Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
“KELARUTAN”

DOSEN PENGAMPU :

Nur Aini Dewi P,M.sc.,Apt

Disusun Oleh:

1. Arwinda Puspita C (20171253B)


2. Alvya Maya A.B.P (20171255B)
3. Megie Dhia P. (20171256B)
4. Risqi Febriyani (20171257B)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2018
A. Tujuan Praktikum
1. Memahami dan mengetahui prinsip kelarutan
2. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
3. Memahami cara peningkatan kelarutan suatu zat

B. Dasar Teori
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam
larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter
pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500
mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen (Tungandi, 2009).
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan
fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di absorpsi setelah zat
aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek
Farmakologi dari sediaaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (Tungandi, 2009).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute),
untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat
terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah
etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut
umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang
terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti
etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble)
sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit
kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat
jenuh (supersaturated) yang metastabil (Woedepss) (Tungandi, 2009).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :
1. PH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partilel zat
konstanta dielektrik pelarut
Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar
dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat makin zat tersebut larut dalam
air. Selain itu, penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat pembentuk kompleks untuk
menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan uretan dalam pembuatan injeksi khinin
(Tungandi, 2009).
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua
zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut
homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian
yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun (Tungandi, 2009).
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan
padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut,
larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut
(solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang
lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama
pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol
(alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan)
(Tungandi, 2009).
Larutan adalah sebagai bagian dari sediaan-sediaan cair yang mengandung satu atau lebih
zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara
peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan kedaam olongan produk lainnya (Ansel, 2004).
Larutan jenuh adalah suatu larutan yang zat terlarutnya berada dalam kesetimbangan dengan
fase padat (zat terlarut) (Sinko, 2005).
Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat trlarut
dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature tertentu
(Martin, 1990).
Larutan lewat jenuh adalah suatu laruta yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi
lebih banyak daripada seharusnya pada temperature tertentu dan terdapat juga zat terlarut yang
tidak larut (SInco, 2005).
Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup
baik, bersama-sama dengan larutan zat pengomplek dalam berbagai konsentrasi dan botol dikocok
dalam bak pada temperature konstan sampai tercapai kesetimbangan. Cairan supernatant dalam
porsi yang cukup diambil dan dianalisis (Alfred, 1990).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pengadukan, suhu, luas
permukaan, fikositas, ukuran partikel, pH larutan, dan polimerfisme (Ditjen POM, 1979).
Selain faktor di atas penambah surfaktan juga akan mempengaruhi kelarutan. Surfaktan
adalah suatu zat yang digunakan untuk menakkan kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri
atas dua bagian yaitu polar dan non polar (Ditjen POM, 1979).
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan
istilah berikut (Ditjen POM, 1979) :
Jumlah bagian pelarut yang
Istikah Kelarutan diperlukan untk melarutkan 1
bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

Daya larut suatu zat dalam lain dipengaruhi oleh jenis zat terlarut, jenis zat pelarut,
temperatur dan tekanan, zat-zat dengna struktur kimia yang mirip umumnya padat juga bercampur
baik, sedang yang tidak biasanya sukar bercampur (Sukarjo, 1997).
Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam formulasi suatu
sediaan zat. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan saat ini bersifat hidrofobik.
Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidrofobik menjadi tikad efesien dengan rendahnya daya
kelarutan, dimana akan mengakibatkan kecilnya penetrasi obat tersebut didalam tubuh. Kelarutan
seuatu karena kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan
(Jufri,dkk, 2004).
Dalam cara pengendapan, analit yang akan ditetapkan diendapkan dari larutannya dalam
bentuk senyawa yang tidak larut atau sukat larut, sehingga tidak ada yang hilang selama
penyaringan, pencucian dan penimbangan. Faktor-faktor yang menetukan berhasilnya cara
pengendapan adalah endapan harus sedemikan tidak larut, sehingga tidak ada kehilangan yang
berarti pada penyaringan. Dalam kenyataannya, keadaan ini dizikan asalkan banyaknya
banyaknya yang masi tinggal (tika terendapkan) tidak melampaui batas minimum yang dapat
ditunjukkan oleh neraca analitik 0,1 mg ( Gandjar,dkk, 2007).
Secara teori jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun ikut meningkat, karena selain
terbentuk larutan jenuh obat dalam bentuk molekul yang tidak terionkan (kelarutan intrinsic) juga
terlarut obat yang berbentuk ion (Martin,dkk, 1990).
Secara khusus, penentuan kelarutan semu (apperent solubility) asam benzoat dapat
dilakukan dengan metode gravimetri. Gravimetri meruakan cara pemeriksaan jumlah zat yang
paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Kesederhanaan itu jlas kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan
menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai, 1979).
Proses yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam arah yang lain.
Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju yang
sama dengan kesetimbangan maka perubahan-perubahan energi netto adalah nol. Tetapi jika suhu
dinaikkan maka proses akan menyrap kalor. Dalam hal ini pembentukan larutan lebihdisukai.
Segera setelah suhu dinaikkan tidak berapa pada kesetimbangan karenaada lagi zat yang melarut.
Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu tinggi
(Klienfelter, 1996).
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan Ho. Pada reaksi
endoterm konstanta kesetimabangan akan naik seiring dengan naiknya temperatur. Pada reaksi
eksoterm kontasta kesetimabangan akan turun dengan naikknya temperatur (Silbey dkk, 1996).
Gas + larutan (1) Larutan (2) + kalor
Untuk kesetimbangan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan sebab
pergeseran ini kekiri adlah endoterm. Karena itu gas hampir sealu menjadi kurang larut dalam
cairan jika suhunya dinaikkan (Atkins, 1994).
Tipe Larutan
Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan pelarut, dan
karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada sembilan kemungkinan sifat campuran
homogen antara zat terlarut dan pelarut Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut
berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi
yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah
suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang
seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (Martin. A,
1990).

C. Prosedur kerja

1. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Spektofotometer UV-Vis Paracetamol

Mikropipet Propilen glikol

Pipet Volumetrik Aquadest

Tabung reaksi Etanol 96%

Beaker glass Tween 80%

Labu takar 25 ml, 50 ml, 100 ml

Orbital shaker

Kertas saring whatman

Erlemeyer

2. Cara kerja

a. Pengaruh pelarut terhadap kelarutan suatu zat


Menyiapkan alat dan bahan

Membuat 50 ml campuran bahan pelarut


Propilen
Kelompok air etanol
glikol
1 30 0 20
2 30 5 15
3 30 7,5 12,5
4 30 10 10
5 30 15 5
6 30 20 0

Larutkan paracetamol sebanyak 1 gram kedalam masing-masing


larutan

Kocok larutan dengan orbital shaker selama 2jam. Jika ada


endapan yang larut selama pengocokan tambahkan kembali serbuk
paracetamol sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali

Saring larutan, ambil filtratnya sebanyak 1 ml lalu dimasukkan


kedalam labu takar 100 ml tambahkan aquadest ad tanda, lalu
ambil 1 ml dari labu takar dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml
lau tambahkan aquadest ad tanda

Baca absorbansinya dengan spektrofotometer UV pada λ244 nm

Dengan persamaan kurva baku hitung kadar yang terlarut mg/ml


b. Pengaruh penambahan surfaktan

membuat 50 ml larutan tween


80% dengan konsentrasi 0, 2.5 ,
5 , 7.5 , 10 , 12.5 ppm

Larutkan paracetamol
sebanyak 1 gram kedalam
masing-masing larutan

Kocok larutan dengan orbital


shaker selama 2jam. Jika ada
endapan yang larut selama
pengocokan tambahkan
kembali serbuk paracetamol
sampai diperoleh larutan yang
jenuh kembali

Saring larutan, ambil


filtratnya sebanyak 1 ml lalu
dimasukkan kedalam labu
takar 100 ml tambahkan
aquadest ad tanda, lalu ambil
1 ml dari labu takar
dimasukkan ke dalam labu
takar 25 ml lau tambahkan
aquadest ad tanda

Baca absorbansinya dengan


spektrofotometer UV pada
λ244 nm

Dengan persamaan kurva


baku hitung kadar yang
terlarut mg/ml
c. Pengaruh pH

membuat 50 ml larutan dapar fosfat


dengan pH 6, 7 , 8

ambil 25 ml dan larukan serbuk


paracetamol kedalamnya

Kocok larutan dengan orbital shaker


selama 2jam. Jika ada endapan yang
larut selama pengocokan tambahkan
kembali serbuk paracetamol sampai
diperoleh larutan yang jenuh kembali

Saring larutan, ambil filtratnya


sebanyak 1 ml lalu dimasukkan
kedalam labu takar 100 ml tambahkan
aquadest ad tanda, lalu ambil 1 ml dari
labu takar dimasukkan ke dalam labu
takar 25 ml lau tambahkan aquadest ad
tanda

Baca absorbansinya dengan


spektrofotometer UV pada λ244 nm

Dengan persamaan kurva baku hitung


kadar yang terlarut mg/ml
d. Pembuatan kurva baku paracetamol

larutan indukparacetamoldisiapkan dengan


menimbang 50 mg serbuk paracetamol,
dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml,
tambahkan sedikit mentol encerkan
dengan aquadest ad tanda

dibuat serangkaian larutan paracetamol


dengan konsentrasi 2,4,6,8,10,12,14 ppm
(absorban yg baik 0,2-0,8)panjang
gelombang maksimal paracetamol adalah
244 nm

buat persamaan kurva baku dan gunakan


untukmenghitung jumlah paracetamol
yang terlarut
D. Data Pengamatan
a. Kurva baku
Kelompok ppm volume Abs
1 2 0,5 0,1443
2 4 1 0,234
3 6 1,5 0,351
4 8 2 0,484
5 10 2,5 0,601
6 12 3 0,727
7 14 3,5 0,835

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴 = −7,761 × 10−3

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵 = 0,060

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅 = 0,999

b. Pengaruh pelarut
Air etanol Propilen Abs Kadar
glikol 100x 25x mg/ml
30 0 20 4000 0,432 18,290
30 5 15 4000 0,466 19,451
30 7,5 12,5 4000 0,880 36,990
30 10 10 4000 0,358 19,375
30 15 5 4000 0,555 23,447
30 20 0 4000 0,667 27,790

𝑦 = 𝐴 + 𝐵𝑥
0,432 = −7,761 × 10−3 + 0,060𝑥
0,439
𝑥= = 7,316
0,060
7,316 × 2500 = 18290 𝑝𝑝𝑚 = 18290𝑚𝑔/1000𝑚𝑙 = 18,29 𝑚𝑔/𝑚𝑙

c. Pengaruh penambahan surfaktan


no Konsentrasi Tween Faktor Abs Konsentrasi Konsentrasi
tween 80% yg pengenceran (ppm) (mg/ml)
diambil
1 0 0 2500 0,444 18,790 18,790
2 2,5 6,25 2500 0,458 19375 19,375
3 5 12,5 2500 0,219 37790 37,790
4 7.5 18,75 2500 0,552 23323 23,323
5 10 25 2500 0,670 28207 28,207
6 12,5 31,25 2500 0,853 35863 35,863
𝑦 = 𝐴 + 𝐵𝑥
0,444 = −7,761 × 10−3 + 0,060𝑥
0,51
𝑥= = 7,516
0,060
7,516 × 2500 = 18790 𝑝𝑝𝑚 = 18790𝑚𝑔/1000𝑚𝑙 = 18,79 𝑚𝑔/𝑚𝑙
d. Pengaruh pH

klmpk Sampel Abs Abs setelah Konsentrasi Konsentrasi

pengenceran (ppm) (mg/ml)

1 Larutan 4000 0,630 26540 26,540


paracetamol dalam
2 dapar phospat pH 6 4000 0.573 24125 24,125

3 Larutan 4000 0.801 33697 33,697


paracetamol dalam
4 dapar phospat pH 7 4000 0,674 28375 28,375

5 Larutan 4000 0,600 25323 25,323


paracetamol dalam
6 dapar phospat pH 8 4000 0,583 24615 24,615

𝑦 = 𝐴 + 𝐵𝑥
0,630 = −7,761 × 10−3 + 0,060𝑥
0,637
𝑥= = 10,616
0,060

10,616 × 2500 = 26540 𝑝𝑝𝑚 = 26540 𝑚𝑔/1000𝑚𝑙 = 26,540 𝑚𝑔/𝑚𝑙


E. PEMBAHASAN
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut. Kelarutan adalah
kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada umumnya dibagi menjadi tiga
yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya dalam
konsentrasi yang maksimal. Larutan lewat jenuh terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas
maksimal zat pelarut untuk melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan.
Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk
melarutkannya. Dalam kelarutan dikenal istilah cosolvent dan cosolvency dimana cosolvent
merupakan bahan yang digunakan untuk meningkatkan kelarutannya misalnya seperti
penggunaan pelarut campur sedangkan cosolvency merupakan peristiwa peningkatan kelarutan.
Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1. pH
Zat organik yang bersifat asam lemah/basah lemah adalah zat aktif yang seringdigunakan
dalam dunia pengobatan. Kelarutannya dipengaruhi pH, yakni untukdapat larut. Zat organik yang
bersifat asam lemah diberikan atau dicampurkan duludengan larutan basa agar berbentuk garam
organik yang mudah larut dalam air,demikian sebaliknya
2. Temperatur
Ada 3 pernyataan tentang kelar utan yang dipengaruhi oleh temperature yaitu :
Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, namun bila didinginkan diaakan mengendap.
Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat.
Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan kecil.
3. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, maka kelarutan zat tersebut akan meningkat, begitu pula
sebaliknya
4. Pengaruh jenis pelarut
Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar atau ionik, begitu pulasebaliknya.
Pelarut non polar akan melarutkan lebih baik zat-zat non polar atau molekul.
5. Pengaruh konstanta dielektrik
Besarnya dielektrik diatur dengan penambahan pelarut lain.
6. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat.
Pada percobaan ini, kita akan melihat pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat.
Kelarutan zat yang dimaksud dalam percobaan ini adalah paracetamol pada pelarut campur yakni air,
alkohol, dan propilen glikol.Masing-masing pelarut campur telah ditentukan konsentrasinya.
Sebagaimana tertera pada hasil pengamatan di atas. Pencampuran pelarut-pelarut tersebut dilakukan
pada erlemeyer yang masing-masing telah diberi label.Kemudian dilarutkan paracetamol sedikit demi
sedikit ke dalam masing-masing erlemeyer tersebut. Lalu dikocok larutan dengan menggunakan orbital
shaker selama beberapa 2 jam, jika ada endapan yang larut selama pengocokan maka paracetamol
tersebut di tambahkan lagi sampai didapat larutan yang jenuh kembali. Larutan yang telah jenuh
tersebut disaring dengan corong plastik dan kertas saring. Dari filtrat tersebut dibaca absorbansinya
dengan menggunakan spektrofotometer sehingga didapat kadar dari paracetamol dengan berbagai
konsentrasi yang berbeda-beda dari kelompok 1,2,3,4,5,6 adalah 18,290 mg/ml, 19,451 mg/ml,
36,990 mg/ml , 19,375 mg/ml, 23,447 mg/ml, 27,790 mg/ml. Dari data tersebut dapat diamati
bahwa penambahan pelarut air,etanol,dan propilen glikol yang berbeda konsentrasi
menunjukkan hasil yang berbeda juga. Menurut teori bila Penggunaan pelarut campur
dapat memperbesar kelarutan suatu zat

Surfaktan terdiri dari dua bagian yaitu bagian polar dan non polar, bila didispersikan dalam air
pada konsentrasi rendah akan berkumpul pada permukaan. Percobaan ini menggunakan orbital shaker
dalam pengerjaannya dimana paracetamol dikocok dengan orbital shaker selama 2 jam.Hal ini
dimaksudkan agar didapatkan campuran yang homogen.

Surfaktan yang digunakan pada percobaan ini adalah tween-80 dengan berbagai konsentrasi
yang akan meningkatkan kelarutan paracetamol. Hubungan suatu surfaktan mempengaruhi kelarutan
paracetamol yaitu dimana surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan
suatu zat.Oleh karena surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang
dikenal dengan misel dimana misel ini dapat menaikkan kelarutan paracetamol yang sukar larut dalam
air. Dengan penambahan surfaktan terdiri dua bagian yaitu bagian polar dan non polar, bila
didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan
mengorientasikan bagian polar ke arah bagian air.

Dari filtrat tersebut dibaca absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer sehingga


didapat kadar dari paracetamol dengan berbagai surfaktan konsentrasi yang berbeda-beda dari
kelompok 1,2,3,4,5,6 adalah 18,790 mg/ml, 19,375mg/ml, 37,790mg/ml , 23,323mg/ml, 28,207
mg/ml, 35,863 mg/ml. Dari data tersebut dapat diamati bahwa penambahan surfaktan yang
berbeda konsentrasi menunjukkan hasil yang berbeda juga. Menurut teori bila penambahan
surfaktan dalam zat dapat meningkatkan kelarutan zat.

