PECAH DINI
Dosen Pengampu: Isyti’aroh, M.Kep., Ns., Sp. Mat
Disusun Oleh:
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri terkait dengan
komplikasi kelahiran berupa prematuritas dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai
sepsis yang meningkatkan morbiditas/mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada
ibu dan bayi. (Mochtar, 2012)
Tahun 2010 diperkirakan angka kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran
hidup, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia 12%,
abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%. Angka kematian Ibu di
Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu 230/100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan Negara-negara lain seperti Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup, Filipina
200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 41/100.000 kelahiran hidup, Singapura
15/100.000 kelahiran hidup.
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan
aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya
2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm
akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput
ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan,
sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban
pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-
40%. (WHO, 2010)
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian ketuban pecah dini ?
b. Apa saja penyebab ketuban pecah dini ?
c. Bagaimana patofisiologi (pathways) ketuban pecah dini ?
d. Apa saja tanda dan gejala ketuban pecah dini ?
e. Apa faktor resiko dari ketuban pecah dini ?
f. Apa pengaruh ketuban pecah dini ?
g. Bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan ketuban pecah dini ?
h. Bagaimana pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini ?
i. Bagaimana asuhan keperawatan ketuban pecah dini ?
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah maternitas dan diharapkan mahasiswa mampu
memahami asuhan dasar keperawatan ketuban pecah dini.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah mahasiswa mampu:
1) Menjelaskan pengertian ketuban pecah dini
2) Menyebutkan penyebab ketuban pecah dini
3) Menjelaskan patofisiologi (pathways) ketuban pecah dini
4) Menyebutkan tanda dan gejala ketuban pecah dini
5) Menjelaskan dan menyebutkan faktor resiko dari ketuban pecah dini
6) Menjelaskan pengaruh ketuban pecah dini
7) Menjelaskan pencegahan dan penatalaksanaan ketuban pecah dini
8) Menjelaskan pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini
9) Menjelskan asuhan keperawatan ketuban pecah dini
BAB II
PEMBAHASAN
C. Patofisiologi (pathways)
D. Tanda dan gejala ketuban pecah dini
Tanda yang terjadi pada KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembas melalui
vagina. Untuk membedakan antara air ketuban dengan air seni dapat diketahui dari
bentuk dan warnanya. Biasanya air seni berwarna kekuning-kuningan dan bening,
sedangkan air ketuban keruh dan bercampur dengan lanubo (rambut halus dari janin) dan
mengandung fernik kaseosa (lemak pada kulit janin). Cairan ketuban adalah cairan putih
jernih agak keruh kadang-kadang mengandung gumpalan halus lemak dan berbau amis
serta akan berubah warna jika diperiksa dengan kertas lakmus.
Menurut Kasdu (2005) jika kebocoran kulit ketuban tidak disadari oleh ibu maka
sedikit demi sedikit air ketuban akan habis dan dapat menimbulkan rasa sakit ketika
janin bergerak karena janin langsung berhubungan dengan uterus.
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari, namun pada
masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilannya
hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun janin. Kejadian ketuban
pecah sebelum waktunya dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja.
2. Umur
Umur dibagi menjadi 3 kriteria yaitu < 20 tahun, 20-35 tahun dan > 35 tahun. Usia
reproduksi yang aman untuk kehamilan dan persalinan yaitu usia 20-35 tahun
(Winkjosastro, 2011). Pada usia ini alat kandungan telah matang dan siap untuk
dibuahi, kehamilan yang terjadi pada usia < 20 tahun atau terlalu muda sering
menyebabkan komplikasi/ penyulit bagi ibu dan janin, hal ini disebabkan belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, dimana rahim belum bisa menahan
kehamilan dengan baik, selaput ketuban belum matang dan mudah mengalami
robekan sehingga dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan pada
usia yang terlalu tua atau > 35 tahun memiliki resiko kesehatan bagi ibu dan bayinya
(Winkjosastro, 2011).
3. Riwayat ketuban pecah dini
Riwayat kejadian KPD sebelumnya menunjukkan bahwa wanita yang telah
melahirkan beberapa kali dan mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya diyakini
lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya.
4. Usia kehamilan
Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan usia kehamilan
saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya diperlukan beberapa hari
saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan trimester II. Makin muda kehamilan,
antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga
janin lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin
besar dan membahayakan janin serta situasi maternal.
5. Cephalopelvic Disproportion(CPD)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan,tetapi
yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul
ibu.Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan
kecil,dapat menimbul dehidrasi serta asidosis,dan infeksi intrapartum. Pengukuran
panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaanyang penting untuk mendapat
keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul (Prawirohardjo, 2011).
F. Pengaruh KPD
Pengaruh KPD menurut Prawirohardjo (2011) yaitu:
1. Terhadap janin
Dampak yang ditimbulkan pada janin meliputi:
a. prematuritas
b. infeksi
c. mal presentasi
d. prolaps tali pusat
e. mortalitas perinatal.
2. Terhadap ibu
Dampak yang ditimbulkan pada ibu yaitu :
a. partus lama
b. perdarahan post partum
c. atonia uteri
d. infeksi nifas.
1. Pemeriksaan laboratorium :
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna , kosentrasi , bau , PH nya
b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan : air ketuban , urine atau
secret vagina.
c. Secret vagina ibu hamil ph : 4-5 , dengan kertas nitrazin tidak berubah warna ,
tetap kuning.
d. Tes lakmus (tes nitrazin) , jika kertas lakmus jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis) . Ph Air ketuban 7-7,5 ,
darah dan ineksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
e. Mikroskopik (tes pakis) , dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis.
a. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri.
b. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
Genitaliua
Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
Ekstermitas
Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya
luka episiotomi
Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.
b. Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature.
c. Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates berpotensi lahir
premature.
d. Gangguan rasa nyaman
4. Intervensi Keperawatan
a. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam diharapkan pasien dapat
terhindar dari resiko infeksi
Kriteria hasil:
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infrksi
- Jumlsh leukosit dalam batasan normal
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi keperawatan:
intervensi keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya atau sebelum akan
terjadinya proses persalinan.
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.
Ketuban pecah dini merupakan suatu masalah yang harus mendapatkan penanganan
yang sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.
Penanganan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan penunjang, yaitu
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan
kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis (infeksi pada korion dan
amnion).
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Ida, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta:EGC
Kasdu, Dini. 2005. Operasi Saesar: Masalah Dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara
Prawiroharjo, Sarwono. 2011. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka