika terkena cahaya matahari, auksin akan mengalami kerusakan sehingga
menghambat pertumbuhan tumbuhan. Hal ini menyebabkan batang membelok ke
arah datangnya cahaya karena pertumbuhan bagian yang tidak terkena cahaya, lebih
cepat dari pada bagian yang terkena cahaya (Lakitan, 2007).
Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel.
Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan.
Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini
mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat
dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan akan membengkok
ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan
mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin
yang dihasilkan pada tunas apikal (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya
tunas lateral (samping) atau tunas ketiak. Bila tunas apikal akan menumbuhkan daun-
daun, peristiwa ini disebut dominansi apikal. Pemberian hormon auksin pada
tumbuhan akan menyebabkan terjadinya pembentukan buah tanpa biji, akar lateral
(samping), dan serabut akar. Pembentukan akar lateral dan serabut akar
menyebabkan proses penyerapan air dan mineral dapat berjalan optimum (Hilman,
1997).
Auksin memberikan pengaruh efek dalam penghambatan suatu faktor
dominansi terhadap kuncup samping (ketiak), yaitu zat penghambat yang terdapat di
daun muda. Jika auksin ditambahkan pada sisa batang yang terpotong, setelah apeks
tajuk dipangkas, maka perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan cabang
yang tegak akan terhambat lagi pada banyak spesies. Penggantian kuncup atau daun
muda oleh auksin menunjukkan bahwa zat penghambat yang dihasilkan oleh IAA
atau auksin lain. Auksin endogen merupakan penghambat, yang biasanya mencegah
tumbuhnya kuncup samping (Wilkins, 1989).
Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan dan perkembangan menurutKusumo
(1990) adalah sebagai berikut :
1. Merangsang pemanjangan sel pada kecambah rumput dan tumbuhan herba.
2. Penyebaran auksin pada batang tidak merata sehingga daerah dengan banyak
auksin mengalami pemanjangan sel dan membuat batang membengkok.
3. Merangsang pembentukan akar.
4. Merangsang pembentukan buah tanpa biji.
5. Merangsang diferensiasi jaringan pembuluh sehingga merangsang pertumbuhan
diameter batang.
6. Merangsang absisi (pengguguran daun).
7. Berperan dalam dominansi apikal, yaitu keadaan pertumbuhan batang terus ke
atas dan tidak menghasilkan cabang. Jika ujung batang dipotong, dominansi
apikal akan hilang dan tumbuhan menghasilkan cabang dari tunas ketiak.
Dominansi apikal adalah pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang
menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah. Dominansi
apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah pada tunas
lateral, hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasi
auksin masih terlalu tinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi ini akan menghambat
pertumbuhan tunas lateral. Mekanisme terbentuknya tunas lateral karena adanya
pemotongan pucuk batang pada meristem apikal shg aliran auksin ke bawah akan
terhambat maka akan tumbuh tunas lateral (Dahlia, 2001).
Pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan dibagian
apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal. Dominansi apikal
diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal
pertumbuhan. Dominansi apikal merupakan konsentrasi pertumbuhan pada ujung
tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal secara parsial menghambat pertumbuhan
kuncup aksilar(Dahlia, 2001).
Dominansi apikal atau dominansi pucuk biasanya menandai pertumbuhan
vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal
setidaknya berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama masih ada
tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari
pucuk. Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan
yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (Dahlia, 2001).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa paklobutrazol


merupakan zat penghambat tumbuh (retardan) tumbuhan yang menghambat
biosintesis giberelin yang bertanggung jawab dalam proses pembelahan dan
pemajangan sel. Berdasarkan hasil praktikum menggunakan paklobutrazol dengan
konsentrasi 0 ppm, 500 ppm, 750 ppm dan 100 ppm berpengaruh dalam menghambat
pertambahan panjang, yang ditunjukan dalam tabel ANOVA yang signifikan *
(bintang satu) dimana F hitung lebih besar dari F tabel 0,05.
B. Saran

Sebaiknya praktikan lebih sering menyiram tanaman menggunakan akuades


agar tanaman tidak kering dan mati.
DAFTAR REFERENSI

Dewanto, F. G., dkk. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi
Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan.Zootek 32 (5): 1-8.

Catala, C., Rose, J.K.C., & Bennett, A.B., 2000. Auxin-Regulated Genes Encoding
Cell Wall-Modifying Proteins are Expressed During Early Tomato Fruit
Growth-Plant. Physiol, 12 pp. 527 – 534.
Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang: UM Press.
Darmanti, S., Setiari, N., & Romawati, T, D. 2008. Perlakuan Defoliasi untuk
Meningkatkan Pembentukan dan Pertumbuhan Cabang Lateral Jarak Pagar
(Jatropha curcas). Buletin Anatomi dan Fisiologi. 16(2), pp. 13-20.
Dartius. 1991. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Medan: USU Press.
Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyyakarta:
UGM Press.
Hadisoeganda, A. W. W. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani di Indonesia.
Monograft No. 4, Bandung.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.
Hilman. 1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Yogyakarta: Cakrawala.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: CV Yasaguna.
Koike, I., Taniguchi, K., Shimomura, K., & Umehara, M. 2017. Dynamics of
Endogenous Indole-3-acetic Acid and Cytokinins During Adventitious Shoot
Formation in Ipecac. Journal of Plant Growth Regulation, 1-9.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rukmana, R. (1995). Bayam, Bertanam dan Pengolahan Pasca Panen. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
Setjo, S. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: UM Press.
Widyati, E. 2015. Efektivitas Pemupukan terhadap Pertumbuhan Terubusan Kilemo
(Litsea cubeba L. Persoon) yang Dipangkas. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman, 12(1), 11-22.
Wilkins, M. B. 1989. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai