Anda di halaman 1dari 15

Adab makan dan minum

Adab-adab makan dan minum meliputi tiga hal; adab sebelum makan, adab ketika makan dan
adab setelah makan.

1. Adab Sebelum Makan


a. Hendaknya berusaha (memilih untuk) mendapatkan makanan dan minuman yang halal dan
baik serta tidak mengandung unsur-unsur yang haram, berdasarkan firman Allah:

‫ت َما َرزَ ْقنَا ُك ْم‬ َ ‫َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكلُوا ِم ْن‬
ِ ‫ط ِي َبا‬

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu…” [Al-Baqarah/2: 172]

b. Meniatkan tujuan dalam makan dan minum untuk menguatkan badan, agar dapat
melakukan ibadah, sehingga dengan makan minumnya tersebut ia akan diberikan ganjaran
oleh Allah.

c. Mencuci kedua tangannya sebelum makan, jika dalam keadaan kotor atau ketika belum
yakin dengan kebersihan keduanya.[1]

d. Meletakkan hidangan makanan pada sufrah (alas yang biasa dipakai untuk meletakkan
makanan) yang digelar di atas lantai, tidak diletakkan di atas meja makan, karena hal tersebut
lebih mendekatkan pada sikap tawadhu’. Hal ini sebagaimana hadits dari Anas Radhiyallahu
anhu, dia berkata:

‫س ُك ُّر َج ٍة‬ ٍ ‫سلَّ َم َعلَى ِخ َو‬


ُ ‫ان َولَ ِف ْي‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ َما أ َ َك َل َر‬.
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah makan di atas meja makan dan tidak
pula di atas sukurrujah [2].” [HR. Al-Bukhari no. 5415]

e. Hendaknya duduk dengan tawadhu’, yaitu duduk di atas kedua lututnya atau duduk di atas
punggung kedua kaki atau berposisi dengan kaki kanan ditegakkan dan duduk di atas kaki
kiri. Hal ini sebagaimana posisi duduk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang didasari
dengan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ُ‫س ْالعَ ْبد‬ ُ ‫لَ آ ُك ُل ُمتَّ ِكئًا ِإنَّ َما أَنَا َع ْبد ٌ آ ُك ُل َك َما يَأ ْ ُك ُل ْالعَ ْبد ُ َوأَجْ ِل‬.
ُ ‫س َك َما يَجْ ِل‬

“Aku tidak pernah makan sambil bersandar, aku hanyalah seorang hamba, aku makan
sebagaimana layaknya seorang hamba dan aku pun duduk sebagaimana layaknya seorang
hamba.” [HR. Al-Bukhari no. 5399]
f. Hendaknya merasa ridha dengan makanan apa saja yang telah terhidangkan dan tidak
mencela-nya. Apabila berselera menyantapnya, jika tidak suka meninggalkannya. Hal ini
sebagaimana hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu :

ُ‫ط ِإ ِن ا ْشت َ َهاهُ أ َ َكلَهُ َو ِإ ْن ك َِر َههُ ت ََر َكه‬


ُّ َ‫طعاَما ً ق‬
َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫اب َر‬
َ ‫ َما َع‬.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan, apabila beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berselera, (menyukai makanan yang telah dihidangkan) beliau
memakannya, sedangkan kalau tidak suka (tidak berselera), maka beliau
meninggalkannya.”[3]

g. Hendaknya makan bersama-sama dengan orang lain, baik tamu, keluarga, kerabat, anak-
anak atau pembantu. Sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫ار ْك لَ ُك ْم فِ ْي ِه‬ َ ‫اِجْ ت َِمعُ ْوا َعلَى‬.


ِ َ‫طعا َ ِم ُك ْم يُب‬

“Berkumpullah kalian dalam menyantap makanan kalian (bersama-sama), (karena) di dalam


makan bersama itu akan memberikan berkah kepada kalian.” [HR. Abu Dawud no. 3764,
hasan. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 664]

2. Adab Ketika Sedang Makan


a. Memulai makan dengan mengucapkan, ‘Bismillaah.’
Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ِ ‫ ِبس ِْم هللاِ أ َ َّولَهُ َو‬:‫ِي أ َ ْن َيذْ ُك َر اس َْم هللاِ فِ ْي أَ َّو ِل ِه فَ ْل َيقُ ْل‬
ُ‫آخ َره‬ َ ‫ فَإِذَا نَس‬،‫ ِإذَا أ َ َك َل أ َ َحد ُ ُك ْم فَ ْل َيذْ ُك ِر اس َْم هللاِ ت َ َعالَى‬.

