Anda di halaman 1dari 7

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES PESERTA DIDIK MELALUI

PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM KONSEP


FLUIDA

Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)


Model pembelajaran STM merupakan pendekatan terpadu antara sains teknologi dan
diterapkannya konsep dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan model STM di
dalamnya mengandung unsur pembelajaran konstruktivisme, dimana siswa dituntut untuk
membangun suatu konsep atau pengertian berdasarkan perspektif mereka yang diperoleh dari
pengalaman orang lain yang dihubungkan dengan pengalaman pribadi siswa itu sendiri
sehingga konsep tersebut dapat lebih mudah dimengerti oleh siswa. Ide utama
konstruktivisme adalah bahwa siswa tidak bisa belajar secara pasif menyerap atau menyalin
pemahaman orang lain. Model pembelajaran STM dapat melatih kepedulian siswa terhadap
lingkungan di sekitarnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Anna (2005: 123) bahwa
tujuan model pembelajaran STM adalah untuk membentuk individu yang memiliki
pemahaman konsep sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah
masyarakat dan lingkungannya. Pada istilah STM terkandung tiga kata kunci, yaitu sains,
teknologi dan masyarakat. Karenanya paradigma pendekatan STM dalam pembelajaran sains
pada hakikatnya dapat ditinjau dari pengertian sains, teknologi dan masyarakat, interaksi
antar ketiganya serta keterkaitannya dengan tujuan pendidikan sains. Dalam pendidikan fsika,
penulis mengusulkan penerapan program STM dalam fisika di sekolah. Sebab, fisika
termasuk ilmu pengetahuan sains yang sangat mempengaruhi perkembangan teknologi dan
telah memasuki seluruh aspek kehidupan manusia.
Model pembelajaran STM adalah model pembelajaran yang bertujuan menyajikan
konteks dunia nyata dalam pendidikan dan pendalaman sains (Edi, 2008). Program STM
adalah proses belajar mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman dan kehidupan
manusia sehari-hari, dengan fokus isu-isu atau masalah yang sedang dihadapi masyarakat,
baik bersifat lokal, regional, nasional, maupun global yang memiliki komponen sains dan
teknologi. Model pembelajaran STM dalam mata pelajaran fisika bertujuan untuk membantu
siswa dalam belajar untuk mencapai lima tujuan utama dalam pembelajaran fisika. Tujuan ini
diungkapkan oleh Yager (1996: 11) meliputi :
1. Domain konsep
Domain konsep memfokuskan pada muatan kefisikaannya. Domain ini meliputi fakta,
penjelasan, teori-teori dan hukum-hukum.
2. Domain proses
Domain ini menekankan pada bagaimana proses memperoleh pengetahuan ilmiah
yang dilakukan saintifik. Domain ini sering disebut keterampilan proses sains, seperti
mengamati, menanya, menginterpretasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, hasil
eksperimen.
3. Domain aplikasi
Domain ini menekankan pada penerapan konsep dan keterampilan memecahkan
masalah sehari-hari, misalnya menggunakan proses ilmiah dalam memecahkan masalah yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, memahami dan menilai laporan media massa mengenai
pengembangan pemgetahuan atau konsep-konsep sains.
4. Domain kreativitas
Domain kreativitas terdiri atas interaksi dari keterampilan dan proses mental. Dalam
konteks ini, kreativitas terdiri atas empat langkah, yaitu tantangan terhadap imajinasi,
inkubasi, kreasi fisik dan evaluasi.
5. Domain sikap
Domain ini meliputi pengembangan sikap-sikap positif terhadap sains pada umumnya,
kelas sains, program sains, kegunaan belajar sains, dan guru sains, serta yang tidak kalah
pentingnya adalah sikap positif terhadap diri sendiri.
Pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara
biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek: kaitan dan aplikasi pelajaran, kreativitas, sikap,
proses dan konsep pengetahuan. Dari aspek kaitan dan aplikasi pelajaran, siswa yang belajar
dengan pendekatan STM dapat menghubungkan yang mereka pelajari dengan kehidupan
sehari-hari, serta melihat manfaat perkembangan teknologi dan relevansinya. Dari sudut
kreativitas siswa lebih banyak bertanya, terampil dalam menganalisis penyebab dan efek dari
hasil observasi. Disamping berbeda dalam segi pengaplikasian dan kreativitas, dalam hal
sikap juga berbeda. Minat siswa terhadap fisika bertambah dan keingintahuannya juga
meningkat karena fisika dipandang sebagai alat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Mereka melihat proses sains sebagai keterampilan yang dapat digunakan dan perlu
dikembangkan. Yager (1996: 5-6) menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan sains dengan
menggunakan model pembelajaran STM adalah mempersiapkan siswa menjadi warga negara
dan warga masyarakat yang memiliki suatu kemampuan dan dasar untuk:
1. Menyelidiki, menganalisis, memahami dan menerapkan konsep atau prinsip
dan proses sains pada situasi nyata.
2. Membuat keputusan yang tepat dan mendasar tentang isu atau masalah-
masalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sains dan teknologi.
3. Merencanakan kegiatan, baik individu maupun kelompok dalam rangka
bertindak dan memecahkan isu atau masalah yang sedang dihadapi.
4. Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya.
Program STM memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Siswa mengidentifikasi masalah dengan dampak dan ketertarikan
lingkungan setempat.
 Menggunakan sumber daya setempat (lingkungan) untuk
mengumpulkan informasi yang digunakan dalam memecahkan masalah.
 Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-
hari.
 Merupakan kelanjutan dari pembelajaran di kelas dan di sekolah.
 Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
 Suatu pandangan bahwa isi sains tersebut lebih dari pada konsep-
konsep yang harus dikuasai siswa dalam tes.
 Penekanan pada keterampilan proses, dimana siswa dapat
menggunakannya dalam memecahkan masalah.
 Penekanan pada kesadaran berkarir, khususnya pada karir yang
berhubungan dengan sains dan teknologi.
 Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara, dimana
ia mencoba untuk memecahkan yang telah diidentifikasi.
 Mengidentifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa
depan.
 Kebebasan dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran STM dapat memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan
proses siswa, karena pembelajaran STM memiliki beberapa kelebihan, yaitu (Lilik, 2008).:
1. Dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektualnya
dalam berpikir logis dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Dapat membantu siswa mengenal dan memahami sains dan teknologi
serta besarnya peranan sains dan teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
3. Dapat membantu siswa memperoleh prinsip-prinsip sains dalam
teknologi.
4. Siswa lebih bebas berkreativitas selama proses pembelajaran
berlangsung
Model pembelajaran STM dilaksanakan melalui empat fase pembelajaran, yaitu
invitasi, eksplorasi, eksplanasi dan aksi atau aplikasi. Aktivitas pembelajaran pada masing-
masing fase tersebut adalah sebagai berikut :
1. Fase invitasi
Pada fase ini guru mengajak siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahui
dari fenomena alam yang ada dan terkait dengan isu-isu fsika di lingkungan sosial (dalam
kehidupan sehari-hari). Siswa dibangkitkan untuk berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
mencatat kejadian yang dlihat. Dari semua itu guru mengidentifikasi perbedaan-perbedaan
persepsi siswa, dan kemudian memformulasikannya dalam suatu topik pembelajaran. Atau
paling tidak mengaitkannya dengan pokok bahasan yang relevan yang terdapat dalam
kurikulum fisika.
2. Fase eksplorasi
Pada fase ini guru memfasilitasi siswa untuk melakukan aktivitas dalam rangka
memecahkan masalah yang telah diformulasikan pada fase invitasi. Untuk itu siswa
dibimbing dalam hal berpendapat, mencari informasi, bereksperimen, mengobservasi,
mengumpulkan dan menganalisis data, hingga merumuskan kesimpulan. Dalam hal ini guru
dituntut untuk terampil menciptakan kegiatan saintis yang layak dengan tingkat
perkembangan intelektual siswa.
3. Fase eksplanasi
Pada fase ini peran guru agak berbeda dengan perannya pada dua fase sebelumnya.
Pada fase ini peran guru lebih dominan. Guru mengelaborasi hasil kegiatan siswa pada fase
invitasi dan eksplorasi. Untuk itu, tetap mengaktifkan siswa, guru mengkomunikasikan
informasi, ide-ide, konsep-konsep, dan penjelasan baru untuk mengintegrasikan pemecahan
masalah berdasarkan pengetahuan atau teori ilmiah yang berlaku.
4. Fase aksi atau aplikasi
Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan kedalam masalah baru yang relevan. Pada fase ini juga hasil belajar pada ranah
koneksi dikembangkan. Siswa dibimbing untuk mampu mentransfer pengetahuan dan
keterampilan sains ke dalam aspek-aspek yang terdapat pada disiplin ilmu dan realitas yang
lain. Secara ringkas.
5. Tindak lanjut
Memberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan diajukan berdasarkan hasil
penyelidikan, Memberikan solusi pemecahan masalah atau membuat keputusan dan
memberikan ide. Melalui pembelajaran STM guru dianggap sebagai fasilitator, dan informasi
yang diterima siswa akan lebih lama diingat, siswa akan terlibat secara aktif dalam kegiatan
yang akan dilaksanakan, dalam pengumpulan data, dan menguji gagasan yang dimunculkan.
Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga
adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang
ditemukan sehari-hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah-langkah ilmiah
(Nuryani, 2003: 116-118). Dengan belajar menggunakan model pembelajaran STM,
diharapkan siswa dapat memahami materi pelajaran fiska dengan lebih baik yang pada
akhirnya dapat meningkatkan keterampilan proses mereka.
Penggunaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat akan memberi peluang
kepada siswa untuk mengalami proses belajar secara intensif, di samping dapat
menghilangkan perasaan jenuh atau cepat belajar ketika pengelolaan pembelajaran yang
hanya menggunakan metode ceramah berpatokan buku ajar saja. Disamping itu siswa akan
memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan lebih kuat melekat dalam memori
atau pikiran siswa untuk memahami pelajaran sehingga akan dapat meningkatkan
keterampilan proses siswa.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental. Penelitian yang dilakukan
termasuk jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment). karena tidak semua variabel
yang muncul dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Equavalenpost-test only control
group design. Populasi dalam penelitian ini, yaitu semua siswa kelas XI di SMA X Di Desa
Y. Jumlah seluruh populasi adalah 120 siswa. Setelah diuji kesetaraan, ternyata semua
populasi setara. Selanjutnya ditentukan sampel penelitian dengan teknik random sampling.
Sampel yang terpilih adalah kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan model
pembelajaran sains teknologi masyarakat dan kelas lain yang tidak terpilih sebagai kelompok
kontrol yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran grup diskusi.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang digunakan untuk
menghubungi siswa yang sudah menerapkan proses pembelajaran fisika dengan
menggunakan model pembelajaran STM. Maupun siswa yang menerapkan proses
pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran grup diskusi. Tes yang
digunakan dalam mengumpulkan data tentang hasil belajar fisika adalah tes penguasaan
konsep fisika dan dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari dengan soal PG satu jawaban
benar mendapat nilai 1 dan jawaban salah mendapat nilai 0. Tes ini terdiri dari 30 soal, tes ini
mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran fisika yang mereka peroleh
dalam treatment (perlakuan).
Perbedaan antara peserta didik yang mengikuti program STM dan yang tidak, antara
lain di bawah ini :
CARA Group diskusi STM

Kaitan dan Aplikasi Bahan Pelajaran Kaitan dan Aplikasi Bahan Pelajaran
Peserta didik tidak melihat nilai dan/atau manfaat yangdidik
Peserta mereka pelajari.
dapat menghubungkan yang
mereka pelajari dengan kehidupan sehari- hari.
Peserta didik tidak dapat menghubungkan
sains yang dipelajari dengan teknologi masa kini.
Peserta didik memperhatikan perkembangan
teknologi dan melalui fakta tersebut malihat
manfaat dan relevansi konsep sains dengan
Kreativitas teknologi.
Peserta didik kurang memiliki kemampuan bertanya.
Kreativitas
Peserta didik tidak efektif dalam meng-identifikasi sebab-akibat dari situasi tertentu.
Peserta didik lebih banyak bertanya, dan
seringkali memberikan pertanyaan yang di luar
Sikap dugaan guru.
Peserta didik hanya memiliki sedikit ide-ide. Peserta didik terampil mengidentifikasi kemungkinan
Minat peserta didik terhadap sains menurun dengan
dalammenaiknya
penyebab tingkat.
dan efek hasil observasi dan
Sains menurunkan rasa ingin tahu. kegiatan.
Guru dianggap sebagai pemberi informasi.
Peserta didik melihat sains untuk dipelajari. Sikap
Peserta didik terus menerus memiliki ide-ide.
Minat peserta didik bertambah dari tingkat ke
Proses tingkat.
Peserta didik melihat proses sains sebagai keterampilan yang ingin
dimiliki
Peserta didik tahuilmuwan.
tentang dunia fisik.
Peserta didik melihat proses sains sebagai sesuatu untuk dipraktekkan karena merupakan syarat.
Guru dianggap sebagai fasilitator.
Pengetahuan/konsep Peserta didik melihat sains sebagai alat untuk
Pengetahuan diperlukan untuk melaksanakan test. menyelesaikan masalah.
Pengetahuan hanya dipandang sebagai hasil belajar.
Retensi berlangsung singkat. Proses
Peserta didik melihat proses sains sebagai
ketrampilan yang dapat mereka gunakan.
Peserta didik melihat proses sains sebagai
keterampilan yang perlu dikembangkan
untuk kebutuhan mereka sendiri.

Pengetahuan/konsep
Peserta didik melihat pengetahuan sains
sebagai sesuatu yang diperlukan.
Pengetahuan dipandang sebagai bekal untuk
menyelesaikan masalah informasi yang diperoleh,
dan dapat melaksanakan trsansfer belajar dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai