Anda di halaman 1dari 4

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. PENGERTIAN KESELAMATAN
keselamatan kerja merupakan suatu keadaan aman dalam suatu kondisi aman secara
fisik, sosial, spritual, finalsial, politis dan emosional.jenis keselamatan perluh dilakukan
pembedaan antara produk yang memenuhi standar, yang aman, dan yang dirasakan.
resiko dan respon adanya resiko kematian, cedera, atau kerusakan pada suatu benda.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja dg cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpontensi membahayakan
para perkerja. Peningkatan kemampuan dalam membuat alat teknologi baru haryang mungkin
timbul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antra lain menyangkut ukuran
alat,alat pengendali,kemempuan dan ketrampilan pekerja,alat penanggulangan musibah,dan
pengawasan yang dilakukan.g memungkinkan terjadinya kerugian Ekonomi atau kesehatan.
2. JENIS KESELAMATAN.

perluh dilakukan pembedaan antara produk yang memenuhi standar, yang aman dan yang
dirasakan aman.

Terdapat 3 jenis keadaan:

keselamatan normatif: digunakan untuk menerangkan produk atau desain yang memenuhi
standar desain.

keselamatan substantif: digunakan untuk menerangkan pentingnya keadaan aman,


meskinpun mungkin tidak memenuhi standar.

keselamatan yang dirasakan: digunakan untuk menerangkan keadaan aman yang timbul
dalam persepsi orang.n

Kebutuhan akan keselamatan dan kesehatan kerja di masyarakat semakin


meningkat sebagai dampak dari globalisasi dan perdagangan bebas. Keberadaan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menjamin perkembangan investasi industri
di Indonesia. Kebutuhan K3 yang semakin meningkat tidak hanya pada masyarakat
industri (sektor formal) tetapi juga penting bagi masyarakat khususnya pelaku sektor
usaha skala kecil dan menengah (small medium enterprise). Dalam menghadapi
tantangan dan kebutuhan tadi FKMUI membuka Program Magister K3 yang bertujuan
untuk:
1. Menciptakan Sumber Daya Manusia yang mempunyai ketajaman analisis dan
kemandirian berpikir dalam memahami K3 dari segi akademis maupun praktis dalam
pengembangan dan pengelolaan K3 di perusahaan maupun dalam kehidupan
bermasyarakat.
2. Menciptakan SDM yang mampu berpikir dalam kerangka sistem sehingga mampu
mengintegrasikan sistem manajemen K3 dalam Sistem Manajemen perusahaan maupun
dalam kehidupan masyarakat.
Menciptakan SDM yang mampu mengembangkan wacana K3 dalam setiap aspek
kegiatan di perusahaan maupun dalam kehidupan masyaraka

SMK3

Persyaratan tersebut adalah kewajiban melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan


Dan Kesehatan Kerja, sesuai dengan Undang-Undang No. 15 tahun 2003 pasal 87.
Persyaratan ini sebenarnya sebuah kewajiban biasa, bukan beban yang harus ditanggung
setiap perusahaan. Kewajiban karena seharusnya sudah diperhitungkan sebagai investasi
perusahaan.
Yang menjadi pokok permasalahan adalah awareness terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) di masyarakat pada umumnya dan masyarakat industri pada
khususnya. Sesuai dengan Permenaker 5/96 Sistem Manajemen keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi,
dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Dalam penerapannya SMK3 harus dilaksanakan pada setiap perusahaan yang
memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung
potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karateristik proses atau bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti ledakan, kebakaran, pencemaran, dan penyakit akibat
kerja.
Mengapa pelaksanaan SMK3 di industri masih belum seperti yang
diharapkan? Beberapa hal yang dapat disampaikan disini adalah:
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat pada umumnya dan
kalangan industri pada khususnya.
2. Cara penerapan SMK3 yang masih belum banyak dimengerti.
3. Dianggap sebagai high cost.
4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) belum menjadi prioritas.
5. SMK3 kurang populer seperti OSHASS 18001.

KURANGNYA PEMAHAMAN

Implemntasi program K3 belum sepenuhnya diadopsi oleh pelaku dunia


usaha. Pendekatan K3 ke masyarakat selama ini baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun lembaga/instansi lainnya bersifat formal. Informasi tentang
K3 masih sebatas pada tatanan akademis dan masyarakat sendiri (yang juga
masih sangat terbatas pada mereka yang menangani produksi). K3 belum
menjadi budaya di masyarakat kita, terutama pada masyarakat industri. Masih
terbatasnya informasi tentang K3 melalui media cetak dan elektronik
menyebabkan para ahli, pemerhati, dan konsultan K3 lebih banyak clubbing di
dunia maya. Mereka membentuk komunitas sendiri yaitu komunitas K3, dan
saling memberikan informasi terbaru.
Informasi k3 pada media cetak memang sudah ada, tetapi masih belum
memadai. Pemerhati K3 pada umumnya memberikan komentar, infomasi, opini
bila suatu peristiwa (kecelakaan) sudah terjadi. Selama ini media cetak maupun
elektronik hanya memuat atau menayangkan peristiwa (kecelakaan, kebakaran
atau ledakan) yang terjadi dengan jumlah korban dan harta sebagai akibatnya,
tanpa ulasan mengapa dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Kurangnya
biaya untuk penyebaran informasi ini juga sebagai sebuah kendala.
Dengan permasalahan-permasalahan diatas beberapa langkah yang
kiranya dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Informasi K3 yang terus menerus, baik itu dilakukan oleh lembaga


pemerintah, swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat melalui
media cetak dan media elektronik. Sasaran informasi dobagi dalam
segmen-segmen usia. Informasi k3 sebaiknya sudah diberikan pada awal-
awal usia dini. Pengalaman selama ini informasi melalui media elektronik
sangat mudah diserap oleh anak-anak, dengan materi peristiwa yang ada
di sekelilingnya. Pendidikan K3 seyogyanya diselenggarakan di semua
tempat baik di rumah dan dalam keluarga, sekolah-sekolah, tempat
umum, tempat kerja, tempat rekreasi, dan lain-lain. Kemajuan yang pesat
pada bidang teknologi informasi memungkinkan penyebaran informasi
dan petunjuk dalam bentuk yang lebih luas dan lebih intensif. Sarana
audio visual seperti CD, VCD, LCD dan sebagainya sangat praktis untuk
digunakan. Dapat juga diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan
kelompok-kelompok sasaran berdasarkan kondisi dan situasi yang ada.
Pembuatan buku-buku K3 yang dapat dibaca oleh seluruh lapisan
masyarakat, karena K3 menjadi tanggung jawab bersama seluruh
masyarakat.

2. Pelatihan penerapan SMK3 sebaiknya dilakukan dengan lebih sering


dalam frekwensi dan lebih efektif. Pelatihan disusun secara bulat dan utuh
sehingga peserta segera dapat melaksanakan bila kembali ke
perusahaan. Materi dapat dimulai dari peraturan-peraturan yang berlaku,
kemudian mekanisme penerapan SMK3, bagaimana cara
menerapkannya, bagaimana pendokumentasiannya, dan sebagainya.
3. Untuk menanggulangi biaya tinggi, kinerja perusahaan hendaknya efektif
dan efisien, dengan pengertian kewajiban melaksanakan SMK3 atau
program-program K3 tidak dapat ditunda lagi. Program K3 haruslah
bersifat spesifik, dapat diukur, layak untuk dilakukan, ada yang
bertanggung jawab, dan terjadwal. Pembuatan program bersifat prioritas
sesuai dengan identifikasi masalah-masalah yang timbul.
4. K3 bukan lagi sebagai kewajiban, sebagai gerakan, atau hanya sekedar
kampanye, tetapi sudah sebagai kebutuhan. Budaya K3 harus
dikembangkan melalui kemitraan dan dialog antara pemerintah,
pengusaha, dan pekerja. Kemitraan menyangkut tanggung jawab, tugas,
dan penciptaan tempat kerja yang aman, selamat, dan sehat.
5. Dalam pelaksanaan tender/lelang pekerjaan peserta tender/lelang
diwajibkan memasukkan program K3 (telah menerapkan SMK3) pada
persyaratannya.Dengan langkah-langkah atau saran tersebut diatas,
diharapkan SMK3 menjadi impian setiap
perusahaan yang menginginkan keberadaannya dan citranya di
masyarakat tidak dipandang sebelah mata

Anda mungkin juga menyukai