“Apabila salah seorang di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: ‘Bismillaah’, dan
jika ia lupa untuk mengucapkan bismillaah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan:
‘Bismillaah awwaalahu wa aakhirahu’ (dengan menyebut Nama Allah di awal dan
akhirnya).”[4]

b. Hendaknya mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ْ َ‫ي أ‬
ُ ،ٍ‫طعَ َمنِ ْي َهذَا َو َرزَ قَنِ ْي ِه ِم ْن َغي ِْر َح ْو ٍل ِمنِ ْي َولَ قُ َّوة‬
‫غ ِف َر لَهُ َماتَ َقد ََّم ِم ْن ذَ ْنبِ ِه‬ ْ ‫ ا َ ْل َح ْمد ُ ِِِهللِ الَّ ِذ‬:َ‫طعَاما ً َوقَال‬
َ ‫ َمنَ أ َ َك َل‬.

“Barangsiapa sesudah selesai makan berdo’a: ‘Alhamdulillaahilladzi ath‘amani hadza wa


razaqqaniihi min ghairi haulin minni walaa quwwatin (Segala puji bagi Allah yang telah
memberi makanan ini kepadaku dan yang telah memberi rizki kepadaku tanpa daya dan
kekuatanku),’ niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.”[5]
c. Hendaknya makan dengan menggunakan tiga jari tangan kanan.[6]
Menyedikitkan suapan, memperbanyak kunyahan, makan dengan apa yang terdekat darinya
dan tidak memulai makan dari bagian tengah piring, berdasarkan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

َ‫س ِم هللاَ َو ُك ْل بِ َي ِم ْينِكَ َو ُك ْل ِم َّما يَ ِليْك‬


َ ‫غالَ ُم‬
ُ ‫يَا‬.

“Wahai anak muda, sebutlah Nama Allah (bismillaah), makanlah dengan tangan kananmu
dan makanlah dari apa-apa yang dekat denganmu.”[7]

Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pula:

َ ‫طعَ ِام فَ ُكلُ ْوا ِم ْن َحافَتَ ْي ِه َولَ تَأ ْ ُكلُ ْوا ِم ْن َو‬
‫س ِط ِه‬ َّ ‫ط ال‬ َ ‫ ْالبَ َر َكةُ ت َ ْن ِز ُل َو‬.
َ ‫س‬

“Keberkahan itu turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari pinggir-piring dan
janganlah memulai dari bagian tengahnya.”[8]

d.Hendaknya menjilati jari-jemarinya sebelum dicuci tangannya, sebagaimana sabda


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫سحْ يَدَهُ َحتَّى يَ ْلعَ َق َها أَ ْو ي ُْل ِع َق َها‬ َ ‫إِذَا أ َ َك َل أ َ َحد ُ ُك ْم‬.
َ ‫طعَاما ً فَالَ يَ ْم‬

“Apabila salah seorang di antara kalian telah selesai makan, maka janganlah ia mengusap
tangannya hingga ia menjilatinya atau minta dijilatkan (kepada isterinya, anaknya).”[9]

e. Apabila ada sesuatu dari makanan kita terjatuh, maka hendaknya dibersihkan bagian yang
kotornya kemudian memakannya. Berdasarkan hadits:

‫ان‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫ط ما َ َكانَ ِب َها ِم ْن أَذَى ث ُ َّم ِل َيأ ْ ُك ْل َها َولَ َيدَ ْع َها ِلل‬
َ ‫ش ْي‬ ْ ‫ت ِم ْن أ َ َح ِد ُك ْم اللُّ ْق َمةُ فَ ْلي ُِم‬ َ َ‫سق‬
ْ ‫ط‬ َ ‫ ِإذَا‬.

“Apabila ada sesuap makanan dari salah seorang di antara kalian terjatuh, maka hendaklah
dia membersihkan bagiannya yang kotor, kemudian memakannya dan jangan
meninggalkannya untuk syaitan.”[10]

d. Hendaknya tidak meniup pada makanan yang masih panas dan tidak memakannya hingga
menjadi lebih dingin. Tidak boleh juga, untuk meniup pada minuman yang masih panas,
apabila hendak bernafas maka lakukanlah di luar gelas sebanyak tiga kali sebagaimana hadits
Anas bin Malik.

ً ‫ب ثَالَثا‬
ِ َ ‫شر ا‬ ُ ‫ َكانَ َيتَنَ َّف‬.
َّ ‫س ِفي ال‬

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika minum, beliau bernafas (meneguknya) tiga kali
(bernafas di luar gelas).”[11]

Begitu juga hadits Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu:

‫ب‬ ُّ ‫نَ َهى َع ِن النَّ ْفخِ فِي ال‬.


ِ ‫ش ْر‬
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk meniup (dalam gelas) ketika
minum.”[12]

Adapula hadits dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhu:

‫س فِي اْ ِإلنا َ ِء أَ ْو يُ ْنفَ َخ فِ ْي ِه‬


َ ‫نَ َهى أ َ ْن يُتَنَ َّف‬.

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas
(ketika minum) dan meniup di dalamnya.”[13]

e. Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui batas.


Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“‫ث‬ ٌ ُ‫ث ِلش ََرا ِب ِه َوثُل‬


ٌ ُ‫ام ِه َوثُل‬ ٌ ُ‫ص ْل َبهُ فَإِ ْن لَ ْم َي ْف َع ْل فَثُل‬
َ ‫ث ِل‬
ِ ‫ط َع‬ ْ ‫ي ِو َعا ًء ش ًَّرا ِم ْن َب‬
ُ َ‫ط ِن ِه َحسْبُ اب ِْن آدَ َم لُقَ ْي َماتٌ يُ ِق ْمن‬ ٌّ ‫َما َمأل َ آدَ ِم‬
‫ ِلنَفَ ِس ِه‬.”

“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya
memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan
tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan,
sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk nafasnya.”[14]

f. Hendaknya memulai makan dan minum dalam suatu jamuan makan dengan mendahulukan
(mempersilahkan mengambil makanan terlebih dahulu) orang-orang yang lebih tua umurnya
atau yang lebih memiliki derajat keutamaan. Hal tersebut merupakan bagian dari adab yang
terpuji. Apabila tidak menerapkan adab tersebut, maka berarti mencerminkan sifat serakah
yang tercela.

g. Hendaknya tidak memandang kepada temannya ketika makan, dan tidak terkesan
mengawasinya karena itu akan membuatnya merasa malu dan canggung. Namun sebaiknya
menundukkan pandangan dari orang-orang yang sedang makan di sekitarnya dan tidak
melihat ke arah mereka karena hal itu menyinggung perasaannya atau mengganggunya.

h. Hendaknya tidak melakukan sesuatu yang dalam pandangan manusia dianggap


menjijikkan, tidak pula membersihkan tangannya dalam piring, dan tidak pula menundukkan
kepalanya hingga dekat dengan piring ketika sedang makan, mengunyah makanannya agar
tidak jatuh dari mulutnya, juga tidak boleh berbicara dengan ungkapan-ungkapan yang kotor
dan menjijikkan karena hal itu dapat mengganggu teman (ketika sedang makan). Sedangkan
mengganggu seorang muslim adalah perbuatan yang haram.

i. Jika makan bersama orang-orang miskin, maka hendaknya mendahulukan orang miskin
tersebut. Jika makan bersama-sama teman-teman, diperbolehkan untuk bercanda, senda
gurau, berbagi kegembiraan, suka cita dalam batas-batas yang diperbolehkan. Jika makan
bersama orang yang mempunyai kedudukan, maka hendaknya ia berlaku santun dan hormat
kepada mereka.

3. Adab Setelah Makan


a. Menghentikan makan dan minum sebelum sampai kenyang, hal ini semata-mata
meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menghindarkan diri dari kekenyangan
yang menyebabkan sakit perut yang akut dan kerakusan dalam hal makan yang dapat
menghilangkan kecerdasan.
b. Hendaknya menjilati tangannya kemudian mengusapnya atau mencuci tangannya. Dan
mencuci tangan itu lebih utama dan lebih baik.

c. Memungut makanan yang jatuh ketika saat makan, sebagai bagian dari kesungguhannya
dalam menerapkan adab makan dan hal itu termasuk cerminan rasa syukurnya atas limpahan
nikmat yang ada.

d. Membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela giginya, dan berkumur untuk
membersihkan mulutnya, karena dengan mulutnya itulah ia berdzikir kepada Allah Azza wa
Jalla dan berbicara dengan teman-temannya.

e. Hendaknya memuji Allah Azza wa Jalla setelah selesai makan dan minum. Dan apabila
meminum susu, maka ucapkanlah do’a setelah meminumnya, yaitu:

ُ‫ار ْك لَنَا فِ ْي َما َرزَ ْقتَنَا َو ِزدْنَا ِم ْنه‬


ِ َ‫اَلل ُه َّم ب‬.

“Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami pada apa-apa yang telah Engkau rizkikan
kepada kami dan tambahkanlah (rizki) kepada kami darinya.”[15]

Jika berbuka puasa di rumah seseorang, hendaklah dia berdo’a:-editor

ُ‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َمالَ ِئ َكة‬


ْ َّ‫صل‬ ُ ‫طعَا َم ُك ُم اْألَب َْر‬
َ ‫ار َو‬ َ ‫صائِ ُم ْونَ َوأ َ َك َل‬ َ ‫اَ ْف‬.
َّ ‫ط َر ِع ْندَ ُك ُم ال‬

“Telah berbuka di rumahmu orang-orang yang berpuasa, telah makan makananmu orang-
orang baik dan semoga para Malaikat bershalawat (berdo’a) untukmu.”[16]

[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-
Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki
Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H – Maret
2006M]
________
Footnote
[1]. Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

َ ‫َأرادَ أ َ ْن يَأ ْ ُك َل َغ‬


‫س َل يَدَ ْي ِه‬ َ ‫ضأ َ َوإِذَا‬ َ ‫َكانَ إِذَا أ َ َرادَ أ َ ْن يَن‬
َّ ‫َام َو ه َُو ُجنُبٌ ت ََو‬

“Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak tidur sedangkan beliau dalam
keadaan junub, maka beliau berwudhu’ terlebih dahulu dan apabila hendak makan, maka
beliau mencuci kedua tangannya terlebih dahulu.” [HR. An-Nasa-i I/50, Ahmad VI/118-119.
Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 390, shahih]

[2]. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani di dalam kitab Syamaa-il Muhammadiyyah


hal. 88 no. 127 memberikan pengertian tentang sukurrujah yaitu piring kecil yang biasa
dipakai untuk menempatkan makanan yang sedikit seperti sayuran lalap, selada dan cuka.
Ibnu Hajar dalam Fat-hul Baari (IX/532) berkata: “Guru kami berkata dalam Syarah at-
Tirmidzi, “Sukurrujah itu tidak digunakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para Sahabatnya karena kebiasaan mereka makan bersama-sama dengan menggunakan
shahfah yaitu piring besar untuk makan lima orang atau lebih. Dan alasan yang lainnya
adalah karena makan dengan sukurrujah itu menjadikan mereka merasa tidak kenyang.”-penj.
[3]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 3563), Muslim (no. 2064) dan Abu Dawud
(no. 3764).
[4]. Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3767), at-Tirmidzi (no. 1858), Ahmad
(VI/143), ad-Darimi (no. 2026) dan an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 281).
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil (no. 1965)
[5]. Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4023), at-Tirmidzi (no. 3458), Ibnu Majah
(no. 3285), Ahmad (III/439) dan al-Hakim (I/507, IV/192) serta Ibnu Sunni dalam ‘Amalul
Yaum wal Lailah (no. 467). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil (no.
1984).
[6]. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫غ لَ ِعقَ َها‬
َ ‫ف ِِإذَا فَ َر‬
َ ،‫صا ِب َع‬ ِ َ‫سلَّ َم َكانَ َيأ ْ ُك ُل ِبثَال‬
َ َ‫ث أ‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ ِإ َّن َر‬.
َ ِ‫س ْو َل هللا‬

“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa makan dengan meng-


gunakan tiga jari tangan (kanan) apabila sudah selesai makan, beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjilatinya.” [HR. Muslim no. 2032 (132), Abu Dawud no. 3848].-penj.

Tiga jari yang dimaksud adalah jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari, sebagaimana yang
dijelaskan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fat-hul Baari IX/577.-penj.
[7]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5376), Muslim (no. 2022), Ibnu Majah (no.
3267), ad-Darimi (II/100) dan Ahmad (IV/26).
[8]. Shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2031 (129)), Abu Dawud (no. 3772) dan Ibnu
Majah (no. 3269). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahiihul Jaami’
(no. 379)
[9]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5456) dan Muslim (no. 2031 (129)).
[10]. Shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2033 (135)), Abu Dawud (no. 3845) dan
Ahmad (III/301). Lihat Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah (no. 1404), karya Syaikh al-
Albani.
[11]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5631), Muslim (no. 2028), at-Tirmidzi (no.
1884), Abu Dawud (no. 3727).
[12]. Hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1887), hasan. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no.
1977), karya Syaikh al-Albani.
[13]. Hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1888), Abu Dawud (no. 3728), Ibnu Majah
(no. 3429), (Ahmad I/220, 309). Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1977) , karya Syaikh al-Albani.
[14]. Hasan: Diriwayatkan oleh Ahmad (IV/132), Ibnu Majah (no. 3349), al-Hakim (IV/
121). Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1983), karya Syaikh al-Albani rahimahullah.
[15]. Hasan: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3730), at-Tirmidzi (no. 3451) dan an-Nasa-i
dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 286-287). Dihasankan oleh Syaikh Nashiruddin al-
Albani rahimahullah dalam Shahiih Jami’ush Shaghiir (no. 381). Lafazh ini terdapat dalam
kitab Ihyaa’ ‘Uluumiddiin (II/6).
[16]. Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3854) dan Ibnu Majah (no. 1747).
Dishahihkan
II. HADIS DAN TERJEMAHNYA
A. Hadis Tentang Tata Cara Makan di Meja Makan

ُ ُ‫ ُكنت‬: ‫ قال‬,‫عن عمربن ابي سلمة‬


,‫غال ًما في َح ْج ِر النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫ و ُك ْل‬, ‫ و ُك ْل بِيَ ِم ْينِك‬,‫س ِم هللا‬ ُ َ ‫ "يا‬: ‫ فقال‬,‫ص ْحفَ ِة‬
َ , ‫غال ُم‬ ُ ‫ِي ت َ ِط‬
َّ ‫يش في ال‬ ْ ‫وكان‬
ْ ‫َت يَد‬
) ‫ِم َّما َ ِليْك"(رواه مسلم والطبراني والبيهقى‬
Dari umar bin abi salamah ia berkata: “Sewaktu aku kecil pada masa nabi SAW.
tanganku selalu bergerak kesana kemari dalam piring makan, karena itu Nabi berkata: hai
Anak sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kanan engkau, dan makanlah yang ada
di sekitarmu”. ( HR. Muslim, thabrani dan baihaqi )1[1]
B. Perintah Makan Menggunakan Tangan Kanan

‫ " اِذَا ا َ َك َل ا َ َحدُ ُك ْم فَ ْل َيا ْ ُك ْل ِب َي ِم ْينِ ِه‬:‫عن ابي هريرة عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ب بِ ِش َما ِل ِه ( رواه‬ ُ ‫طانَ يَا ْ ُك ُل ِب ِش َما ِل ِه َويَ ْش َر‬
َ ‫ش ْي‬ ُ ‫ب فَ ْليَ ْش َر‬
َّ ‫ب ِبيَ ِم ْينِ ِه فَا َِّن ال‬ َ ‫َواِذَا ش َِر‬
)‫مسلم والنسائ في السنان الكبرى‬
Dari abi hurairah ra dari Nabi SAW bersabda: “ jika salah seorang dari kalian makan,
makanlah dengan menggunakan tangan kanan dan jika minum, minumlah juga dengan tangan
kanannya. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kirinya dan juga minum dengan
tangan kirinya. ( HR. Muslim dan Nasa’i di dalam sunan Kubro) 2[2]

C. Perintah Makan, Minum, dan Berpakaian Tanpa Berlebihan

‫ انه قال‬, ‫عن عمرو بن شعيب عن ابيه عن جده عن النبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫س َرفٍ َو ََل َم ِخ ْيلَ ٍة ( رواه البيهقى في‬ َ ‫صدَّقُواْ ِفي‬
َ ‫غي ِْر‬ ُ ‫ ُكا ُ ْوا َو ْش َربُواْ َو ْال َب‬:
َ َ ‫س ْوا َوت‬
)‫شعب اَليمان‬
Dari umar bin syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi SAW, sesungguhnya Nabi
Bersabda: makanlah, minumlah, berpakaianlah dan shodaqohlah tanpa berlebihan dan sikap
sombong.( HR. Baihaqi pada bab iman)3[3]
D. Membagi Perut Menjadi 3 Bagian

ُّ ‫ َما َمالَ َء اَدَ ِم‬:‫سو َل هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ي‬ ُ ‫عن المقدام بن معدي كرب ا َ َّن َر‬
‫ص ْلبَهُ فَ ِا ْن َكانَ َلَم َحاَلةَ فَا ِع ًال‬
ُ َ‫ب اب ِْن اَدَ َم لُقَ ْي َمةٌ يُ ِق ْمن‬ ْ َ‫ِو َعا َء ش ًَّرا ِم ْن ب‬
ِ ‫ بِ َح ْس‬,‫طنِ ِه‬
ٌ ُ‫ث ِلش ََرا ِبه وثُل‬
) ‫ث ِلنَ ْفسِه ( رواه الترمذى وابن حبان‬ ٌ ُ‫امه وثُل‬ ٌ ُ‫فَثُل‬
َ ‫ث ِل‬
ِ ‫ط َع‬
Dari miqdam bin ma’dikariba sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:“Tidaklah
seorang anak Adam mengisi sesuatu yang lebih buruk dari perutnya sendiri , cukuplah bagi
anak adam beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya, jikapun ingin
berbuat lebih, maka sepertiga untuk makanan dan sepertiga untuk minum dan sepertiga lagi
untuk nafasnya. ( HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)4[4]
III. PEMBAHASAN
Seorang muslim bilamana makan hendaknya di niatkan agar kuat dalam melaksanakan
ibadah. Namun Nabi SAW. Melarang seseorang yang berniat akan berpuasa terus menerus,
karena setiap anggota tubuh mempunyai hak yang harus dipenuhi yaitu makan dan minum.
Berikut ini beberapa etika islam dalam hal makan dan minum secara umum yang kami
ambil dari beberapa hadis Nabi di atas.
1. Membaca Basmallah
Pada hadis ini menceritakan Umar Ibn Abi Salamah pada saat masih kecil dan sewaktu
ia tinggal bersama Nabi, pada waktu beliau masih dalam masa kanak-kanak ia diasuh langsung
oleh Nabi, ia selalu makan bersama-sama dengan Nabi, dan mengambil apa saja yang dia sukai
walaupun makanan itu tidak terletak di dekatnya, dan tidak memelihara adab makan bersama-
sama. Karena telah menjadi kebiasaan orang Arab makan dalam sebuah piring.
Atas perbuatan Umar tersebut, Nabi menyuruh umar untuk memakan apa yang ada di
hadapannya saja dengan menggunakan tangan kanan dan membaca basmallah di waktu akan
memulai makan.
Membaca basmallah ketika makan bersama-sama menurut pendapat ulama adalah
sunnah kifayah. Jika telah ada yang membacanya, tidak lagi di tuntut untuk membaca
semuanya. Namun dalam pada itu tetap disukai supaya masing-masing membacanya, karena
menurut pendapat jumhur, sunnat kifayat sama dengan fardu kifayah yang mula-mulanya
dituntut terhadap semuanya.5[5]
Membaca basmallah menurut Muhammad ‘Allan Ash-shodiqy Asy-Syafi’I Al-Makky
adalam membaca secara lengkap ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬, dan makan yang ada di sekitarnya
maksudnya adalah makanan yang ada di hadapannya, yaitu jika makanan itu hanya satu macam
makanan yang tersaji, namun jika ada bermacam-macam makanan yang tersaji maka boleh
makan dan mengambil dari sekitarnya.6[6]
2. Menggunakan Tangan Kanan
Nabi memerintahkan kita untuk makan dengan menggunakan tangan kanan karena
menurut riwayat setan makan dengan menggunakan tangan kirinya. Tangan kanan lebih mulia
daripada tangan kiri dan biasanya tangan kanan lebih kuat daripada tangan kiri. Dalam kitab
Ar Risalah dan Al umm, Imam Syafi’i mewajibkan kita untuk makan dengan menggunakan
tangan kanan karena ada ancaman terhadap orang yang makan dengan tangan kiri. Namun
menurut imam ibnu hajar al asqalani dalam syarh fathul bari pendapat imam syafi’I
mewajibkan makan menggunakan tangan kanan itu tidak ada dasar yang pasti.7[7]
Dalam shohih muslim yang diriwayatkan oleh Salamah ibn Al-Akwa’,

