Resume Teori Formalisme
Resume Teori Formalisme
TEORI FORMALISME
FORMALISME
Istilah Formalisme (dari kata Latin forma yang berarti bentuk, wujud) berarti cara
pendekatan dalam ilmu dan kritik sastra yang mengesampingkan data biografis, psikologis,
ideologis, sosiologis dan mengarahkan perhatian pada bentuk karya sastra itu sendiri. Para
Formalis meletakkan perhatiannya pada ciri khas yang membedakan sastra dari ungkapan
bahasa lainnya. Istilah Strukturalisme acap kali digunakan pula untuk menyebut model
pendekatan ini karena mereka memandang karya sastra sebagai suatu keseluruhan struktur
yang utuh dan otonom berdasarkan paradigma struktur kebahasaannya.
Kaum formalis menolak anggapan bahwa teks sastra adalah pencerminan individu
ataupun gambaran masyarakat. Kaum formalis juga menggunakan dua konsep yakni konsep
“defamiliarisasi” dan “deotomatisasi”. Konsep ini digunakan untuk mempertentangkan
karya sastra dengan kehidupan atau kenyataan sehari-hari. Sesuatu yang sudah akrab dan
secara otomatis diserap, dalam karya sastra dipersulit atau ditunda pemahamannya sehingga
terasa asing dan ganjil yang tujuannya adalah agar pembaca lebih tertarik pada bentuk.
PERTEMUAN PERTAMA (PRESENTASI KELOMPOK 1)
RESUME TEORI FORMALISME
TOKOH-TOKOH FORMALISME
Kaum Formalis Rusia tahun 1915-1930 dengan tokoh-tokohnya seperti Roman
Jakobson, Rene Wellek, Sjklovsky, Eichenhaum, dan Tynjanov Rene Wellek dan Roman
Jakobson beremigrasi ke Amerika Serikat Sumbangan penting kaum formalis bagi ilmu sastra
adalah secara prinsip mereka mengarahkan perhatian kita kepada unsur-unsur kesastraan dan
fungsi puitik. Sampai sekarang masih banyak dipergunakan istilah teori sastra dan analisis
sastra yang berasal dari kaum Formalis.
TUJUAN FORMALISME
Tujuan utama formalisme adalah studi ilmiah mengenai sastra. Hal ini didasarkan pada
keyakinan para formalis bahwa studi seperti itu sangat mungkin dan memang pantas
dilakukan. Kaum formalis yakin bahwa studi-studi mereka akan meningkatkan kemampuan
pembaca untuk membaca teks-teks sastra dengan cara yang tepat, yaitu dengan
memperhatikan sifat-sifat teks yang dianggap ‘artistik’ dan ‘sastrawi’. Dalam hal ini Sklovki
tertarik pada ‘hukum bahasa puitik’; Jakobson menekankan pentingnya ‘ilmu sastra’
sementara Tynjanov mengungkapkan bahwa untuk menjadi cabang ilmu tersendiri, sejarah
sastra harus mengajukan tuntutan atas keterandalan (realibility).
dan mengkaji secara terperinci tentang susunan karya sastra, meneliti persoalan yang menjadi
teman dan pemikiran penulis, mencari pesan dan amanat yang ingin disampaikan oleh
penulis. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang objektif yang tidak terikat dengan
masalah lain dari karya sastra.
Ada lima konsep pendekatan struktural, yaitu:
1) Para pengamal pendekatan ini meletakkan karya sastra sebagai sebuah dunia yang
mempunyai rangka dan bentukya tersendiri.
2) Pendekatan ini menekankan aspek keberhasilan sebuah karya sastra terletak pada segi
isi dan bentuk. Kesesuaian dan keseimbangan antara isi dan bentuk menjadi kriteria
yang utama bagi menjamin keberhasilan sebuah karya.
3) Pendekatan ini melihat karya sastra berdasarkan kompenen yang membangun sebuah
karya. Dengan melihat unsur-unsur dan aspek-aspek yang membangun karya itu,
maka sebuah karya sastra dapat dilihat secara objektif dan menjauhkan dari pengaruh
subjektivitas.
4) Pendekatan ini pernah mempermasalahkan mengenai faktor keadilan dan keihklasan
seorang pengkritik, terutama dari oengarang itu sendiri. Terdapat anggapan bahwa ada
pengkritik yang tidak adil.
5) Pendekatan ini melihat perpaduan dan persesuaian antara isi dan bentuk. Isi di sini
merupakan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan, pemikiran, falsafah, cerita,
pusat penceritaan, bahan, dan lainnya yang dapat dikatan sebagai rangka dalam
sebuah karya.
PERTEMUAN PERTAMA (PRESENTASI KELOMPOK 1)
RESUME TEORI FORMALISME