02 o 3 Iitnfn
02 o 3 Iitnfn
Disusun oleh:
Artaulina Napitupulu – 1261050229
Jessica Audina – 1261050160
Adinda Adia Putri – 1261050240
Fratisca Sara – 1261050179
Joseph Anggasta Simanjuntak – 1361050052
Faradiba Saumly Agniesta – 1361050116
Hanna Immanuella Sidabutar - 1361050186
I Gusti Ayu Ratna Dewi – 1361050238
Dosen Pembimbing:
Dr. Med. dr. Jannes F. Tan AA, SpM.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini, dalam rangka pemenuhan tugas
Keberhasilan penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada:
1. Dr. Med. dr. Jannes F. Tan AA, Sp. M., selaku pembimbing referat yang telah
bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada
penulis dengan penuh kasih dan kesabaran, sehingga referat ini dapat tersusun
dengan baik.
2. Ibunda dan ayahanda kami tercinta yang selalu memberikan semangat, doa,
nasihat, dan dukungan baik secara moril ataupun materiil, serta kasih sayang tulus
dan ikhlas kepada penulis, semoga pencapaian ini dapat membuat ibunda dan
ayahanda bangga.
3. Serta rekan-rekan kepanitraan FKUKI yang selalu sedia membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Seperti kata pepatah, “tak ada gading yang tak retak”, begitu pula dengan
penulisan referat ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
referat ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun atas hal
iii
tersebut. Besar harapan penulis agar referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
v
2.3.2. b Sinar X-Ray……..…..……................................................. 12
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu indra yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih
lagi dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak
dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka terhadap sinar.1 Meskipun mata
telah mendapat perlindungan dari tulang orbita, bantalan lemak retrobulber, kelopak mata, bulu
matanya, serta berbagai macam alat pelindung mata telah diciptakan, tetapi trauma mata akibat
sinar radiasi masih masih kerap terjadi.
Radiasi adalah pemancaran dan kerambatan gelombang yang membawa energi melalui
ruang atau zat antara, misalnya pemancaran dan perambatan gelombang elektromagnetik,
gelombang bunyi, gelombang lenting, penyinaran. Radiasi gelombang elektromagnetik adalah
kombinasi medan listrik dan medan magnet yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan
membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain. Matahari meradiasikan sinar
elektromagnetik yang berspektrum luas, tetapi hanya beberapa saja yang bisa mencapai bumi,
yaitu sinar ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang sekitar 295- 400 nm, cahaya tampak
(400-800 nm) dan inframerah (800-1200 nm).2
Sistem optik mata berlaku sebagai sebuah lensa pembesar yang kuat, memfokuskan sinar
yang datang ke sebuah titik kecil di makula, dan menimbulkan luka bakar termal. Faktor-faktor
radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan mata meliputi panjang gelombang, intensitas,
durasi pemaparan, efek kumulatif, sudut kejadian, elevasi matahari, refleksi tanah dan
ketinggian, dan struktur anatomi alis dan kelopak mata. Karena faktor ini, perlindungan
terhadap sinar UV harus lebih tinggi bagi mereka yang menghabiskan berjam-jam di bawah
sinar matahari serta selama aktivitas tertentu dengan pantulan tinggi seperti sedang salju atau
di atas air.2
Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang
tidak terkoreksi, diikuti oleh katarak dan glaukoma. Sebesar 18% tidak dapat ditentukan dan
1% adalah gangguan penglihatan sejak masa kanak-kanak. Sedangkan penyebab kebutaan
terbanyak di seluruh dunia adalah katarak, diikuti oleh glaukoma dan Age related Macular
Degeneration (AMD). Sebesar 21% tidak dapat ditentukan penyebabnya dan 4% adalah
gangguan penglihatan sejak masa kanak-kanak.3
1
Jumlah kebutaan terbanyak adalah di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Sedangkan tersedikit adalah di Provinsi Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Jumlah severe
low vision terbanyak adalah di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat sedangkan
tersedikit adalah di Provinsi Papua Barat, Sulawesi Barat dan Maluku Utara. Menurut
pekerjaan, prevalensi tertinggi didapatkan pada kelompok tidak bekerja dan
petani/nelayan/buruh. Terdapat kemungkinan orang yang menderita kebutaan akhirnya tidak
dapat bekerja dan sebaliknya orang yang tidak bekerja memiliki akses kesehatan yang lebih
rendah. Sedangkan tingginya prevalensi pada kelompok petani/nelayan/buruh dapat
berkorelasi dengan risiko yang lebih besar untuk menderita katarak akibat bekerja di bawah
sinar matahari/ultraviolet langsung dan ditambah keterbatasan akses kesehatan untuk
mendapatkan penanganan yang baik.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mata merupakan organ perifer sistem penglihatan yang terdiri dari bola mata, adneksa
atau alat-alat tambahan, serta otot-otot ekstraokular. Untuk menciptakan suatu keadaan
struktural yang mampu melindungi mata dari jejas tanpa mengurangi fungsi optimalnya,
maka bola mata terletak di dalam suatu rongga skeletal yang disebut orbita. Orbita
berfungsi sebagai proteksi tulang keras, di dalamnya terdapat kumpulan lemak yang
memainkan peran sebagai bantalan yang meredam getaran-getaran yang mungkin
mencederai mata. Selain itu, sistem kavitas orbita ini juga merupakan tempat
terstrukturnya sistem lokomotor mata dan adneksanya.
Bola mata dapat dipandang sebagai organ akhir saraf optik yang merupakan saraf
sensoris. Mata menerima rangsang sinar dan mengubahnya menjadi impuls saraf yang
berjalan di sepanjang lintasan visual yang terdiri atas retina, nervus optikus, khiasma
optikum, traktus optikus, dan radiasio optika, yang akhirnya akan mencapai korteks
visual di fissura kalkarina sehingga timbul sensasi melihat.
2.1.1 Palpebra
Palpebra atau kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Palpebra mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Gangguan penutupan
kelopak mata akan mengakibatkan keringnya permukaan mata.
Bagian-bagian palpebra:
a. Kelenjar: kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis
pada pangkal rambut dan kelenjar Meibom pada tarsus
b. Otot: M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. M. orbikularis berfungsi menutup
3
bola mata yang dipersarafi N. fasialis. M. levator palpebra, yang berorigo pada
anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus
M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh
N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
c. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. Palpebrae
4
Bola Mata
Gambar 2 Strutur
Bola mata Anatomi
berbentuk bulatBola Mata
dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian
depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk
dengan 2 kelengkungan yang berbeda.
2.1.3 Konjungtiva
5
2.1.4 Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya
merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Dari anterior ke
posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda:
a. Epitel
Terdiri dari 5 – 6 lapis sel yang berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva
bulbaris.
b. Lapisan Bowman
Merupakan lapisan jernih aselular
c. Stroma
Tersusun atas jalinan lamella serat-serat kolagen yang terhidrasi bersama
keratosit yang menghasilkan kolagen dan zat dasar.
d. Membran Descemet
Merupakan lamina basalis endotel kornea
e. Lapian endotel
Hanya memiliki satu lapis sel dan berperan besar dalam detursegensi stroma
kornea. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi. [6]
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di
sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari
50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.
2.1.5 Sklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, yang hampir
seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta berbatasan
dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus opticus di posterior. Di sekitar
nervus opticus, sklera ditembus oleh a. ciliaris posterior longa dan brevis, dan n.
ciliaris longus dan brevis.
6
2.1.6 Traktus Uvealis
Uvea merupakan lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan
siliar, dan koroid. Perdarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi
oleh a. siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal
dekat tempat masuk saraf optik dan a. siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot
superior, medial inferior, dan pada otot rektus lateral. A. siliar anterior dan posterior
ini bergabung menjadi satu membentuk A. sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea
posterior mendapat perdarahan dari a. siliar posterior brevis yang menembus sklera di
sekitar tempat masuk saraf optika.
Iris
Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior berupa permukaan pipih dengan
apertura bulat yang terletak di tengah (pupil), memisahkan bilik mata depan dari bilik
mata belakang yang masing-masing berisi aqueous humor. Lapisan berpigmen pekat
pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapian epitel
pigmen retina ke arah anterior.
Di dalam stroma iris terdapat dua kelompok jaringan otot polos, yaitu sirkular dan
radial, sehingga pupil mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis banyaknya
sinar yang masuk ke dalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator
untuk fungsi simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil.6
Corpus ciliare
Di dalam corpus ciliare terdapat musculus ciliaris, yang berorigo pada proc. ciliaris
untuk mengatur serat-serat zonula yang terdiri dari 3 otot akomodasi, yaitu
longitudinal, radiar dan sirkular. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa
sehingga lensa dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat
maupun yang berjarak jauh. 6
7
Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Koroid melekat
erat ke posterior pada tepi-tepi nervus optikus. Dii sebelah anterior, koroid bergabung
dengan corpus ciliare. Kumpulan pembuluh darah koroid mendarahi bagian luar retina
yang menyokongnya. 6
2.1.7 Lensa
Lensa adalah suatu struktur lempeng cakram bikonveks, avaskular, tak berwarna,
dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa tergantung pada zonula di belakang
iris. Seiring bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi
sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik.
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar tiga puluh lima persennya
adalah protein (kandungan proteinnya tertinggi diantara jaringan tubuh lainnya).
Selain itu terdapat sedikit sekali mineral, namun tinggi kalium. Asam askorbat dan
glutatio terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. 6
2.1.8 Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya. Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus
ciliare dan berakhir pada ora serrata. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen
epitel retina.
8
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serabut saraf (lapisan akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik)
10. Membran limitan interna
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia
dan merah pada hiperemia. Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang a.
oftalmika, a. retina sentralis masuk ke retina melalui papil saraf optik yang akan
memberikan nutrisi pada retina dalam. Sedangkan lapisan luar retina atau sel kerucut
dan batang mendapat nutrisi dari koroid. 6
Bola mata merupakan suatu sistem kamera atau alat potret yang mempunyai sistem
lensa, diafragma, dan film. Sebagai sistem lensanya adalah kornea, cairan aqueous, lensa
mata, dan vitreum. Sebagai diafragma adalah palpebra dan pupil. Sebagai filmnya adalah
retina. 5
Suatu obyek dapat dilihat jika obyek tersebut mengeluarkan cahaya (sebagai sumber
cahaya) atau memantulkan cahaya. Jumlah cahaya yang masuk ke mata akan dikontrol
intensitasnya oleh iris yang mengatur besar kecilnya pupil. Mata manusia hanya mampu
melihat cahaya dengan panjang gelombang 400 nm-750nm yang disebut dengan cahaya
tampak
Ukuran pupil di sesuaikan oleh kontraksi otot-otot iris untuk menyesuaikan kebutuhan
cahaya yang diperlukan.6 Ketika cahaya terang, untuk mengurangi jumlah cahaya yang
masuk maka otot sirkular akan berkontraksi sehingga pupil mengecil. Sebaliknya, ketika
cahaya redup otot radialis akan berkontraksi/memendek sehingga ukuran pupil
membesar.
Setelah memasuki pupil, cahaya akan dibiaskan dan di fokuskan oleh lensa mata.
Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa baik pada sumber cahaya dekat ataupun jauh
dapat difokuskan di retina yang dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung
pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Cahaya harus melalui beberapa lapis sel
sebelum mencapai sel fotoreseptor batang dan kerucut.6
Agar suatu obyek dapat dilihat maka harus terjadi bayangan di retina dan bayangan
ini harus dapat dihantarkan ke otak. Suatu objek dapat terlihat paling jelas jika cahaya
9
dari objek tepat terjatuh (terfokus) pada retina, tepatnya di makula lutea. Terjadinya
bayangan di retina serta timbulnya impuls saraf untuk dikirim ke fissura kalkarina
menyangkut perubahan kimia fotoreseptor (rodopsin) di sel-sel konus dan basilus. Impuls
cahaya dapat dialirkan ke otak dengan urutan sel fotoreseptor – sel bipolar – sel ganglion.
Sel ganglion akan meneruskan impuls ke saraf optik untuk kemudian dihantarkan ke
otak, yaitu korteks visual di fissura kalkarina untuk selanjutnya disadari. 1
Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti
atom yang tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin memang sudah
alamiah atau buatan manusia. Radiasi elektromagnetik merupakan pancaran gelombang
yang terbentang dalam rentang frekuensi yang luas yang dalam perambatannya tidak
membutuhkan medium.
10
2.3.1 Cahaya tampak
Cahaya tampak adalah bagian dari spektrum elektromagnetik yang terlihat oleh
mata manusia. Radiasi dari rentang panjang gelombang ini disebut cahaya tampak.
Mata manusia normal merespons panjang gelombang dari sekitar 400 nm – 750 nm
dengan frekuensi kira-kira 430-790 THz.
Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari
disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap
warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila
menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak. Untuk lebih
jelasnya perhatikan tabel berikut:
11
Manfaat : membunuh sel kanker, sterilitas berbagai
peralatan/perlengkapan kedokteran.
Dalam dunia medis, sinar gamma digunakan untuk membunuh sel kanker tanpa
harus menjalani operasi besar, disebut dengan radioterapi. Zat radioaktif
digunakan untuk membunuh sel kanker – tetapi zat itu akan diserap oleh bagian
tubuh tertentu, jadi sisa tubuh sekitarnya hanya mendapat dosis yang rendah.
Misalnya lapisan perut (mual), folikel rambut (rambut cenderung rontok), dan
tumbuh.2
2.3.2.b Sinar-X
2.3.2.c Ultraviolet
12
tidak diraih untuk pekerja di luar ruangan. Pekerja di luar ruangan menerima
paparan radiasi UV secara signifikan sehingga dengan demikian meningkatkan
risiko. Konsekuensi buruk yang terkait dengan paparan radiasi UV terjadi pada
mata dan kulit.
Sumber radiasi UV alam adalah matahari, tetapi karena adanya lapisan ozon,
maka radiasi matahari yang sampai ke bumi intensitasnya lebih rendah. Sebagai
penyerap utama radiasi UV, lapisan gas ini melindungi bumi dari pajanan radiasi
UV yang lebih pendek dari 290 nm. Semakin berkurangnya lapisan ozon sebagai
akibat dari pelepasan chloofluorocarbon (CFC) hasil buatan manusia ke atmosfer
akan memperkecil tingkat proteksi ozon terhadap sinar UV dan menyebabkan
tingkat kerusakan akibat pajanan radiasi UV semakin besar.9 Berikut adalah faktor-
faktor yang dapat meningkatkan risiko paparan radiasi UV terhadap mata:10
Lapisan Ozon
Sejumlah ozon ada di atmosfer yang lebih atas, yang bervarisi dalam lokasi,
waktu tahun, hari, menentukan jumlah UVB dan UVA yang rendah sampai 330nm,
yang kita terpapar pada permukaan bumi. Penipisan lapisan ozon sangat relevan
ketika membahas paparan UV dan akan menyebabkan peningkatkan UVB yang
mencapai bumi. Setelah pelarangan mengenai penggunaan luas
chlorofluorocarbons (CFC), diperkirakan bahwa lapisan ozon mungkin secara
signifikan tidak pulih sampai 2050.11, 12
13
Ketinggian dan Garis Lintang
Waktu
Matahari berada tepat di atas kepala sekitar waktu tengah hari. Pada saat ini,
sinar matahari memiliki jarak paling sedikit dengan atmosfir dan memiliki tingkat
UVB paling tinggi. Sudut matahari bervariasi dengan musim. Hal ini menyebabkan
intensitas UV sinar berubah. Di pagi hari dan sore hari, sinar matahari menembus
atmosfer dengan sudut dan intensitasnya sangat berkurang. Kira-kira 80% radiasi
UV dari matahari mencapai permukaan bumi antara jam 10 pagi dan 2 sore untuk
semua musim kecuali musim dingin. 11, 12, 13
Kondisi cuaca
Sebagian besar awan tidak melindungi dari UV, membuat hari menjadi
mendung, di mana orang mungkin tidak mengambil langkah untuk melindungi diri
mereka, terutama bahaya. Peneliti telah menunjukkan bahwa meskipun pada hari-
hari yang mendung, indeks UV hanya menurun sedikit menjadi 0,9 dibandingkan
awal 1,0. Hanya hujan, kabut dan awan yang rendah secara signifikan menurunkan
paparan terhadap radiasi UV. 11, 12
Pantulan
Paparan dari sumber yang terbuyar karena UV melalui atmosfer dan sumber
yang terpantul seperti salju, bangunan dan air diduga lebih penting. Jumlah radiasi
14
UV yang terbuyar dan terpantul tergantung pada jenis permukaan; misalnya salju
memantulkan 80-94% sinar UVB dibandingkan dengan air yang memantulkan 5-
8%. Jenis paparan tidak langsung bertanggung jawab terhadap 50% radiasi UV
yang kita terima. 11, 12
Telah digambarkan bahwa UVA dan UVB menggunakan berbagai efek pada
jaringan biologi, yang ditentukan dengan panjang gelombang masing-masing.
Demikian juga, juga terdapat perbedaan pada karakteristik absropsi jaringan mata
terhadap radiasi UV. Korea dan lensa intraocular merupakan jaringan yang paling
penting pada mata untuk mengabsorpsi radiasi UV. Di bawah 300nm (UV-B),
kornea yang menyerap sebagain besar radiasi; lensa terutama menerap UVA
kurang dari 370nm (Gambar 3). Paparan UV telah terlibat sebagai faktor resiko
atau penyebab pada pathogenesis sebagian besar kondisi mata. 12
2.3.2.d Inframerah
Energi : <12 eV
15
Secara umum, radiasi inframerah tersebut diklasifikasikan sebagai radiasi
nonpengion. Meski energinya kurang ionisasi, namun dapat menyebabkan beragam
efek biologis termal. Secara khusus, radiasi infra merah menginduksi getaran dan
rotasi molekuler, dari stimulus panas yang dihasilkan dari intensitas tinggi.
Semakin pendek panjang gelombang sinar, maka energi yang dihasilkan lebih
besar dan lebih berbahaya. Radiasi dengan panjang gelombang pendek memiliki potensi
tertinggi untuk kerusakan organisme.6 Untungnya, atmosfer bumi dapat menyerap dan
menghancurkan sebagian besar sinar yang berbahaya tersebut.2 Selain itu, berbagai
struktur mata memiliki karakteristik penyaringan dan penyerapan panjang gelombang
yang berbeda sebelum akhirnya mencapai retina.1 Energi radiasi yang dibawa ke dalam
jaringan dapat menyebabkan kerusakan melalui mekanisme fotokimia, fototermal, dan
fotomekanik. Secara singkat, mekanisme cedera mata bergantung pada panjang
gelombang, durasi pulsasi, intensitas dan ukuran energi.4,6 Pendaki gunung, mengelas,
pemain ski, rekreasi pantai memiliki risiko kerusakan mata karena pemantulan UVR di
lingkungan ini sangat tinggi.14
Kerusakan fototermal disebabkan oleh panjang gelombang yang lebih panjang pada
spektrum cahaya yang terlihat (visible radiation) dan juga di dekat daerah sinar
inframerah (infrared radiation). Kerusakan terjadi ketika suhu retina meningkat lebih
dari 10 °C di atas suhu retina normal, yang kemudian menginduksi denaturasi protein.
Ketika energi diserap oleh pigmen melanin di epitel pigmen retina (RPE) dan koroid,
kerusakan dapat terjadi juga sebagai akibat dari pemecahan ikatan kimia.Waktu pajanan
yang dapat menyebabkan kerusakan jenis ini adalah ± 0.1 – 1.0 detik.15
16
Selain menyerang retina, mekanisme kerusakan fototermal juga dapat menyerang
lensa. Lensa merupakan bagian dari anterior mata yang memiliki kapasitas untuk
menyimpan energi foton dengan penyerapan resonansi. Jika energi foton sama dengan
penyerapan pita spesifik di sebuah molekul, penyerapan terjadi sebagai peristiwa yang
berpasangan dengan probabilitas yang ditentukan oleh kecocokan antara energi foton dan
celah energi yang tersedia untuk molekul beresonansi. Radiasi ultraviolet dan radiasi
inframerah gelombang pendek sama dengan konfigurasi elektron dalam materi pita
absorbsi sempit. Energi foton radiasi inframerah berhubungan dengan getaran molekul
dalam materi dengan pita penyerapan non spesifik yang luas. Penyerapan radiasi
ultraviolet atau foton radiasi tampak gelombang pendek biasanya berubah karena
reaktivitas kimia spesifik, kerusakan fotokimia, sedangkan penyerapan foton inframerah
meningkatkan getaran yang diamati sehingga terjadi kenaikan suhu. Biomolekul besar
yang penting seperti protein, cenderung kehilangan struktur ruang saat bergetar
(denaturasi). Tingkat denaturasi protein ditentukan oleh laju konstanta yang bergantung
suhu seperti dijelaskan pada persamaan Arrhenius. Kerusakan pada jaringan biologis
terjadi karena tingginya tingkat kerusakan akibat getaran yang disebut kerusakan
termal.17
17
Mekanisme Kerusakan Fotokimia
Radikal bebas adalah atom atau sekelompok atom dengan sejumlah elektron
bebas tidak berpasangan, hal ini dapat terjadi ketika oksigen berinteraksi dengan molekul
tertentu.21 Hal ini dapat terjadi ketika cahaya yang diserap oleh kromofor dan membentuk
keadaan molekul yang bebas secara elektronis, kemudian mengalami transformasi kimia
dan/atau berinteraksi dengan molekul lain. Hal ini menyebabkan perubahan kimia dari
kedua molekul yang berinteraksi atau transfer energi eksitasi ke molekul lain, sehingga
molekul menjadi reaktif secara kimia. Radikal bebas yang terbentuk kemudian mengarah
ke efek fotodinamik.22
2) Protein dan enzim (terutama asam amino, sistein, dan metionin) dengan
memodifikasi struktural dan aktivitas fungsionalnya;
3) Asam nukleat, dengan mutasi, onkogenesis dan perubahan sintesis protein. Sebagai
tambahan, radikal hidroksil dapat bereaksi pula dengan sejumlah komponen DNA,
18
dengan target purin dan pirimidin serta deoksiribosa sehingga terjadi perubahan
struktur DNA.
Selain itu radikal bebas juga menginduksi proses penuaan dini dan memodifikasi
kemampuan sel untuk bereaksi terhadap jenis stres lainnya.22
Antioksidan adalah molekul yang menghambat oksidasi molekul lainnya yang dapat
memicu terbentuknya radikal bebas. Telah diketahui sebelumnya bahwa penyerapan
gelombang radiasi elektromagnetik menyebabkan terjadinya stress oksidatif. Hal ini
disebabkan sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara pembentukan radikal bebas dan
pertahanan antioksidan.
19
askorbat ada dalam konsentrasi yang tinggi di aqueous humour. Vitamin C ini mampu
mengangkut radikal bebas di aqueous dan melindungi terhadap kerusakan DNA lensa
yang disebabkan UV. Pasien dengan katarak mengalami penurunan kadar asam askorbat
di ruang anterior dan penurunan yang signifikan asam askorbat terlihat pada aqueous
humour setelah paparan UV.12
Manifestasi Klinis
- tipe 1: pterigium kecil, lesi hanya terbatas pada limbus atau menginvasi korea
hanya pada tepinya saja
- tipe 2: pterigium rekuren tanpa keterlibatan zona optis, kepala pterigium
terangkat dan menginvasi kornea sampai dengan zona optis, pada tubuh
pterigium tampak kapiler-kapiler yang membesar
- tipe 3: pterigium rekuren dengan keterlibatan zona optis, merupakan bentuk
pterigium yang paling berat, pterigium tipe ini dapat mengancam kebutaan.
20
(A) (B)
Patogenesis
Penyebab pastinya tidak diketahui. Hal ini lebih sering terjadi pada orang yang
memiliki banyak paparan sinar matahari dan angin, seperti orang yang bekerja di luar
rumah. Faktor risiko terpapar area cerah, berdebu, berpasir, atau angin kencang.
Petani, nelayan, dan orang-orang yang tinggal di dekat khatulistiwa sering
terpengaruh. Pterigium jarang terjadi pada anak-anak.
