Anda di halaman 1dari 16

1.

Hambatan Eksternal

1. Keterlibatan pemerintah yang berlebihan (yang sering kali karena desakan pihak donor)

2. Terlalu banyak yang diharapkan dari koperasi atau terlalu banyak fungsi yang dibebankan
kepada koperasi melebihi fungsi atau tujuan koperasi sebenarnya.

3. Kondisi yang tidak kondusif, seperti distorsi pasar, kebijakan ekonomi seperti misalnya
kebijakan proteksi yang anti-pertanian, dan sebagainya

4. Kurangnya kerjasama pada bidang ekonomi dari masyarakat kota sehingga koperasi semakin
terkucilkan

• Hambatan Internal

o Termasuk keterbatasan anggota atau partisipasi anggota

o Kinerja anggotanya yang kurang berkompeten

o Isu-isu struktural

o Perbedaan antara kepentingan individu dan kolektif

o Lemahnya manajemen koperasi

o Rendahnya tingkat kecerdasan rakyat Indonesia

o Kurangnya dedikasi pengurus terhadap kelangsungan hidup koperasi

o Kurangnya Modal Kerja

Solusi dalam Mengatasi Masalah yang Menghambat Perkembangan Koperasi di Indonesia

1. Adanya sosialisasi kepada masyarakat sehingga pengetahuan masyarakat tentang koperasi akan
bertambah. Masyarakat dapat mengetahui bahwa sebenarnya koperasi merupakan ekonomi rakyat
yang dapat menyejahterakan anggotanya. Sehingga mereka berminat untuk bergabung dengan koperasi
tersebut

2. Perlu dilakukan pengarahan tentang koperasi kepada generasi muda melalui pendidikan agar mereka
dapat berpartisipasi dalam koperasi. Partisipasi merupakan faktor yang penting dalam mendukung
perkembangan koperasi. Partisipasi akan meningkatkan rasa tanggung jawab sehingga dapat bekerja
secara efisien dan efektif.

3. Melakukan trik-trik khusus melalui harga barang/jasa, sistem kredit dan pelayanan yang maksimum.
Mungkin koperasi sulit untuk bermain dalam harga, tapi hal ini dapat dilakukan dengan cara sistem
kredit, yang pembayarannya dapat dilakukan dalam waktu mingguan ataupun bulanan tergantung
perjanjian. Dengan adanya hal seperti ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat untuk
menjadi anggota.
4. Pemberian modal koperasi oleh pemerintah dan juga masyarakat yang memiliki dana dapat
menyimpan uang mereka dikoperasi supaya memperluas usahanya agar dapat bertahan dan bisa
berkembang.

5. Pemerintah hendaknya membuat kebijakan-kebijakan dan dukungan yang dapat membantu


perkembangan koperasi.

6. Membenahi kondisi internal koperasi.

7. Penyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan koperasi yang efektif.

8. Perlu adanya pengelolaan dengan menggunakan sarana teknologi yang lebih efektif, sehingga mampu
bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar

2. Mempertinggi Taraf Hidup dan Tingkat Kecerdasan Rakyat (Pasal 7 Ayat (2) UU No. 12/1967).Untuk
lebih jelasnya, pembahasan mengenai Mempertinggi Taraf Hidup dan Tingkat Kecerdasan Rakyat (Pasal
7 Ayat (2) UU No. 12/1967) yaitu sebagai berikut:

Keberhasilan Koperasi mencapai tujuannya tergantung dari aktivitas para anggotanya, apakah
mereka mampu melaksanakan kerja sama, memiliki kegairahan kerja dan mentaati segala ketentuan
dan garis kebijaksanaan yang telah ditetapkan Rapat Anggota. Dengan demikian usaha mempertinggi
taraf hidup dan tingkat kecerdasan para anggotanya, tergantung dari aktivitas-aktivitas para anggotanya
sendiri, karena pengurus selain menangani dan melancarkan pengelolaan bidang organisasinya, terbatas
pada pemberian pembinaan, pengarahan dan mencari jalan keluar menghilangkan penghambat-
penghambat terhadap kelancaran usaha Koperasinya, sedangkan para anggota merupakan tenaga-
tenaga pelaksana yang riil dari pembinaan-pembinaan dan pengarahan-pengarahan
tersebut.Sesungguhnya dalam peranan dan tugas Koperasi untuk mempertinggi taraf hidup para
anggotanya secara sekaligus telah terangkum peranan dan tugas Koperasi untuk mempertinggi
kecerdasan para anggota Koperasi tersebut, karena:

1. meningkatnya kesejahteraan hidup para anggota, sangat berkaitan dengan terwujudnya


peningkatan pendapatan-pendapatan para anggotanya;

2. terwujudnya peningkatan pendapatan para anggota, dikarenakan para anggota dapat


meningkatkan produksinya (baik kualitas maupun kuantitas) yang melalui koperasi yang
dipasarkan dengan harga yang layak, yang memuaskan para anggotanya;

3. peningkatan produksi hanya akan tercapai, selain karena adanya kegairahan kerja para anggota
adalah juga karena pihak Koperasi mampu memberikan pembinaan-pembinaan, pengarahan-
pengarahan dan penyuluhan-penyuluhan tentang pola kerja yang menguntungkan (efektif), jenis
dan kualitas benda yang harus diproduksi, cara dan teknik pengolahan dan pengelolaan dan lain-
lainnya yang berkaitan dengan itu;
4. karena para anggota menginginkan terwujudnya peningkatan produksi, dengan mana mereka
dapat memperoleh peningkatan pendapatan dan peningkatan taraf hidupnya, maka segala
pembinaan, pengarahan, dan penyuluhan diresapkannya baik-baik dan dilaksanakan
(dipraktekkan) sebagaimana mestinya. Dengan demikian kecerdasan para anggota menjadi
bertambah karena dalam pembinaan, pengarahan dan penyuluhan-penyuluhan terkandung
pengetahuan praktis yang mudah diserap oleh mereka.

3. Setelah pemerintahan Orde Baru tumbang dan digantikan oleh reformasi, perkembangan koperasi
mengalami peningkatan. Dalam era reformasi pemberdayaan ekonomi rakyat kembali diupayakan
melalui pemberian kesempatan yang lebih besar bagi usaha kecil dan koperasi.
Untuk tujuan tersebut seperti sudah ditetapkan melalui GBHN Tahun 1999. Pesan yang tersirat di
dalam GBHN Tahun 1999 tersebut bahwa tugas dan misi koperasi dalam era reformasi sekarang ini,
yakni koperasi harus mampu berfungsi sebagai sarana pendukung pengembangan usaha kecil, sarana
pengembangan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, serta sebagai sarana untuk pemecahan
ketidakselarasan di dalam masyarakat sebagai akibat dari ketidakmerataannyapembagian pendapatan
yang mungkin terjadi.
Untuk mengetahui peran yang dapat diharapkan dari koperasi dalam rangka penyembuhan
perekonomian nasional kiranya perlu diperhatikan bahwa disatu sisi koperasi telah diakui sebagai
lembaga solusi dalam rangka menangkal kesenjangan serta mewujudkan pemerataan, tetapi di sisi lain
kebijaksanaan makro ekonomi belum sepenuhnya disesuaikan dengan perubahan-perubahan
perekonomian dunia yang mengarah pada pasar bebas
Selama periode 2000 – 2003, secara umum koperasi mengalami perkembangan usaha dan
kelembagaan yang mengairahkan. Namun demikian, koperasi masih memiliki berbagai kendala untuk
pengembangannya sebagai badan usaha, yaitu:
1. Rendahnya partisipasi anggota yang ditunjukkan dengan rendahnya nilai perputaran koperasi per
anggota yang kurang dari Rp.100.000,00 per bulan dan rendahnya simpanan anggota yang kurang dari
Rp.345.225,00,
2. Efisiensi usaha yang relatif rendah yang ditunjukkan dengan tingkat perputaran aktiva yang kurang
dari 1,3 kali per tahun
3. Rendahnya tingkat profitabilitas koperasi
4. citra masyarakat terhadap koperasi yang menganggap sebagai badan usaha kecil dan terbatas, serta
bergantung pada program pemerintah
5. Kompetensi SDM koperasi yang relatif rendah
6. Kurang optimalnya koperasi mewujudkan skala usaha yang ekonomis akibat belum optimalnya
kerjasama antar koperasi dan kerjasama koperasi dengan badan usaha lainnya.
Pemerintah di negara-negara sedang berkembang pada umumnya turut secara aktif dalam upaya
membangun koperasi. Keikutsertaan pemerintah negara-negara sedang berkembang ini, selain didorong
oleh adanya kesadaran untuk turut serta dalam membangunkan koperasi, juga merupakan hal yang
sangat diharapkan oleh gerakan koperasi. Hal ini antara lain didorong oleh terbatasnya kemampuan
koperasi di negara sedang berkembang, untuk membangun dirinya atas kekuatan sendiri (Baswir,2000).
Di era reformasi, kebijakan pengembangan koperas menjadi tanggung jawab Kementrian Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah. Mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 09/M/2005
tanggal 31 Januari 2005 bahwa kedudukan Kementerian Koperasi dan UKM adalah unsure pelaksana
pemerintah dengan tugas membantu Presiden untuk mengkoordinasikan perumusan kebijakan dan
koordinasi pelaksanaan kebijakan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di Indonesia.
Tugas Kementerian Koperasi dan UKM adalah merumuskan kebijakan dan mengkoordinasikan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta pengendalian pemberdayaan koperasi dan UMKM di
Indonesia.
Strategi pengembangan kelembagaan koperasi terdiri dari:
1. Kebijakan Peningkatan Administrasi dan Pengawasan
Pemberian Badan Hukum (BH) Koperasi Kebijakan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
ketertataan dan ketertiban administrasi pemberian badan hukum koperasi, serta pengawasan
pemberian badan hokum koperasi oleh daerah melalui tugas perbantuan, dan pengawasan kegiatan
koperasi untuk meningkatkan akuntabilitasnya.
2. Kebijakan Peningkatan Penerapan Jatidiri Koperasi
Penerapan jatidiri koperasi merupakan roh dari proses pengembangan koperasi sejati, yang dilakukan
melalui: pengembangan organisasi dan manajemen koperasi, peningkatan kualitas keanggotaan
koperasi, penyempurnaan AD/ART koperasi dan pemberdayaan gerakan koperasi agar mampu
memperjuangkan kepentingan anggotanya.
3. Kebijakan Pengembangan Usaha Koperasi
Pengembangan usaha koperasi dilakukan melalui upaya pemantapan identitas koperasi sebagai badan
usaha yang berazaskan kekeluargaan, pengembangan kerjasama usaha, pengembangan usaha koperasi
yang berbasis sumberdaya lokal dan peningkatan daya saing koperasi, serta klasifikasi koperasi.
4. Kebijakan Perlindungan Kepada Koperasi
Tugas pemerintah dalam pengembangan koperasi adalah menumbuhkan iklim dan kondisi yang
mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi, memberikan perlindungan kepada koperasi
melalui pemberian kemudahan dan bimbingan dalam berusaha, serta melindungi publik dari aktivitas
koperasi yang merugikan masyarakat. Perlindungan kepada koperasi dan publik ini memerlukan peran
serta masyarakat, sehingga diperlukan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
kewirakoperasian.
Selain itu, Kementerian Koperasi dan UMKM juga menyusun program pengembangan kelembagaan
koperasi. Program ini bertujuan mewujudkan 70.000 unit koperasi yang berkualitas yang mampu
melayani lebih dari 20 juta anggota koperasi secara berkelanjutan, sesuai dengan prinsip-prinsip dan
nilai dasar koperasi.
Program Kemenkop dan UMKM juga mencakup bidang legislasi. Program ini bertujuan
menyempurnakan Undang- undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Undang-undang
Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil agar mampu mendukung dinamika pemberdayaan KUMKM di
Indonesia pada masa mendatang. Program penyempurnaan Undang-undang Koperasi dan Usaha Kecil,
antara lain mencakup:
1. Melakukan inventarisasi masalah untuk menyempurnakan RUU Koperasi dan RUU UMKM.
2. Melaksanakan pembahasan dengan intansi terkait dan DPR-RI untuk mewujudkan RUU Koperasi dan
RUU UMKM menjadi Undang-undang Koperasi dan Undang-undang UMKM.
3. Melaksanakan sosialisasi Undang-undang Koperasi dan UMKM yang telah disahkan oleh DPR dan
Pemerintah kepada stakeholders di seluruh Indonesia.
4. Memfasilitasi gerakan koperasi dan UMKM menyesesuaikan dengan Undang-undang Koperasi da
Undang-undang UMKM yang baru.
5. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Undang-undang Koperasi dan Undang-undang UMKM
yang telah disahkan Hasil dari program legislasi tersebut adalah diberlakukannya UU No. 17 tahun 2012
sebagai pengganti dari UU No.25 tahun 1992.
Selain itu, Sesuai dengan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah ( Permen KUKM
) NOMOR : 02/Per/M.KUKM/IV/2012 tentang Penggunaan Lambang Koperasi Indonesia , maka mulai
tanggal 17 April 2012 telah terjadi penggantian lambang koperasi.
Pada Pasal 2 tertulis bahwa : "Bagi Gerakan Koperasi diseluruh Indonesia agar segera
menyesuaikan penggunaan lambang koperasi Indonesia, sebagaimana pada Lampiran Peraturan
Menteri ini."
Pada Pasal 3 tertulis : "Bagi koperasi yang masih memiliki kop surat dan tatalaksana administrasi lainnya
dengan menggunakan lambang koperasi Indonesia yang lama, diberi kesempatan selambat-lambatnya
pada tanggal 12 Juli 2012 telah menyesuaikan dengan lambang koperasi Indonesia yang baru."
Dan pada pasal 6 tertulis bahwa : "Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri ini maka Lambang
Koperasi yang lama dinyatakan tidak berlaku."

4. 1. Pengertian SHU

Sisa hasil usaha (SHU) adalah selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total revenue )
dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost) dalam satu tahun buku.

Menurut UU No.25/1992, tentang perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah sebagai berikut:

SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurang dengan
biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan
oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan
perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. besarnya pemupukan
modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
Dengan mengacu pada pengertian diatas, maka besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan
berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan
pendapatan koperasi. Dalam pengertian ini juga dijelaskan bahwa ada hubungan linear antara transaksi
usaha anggota dan koperasinya dalam perolehan SHU. Artinya, semakin besar transaksi (usaha dan
modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima. Hal ini berbeda
dengan perusahaan swasta, dimana dividen yang diperoleh pemilik saham adalah proporsional, sesuai
besarnya modal yang dimiliki. Hal ini merupakan salah satu pembeda koperasi dengan badan usaha
lainnya.

2. Rumus Pembagian SHU

Acuan dasar membgi SHU adalah prinsip-prinsip dasar koperasi yang menyebutkan bahwa, pembagian
SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

Dengan demikian , SHU koperasi di terima oleh anggota bersumber dari 2 kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh anggota sendiru, yaitu:

1) SHU atas jasa modal

Pembagian ini juga sekalius mencerminkan anggota sebagai pemilik ataupun investor, karena jasa atas
modalnya (simpanan) tetap diterima dari koperasinya sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SGU
pada tahun buku yang bersangkutan.

2) SHU atas jasa usaha

Jasa ini mnegaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai pemakai atau apelanggan,

Secara umum SHU koperasi di bagi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pada Anggaran Dasar/
Anggeran Rumah Tangga Koperasi sebagai berikut:

- Cadangan koperasi
- Jasa anggota
- Dana pengurus
- Dana karyawan dana pendidikan
- Dana sosial
- Dana untuk pembagunan sosial

Tentunya tidak semua komponen di atas harus diadopsi koperasi dalam membagi SHU-nya. Hal ini
sangat tergantung dari keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.

Untuk mempermudah pemahaman rumus pembagian SHU koperasi, berikut ini diasjikan salah satu
kasus pembagian SHU koperasi (selanjutnya disebut koperasi A)

Menurut AD/ART koperasi A, SHU dibagi sebagai berikut :

Cadangan : 40 %
Jasa anggota : 40 %
Dana pengurus : 5 %
Dana karyawan : 5 %
Dana pendidikan : 5 %
Dana sosial : 5 %

SHU per anggota dapat dihitung sebagai berikut:


SHU KOPERASI = Y+ X
Dimana:
SHU KOPERASI : Sisa Hasil Usaha per Anggota
Y : SHU KOPERASI yang dibagi atas Aktivitas Ekonomi
X: SHU KOPERASI yang dibagi atas Modal Usaha

Dengan menggunakan model matematika, SHU KOPERASI per anggota dapat dihitung sebagai berikut.
SHU KOPERASI= Y+ X
Dengan
SHU KOPERASI AE = Ta/Tk(Y)
SHU KOPERASI MU = Sa/Sk(X)
Dimana.
SHU KOPERASI: Total Sisa Hasil Usaha per Anggota
SHU KOPERASI AE : SHU KOPERASI Aktivitas Ekonomi
SHU KOPERASI MU : SHU KOPERASI Anggota atas Modal Usaha
Y : Jasa Usaha Anggota
X: Jasa Modal Anggota
Ta: Total transaksi Anggota)
Tk : Total transaksi Koperasi
Sa : Jumlah Simpanan Anggota
Sk : Simpanan anggota total (Modal sendiri total)

Bila SHU bagian anggota menurut AD/ART koperasi A adalah 40% dari total SHU, dan rapat anggota
menetapkan bahwa SHU bagian anggota tersebut dibagi secara proporsional menurut jasa modal dan
usaha, dengan pembagian Jasa Usaha Anggota sebesar 70%, dan Jasa Modal Anggota sebesar 30%,
maka ada 2 cara menghitung persentase JUA dan JMA yaitu:

Pertama, langsung dihitung dari total SHU koperasi, sehingga:


JUA = 70% x 40% total SHU Koperasi setelah pajak
= 28% dari total SHU Koperasi
JMA = 30% x 40% total SHU koperasi setelah pajak
= 12% dari total SHU koperasi

Kedua, SHU bagian anggota (40%) dijadikan menjadi 100%, sehingga dalam hal ini diperoleh terlebih
dahulu angka absolut, kemudian dibagi sesuai dengan persentase yang ditetapkan.

3. Prinsip - Prinsip Pembagian SHU

1)SHU yang di bagi adalah yang bersumber dari anggota


2)SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yamg dilakikan anggota sendiri.
3)Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan
4)SHU anggota di bayar secara tunai

4. Pembagian SHU Peranggota

SHU per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan
dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya.

Contoh :
a. Perhitungan SHU (Laba/Rugi) Koperasi A Tahun Buku 1998 (Rp000)

Penjualan /Penerimaan Jasa Rp 850.077

Pendapatan lain Rp 110.717

Rp 960.794

Harga Pokok Penjualan Rp (300.539)


Pendapatan Operasional Rp 660.255

Beban Operasional Rp (310.539)

Beban Administrasi dan Umum Rp (35.349)

SHU Sebelum Pajak Rp 314.367

Pajak Penghasilan (PPH Ps 21) Rp (34.367)

SHU setelah Pajak Rp 280.000

b. Sumber SHU
SHU Koperasi A setelah pajak Rp 280.000
Sumber SHU:
- Transaksi Anggota Rp 200.000
- Transaksi Non Anggota Rp 80.000

c. Pembagian SHU menurut Pasal 15, AD/ART Koperasi A:


1. Cadangan : 40% X 200.000 = Rp 80.000
2. Jasa Anggota : 40 % X 200.000 = Rp 80.000
3. Dana Pengurus : 5% X 200.000 = Rp 10.000
4. dana Karyawan : 5 % X 200.000 = Rp 10.000
5. dana Pendidikan : 5 % X 200.000 = Rp 10.000
6. dana Sosaial : 5 % X 200.000 = Rp 10.000
Rapat anggota menetapkan bahwa SHU bagian Anggota dibagi sebagai berikut:
jasa Modal : 30% X Rp 80.000 = Rp 24.000
Jasa Usaha : 70% X Rp 80.000 = Rp 56.000
d. jumlah anggota,simpanan dan volume usaha koperasi:
jumlah Anggota : 142 orang
total simpanan anggota : Rp 345.420
total transaksi anggota : Rp 2.340.062

Contoh:
SHU yang diterima per anggota:
SHU usaha Adi = 5.500.000/2.340.062 X 56.000 = Rp 131.620
SHU Modal Adi = 800.000/345.420 X 24.000 = Rp 55.580
Dengan demikian jumlah SHU yang diterima Adi Adalah:
Rp 131.620 + Rp 55.580 = Rp 187.200;

5. ALASAN HISTORIS
Sejarah mencatat bahwa pendirian Koperasi sedikit banyak juga dipengaruhi oleh perjalanan historis
historis sebuah bangsa. Misalnya pendirian Koperasi Rochdale di Inggris dan di beberapa wilayah lainnya
dieropa, tidak bisa terlepas dari perjalanan historis yang dialami oleh negara-negara tersebut pada saat
itu. dimulai dari zaman merkantilisme, revolusi Industri di negara-negara eropa, serta kaum kapitalis
yang berhasil mendominasi untuk menciptakan perumusan kebijakan-kebijakan ekonomi dan dunia
politik pemerintah serta dunia barat yang berusaha untuk menguasai negara-negara lain di belahan
dunia (kolonialisme). Akibat dari adanya kegiatan kolonialisme yang dilakukan oleh para penjajah yang
melakukan kegiatan eksploitasi terhadap tenaga dan harta rakyat(buruh dan petani kecil), yang
mengakibatkan penderitaan serta menimbulkan kemiskinan dimana-mana. Dengan dipelopori oleh
kaum sosialis di negara masing-masing,rakyat mencoba bangkit dengan mendirikan koperasi sebagai
wadah perjuangan ekonomi dan politik mereka, walaupun pada saat itu kinerja koperasi belum
sepenuhnya berhasil tetapi masyarakat dapat membuktikan bahwa koperasi sebagai tanda perjuangan
ekonomi orang lemah pada saat itu.

2. ALASAN POLITIS

Suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang
bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka dengan mendirikan
sebuah koperasi untuk merealisasikan tujuan tersebut. orang-orang yang bergabung dalam sebuah
koperasi tersebut Secara tidak langsungtelah menjadi suatu kekuatan politis. Dengan bersatunya
seluruh anggota yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas dalam wadah koperasi, maka usaha
koperasi pun kana menjadi lebih besar serta akan menduduki kedudukan politis yang kuat dalam
masyarakat.

3. ALASAN EKONOMIS

Alasan Ekonomis adalah pertimbangan kemanfaatan ekonomis yang akan diperoleh seseorang bila ia
bergabung menjadi anggota Koperasi. Jika Koperasi didirikan tanpa sebuah Alasan ekonomis maka yang
akan terjadi adalah sulitnya dipertanggungjawabkan tujuan untuk mendirikan koperasi. adapun alasan-
alasan ekonomis untuk mendirikan dan menjadi anggota koperasi ialah :

a. Untuk menekan biaya, jika beberapa unit bidang usaha saling menyatukan diri kedalam sebuah
koperasi, maka beban tiap unit bidang usaha akan lebih ringan dibandingkan dengan tiap unit bidang
usaha melakukan setiap kegiatan usahanya sendiri dan bahkan produk yang dihasilkan setiap unit
bidang usahapun dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.

b. Meningkatkan pelayanan kepada anggota, koperasi memberikan pelayanan kepada anggotanya,


yang mana pelayanan jasa tersebut sulit untuk diperoleh anggotanya.
c. Membuka kesempatan untuk bergabung dalam badan usaha, koperasi merupakan badan usaha
yang sangat fleksible untuk semua kalangan, karena koperasi dapat memberikan kesempatan untuk
orang-orang yang ingin berkoperasi hanya dengan syarat memenuhi simpangan pokok.

4. ALASAN SOSIOLOGIS

Selain memiliki kebutuhan ekonomi, setiap manusia juga memiliki kebutuhan sosial. Adanya naluri
manusia untuk selalu mempertahank diri, bergaul serta tolong menolong, perasaan dihargai, dll. Upaya
untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka orang-orang yang memiliki tujuan yang sama menyatukan
diri dan didirikanlah sebuah koperasi untuk saling membantu dan mengatasi mencukupi kebutuhan
yang dirasakannya itu secara bersama-sama.

5. ALASAN YURIDIS

pendirian Koperasi diberbagai negara dilindungi oleh undang-undang atau sebuah landasan. Landasan
ini bertujuan untuk menjamin pendirian koperasi serta pelaksanaan kegiatannya. Alasan yuridis ini
merupakan dasar yang secara langsung ikut menciptakan tumbuhnya suasana berkoperasi dalam
sebuah masyarakat, agar mendorong masyarakat untuk saling berkerjasama dan berastu dalam
memenuhi kebutuhan bersama dalam koperasi. meskipun tidak seluruh negara memiliki UU khusus
mengenai Koperasi, namun bisa dipastikan bahwa setiap koperasi disebuah negara, tentu memilki
sebuah landasan yuridis yang mengatur hak dan kewajiban keberadaaan koperasi tersebut.

Koperasi telah meletakkan dasar demokrasi ekonomi yang begitu kuat. Pola koperasi identik dengan
upaya untuk membumikan prinsip demokrasi ekonomi. Kita percaya, melalui demokrasi ekonomi yang
mapan, kehidupan perekonomian rakyat akan terbangun. Karena itu, marilah kita terus
menumbuhkembangkan semangat ber-koperasi. Untuk itu pemerintah perlu untuk selalu mempelopori
agar masyarakat semangat ber-koperasi. Karna dengan usaha ini kita dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat,membantu pemerintah kita untuk menjalankan ekonomi yang maju dan yang stabil dan
tidak membebankan satu pihak saja. (AF)

6. Peningkatan partisipasi dengan menggunakan materi dapat melalui pemberian bonus, tunjangan,
komisi dan insentif serta lainnya. Sedangkan peningkatan melalui nonmateri yaitu dengan cara
memberikan suatu motivasi kepada semua komponen atau unsure yang ada dalam suatu lingkungan
tertentu. Salah satu contohnya adalah dengan jalan mengikutsertakan semua komponen atau unsur,
terutama dalam proses pembuatan perencanaan maupun dalam hal pengambilan keputusan.

Dari berbagai macam cara, mana cara yang paling baik sudah barang tentu tidak dapat ditetapkan
dengan pasti, sebab segala sesuatu akan sangat tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing.
Cara yang paling tepat untuk suatu situasi dan kondisi, yaitu : mengikutsertakan semua komponen atau
unsur secara langsung dalam proses pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan. Seperti kita
ketahui bahwa seorang pemimpin tidak akan melaksanakan sendiri seluruh perencanaan dan
keputusannya, sehingga dengan demikian perencanaan dan keputusan yang baik itu hanya akan tinggal
diatas kertas saja. Dalam proses pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan sebaiknya kita
mengikutsertakan semua komponen. Dengan demikian maka perencanaan dan keputusan yang dibuat
kemungkinan akan menjadi lebih baik, sebab akan mendapatkan masukan atau bahan-bahan dari semua
komponen atau unsure yang ada gunanya. Dengan cara seperti itu semua komponen atau unsur akan
merasa semangat dalam mengerjakan tugas-tugasnya karena mereka merasa dianggap dalam hal
pembuatan dan pengambilan keputusan.

Cara-cara lain untuk meningkatkan partisipasi anggota pada koperasi, yaitu :

· Menjelaskan tentang maksud tujuan perencanaan dan keputusan yang dikeluarkan.

· Meminta tanggapan dan saran tentang perencanaan dan keputusan yang akan dikeluarkan.

· Meminta informasi tentang segala sesuatu dari semua komponen dalam usaha membuat
keputusan dan mengambil keputusan.

· Memberikan kesempatan yang sama kepada semua komponen atau unsur yang ada.

· Meningkatkan pendelegasian wewenang.

7. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 3 tujuan koperasi Indonesia adalah

“Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.

Bung Hatta berpendapat tujuan koperasi mencari laba yang sebesar-besarnya, melainkan melayani
kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil.

Dari beberapa tujuan koperasi diatas, garis besarnya adalah :

1. Mensejahterakan para anggota koperasi dan masyarakat

2. Mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur

3. Memperbaiki kehidupan para anggota dan masyarakat terutama dalam bidang perekonomian

4. Membangun tatanan perekonomian nasional

Keempat garis besar tujuan koperasi tersebut tertuang dalam Fungsi Koperasi yang diatur dalam UU No.
25/1992 Pasal 4 yang isinya adalah sebagi berikut :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian


nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan


usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

8. PERBEDAAN LPD, BPR, DAN KOPERASI

Karakteristik LPD BPR Koperasi

Landasan pendirian Hukum adat/awig-awig Undang-Undang Undang-Undang


Nomor 10 Tahun Nomor 25 Tahun
1998/Undang-Undang 1992/Undang-Undang
Perbankan Perkoperasian

Inisiatif pembentukan Krama/Warga desa adat Pribadi/Kelompok Pribadi/Kelompok

Cara memperoleh Sumbangan pemerintah Melalui dana dari para Modal koperasi terdiri
modal dan sumbangan pemegang saham dan dari modal sendiri dan
sukarela dari warga sektor-sektor lain modal pinjaman.
desa adat sesuai yang sah
keikhlasan 1.Modal sendiri,
terdiri dari : simpanan
pokok, simpanan
wajib, dana cadangan,
hibah.

2.Modal pinjaman,
terdiri dari : anggota,
koperasi lainnya, bank
atau lembaga
keuangan lainnya,
penerbitan obligasi
atau surat hutang
lainnya, sumber-
sumber lain yang sah
Perangkat organisasi Perangkat organisasi Perangkat organisasi Perangkat organisasi
LPD : BPR : koperasi :

1.Paruman Desa 1.Rapat Umum 1.Rapat anggota


Pakraman Pemegang Saham
2.Pengurus
2.Prajuru atau bendesa 2.Komisaris
adat (ketua badan 3.Pengawas
pengawas) 3.Direksi

4.Staff-staff
3.Ketua LPD
pendukung
4.Kasir

5.Tata Usaha

6.Staff

Lingkup wilayah Hanya sebatas di Seluruh wilayah Seluruh wilayah


operasional lingkungan desa Negara Republik Negara Republik
pakraman Indonesia Indonesia

Orientasi Usaha Lembaga non-profit, Profit Bersifat profit untuk


yang bersifat sosio mensejahterakan
kultural anggota-anggotanya

Pembagian 40% untuk pengelolaan Pembagian Berupa Sisa Hasil


Keuntungan modal, 60% untuk keuntungan diantara Usaha (SHU) untuk
pembangunan para pemegang masing-masing
kesejahteraan saham sesuai dengan anggota.
masyarakat desa adat presentase saham
yang dimiliki

9. 1. Sumber-Sumber Modal Koperasi (UU NO.12/1967)


1.1. Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke dalam kas koperasi oleh para pendiri
atau anggota koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat ditarik kembali
oleh anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan masih tercatat menjadi anggota koperasi.
1.2. Simpanan Wajib
Konsekwensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua anggota koperasi yang dapat
disesuaikan besar kecilnya dengan tujuan usaha koperasi dan kebutuhan dana yang hendak
dikumpulkan, arena itu akumulasi simpanan wajib para anggota harus diarahkan mencapai jumlah
tertentu agar dapat menunjang kebutuhan dana yang akan digunakan menjalankan usaha koperasi.
1.3. Simpanan SukaRela
Adalah simpanan yang besarnya tidak di tentukan, tetapi bergantung kepada kemampuan
anggota.Simpanan sukarela dapat di setorkan dan diambil setiap saat.
1.4. Modal sendiri
Adalah modal yang berasal dari dana simpanan pokok,simpanan wajib, dan dana cadangan. Dana
cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian hasil usaha yang tidak dibagikan kepada
anggota. tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila
koperasi membutuhkan dana secara mendadak atau menutup kerugian dalam usaha. Fungsi cadangan:
Menjaga Kemungkinan rugi dan memperkuat kedudukan finansial koperasi terhadap pihak luar
(kreditor).

2. Sumber-Sumber Modal Koperasi (UU No.25/1992)


2.1. Modal Sendiri (Equity Capital)
Terdiri dari modal anggota, baik yang bersumber dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan-
simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib,
modal penyertaan, modal sumbangan, dana cadangan, dan SHU yang belum dibagi.
2.2. Modal Pinjaman (Debt capital)
a. Pinjaman dari Anggota
Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan simpanan sukarela anggota.
Kalau dalam simpanan sukarela, maka besar kecil dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan
anggota. sebaliknya dalam pinjaman, koperasi meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai dengan
uang yang berasal dari anggota.
b. Pinjaman dari Koperasi Lain
Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama badan usaha koperasi untuk
saling membantu dalam bidang kebutuhan modal. Bentuk dan lingkup kerja sama yang dibuat bisa
dalam lingkup yang luas atau dalam lingkup yang sempit; tergantung dari kebutuhan modal yang
diperlukan.
c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan
Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha koperasi mendapat prioritas dalam
persyaratan. Prioritas tersebut diberikan kepada koperasi sebetulnya merupakan komitmen pemerintah
dari negara-negara yang bersangkutan untuk mengangkat kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha
koperasi.
d. Obligasi dan Surat Utang
Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau surat utang kepada masyarakat
investor untuk mencari dana segar dari masyarakat umum diluar anggota koperasi. Mengenai
persyaratan untuk menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur dalam ketentuan otoritas pasar
modal yang ada.
e. Sumber Keuangan Lain
Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari dana yang tidak sah dapat
dijadikan tempat untuk meminjam modal.
10. a. Hak anggota

Adapun hak seorang anggota adalah sebagai berikut.

1) Menghadiri, berpendapat, dan memberikan suara dalam rapat anggota.

2) Memilih atau dipilih menjadi pengurus atau pengawas.

3) Memberikan pendapat atau saran kepada pengurus dan pengawas di luar rapat anggota.

4) Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antar sesama anggota.

5) Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam anggaran dasar.

b. Kewajiban anggota

Kewajiban seorang anggota adalah sebagai berikut.

1) Memenuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang telah disepakati.

2) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan.

3) Mengembangkan dan memelihara kebersamaan atas asas kekeluargaan.

Antara hak dan kewajiban hendaklah seimbang dan berjalan beriringan. Hal ini sesuai dengan status
keanggotaannya yang telah diatur dan disepakati dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
maupun peraturan khusus.

sumber : UNDANG-UNDANG RI NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

Anda mungkin juga menyukai