‫ ا َ َّن ا َ َباهُ َحدَّثَهُ ا َِّن َر ُج ًال ا َ َك َل عند رسول هللا ص‬: ‫عن بن سلمة بن اَلكوع‬
‫ت) َما‬ َ َ ‫ قال ( ا َ ََل اِ ْست‬. ‫ ََل ا َ ْست َ ِطي ُع‬:‫ ِب ِش َما ِل َها فقال ( ُك ْل بِ َي ِم ْينِك) قال‬. ‫م‬
َ ‫ط ْع‬
.‫ فما رفعها الى فيه‬: ‫ قال‬. ‫َمنَ َعهُ اَِلَّ ْال ِكبَ ُر‬
Dari Ibn Salamah bin Al-Akwa’ sesungguhnya Dia diberi tahu oleh Ayahnya,
bahwasanya seorang laki-laki makan di samping rasulullah SAW. Dengan menggunakan
tangan kirinya. Rasulullah bersabda: “ makanlah dengan tangan kananmu”, Dia menjawab:
Saya tidak bisa makan dengan tangan kanan. Maka Nabi berkata: “ Apakah engkau tidak bisa
makan dengan tangan kanan.? Hanya ketakaburan yang menghalanginya.” Akwa’ berkata:
Maka mulai waktu itu dia tidak bisa mengangkat tangan kanannya lagi.8[8]
Nabi juga mengajarkan kepada para sahabatnya untuk menggunakan tangan kanan
untuk melakukan hal-hal yang baik. Khalifah Umar bin Khattab r.a, bahkan menyuruh
bendaharanya untuk membayar pelayan yang menolong seseorang yang tangan kanannya
terluka berat dalam peperangan.
Beberapa orang tertentu mungkin memiliki masalah yang membuatnya tidak dapat
menggunakan tangan kanannya, seperti lumpuh dan lain-lain. Dalam hal ini mereka di beri
keringanan. An-Nawawi mengatakan: “ jika seseorang yang memiliki alasan yang kuat dan
benar untuk tidak makan dan minum menggunakan tangan kanannya, seperti penyakit atau
cidera, maka hal ini bukan menjadi larangan”.9[9]
Nabi menyuruh Umar supaya makan menggunakan tangan kanannya. Hal ini adalah
karena setan menurut riwayat, makan dengan tangan kiri. Dan karena tangan kanan, biasanya
lebih mulia dan lebih kuat dari pada tangan kiri, begitu juga diwaktu minum.10[10]
Islam memberikan keringanan bagi orang yang mempunyai kekurangan seperti halnya
orang kidal. Apabila orang tersebut masih kuat menggunakan tangan kanan, maka tetap
dianjurkan menggunakan tangan kanan karena termasuk sunnah Rosul. Walaupun sudah
terbiasa bagi mereka menggunakan tangan kiri, tetapi mereka harus berusaha dan membiasakan
menggunakan tangan kanannya. Seperti yang terkandung dalam surat Al-Insyirah ayat 6:
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
3. Makan dan minum tanpa berlebihan
Islam mengajarkan untuk menjaga jadwal menu makan dengan baik. Manusia diajarkan
mengonsumsi berbagai variasi makanan dengan cukup dan tidak berlebih-lebihan. Baik Al
Qur’an maupun Hadis banyak membahas tentang hal ini, sebelum ilmu pengetahuan
menemukan konsep angka kecukupan gizi righ dietary allowance ).
Al-Qur’an menyatakan secara berkali-kali larangan untuk makan berlebih-lebihan.
Manusia cukup mengonsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan gizi. Allah berfirman
dalam surah Thaha Ayat 81:
Artinya : “makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu,
dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. dan
Barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, Maka Sesungguhnya binasalah ia”.

Menguatkan apa yang dijelaskan Al-Qur’an, nabi Muhammad juga bersabda dalam
hadisnya untuk makan secukupnya, cukup untuk membuat orang bertahan hidup.11[11]

4. Menyisakan Sepertiga Perut Untuk Udara


Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Miqdam, bahwasanya Nabi memerintahkan
kita untuk makan yang cukup dan tidak memenuhi seluruh perut kita dengan makanan. Tetapi
dibagi menjadi tiga bagian, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, dan sepertiga untuk
udara.
Sebagai ilustrasi, jika sebuah blender yang diisi penuh sampai ke atas dan kemudian
mesinnya di hidupkan, maka blender itu bisa pecah atau rusak. Perut manusia bukan blender,
tetapi sebagai penghalus, berfungsi juga sebagai pemecah, pencampur, dan pengolah makanan,
segalanya menjadi satu.
Pembatasan makanan tidak berarti anjuran untuk menahan lapar terus menerus yang
membuat orang lapar gizi. Al-hadis mengajarkan untuk makan setelah lapar, dan berhenti
sebelum kenyang. namun yang dimaksud lapar di sini bukanlah lapar dalam pengertian lapar
gizi.
Dengan demikian , islam telah mengajarkan pola makan yang seimbang. Pola makan
yang berlebihan merupakan sesuatu yang dilarang oleh Allah. Telah terbukti dalam literatur
kesehatan bahwa makanan yang berlebihan merupakan dasar dari berbagai penyakit. Kelebihan
makanan dapat membuat obesitas yang menambah resiko berbagai penyakit seperti diabetes,
hipertensi, jantung, dan lain-lain. Untuk menjaga agar terbiasa tidak makan berlebihan, islam
juga mengatur puasa wajib di bilan ramadan dan puasa sunat di hari lainnya. 12[12]
Secara umum tatacara makan dan minim yang baik yang harus dilakukan adalah:
1. Makan
a. Mencuci tangan sebelum makan
b. Membaca basmallah
c. Makan di mulai dari yang berada di sebelah kana dahulu
d. Mengecilakn suap dan menghaluskan kunyahan
e. Tidak memandang kepada wajah teman makan
f. Tidak sambil bersandar
g. Tidak makan ketika kenyang
h. Mengambil makanan dari sisi piring/wadah
i. Menjilat anak jari ketika selesai makan
j. Membaca hamdallah

2. Minum
a. Memandang kedalam gelas sebelum meminum airnya
b. Membaca basmallah
c. Mengesap air dan tidak menenggaknya
d. Tidak sambil berdiri
e. Membaca hamdallah13[13]
Al-A'raf, Ayat 157

‫ي ْاأل ُ ِمي‬ َّ ‫سو َل النَّ ِب‬ ُ ‫الر‬َّ َ‫ْم ُِالَّذِي يَ ِجدُونَهُ َم ْكتُوبًا ِع ْندَه َِالَّذِينَ يَت َّ ِبعُون‬
‫اإل ْن ِجي ِل يَأ ْ ُم ُر ُه ْم بِ ْال َم ْعر‬
ِ ْ ‫ع ِن ْال ُم ْن َك ِر ُِفِي الت َّ ْو َراةِ َو‬ َ ‫وف َويَ ْن َها ُه ْم‬ِ
‫ص َر ُه ْم‬ ْ ‫ع ْن ُه ْم ِإ‬
َ ‫ض ُع‬ َ ‫ث َو َي‬ َ ِ‫علَ ْي ِه ُم ا ْل َخ َبائ‬
َ ‫ت َويُ َح ِر ُم‬ َّ ‫َويُ ِح ُّل لَ ُه ُم‬
ِ ‫الط ِي َبا‬
َ‫علَ ْي ِه ْم ۚ فَالَّذِين‬
َ ‫َت‬ ْ ‫ص ُروهُ َو ْاأل َ ْغ َال َل الَّتِي َكان‬ َ َ‫ع َّز ُروهُ َون‬ َ ‫آ َمنُوا بِ ِه َو‬
‫ور الَّذِي أ ُ ْن ِز َل َمعَهُ ۙ أُو َٰلَئ‬ َ ُّ‫ِواتَّبَعُوا الن‬ َ ِ َ‫َك ُه ُم ْال ُم ْف ِل ُحون‬

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di
dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan
melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al
Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Surat Al-Baqarah Ayat 172

ُ‫ت َما َرزَ ْقنَا ُك ْم َوا ْش ُك ُروا ِ َّّلِلِ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ِإيَّاه‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكلُوا ِم ْن‬
ِ ‫ط ِيبَا‬
َ‫تَ ْعبُدُون‬

172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.

Surat Al-Mu’minun Ayat 5

ِ ‫َوالَّذِينَ ُه ْم ِلفُ ُر‬


ُ ِ‫وج ِه ْم َحاف‬
َ‫ظون‬
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

Anda mungkin juga menyukai