Anda di halaman 1dari 10

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Ringkasan Materi Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas


Kimia Fisika

Dosen Pengampu :
Hery Muhamad Ansory

Oleh :
Uyun Naila Kautsar

NIM : 2017127B

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2017
A. Pengenalan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara
fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya
(daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit dan
larutan non elektrolit.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan
elektrolit maupun non elektrolit. Contoh larutan elektrolit : larutan garam dapur,
larutan cuka makan, larutan asam sulfat, larutan tawas, air sungai, air laut. Contoh
larutan non elektrolit adalah larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, larutan
glukosa.

A. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


Dalam kimia, larutan campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut
dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan
pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi
adalah Molaritas, Molalitas, Normalitas, dan ppm. Sementara itu, secara kualitatif,
komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau
pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif
larutan. Keempat sifat itu ialah :
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat
larutan nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan
elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat
terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-
ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih
rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran
yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan
yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan
dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan
sifat larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut :
1. Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
2. Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
3. Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut
dan zat terlarut.
a. Penurunan Tekanan Uap
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair
menjadi gas. Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami
penguapan. Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada
umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin
tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul
cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan
menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar
menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja
yang menguap, karene sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat
terlarut. Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan
tekanan uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap
yang berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin
tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada
tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi
pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh.
Menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di
atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan.
Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada
tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut
berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya
zat terlarut.Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat
terlarut terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan :
P = Po – P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen,


maka hukum Roult dapat ditulis :

P larutan = X pelarut . P pelarut

Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi


mol zat terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan
uap selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut
murninya.
b. Peningkatan Titik Didih
Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut.
hal sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah
dibandingkan pelarut.
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair
yang menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair
akan menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar.
Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama
dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan
uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik
didih. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan
terjadi kenaikan titik didih dari larutan tersebut.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan
sebanding dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih
molalnya (Kb). Dapat dirumuskan sebagai :
Δ Tb = Kb . m
Jika :
M = n x 1000
P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tb = Kb ( n x 1000 )
p
Tb = besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
m = molalitas dari zat terlarut
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh
dengan mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya
diketahui (artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa
molalnya). Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah
dengan kenaikan titik didihnya atau Tb = Tb + Tb (Oxtoby, 2001).
c. Penurunan Titik Beku
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan
sehingga jarak antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya
bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-
partikel dari zat terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-
molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul
diperlukan suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel
zat terlarut disebut penurunan titik beku. Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan titik beku larutan
tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan
sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik
beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan persamaan :
ΔTf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000 )
p
Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan ttitik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut

Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi


dengan penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti
halnya peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa
molar zat yang tidak diketahui.
d. Tekanan Osmotik
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair
dari larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel.
Osmosis dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah
yang disebut tekanan osmotik. Dirumuskan, berdasarkan persamaan gas
ideal :
PV = nRT
Maka tekanannya :
P = nRT
V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas
dapat diperoleh : π = nRT
V
Atau : π = M R T
π = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)

Tetapan titik beku molal (Kf)


Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)
Air 0 1,86
Benzena 5,4 5,1
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Asam asetat 16,5 3,82
Kamfer 180 40
Nitrobenzena 5,6 6,9

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah


partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal
ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan
larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat
koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat
koligatif larutan elektrolit.
 Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan banyak ion Molekul netral dalam larutan hanya
sedikit/tidak ada sama sekali
2. Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
3. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan
banyak, lampu menyala
4. Penghantar listrik yang baik
5. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
6. Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HF);
basa kuat (NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, LiOH), garam NaCl
 Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan sedikit ion
2. Molekul netral dalam larutan banyak
3. Terionisasi hanya sebagian kecil
4. Penghantar listrik yang buruk
5. Derajat ionisasi mendekati 0
6. Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut),
basa lemah (Al(OH)3, NH4OH), garam NH4CN
Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Tidak menghasilkan ion
2. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
3. Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak
menghasilkan gelembung, dan lampu tidak menyala
4. Derajat ionisasi = 0 Contohnya adalah larutan gula, larutan alcohol,
bensin, larutan urea.

B. Contoh Larutan yang Termasuk kedalam Larutan Elektrolit dan Non


Elektrolit
1. Berdasarkan jenis larutan :
a. Larutan asam (zat yang melepas ion H+ jika dilarutkan dalam air),
contohnya adalah :
Asam klorida/asam lambung : HCl, Asam florida : HF, Asam sulfat/air aki
: H2SO4, Asam asetat/cuka : CH3COOH, Asam sianida : HCN, Asam
nitrat : HNO3, Asam posfat : H3PO4, Asam askorbat/Vit C
b. Larutan basa (zat yang melepas ion OH- jika dilarutkan dalam air),
contohnya adalah :
Natrium hidroksida/soda kaustik : NaOH, Calsium hidroksida : Ca(OH)2,
Litium hidroksida : LiOH, Kalium hidroksida : KOH, Barium hidroksida :
Ba(OH)2, Magnesium hidroksida : Mg(OH)2, Aluminium hidroksida :
Al(OH)3, Besi (II) hidroksida : Fe(OH)2, Besi hidroksida : Fe(OH)3,
Ammonium hidroksida : NH4OH
c. Larutan garam (zat yang terbentuk dari reaksi antara asam dan basa),
contohnya adalah :
Natrium klorida/garam dapur : NaCl, Ammonium clorida : NH4Cl,
Ammonium sulfat : (NH4)2SO4, Calcium diklorida : CaCl2.
2. Berdasarkan jenis ikatan :
a. Senyawa ion (senyawa yang terbentuk melalui ikatan ion), contohnya
adalah: NaCl, CaCl2, AlCl3, MgF2, LiF (sebagian besar berasal dari garam)
b. Senyawa kovalen polar (senyawa melalui ikatan kovalen yang bersifat
polar/memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar antar atom),
contohnya adalah: HCl, NaOH, H2SO4, H3PO4, HNO3, Ba(OH)2 (berasal
dari asam dan basa).

C. Daftar Pustaka
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
Brady, James.1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta : Erlangga
Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Keenan, Klenifelter. 2000. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.
Oxtoby david w, dkk . 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Surabaya : Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : Institut Tekhnologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai