Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
I. DIARE
1.3. Patogenesis
Pada dasarnya diare terjadi bila terdapat gangguan transpor terhadap
air dan elektrolit pada saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5
kemungkinan: (9)
1) Osmolaritas intraluminer yang meninggi.
2) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.
3) Absorpsi elektrolit berkurang.
4) Motilitas usus yang meninggi/hiperperistaltis, atau waktu transit yang
pendek.
5) Sekresi eksudat.
Diare yang terjadi pada penyakit tertentu atau yang disebabkan suatu
faktor etiologi tertentu, biasanya timbul oleh gabungan dari beberapa
mekanisme diatas. (9)
Sesuai dengan perjalanan penyakit diare, patogenesis penyakit diare dibagi
atas: (7)
1. Diare akut
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi.
Patogenesis diare akut oleh infeksi yaitu masuknya mikroorganisme
ke dalam saluran pencernaan, berkembangbiaknya mikroorganisme
tersebut setelah berhasil melewati asam lambung, dibentuknya
toksin (endotoksin) oleh mikroorganisme, adanya rangsangan pada
mukosa usus yang menyebabkan terjadinya hiperperistaltik dan
sekresi cairan usus mengakibatkan terjadinya diare.
2. Diare kronik
Patogenesis diare kronik lebih rumit karena terdapat
beberapa faktor yang satu sama lain saling mempengaruhi. Faktor-
faktor tersebut antara lain:
a. Infeksi bakteri
Misalnya ETEC (Entero Toxigenic E. Coli) yang
sudah resisten terhadap obat. Juga diare kronik dapat terjadi
kalau ada pertumbuhan bakteri berlipat ganda (over growth)
dari bakteri non patogen.
b. Infeksi parasit
Terutama E.histolytica, Giardia, Candida dan
sebagainya.
c. Kekurangan kalori protein
Pada penderita kekurangan kalori protein terdapat
atrofi semua organ termasuk atrofi mukosa usus halus,
mukosa lambung, hepar dan pankreas. Akibatnya terjadi
defisiensi enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ tersebut
yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dan
diabsorpsi dengan sempurna. Makanan yang tidak diabsorpsi
tersebut akan menyebabkan tekanan osmotik koloid di dalam
lumen usus meningkat yang menyebabkan terjadinya diare
osmotik. Selain itu juga akan menyebabkan over growth
bakteri yang akan menambah beratnya malabsorpsi dan
infeksi.
d. Gangguan imunologik
Usus merupakan organ utama dari daya pertahanan
tubuh. Defisisensi dari Secretory IgA dan Cell Mediated
Immunity (CMI) akan menyebabkan tubuh tidak mampu
mengatasi infeksi dan infestasi parasit dalam usus.
Akibatnya, bakteri, virus, parasit, dan jamur akan masuk ke
dalam usus dan berkembang biak dengan leluasa sehingga
terjadi over growth dengan akibat lebih lanjut berupa diare
kronik dan malabsorpsi makanan.
1.4. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi: (7)
1. Kehilangan air (dehidrasi) merupakan penyebab kematian
pada diare. Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output)
lebih banyak daripada pemasukan air (input), merupakan
penyebab kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis).
Metabolik asidosis ini terjadi karena:
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam
tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya
anoksi jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria).
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam
cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan
memperhatikan pernafasan. Pernafasan bersifat cepat, teratur
dan dalam, yang disebut pernafasan Kuszmaull. Pernafasan
Kuszmaull ini merupakan homeostasis respiratorik, adalah
usaha tubuh untuk mepertahankan pH darah.
3. Hipoglikemi.
Hipoglikemi terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang
menderita diare. Lebih sering pada anak yang sebelumnya sudah
menderita kekurangan kalori protein. Hal ini terjadi karena
penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu dan adanya
gangguan absorpsi glukosa (walau jarang terjadi). Gejala
hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai
40 mg% pada bayi dan 50mg% pada anak-anak. Gejalanya adalah
lemah, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok,
kejang sampai koma.
4. Gangguan gizi.
Gangguan gizi sering terjadi pada anak yang menderita diare
dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang
singkat. Hal ini disebabkan makanan sering dihentikan karena takut
diare dan atau muntah yang akan bertambah hebat, pemberian susu
yang diencerkan, makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan
diabsorpsi dengan baik.
5. Gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat diare dengan/disertai muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik.
Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak,
kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat
meninggal.
1.7. Diagnosis
Demi kepentingan pelayanan sehari-hari diagnosis kerja
berdasarkan gejala klinik seharusnya sudah memadai, dan sudah
cukup untuk kepentingan terapi. Namun demikian diagnosis pasti
tetap perlu diupayakan, demi kepentingan penelitian, pendidikan dan
upaya pencegahan pada masyarakat. Langkah diagnosis sebagai
berikut: (9)
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Laboratorium
4. Endoskopi
1.8. Penatalaksanaan
1.9. Pencegahan
a. Umur balita
Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa
balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. (13)
Pembagian umur balita berdasarkan pertumbuhan dan
perkembangannya menurut Markum, A.H (1991) yaitu: (14)
1. Kelompok umur 9-12 bulan
2. Kelompok umur 12-18 bulan
3. Kelompok umur 18-24 bulan
4. Kelompok umur 2-3 tahun
5. Kelompok umur 3-4 tahun
6. Kelompok umur 4-5 tahun
Untuk keperluan perbandingan maka WHO
menganjurkan pembagian umur untuk mempelajari penyakit
anak sebagai berikut: (15)
1. 0-4 bulan
2. 5-10 bulan
3. 11-23 bulan
4. 2-4 tahun
5. 5-9 tahun
6. 9-14 tahun
Semakin muda umur balita semakin besar
kemungkinan terkena diare, karena semakin muda umur
balita keadaan integritas mukosa usus masih belum baik,
sehingga daya tahan tubuh masih belum sempurna. (16)
d. Pembuangan sampah
Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak
terpakai baik yang berasal dari rumah tangga atau hasil proses
industri. Jenis-jenis sampah antara lain, yakni sampah anorganik,
adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya:
logam atau besi, pecahan gelas, plastik. Sampah organik adalah
sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa
makanan, daun-daunan, dan buah-buahan (Notoatmodjo, 2003).
e. Kondisi rumah
Keadaan kondisi rumah merupakan salah satu faktor yang
menentukan keadaan higiene dan sanitasi lingkungan. Menurut
Notoatmodjo (2003), syarat-syarat rumah yang sehat ditinjau dari
ventilasi, cahaya, luas bangunan rumah, fasilitas-fasilitas di dalam
rumah sehat adalah sebagai berikut:
a. Ventilasi
Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara di
dalam rumah tersebut tetap segar dan untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen. Luas
ventilasi kurang lebih 15-20% dari luas lantai rumah.
b. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,
kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah,
terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga
merupakan media atau tempat baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit penyakit. Penerangan yang cukup baik
siang maupun malam adalah 100-200 lux.
c. Luas bangunan rumah
Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat
menyediakan 2,5-3 m2 untuk tiap orang. Jika luas bangunan
tidak sebanding dengan jumlah penghuni maka menyebabkan
kurangnya konsumsi O2, sehingga jika salah satu penghuni
menderita penyakit infeksi maka akan mempermudah penularan
kepada anggota keluarga lain.
d. Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus memiliki fasilitas seperti
penyediaan air bersih yang cukup, pembuangan tinja,
pembuangan sampah, pembuangan air limbah, fasilitas dapur,
ruang berkumpul keluarga, gudang, dan kandang ternak.
Penyebab penyakit
(penderita)
Kuman
Makanan
Sumber air
minum
Jenis Lantai
Rumah
Pembuangan
Sampah
Pengelolaan
Air Limbah
Perilaku