Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TEORI PENUNJANG

Dalam pembuatan dan perancangan antena mikrostrip square


patch 4x4 elemen dengan diagonal slot pada frekuensi 2,4 GHz dan
menghasilkan polarisasi yang sirkular diperlukan pemahaman tentang
teori dasar yang meliputi beberapa teori dasar tentang antena dan
tentang antena mikrostrip yang berpolarisasi sirkular.

2.1 KONSEP DASAR ANTENA


Antena dapat diartikan sebagai suatu tranduser antara saluran
transmisi atau pandu gelombang dalam suatu saluran transmisi dan
suatu medium yang tak terikat (zona bebas) tempat elektromagnetik
berpropagasi (biasanya udara), atau sebaliknya. Dimana gambaran
untuk antena sebagaimana ada pada Gambar 1.

Gambar 2.1. Ilustrasi Antena [2]


Dalam aplikasinya, suatu antena selain dapat berfungsi sebagai
media pemancar, juga sebagai penerima gelombang elektromagnetik.
Antena dapat berbentuk kabel yang berkonduksi, sebuah aperture,
berupa patch, gabungan dari beberapa elemen (array), sebuah
reflector dan lensa.
Pada konsep dasar antena, terdapat beberapa parameter dasar
dari antena yang perlu diperhatikan. Parameter dalam antena yang
penting untuk suatu aplikasi, yaitu:
 Return Loss
 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)
 Pola Radiasi
 Gain

5
6

 Polarisasi
2.1.1 Return Loss

Return loss adalah koefisien refleksi dalam bentuk logaritmik


yang menunjukkan daya yang hilang karena antena dan saluran
transmisi yang tidak matching [3]. Return loss terjadi diakibatkan
karena ketidak cocokan antara saluran transmisi dengan impedansi
antena. Persamaan (2.1) menunjukkan perhitungan untuk return loss.
Return loss (dB) = 20 log |  | . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)
dimana,
||
= refleksi koefisien

2.1.2 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)


Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) merupakan kemampuan
suatu antena untuk bekerja pada frekuensi yang diinginkan.
Pengukuran VSWR berhubungan dengan pengukuran koefisien
refleksi dari antena tersebut. VSWR sangat dipengaruhi oleh
impedansi input. Impedansi antena penting untuk pemindahan daya
dari pemancar ke antena dan dari antena ke penerima. Sebagai contoh
untuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena ke penerima,
impedansi antena harus conjugate match. Jika ini tidak dipenuhi maka
akan terjadi pemantulan energi yang dipancarkan atau diterima.
Perbandingan level tegangan yang kembali ke pemancar (V-) dan yang
datang menuju beban (V+) ke sumbernya lazim disebut koefisien
pantul atau koefisien refleksi yang dinyatakan dengan simbol “Γ” atau
dapat dituliskan sebagaimana Persamaan berikut.

V +¿
V − ¿¿ .........................................
Γ=¿
(2.2)
Hubungan antara koefisien refleksi, impedansi karakteristik
saluran (Zo) dan impedansi beban antena (Zl) dapat ditulis pada
Persamaan berikut.
7

Z l−Z 0
Γ= .....................................
Z l+ Z 0
. .(2.3)

Harga koefisien refleksi ini dapat bervariasi antara 0 (tanpa


pantulan/match) sampai 1, yang berarti sinyal yang datang ke beban
seluruhnya dipantulkan kembali ke sumbernya semula. Maka untuk
pengukuran VSWR. Besar nilai VSWR yang ideal adalah 1, yang
berarti semua daya yang diradiasikan antena pemancar diterima oleh
antena penerima (match), dimana ditulis pada Persamaan berikut.

1+[Γ ]
VSWR= ................................
1−[ Γ ]
. . .(2.4)

dimana :
| Γ | = refleksi koefisien
Semakin besar nilai VSWR menunjukkan daya yang
dipantulkan juga semakin besar dan semakin tidak match.

2.1.3 Pola Radiasi


Pola Radiasi antena adalah plot radiasi medan jauh dari antena.
Jenis-jenis pola radiasi adalah meliputi :
- Isotropic antenna  antenna hipotesis yang memancarkan daya
kesegala arah dengan energi yang sama pada seluruh bidang
- Direksional  arah pancaran antena ke satu arah
- Omnidirectional antenna  arah pancaran antena ke berbagai
arah dengan energi pada satu bidang sama besar
Bagian-bagian penting dari pola radiasi akan dijelaskan
berdasarkan Gambar 2.2-2.3.
8

Gambar 2.2. Bagian-Bagian Pola Radiasi

Gambar 2.3. Bagian-Bagian Pola Radiasi

- Main lobe  arah radiasi maksimum


- Back lobe  terpisah dari radiasi diametric berlawanan dengan
main lobe
- Side lobe  radiasi dipisahkan oleh null
- Half-power Beamwidth (HPBW)  sudut oleh titik setengah
daya dari main lobe
- First Null Beamwidth (FNBW)  besar sudut bidang diantara
dua arah pada main lobe yang intensitas radiasinya nol

2.1.4 Gain
Gain adalah intensitas radiasi maksimum antena dibanding
intensitas radiasi maksimum antenna referensi dengan diberi daya
inputan yang sama. Gain bukanlah kuantitas yang dapat diukur dalam
satuan watt, ohm, atau lainnya, melainkan suatu bentuk perbandingan.
Oleh karena itu, satuan yang digunakan untuk gain adalah desibel
(dB). Pengukuran gain yang termasuk parameter medan jauh antena
9

harus memperhatikan jarak medan jauh antena yang ditentukan dengan


Persamaan (2.3) dan (2.4) [4].
D2
R2
 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.5)
dimana,
R = jarak medan jauh
D = panjang diagonal antena
� = panjang gelombang

D= √ lebar antena2+ panjang antena2 ..........


(2.6)

Adapun Gain antena dapat diperoleh dengan Persamaan (2.7)


[3].
G AUT ( dBi)  PAUT ( dBm)  PREF ( dBm)  G REF ( dBi)
. . . . . . . . . . (2.7)
dimana,
G AUT (dBi)
= gain antena yang diukur
PAUT (dBm)
= level daya terima antena yang diukur
PREF (dBm)
= level daya terima antena referensi
GREF (dBi)
= gain antena referensi

2.1.5 Polarisasi
Polarisasi adalah sifat dari gelombang elektromagnetik yang
menggambarkan magnitudo relatif dari vektor medan listrik (E)
sebagai fungsi waktu pada titik tertentu di suatu ruang. Polarisasi
antena adalah polarisasi dari gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan oleh antena itu. Ada beberapa jenis polarisasi yang dapat
terjadi pada gelombang elektromagnetik. Suatu polarisasi disebut
polarisasi vertikal jika medan listrik dari gelombang yang dipancarkan
antena berarah vertikal terhadap permukaan bumi. Jika medan
listriknya berarah horizontal terhadap permukaan bumi disebut
polarisasi horizontal.

 Polarisasi Linier
10

Polarisasi linier (Gambar 2.2) terjadi jika suatu gelombang


yang berubah menurut waktu pada suatu titik di ruang memiliki
vector medan elektrik (atau magnet) pada titik tersebut selalu
berorientasi pada garis lurus yang sama pada setiap waktu. Hal ini
dapat terjadi jika vektor (elektrik maupun magnet) memenuhi:
 Hanya ada satu komponen,
 atau 2 komponen yang saling tegak lurus secara linier
yang berada pada perbedaan fasa waktu atau 180º atau
kelipatannya.

Gambar 2.4. Polarisasi linier

 Polarisasi Sirkular
Polarisasi sirkular terjadi jika suatu gelombang yang berubah
menurut waktu pada suatu titik memiliki vektor medan elektrik (atau
magnet) pada titik tersebut berada pada jalur lingkaran sebagai
fungsi waktu. Kondisi yang harus dipenuhi untuk mencapai jenis
polarisasi ini adalah:
 Medan harus mempunyai dua komponen orthogonal linear.
 Kedua komponen harus mempunyai besaran yang sama.
 Kedua komponen harus mempunyai perbedaan fasa sebesar
perkalian ganjil dari 90o dalam waktu.
Polarisasi sirkular dibagi menjadi dua, yaitu Left Hand
Circular Polarization (LHCP) dan Right Hand Circular Polarization
(RHCP). LHCP terjadi ketika δ = +π / 2, sebaliknya RHCP terjadi
ketika δ = −π / 2.
11

Gambar 2.5. Polarisasi sirkular


Polarisasi sirkular adalah jika nilai axial ratio atau
perbandingan magnitudo mayor dengan magnitudo minor lebih kecil
dari 3 dB [5]. Sebuah antena dapat memancarkan energi dengan
polarisasi yang tidak diinginkan, yang disebut dengan polarisasi silang
(cross polarized). Polarisasi silang ini menimbulkan side lobe yang
mengurangi gain. Untuk antena polarisasi linier, polarisasi silang tegak
lurus dengan polarisasi yang diinginkan dan untuk antena polarisasi
lingkaran, polarisasi silang berlawanan dengan arah perputarannya
yang diinginkan.

2.2 METODE PENCATUAN


Pada umumnya ada empat jenis metode pencatuan yang
populer digunakan, yaitu mikrostrip feed line, coaxial probe, aperture-
coupled, dan proximity-coupled [6]. Metode pencatuan feed line
ditunjukkan pada Gambar 2.4. Metode ini adalah metode pencatuan
yang paling mudah untuk diimplementasikan.
12

Gambar 2.6. Metode pencatuan feed line [6]

Satu jenis yang biasa digunakan adalah metode coaxial probe,


dimana inner dari kabel coaxial di sambungkan langsung ke patch
dengan membuat lubang dari lapisan ground hingga menembus
substrat, sedangkan outer dari kabel coaxial di sambungkan ke lapisan
ground dari antena. Metode coaxial probe ditunjukkan pada Gambar
2.7.

Gambar 2.7. Metode pencatuan coaxial probe [6]

Metode lain adalah aperture-coupled, metode ini adalah metode


yang paling sulit diimplementasikan. Selain itu dengan metode
pencatuan ini memiliki lebar pita yang sempit, tapi memiliki koefisien
radiasi yang tinggi. Metode ini menggunakan 2 substrat yang identik
atau berbeda, dan dipisahkan oleh ground, sedangkan feed line
terdapat pada bagian substrat yang berada pada posisi bawah. Lebih
jelasnya aperture-coupled ditunjukkan pada Gambar 2.6.
13

Gambar 2.8. Metode pencatuan aperture-coupled [6]

Metode terakhir adalah proximity-coupled, terdiri dari 2


substrat yang disusun secara berlapis, namun tidak dipisahkan dengan
ground, melainkan langsung dipisahkan oleh feed line. Gambar
proximity-coupled ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.9. Metode pencatuan proximity-coupled [6]

2.3 ANTENA MIKROSTRIP


Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri atas dua kata, yaitu
micro (sangat tipis/kecil) dan strip (bilah/potongan). Antena mikrostrip
adalah antena yang berbentuk papan tipis yang bekerja pada frekuensi
tinggi. Antena mikrosrtip terbuat dari substrat yang terdiri dari tiga
lapisan seperti pada Gambar 2.8, yaitu:
 Patch: terbuat dari bahan konduktor yang berfungsi untuk
meradiasikan gelombang.
 Dielektrik: bagian yang terletak diantara groundplane dan
patch. Sangat mempengaruhi dalam pemancaran gelombang.
14

Permitivitas (�r) dan ketebalannya (h) akan mempengaruhi


lebar bandwidth dari antena.
 Groundplane: terbuat dari bahan konduktor yang berfungsi
sebagai ground dari antena tersebut.

Gambar 2.10. Bagian dari substrat


2.3.1 Jenis-jenis Antena Mikrostrip
Berdasarkan bentuk patch-nya antena mikrostrip terbagi
menjadi:
 Antena mikrostrip patch persegi panjang (rectangular).
 Antena mikrostrip patch persegi (square)
 Antena mikrostrip patch lingkaran (circular)
 Antena mikrostrip patch elips (elliptical)
 Antena mikrostrip patch segitiga (triangular)
Pada umumnya bentuk patch terdapat beberapa macam, seperti

Gambar 2.11. Bentuk patch


15

2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Antena Mikrostrip


Bentuknya yang low profile membuat antena mikrostrip dapat
diintegrasikan pada berbagai bidang permukaan, sederhana dan tidak
mahal untuk diproduksi dengan menggunakan teknologi sirkuit
modern, secara mekanik tangguh pada saat diintegrasikan pada
permukaan yang kasar, dan sangat baik dalam frekuensi resonansi,
polarisasi, bentuk dan impedansi. Jenis antena ini dapat diintegrasikan
pada permukaan yang memerlukan performansi yang sangat tinggi
seperti pada pesawat terbang, pesawat antariksa, satelit, misil, mobil
bahkan pada telepon genggam.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, antena mikrostrip
ini mempunyai beberapa keuntungan apabila dibandingkan dengan
antena lainnya [3], yaitu diantaranya:
1. Low profile (mempunyai ukuran yang kecil dan ringan).
2. Sederhana dan tidak mahal dalam proses pembutannya.
3. Dapat dibuat untuk menghasilkan beberapa frekuensi resonansi.
4. Polarisasi, dan pola radiasi dengan mengatur bentuk dan
dimensi dari patch dan pencatunya dapat disesuaikan dalam
bentuk permukaan yang planar atau nonplanar.
Akan tetapi selain kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan
diatas, antena mikrostrip juga memiliki beberapa kekurangan[5], yaitu:
1. Mempunyai efisiensi yang rendah.
2. Mempunyai daya yang rendah.
3. Memiliki bandwidth yang sempit.
4. Memiliki gain yang rendah.

2.4 ANTENA MIKROSTRIP SQUARE PATCH


Antena mikrostrip dalam proyek akhir ini menggunakan patch
yang berbentuk segi empat. Patch segi empat lebih banyak digunakan
karena kemudahan dalam analisis dan proses fabrikasi. Gambar 2.12
memperlihatkan bentuk geometri dari patch mikrostrip segi empat
dimana W dan L adalah lebar dan panjang dari patch, h adalah tebal
substrat dan εr merupakan nilai konstanta dielektrik dari substrat.
Gambar 2.11 memperlihatkan bentuk nyata dari patch mikrostrip
square patch.
16

Gambar 2.12. Bentuk geometri antena mikrostrip square patch


17

Gambar 2.13. Mikrostrip square patch dengan inset feed

2.5 PARAMETER UMUM ANTENA MIKROSTRIP


2.5.1 Panjang Patch (Lp)
Untuk merancang antena mikrostrip square patch di frekuensi
yang diinginkan, bisa diperoleh dengan mengatur panjang sisi patch
(Lp) antena tersebut seperti pada Persamaan (2.6) dan (2.7) [3].
F
Lp  1
2
 2h   F   2
1  ln   1,7726 
  r F   2h   ...........
(2.6)
dimana, F adalah:
8,79  109
F
fr  r
...............................
(2.7)
dimana,
h = ketebalan substrat
ɛr = konstanta dielektrik relatif
F = panjang gelombang pada substrat
� r = frekuesi resonansi atau frekuensi tengah

2.5.2 Lebar Saluran Pencatu (W)


18

Selain sisi patch, lebar saluran pencatu (W) juga dapat


diperoleh dari Persamaan (2.8) dan (2.9) [7].
W 8e A
 2A
h e  2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.8)

dimana, A adalah:
1
Z    1 2  r 1  0,11 
A 0  r   0,23  
60  2   r 1  r 
. . . . . . . . . . . . . . . . (2.9)
dengan:
Zo = impedansi input
ɛr = konstanta dielektrik relative

2.5.3 Frekuensi Resonansi


Frekuensi resonansi sebuah antena dapat diartikan sebagai
frekuensi kerja antena di mana pada frekuensi tersebut seluruh daya
dipancarkan secara maksimal. Pada umumnya frekuensi resonansi
menjadi acuan frekuensi kerja antena. Frekuensi resonansi secara
matematis dapat dirumuskan dalam bentuk fungsi berikut:
v0
f r= ....................................
2 L √ εr
(2.10)
dimana,
fr = frekuensi resonansi
v0 = kecepatan cahaya di ruang bebas
L = panjang antena
ɛr = konstanta dielektrik

2.5.4 Bandwidth
Bandwidth suatu antena didefenisikan sebagai rentang frekuensi
di mana kinerja antena yang berhubungan dengan beberapa
karakteristik (seperti impedansi masukan, polarisasi, beamwidth,
polarisasi, gain, efisiensi, VSWR, return loss) memenuhi spesifikasi
standar. Bandwith dapat dicari dengan rumus:
19

BW  FH  FL
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.11)
dimana,
FH = frekuensi tertinggi
FL = frekuensi terendah
20

Bandwidth memiliki beberapa jenis, beberapdi antaranya:


a. Impedance bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana patch
antena berada pada keadaan matching dengan saluran pencatu.
Hal ini terjadi karena impedansi dari elemen antena bervariasi
nilainya tergantung dari nilai frekuensi. Nilai matching ini
dapat dilihat dari return loss dan VSWR. Nilai return loss yang
masih dianggap baik adalah kurang dari -9,54 dB.
b. Pattern bandwidth, yaitu rentang frekuensi dimana bandwidth,
sidelobe, atau gain, yang bervariasi menurut frekuensi
memenuhi nilai tertentu. Nilai tersebut harus ditentukan pada
awal perancangan antena agar nilai bandwidth dapat dicari.
c. Polarization atau axial ratio bandwidth adalah rentang
frekuensi dimana polarisasi (linier atau sirkular) masih terjadi.
Nilai axial ratio untuk polarisasi sirkular adalah kurang dari 3
dB.

2.6 ANTENA MIKROSTRIP SQUARE PATCH POLARISASI


SIRKULAR
Polarisasi melingkar dari antena mikrostrip square patch dapat
dicapai dengan single feed line dengan sebagian kecil dari patch
terganggu atau terpotong [8]. Sebagai contoh, polarisasi sirkular dapat
dihasilkan oleh sebuah square patch dengan penambahan diagonal
slot di tengah-tengah patch seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.14. Teknik ini biasa disebut sebagai metode perturbasi atau
gangguan. Gangguan dengan diagonal slot pada tengah-tengah patch
ini harus berada pada frekuensi kerja yang diinginkan dalam
perencanaan agar dapat menghasilkan dua polarisasi ortogonal dengan
amplitude sama yang memiliki diferensial phase dengan 90o. Pada
antena mikrostrip dengan metode single feed ini mempunyai
bandwidth yang sempit (0,5%) [7]. Untuk merencanakan ukuran slot
dgunakan perhitungan yang meliputi lebar dan panjang slot pada patch
antena menggunakan Persamaan (2.12) dan (2.13) [8].
Lp
p= ..................................
2,72
(2.12)
21

Lp p
l= = ...................... ........
27,2 10
(2.13)
dimana,
Lp = panjang sisi patch l = lebar slot
p = panjang slot

Gambar 2.14. Diagonal slot pada square patch

2.7 TEKNIK ARRAY


Biasanya antena elemen tunggal memiliki pola radiasi yang
sangat lebar, dan setiap elemen tersebut menghasilkan keterarahan dan
perolehan (gain) yang kurang baik. Pada banyak aplikasi diperlukan
antena dengan keterarahan yang baik dan perolehan (gain) yang tinggi.
Contoh aplikasi yang membutuhkan karakteristik tersebut antara lain
adalah WiMAX, radar, komunikasi satelit, dan lain-lain. Kebutuhan
karakteristik ini dapat dengan menyusun antena dengan beberapa
konfigurasi. Antena susunan ini serin disebut sebagai antena array [9].
Antena array adalah susunan dari beberapa antena yang identik.
Dalam antena mikrostrip patch, yang disusun array adalah bagian
patch. Medan total dari antena array ditentukan oleh penjumlah vektor
dari medan yang diradiasikan oleh elemen tunggal. Untuk membentuk
pola yang memiliki keterarahan tertentu, diperlukan medan dari setiap
elemen array berinterferensi secara konstruktif pada arah yang
diinginkan dan berinterferensi secara destruktif pada arah yang lain.
Pada antena array dengan elemen yang identik, terdapat lima kontrol
yang dapat digunakan untuk membentuk pola antena, yaitu [9]:
22

1. Konfigurasi geometri
2. Pemindahan relatif antena elemen
3. Amplitudo eksitasi dari setiap elemen
4. Fasa eksitasi dari setiap elemen
5. Pola relatif dari setiap elemen
23

2.7.1 Power Divider


Salah satu teknik yang dapat mendukung impedance matching
pada saluran transmisi khususnya untuk antena mikrostrip array
adalah power divider. Dalam hal ini metoda Wilkinson merupakan
teknik yang umum digunakan. Gambar 2.15 memperlihatkan power
divider pada metode Wilkinson [10].

Gambar 2.15. N-Ways Wilkoinson Combiner

Pada metoda Wilkinson, nilai impedansi Z diberikan dengan


persaamaan berikut:
Z = Z0 √ N ................................
(2.15)

Dimana N adalah jumlah titik percabangan dan Z0 adalah


impedansi masukkan awal. T-Junction merupakan sebuah teknik
power divider yang umum digunkan pada konfigurasi antena array.
Terdapat 2 jenis T-Junction 50Ω yang dapat digunakan sebagai power
divider seperti ditunjukkan pada Gambar 2.14 [11]:

Gambar 2.16. T-Junction 50 Ω


24

2.7.2 Teknik Planar Array


Gain antena mikrostrip dapat diperbesar dengan teknik array
pada patch antenna, sehingga terbentuk mikrostrip patch array.
Antena mikrostrip array merupakan pengembangan dari antena
mikrostrip yang merupakan gabungan dari beberapa elemen peradiasi
sehingga terbentuk suatu jaringan. Mikrostrip memiliki macam
konfigurasi array, diantaranya linear, planar, dan circular.
Pengaturan dan pengendalian arah pola radiasi merupakan salah satu
dari kelebihan Planar array. Adapun hasil yang diharapkan adalah
diperolehnya karakteristik dari antena mikrostrip yang disusun secara
planar berupa konfigurasi saluran pencatu, gain, dan pola radiasi.

2.7.3 Jarak Antar Elemen


Pada perancangan array, hal yang perlu menjadi perhatian
adalah jarak antar elemen patch antena. Persamaan jarak antar elemen
pada antena mikrostrip array adalah [12]:

 c
d 
2 2f
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.16)

dimana,
d = jarak antar elemen patch
c = kecepatan cahaya
f = frekuensi kerja antenna

2.8 GELOMBANG RADIO DAN SPEKTRUM


ELEKTROMAGNETIK
Gelombang radio termasuk radiasi elektromagnetik meliputi
infra merah (radiasi panas), cahaya tampak (visible light), ultraviolet,
sinar-X, dan bahkan panjang gelombang gamma yang lebih pendek
dan sinar kosmik. Gelombang elektromagnetik berasal dari interaksi
antara medan listrik dan medan magnet seperti pada Gambar 2.17.
25

Gambar 2.17. Medan listrik dan magnet pada gelombang


elektromagnetik

Gambar 2.18. Spectrum Gelombang Elektromagnetik

Panjang gelombang (λ) memiliki hubungan berbanding terbalik


dengan frekuensi (f) dan kecepatan gelombang (v), dimana pada
kecepatan gelombang (v) bergantung pada media transmisi/rambat
gelombang. Berikut adalah persamaan yang berlaku pada media ruang
bebas (free space/vacuum)[12].

v

f
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.17)
dimana,
v = c (ruang bebas) = kecepatan cahaya (3 x 10-8 ms-1)
26

Tabel 2.1, merupakan perbandingan gelombang


elektromagnetik antara nilai frekuensi vs panjang gelombang.

Tabel 2.1. Pembagian band frekuensi radio[12]


Frekuensi Panjang Gelombang Nama Band
30-300 Hz 10 – 1 Mm ELF (extremely
low frequency)

300-3000 Hz 1 Mm – 100 km

3-30 kHz 100 – 10 km VLF (very low


frequency)
30-300 kHz 10 – 1 km LF (low frequency)

300-3000 kHz 1 km – 100 m MF (medium


frequency)
3-30 MHz 100 – 10 m HF (high
frequency)
30-300 MHz 10 – 1 m VHF (very high
frequency)

300-3000 MHz 1 m – 10 cm UHF (ultra high


frequency)

3-30 GHz 10 – 1 cm SHF (super high


frequency)

30-300 GHz 1 cm – 1mm EHF (extremely


high frequency)
300-3000 GHz 1mm – 100 µm

Nama Band
Frekuensi Panjang Gelombang
menurut IEEE
1 – 2 GHz 30 – 15 cm L
2 – 4 GHz 15 – 7.5 cm S
4 – 8 GHz 7.5 – 3.75 cm C
8 – 12 GHz 3.75 – 2.5 cm X
12 – 18 GHz 2.5 – 1.67 cm Ku
18 – 27 GHz 1.67 – 1.11 cm K
27 – 40 GHz 1.11 – 7.5 cm Ka
27

40 – 300 GHz 7.5 – 1.0 mm Mm


2.9 CST MICROWAVE STUDIO SUITE 2014
Software CST Microwave Studio Suite adalah software
perancangan dan simulasi antena. Dengan menggunakan software ini
akan memudahkan dalam proses perancangan dan simulasi. Fitur yang
disajikan pada perangkat lunak ini memudahkan dalam analisis
elektromagnetik. CST Microwave Studio Suite 2014 memungkinkan
analisis cepat dan akurat pada frekuensi tinggi, seperti antena, filter,
skrup, struktur planar, multi-layer, dan perangkat yang lainnya.
Perangkat lunak simulasi elektromagnetik CST Microwave
Studio Suite 2014 adalah puncak dari bertahun-tahun penelitian dan
pengembangan yang menjadi solusi komputasi paling akurat dan
efisien untuk desain elektromagnetik, ini terdiri dari alat CST untuk
desain dan optimasi perangkat yang beroperasi di berbagai frekuensi -
statis hingga optik. Analisis dapat mencakup efek termal dan mekanik,
serta simulasi sirkuit. Manfaat dari lingkungan desain terpadu yang
memberikan akses ke seluruh rentang teknologi solver. Perakitan
sistem dan pemodelan memfasilitasi multi-fisika dan co-simulasi serta
pengelolaan seluruh sistem elektromagnetik. Aplikasi ini dapat
menawarkan produk yang cukup untuk keuntungan pasar seperti siklus
pendek pengembangan, prototyping virtual sebelum uji fisik, dan
optimasi bukannya eksperimen. Karena pengukuran hasil fabrikasi
dengan menggunakan software ini hampir mendekati dengan
pengukuran aslinya, maka banyak orang yang menggunakan software
ini. Software ini dapat mengestimasi nilai return loss, VSWR, gain,
pola radiasi dan polarisasi.

2.10 Pengaruh Rancangan antenna pada saat simulasi

Penentuan Frekuensi dipengaruhi oleh perubahan ukuran patch.


Jika ukuran patch diperkecil maka frekuensi tengah bergeser ke kanan
(Frekuensi semakin besar) sedangkan ukuran patch diperbesar maka
frekuensi tengah bergeser ke kiri(semakin kecil). Lebar saluran transmisi
mempengaruhi kinerja antenna mikrostrip ,semakin lebar ukuran saluran
trammisinya frekuensi tengah nya semakin besar. Pada saat perancangan
setiap perubahan 0,1 mm mempengaruhi performa dari antenna tersebut.
28

***Halaman ini sengaja dikosongkan***

Anda mungkin juga menyukai