Pada kurva solubilisasi antar konsentrasi tween 80 dengan zat yang terlarut tidak terjadi KMK.
Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor kesalahan. Baik dari pembuatan larutan ataupun dari
kesalahan praktikan dalam melakukan praktikum.
Untuk mengukur nilai kelarutan paracetamol, digunakan larutan dapar fosfat dengan berbagai
pH tertentu, yaitu pH , 6, 7 dan 8. Digunakan larutan dapar fosfat karena larutan dapar merupakan
larutan yang tidak mengalami perubahan pH walaupun ditambahkan sedikit asam maupun sedikit basa
sehingga dapat digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan paracetamol.Penggunaan pH yang dibuat
bervariasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan pH terhadap kelarutan paracetamol,
sehingga variabel bebas dalam hal ini larutan dapar fosfat harus dibuat bervariasi.

Dalam prosesnya, paracetamol dilarutkan dalam larutan dapar fosfat dengan ukuran pH yang
telah ditentukan sebelumnya secara bersamaan ada tiap-tiap pH yang telah ditentukan, kemudian
dilakukan pengocokan.Pengocokan dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat terjadinya
reaksi.Dalam percobaan yang telah dilakukan, pengocokan dilakukan selama 2jam . Setelah pengocokan
selama 2 jam, akan tampak bagian paracetamol yang tidak larut dalam larutan dapar fosfat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa paracetamol memiliki kelarutan. Dari filtrat tersebut dibaca absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer sehingga didapat kadar dari paracetamol dengan penambahan larutan
dapar phospat dengan pH yang berbeda-beda dari kelompok 1,2,3,4,5,6 adalah 26,540 mg/ml,
24,125mg/ml, 33,697mg/ml , 28,375mg/ml, 25,323mg/ml, 24,615mg/ml. Dari data tersebut
dapat diamati bahwa penambahan larutan dapar phospat yang berbeda pH menunjukkan hasil
yang berbeda juga.

Secara teori, perubahan pH berbanding lurus dengan kelarutannya.Maksudnya ialah, semakin


meningkat nilai pH suatu larutan, maka semakin besar juga kelarutan zat tersebut.hal ini tidak sesuai
dengan apa yang telah dipraktikkan.

F. Kesimpulan
1. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu.
2. Faktor yang mempengaruhi kelatutan pH, temperatur, bentuk dan ukuran partikel, jenis
pelarut, konstanta dielektrik,Pengaruh penambahan zat-zat lain seperti urfaktan
3. Secara kuantitatif, kelarutan merupakan konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh
padatemperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai
interaksi spontandari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler
homogen.
4. Penggunaan pelarut campur dapat memperbesar kelarutan suatu zat
5. penambahan surfaktan dalam zat dapat meningkatkan kelarutan zat.
6. perubahan pH berbanding lurus dengan kelarutannya.Maksudnya ialah, semakin meningkat
nilai pH suatu larutan, maka semakin besar juga kelarutan zat tersebut
7. spektofotometer merupakan alat yang digunakan untuk melihat absorbansi suatu zat
DAFTAR PUSTAKA

Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins Ditjen POM., 1979,

“Farmakope Indonesia”, edisi III, Jakarta

Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rahman, 2007, ”Kimia Farmasi Analisis”, Pustaka Pelajar.

Yogyakarta

Jufri, Mahdi, dkk, 2004. Formulasi Gameksan dalam Bentuk Mikroemulsi, Majalah ilmu

kefarmasian.

Kleinfelter, Keenam.1996. ”kimia untuk universitas”. Jakarta: Erlangga

Martin, A., 1990, “Farmasi Fisika”, Buku I, UI Press, Jakarta

Mirawati.2013. Penentun Praktikum Farmasi Fisika . Makassar, Jurusan Farmasi.

Universitas Muslim Indonesia.

Moechtar., 1990, “Farmasi Fisika”, UGM Press, Yogyakarta

Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika . Buku II, UI Press, Jakarta

Tungadi, Robert. 2009.“Penuntun Praktikum Farmasi Fisika“. Jurusan Farmasi Universitas Negeri

Gorontalo. Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai