HARA
HARA
Oleh :
A. Latar Belakang
Tujuan praktikum pada acara ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
hara dalam konsentrasi yang berbeda terhadap tanaman.
II. TELAAH PUSTAKA
Unsur hara adalah senyawa organik dan anorganik yang ada di dalam tanah
atau dengan kata lain nutrisi yang terkandung dalam tanah. Unsur hara di dalam
tumbuhan memiliki peranan sebagai penyusun molekul organik yang komplek,
membantu peran enzim, mempertahankan keseimbangan ion yaitu antara kation-
kation bervalensi dua atau tiga yang berperan penting untuk mempertahankan fungsi
dari protoplasma disamping mempertahankan permiabilitas deferensian membran.
Jika ion sedang dibutuhkan tajuk setiap kelebihan akan ditransformasikan ke tajuk
(Fitter & Hay, 1981).
Hara tanaman terbagi menjadi unsur hara makro dan hara mikro berdasarkan
tingkat kebutuhannya. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak oleh tanaman. Unsur hara makro misalnya C, H, O, N, S, P, K, Ca,
dan Mg. Sedangkan unsur hara mikro adalah hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang sedikit naman esensial bagi tanaman. Meskipun dibutuhkan dalam
jumlah yang sedikit unsur hara mikro ini harus tersedia untuk tanaman. Unsur hara
akan mempengaruhi kuanlitas suatu tanaman. Unsur hara mikro antara lain Fe, Zn,
Mn, Cu, Mg. Masing-masing unsur hara ini memiliki eran dan fungsinya masing-
masing. Unsur hara baik yang mikro maupun makro memiliki peranan dalam
metabolism tumbuhan. Pertumbuhan tanaman sangat bergantung atau dipengaruhi
oleh ketersediaan atau tercukupinya unsur hara untuk tanaman (Surtinah, 2009).
Unsur hara juga dapat dikelompokan menjadi dua macam atas dasar
kepentingan, yaitu unsur hara esensial dan unsur hara non esensial. Unsur hara
esensial mutlak dibutuhkan oleh tumbuhan dan harus ada, walaupun dalam jumlah
sedikit. Apabila tidak tercukupi makan akan terjadi kekukarangan unsur hara tersebut
yang menimbulkan gejala defisiensi unsure hara. Defisiensi merupakan kondisi
dimana tanaman kekurangan material berupa unsur hara yang dibutuhkannya.
Menurut Purwanto (2008) umumnya gejala defisiensi unsur hara ada 3 macam yaitu:
a. Klorosis, yaitu daun tidak berklorofil sehingga daun pucat kekuningan.
Contohnya jika tanaman kekurangan unsur Ca, Zn, Fe, Mg.
b. Nekrosis, yaitu kering daun di bagian tepi. Contohnya jika tanaman kekurangan
unsur Mg, K, Mn, Cu.
c. Kerdil, yaitu pertumbuhan terganggu, pendek. Contohnya jika tanaman
kekurangan unsur P, B, Zn, N, Ca, S.
AB mix merupakan larutan hara yang terdiri dari larutan hara stok A yang
berisi hara makro dan stok B yang berisi hara mikro. Komposisi Pekatan A terdiri
atas kalsium nitrat 1176 gram, kalium nitrat 616 gram, dan Fe EDTA 38 gram.
Komposisi B kalium dihidro fosfat 335 gram, amnonium sulfat 122 gram, kalium
sulfat 36 gram, magnesium sulfat 790 gram, cupri sulfat 0,4 gram, zinc sulfat 1,5
gram, asam borat 4,0 gram, mangan sulfat 8 gram, amonium hepta molibdat 0,1
gram. Komposisi tersebut kemudian dilarutkan di dalam air. Kandungan pupuk AB
mix memiliki komposisi seimbang yang dibutuhkan oleh tanaman (Nugraha, 2014).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak plastik atau polybag,
penggaris, kertas label, pulpen, dan gelas ukur.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih tanaman cabai
(Capsicum annum), pasir sebagai media, dan air.
B. Metode
1. Tanaman cabai usia 4 minggu diukur tingginya dan dihitung jumlah awal daun.
2. Tanaman cabai disiram dengan menggunakan hara AB mix dengan takaran ½
resep, 1 resep, dan 1 ½ resep.
3. Tanaman diamati setiap minggu dengan tinggi tanaman dan jumlah daun.
Pengamatan dilakukan selama 4 minggu.
4. Penyiraman hara AB mix dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 4 minggu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
A. Kesimpulan
Dewanto, F. G., dkk. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi
Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan.Zootek 32 (5): 1-8.
Catala, C., Rose, J.K.C., & Bennett, A.B., 2000. Auxin-Regulated Genes Encoding
Cell Wall-Modifying Proteins are Expressed During Early Tomato Fruit
Growth-Plant. Physiol, 12 pp. 527 – 534.
Dahlia. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang: UM Press.
Darmanti, S., Setiari, N., & Romawati, T, D. 2008. Perlakuan Defoliasi untuk
Meningkatkan Pembentukan dan Pertumbuhan Cabang Lateral Jarak Pagar
(Jatropha curcas). Buletin Anatomi dan Fisiologi. 16(2), pp. 13-20.
Dartius. 1991. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Medan: USU Press.
Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyyakarta:
UGM Press.
Hadisoeganda, A. W. W. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani di Indonesia.
Monograft No. 4, Bandung.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.
Hilman. 1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Yogyakarta: Cakrawala.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: CV Yasaguna.
Koike, I., Taniguchi, K., Shimomura, K., & Umehara, M. 2017. Dynamics of
Endogenous Indole-3-acetic Acid and Cytokinins During Adventitious Shoot
Formation in Ipecac. Journal of Plant Growth Regulation, 1-9.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rukmana, R. (1995). Bayam, Bertanam dan Pengolahan Pasca Panen. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
Setjo, S. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: UM Press.
Widyati, E. 2015. Efektivitas Pemupukan terhadap Pertumbuhan Terubusan Kilemo
(Litsea cubeba L. Persoon) yang Dipangkas. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman, 12(1), 11-22.
Wilkins, M. B. 1989. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Bumi Aksara.