Penatalaksanaan
2.4.2 Fotokeratitis
Fotokeratitis atau keratitis ultraviolet disebabkan oleh efek toksik dari radiasi
ultraviolet dosis tinggi akut yang mencerminkan sensitivitas permukaan okular
terhadap cedera fotokimia. Meskipun banyak patologi yang terkait dengan paparan
UV adalah kronik, memerlukan bertahun-tahun untuk berkembang, fotokeratitis
merupakan contoh yang jelas respon akut terhadap radiasi UV. Juga dikenal sebagai
snow blindness.14
21
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari keratitis UV yang biasanya bilateral berkisar dari keratitis
punkata superfisial ringan sampai kasus parah dengan deskuamasi epitel total.12, 14
Keratitis pungtata superfisial adalah penyakit bilateral rekurens kronik yang jarang
ditemukan; wanita lebih sering terkena. Penyakit ini ditandai dengan kekeruhan epitel
yang meninggi berbentuk lonjong dan berbatas tegas, yang menampakkan bintik-
bintik pada pemulasan dengan fluoresein, terutama di daerah pupil.6
Ditandai dengan iritasi ringan, sensasi benda asing, nyeri yang hebat, lakrimasi,
blefarospasme dan fotofobia, kemosis konjungtiva, blepharospasm, dan penurunan
ketajaman penglihatan. Biasanya gejala muncul beberapa jam setelah terpapar dan
dapat berlangsung hingga 3 hari.12, 14
Patogenesis
Epitel dan endotel kornea rentan terhadap radisasi UV. Peningkatan paparan
UVB menyebabkan kerusakan mekanisme pelindung antioksidan, menyebabkan
cedera kornea. Epitel kornea dan lapisan Bowman menyerap sekitar dua kali lebih
banyak radiasi UV-B daripada lapisan kornea posterior. Epitel superficial yang
menjadi teriritasi dalam fotokeratitis. Satu jam paparan terhadap UV yang dipantulkan
dari salju atau enam sampai delapan jam paparan yang dipantulkan dari pasir di sekitar
tengah hari cukup untuk menyebabkan ambang batas fotokeratitis. Tingkat di
bawahnya masih mungkin gejala ketidaknyamanan pada mata yang ringan.12, 20
Efek radiasi pada kornea dari jenis radiasi ini melibatkan koagulasi protein pada
lapisan depan dan tengah (epitel dan stroma). Kerusakan kornea menghasilkan nyeri
dan vaskularisasi segera. Akhirnya, luka bakar bisa menyebabkan ulkus, yang
menyebabkan hilangnya transparansi dan opasitas. Penglihatan biasanya kabur karena
22
trauma epitel, yang berakibat fatal. Selain itu, berkedip tak terkendali di atas
permukaan kornea yang terpapar menyebabkan rasa sakit dan blepharospasm.20
Selain karena paparan radiasi sinar UV, fotokeratitis juga dapat disebabkan oleh
paparan sinar inframerah karena kornea mentransmisikan 96% kejadian inframerah di
kisaran 700-1400 (nm). Tingkat kerusakan yang terjadi cukup tinggi, terutama di
kisaran 750-990 (nm).
Penatalaksanaan
Terlepas dari strategi utama untuk menghindari paparan sinar UV lebih lanjut,
ada beberapa pendekatan terapeutik untuk membantu gejala klinis dan mendapatkan
pemulihan lebih cepat. Penggunaan pelumasan topikal yang sering, idealnya dengan
air mata buatan preservatif yang mengandung sifat antioksidan seperti Artelac EDO
(Bausch + Lomb, Bridgewater, NJ), dapat direkomendasikan. Memang, air mata
buatan juga harus digunakan sebagai ukuran pencegahan, terutama bila berisiko
tinggi, karena stabilitas film air mata akan berkurang secara signifikan karena adanya
peningkatan penguapan.
Anestesi topikal tidak boleh digunakan karena mereka menunda dan mencegah
reepitelisasi kornea. Namun, dalam situasi darurat, penerapan anestesi topikal jangka
pendek dapat dianggap sebagai penghentian rasa sakit yang penting dan terus
berkedip. Jika tidak, untuk kenyamanan dan kelegaan rasa sakit, lensa kontak perban
selain pelumasan biasanya cukup. Selain itu, salep antibiotik topikal harus digunakan
dalam kasus sedang dan berat untuk mencegah infeksi.
Pada kasus yang parah, tambahan tetes mata antiinflamasi nonsteroid dan
acetaminophen oral atau analgesik narkotika lainnya dapat digunakan untuk
mengurangi gejala ketidaknyamanan dan kemerahan jaringan konjungtiva. Tetes mata
cycloplegic (siklopentolat 1%) juga dapat dipertimbangkan untuk menghilangkan rasa
sakit, namun menghasilkan pupil yang lebar, mengubah ketajaman visual dan
meningkatkan silau. Meski sangat efisien untuk menghilangkan rasa sakit, mereka
mungkin tidak pantas digunakan di lingkungan padang gurun.14
Komplikasi
Karena reepitelisasi cepat dari kornea, resolusi gejala klinis seringkali cepat dan
kerusakan permanen sangat jarang terjadi.
23
2.4.2 Katarak
Manifestasi Klinis
Gejala yang paling umum dari katarak adalah kemunduran fungsi penglihatan secara
progresif berupa berkabut atau kabur tanpa disertai nyeri, warna tampak pudar, silau,
sebuah halo mungkin muncul di sekitar lampu, penglihatan malam yang buruk,
penglihatan ganda atau beberapa gambar dalam satu mata, penurunan ketajaman
penglihatan.23, 26
2. Katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa, tidak terdapat bayangan
iris pada shadow test. (3/60<AV<1/300)
24
(A) (B) (C)
Gambar 6 (A) Katarak imatur (B) Katarak matur {C) Katarak Morgagni
Patogenesis
Lensa menyerap UVA dan UVB. Kedua jenis radiasi tersebut terbukti merusak
lensa melalui mekanisme yang berbeda. Hubungan positif yang signifikan dilaporkan
antara UVB dan katarak kortikal, ada juga hubungan yang mungkin dengan katarak
sub kapsular posterior. Jumlah UVB yang besar diserap oleh stroma kornea, sehingga
penipisan dengan operasi keratoconus atau operasi refraktif memungkinkan lebih
banyak UVB mencapai lensa. Belum diketahui apakah operasi penipisan stroma
meningkatkan resiko katarak.12
25
Penatalaksanaan
Berdasarkan integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra
capsular cataract extraction (ICCE) dan extra capsular cataract extraction (ECCE).
Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada
ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
26
bedah ablasi. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya
katarak sekunder. 6, 24
Phakoemulsifikasi
Komplikasi
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata
kedalam luka serta retinal light toxicity.
o COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan
yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar,
edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema
kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih)
o Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak
adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka
yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan
endoftalmitis.
o Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
27
2.4.2 Degenerasi Makula Terkait Usia
Meskipun jumlah radiasi UV yang mencapai retina pada mata orang dewasa
sangat rendah, dengan pelindungan oleh kekuatan filtering dari lensa (1% UV di
bawah 340 nm dan 2% antara 340-360nm), penelitian menghubungkan perkembangan
awal degenerasi macula terkait usia dengan waktu terbesar yang dihabiskan di luar
ruang, sedangkan beberapa penelitian tidak menemukan hubungan tersebut.
Hubungan yang terbaru antara insiden 10 tahun degenerasi macula terkait usia dan
lamanya paparan terhadap cahaya matahari di musim panas telah dilaporkan.12
Manifestasi Klinis
Area yang kabur di dekat pusat penglihatan adalah gejala yang umum. Seiring
waktu, area yang kabur bisa tumbuh lebih besar atau Anda bisa mengembangkan noda
kosong pada penglihatan utama Anda. Benda juga mungkin tidak tampak seterang
dulu. Dalam pemeriksaan akan terdapat drusen, yang merupakan endapan kuning di
bawah retina.
Ada tiga tahap AMD yang didefinisikan berdasarkan ukuran dan jumlah drusen
di bawah retina, yaitu:6
- AMD awal: drusen berukuran sedang, yang kira-kira memiliki lebar rambut
rata-rata manusia. Orang dengan AMD awal biasanya tidak memiliki masalah
penglihatan.
- AMD menengah: drusen besar, perubahan pigmen di retina, atau keduanya.
Beberapa orang mengalami kehilangan penglihatan, namun kebanyakan orang
tidak akan mengalami gejala apapun.
28
- AMD lanjut: selain drusen, orang dengan AMD lanjut mengalami gangguan
penglihatan. Terdapat dua jenis AMD lanjut, yaitu:
o Atrofi geografis (AMD kering), ada pemecahan bertahap sel
fotoreseptor di makula yang menyampaikan informasi visual ke otak,
dan jaringan pendukung di bawah makula. Tampak daerah-daerah atrofi
epitel pigmen retina dan sel-sel reseptor yang berbatas tegas, lebih besar
dari dua diameter disukus, yang memungkinkan pembuluh-pembuluh
darah koroid di bawahnya terlihat secara langsung. Kehilangan
penglihatan apabila fovea sudah terkena
o AMD neovaskular (AMD basah), pembuluh darah abnormal tumbuh di
bawah retina. Pembuluh ini dapat membocorkan cairan dan darah, yang
dapat menyebabkan pembengkakan dan kerusakan makula.
Kerusakannya mungkin cepat dan parah, tidak seperti atrofi geografis
yang lebih bertahap. Hal ini dimungkinkan untuk memiliki atrofi
geografis dan AMD neovaskular pada mata yang sama.
AMD basah ditandai dengan adanya neovaskularisasikoroid atau
pelepasan epitel pigmen retina serosa.
Tidak semua orang dengan AMD awal akan berkembang menjadi AMD lanjut.
Bagi orang yang memiliki AMD awal di satu mata dan tidak ada tanda-tanda AMD di
mata lain, sekitar lima persen akan mengembangkan AMD lanjut setelah 10 tahun.
Bagi orang yang memiliki AMD awal di kedua mata, sekitar 14 persen akan
mengembangkan AMD lanjut setidaknya satu mata setelah 10 tahun. Dengan deteksi
cepat AMD, ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko
kehilangan penglihatan Anda dari AMD yang terlambat.
(A) (B)
29
Patogenesis
Penatalaksanaan
30
2.5 Pencegahan
Efek radiasi bersifat kumulatif sepanjang hidup kita, dan mata orang muda sangat
rentan. Pentingnya harus ditempatkan dalam memulai perlindungan pada mata sejak usia
muda. Anak-anak sangat rentan terhadap kerusakan radiasi UV, karena mereka memiliki
pupil yang lebih besar, lensa yang lebih jernih dan menghabiskan lebih banyak waktu di
luar ruang, walaupun hanya 3% memakai kacamata hitam secara teratur.
Bentuk orbita dan alis memberikan beberapa perlindungan anatomi dari radiasi UV
langsung. Namun, cahaya yang dipantulkan masih bisa menyerang orbita, dan anatomi
adneksa mata sedemikian rupa sehingga membuatnya sangat rentan terhadap sumber UV
yang tersebar/terbuyar atau terpantul, misalnya terpantul oleh antarmuka film air mata.
Paparan sinar UV maksimum pada mata terjadi relatif tidak terpengaruh oleh awan,
membuat perlindungan penting sepanjang tahun. Telah terbukti secara eksperimental
bahwa penggunaan topi lebar dapat mengurangi paparan sinar UV ke mata. Penggunaan
kacamata hitam sering dikaitkan dengan penurunan 40% risiko katarak sub-kapsular
posterior.
Penggunaan topi dan kacamata hitam sangat penting, tetapi ada dua fakta lebih
lanjut yang harus diperhatikan. Pertama, penggunaan kacamata hitam bervariasi dalam
populasi. Sebuah survei menunjukkan bahwa mayoritas orang tidak memakai
perlindungan lebih dari 30% dari waktu mereka di luar ruangan; bahkan, hampir
seperempatnya tidak pernah memakai kacamata hitam. Kedua, mayoritas kacamata hitam
tidak mencegah sinar periferal mencapai mata. Kacamata hitam yang dibuat dengan baik
menghalangi hampir semua radiasi UV yang masuk melalui lensa, sebagian besar desain
memberikan perlindungan sisi yang tidak memadai.
Soft contact lens yang pas mencakup seluruh kornea dan limbus. Menambahkan
penghalang UV ke dalam soft lens memberi perlindungan pada kedua area ini dan bagian
dalam mata dari sinar UV langsung dan terpantul. Tidak seperti kacamata hitam, lensa
kontak ini juga efektif mengurangi intensitas cahaya periferal UV yang terfokus pada
limbus nasalis. Perlindungan diberikan pada semua sudut kejadian, dan menimbulkan
kemungkinan bahwa risiko penyakit mata seperti pterigium dan katarak kortikal dini
dapat dikurangi dengan memakai lensa kontak UV-blocking.
31
BAB III
KESIMPULAN
Dengan lapisan ozon yang semakin berkurang, mencegah mata dari UVR menjadi lebih
penting. Saat memakai kacamata hitam, perisai samping harus digunakan untuk menghindari
pantulan balik yang disebabkan oleh lapisan antireflective dan lensa gelap dan ringan harus
dipilih tergantung kondisi lingkungan. Lensa kontak penyensaan UV mungkin merupakan
pilihan yang sangat bagus karena mereka secara otomatis menyaring cahaya dari semua sudut.
Saat berada di luar rumah, penting untuk diingat bahwa beban UV pada mata mungkin
mencapai puncak pada jam yang berbeda dengan kulit karena kenaikan sinar matahari langsung
dan terpantulkan ke mata pada sudut matahari yang lebih rendah. Karena mekanisme
pertahanan antioksidan kornea dan kemampuan untuk reepitelisasi dengan cepat, gejala klinis
seringkali membatasi diri dalam beberapa hari. Untuk menghilangkan gejala klinis yang
ditemukan secara efektif, rezim pengobatan yang relatif mudah diikuti
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Augsburger J, Asbury T. Mata & Orbita. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury :
:23:3196-204
3. Aly ME, Mohamed SE, Effect of Infrared Radiation on The Lens. Indian J
Ophtalmol. 2011
4,Voke, J. Radiation Effect on The Eye Part 1.Infrared Radiation Effect on ocular
Tissue. 2015;1-2.
5. Eva RP, FRCO. Anatomi dan Embriologi Mata. Oftalmologi Umum Vaughan &
_____________________________________________________________________
https://www.coavision.org. 2010.
_____________________________________________________________________
9. Contin MA, Benedetto MM, Quinteros ML, Guido ME. Light Pollution :The
Publishers.2015;1-9.
33
X 10. Vitresia H, Solar Retinopathy. Sub Bagian Retina PPDS Fakultas Kedokteran
Andalas .Februari.2008:5-6.
=============================================================
11. Soderberg PG, Talebizadeh N, Z Yu, Galichanin. Does infrared or ultraviolet light
13. Ferrer FJG, Scwab IR, Shetlar DJ. Mata & Konjungtiva. Oftalmologi Umum
14. Shtein RM, Sugar A. Pterygium and Konjungtiva Degenerations. In: Yanoff M,
Duker JS eds Ophtalmology. 4th ed. Philadelphia, PA: Elsefier Saunders. 2014.
15. Harper RA, Shock JP.Lensa. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury:Trauma Ed:
Susanto D.Jakarta:EGC.2015:169-80.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
34
17. Fletcher EC, Chong NHV, Shetlar DJ.Retina. Oftalmologi Umum Vaughan &
35