Anda di halaman 1dari 28

Proses Penelitian

1. Proses Penelitian Kualitatif


Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, namun masalah
yang dibawa peneliti kualitatif dan kuantitatif berbeda. Masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
peneliti memasuki lapangan penelitian. Penelitian kualitatif biasanya
didesain secara longgar, tidak ketat, sehingga dalam pelaksanaan
penelitian berpeluang mengalami perubahan dari apa yang telah
direncanakan. Hal itu dapat terjadi bila perencanaan ternyata tidak sesuai
dengan apa yang dijumpai di lapangan. Meski demikian, kerja penelitian
mestilah merancang langkah- langkah kegiatan penelitian.
Tiga tahap utama dalam penelitian kualitatif yaitu (Sugiyono,
2016):
a. Tahap deskripsi atau tahap orientasi.
Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar
dan dirasakan. Peneliti baru mendata beberapa tentang informasi
yang diperolehnya.
b. Tahap reduksi.
Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh
pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.
c. Tahap seleksi.
Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan
menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam
tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi
berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan,
hipotesis, bahkan teori baru.
Secara spesifik, ketiga tahap di atas dapat djabarkan dalam
langkah-langkah penelitian kualitatif yaitu: identifikasi masalah,
pembatasan masalah, penetapan fokus masalah, pelaksanaan penelitian,
pengolahan dan pemaknaan data, pemunculan teori, dan pelaporan hasil
penelitian yang dapat dilihat dalam bagan penelitian kualitatif berikut:
B. Masalah
Pada dasarnya penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data
yang antara lain dapat digunakan untu memecahkan masalah. Oleh karena itu
setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah.
Masalah dapat disimpulkan sebagai suatu kesenjangan antara harapan (das sollen)
dengan kenyataan (das sein), antara yang seharusnya (what should be) dengan
yang ada (what it is), antara kebutuhan dengan yang tersedia. Penelitian yang
dilakukan bertujuan untuk menutup kesenjangan (what can be) tersebut (Dahlan,
2016).
Adapun menurut Mo. Nazir, Ph.D dalam bukunyayang berjudul “Metode
Penelitian” mengataka bahwa masalah timbul karena adanya tantangan,
kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya
kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap),
baik antarkegiatan atau antarfenomena, baik yag telah ada ataupun yang akan ada
(Nazir, 2013). Bila dala penelitian telah dapat menemukan masalah yang benar-
benar masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesai. Oleh
karena iti menemukan masalah dalam suatu penelitia merupakan pekerjaan yag
tidak mudah, karena harus menemukan permasalahan yang sedang hangat
dibicarakan dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain atau membuatan gebrakan
baru atas apa yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. Saat masalah itu sudah
ditemukan, maka penelitian akan segera dapat dilaksanakan.
1. Sumber Masalah
Menurut Prof. Dr. Sugiyono sumber masalah dapat diambil dari
beberapa aspek yaitu:
a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan Di
dunia ini yang tetap hanya perubahan, naun sering perubahan
itu tidak diharapkan oleh orang-orag tertentu, karena akan dapat
menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pimpinan di
bidag pemerintahan harus berubah ke bidag pendidikan. Hal ini pada
awalnya akan muncul masalah. Orang atau kelompok yag biasanya
mengelola pendidikan dengann system sentralisasi lalu berubah
menjadi desentralissi, atau dengan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya dengan
system sentralisasi sehingga perlu dirubah menjadi system
desentralisasi? Apa masalahnya sehingga kebijakan pendidikan selalu
berubah, ganti menteri ganti kebijakan ? Apa masalahnya setelah
terjadi perubahan?.
b. Terdapat penyimpangan atara apa yang telah direncanakan
dengan kenyataan.
Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai
dengan tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah. Apakah
masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan
kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan
cara melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan
denga kenyataan.
c. Ada Pengaduan
Dalam suatu prganisasi sekolah yang tadinya tidak ada masalah,
ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun
pelayanan yag diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu.
Demonstrasi yang dilakukan suatu sekelompok orang terhadap suatu
organisasi atau sekolah ataupun pergurua tinggi juga dapat
menimbulkan masalah.
d. Ada kompetisi
Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah
besar bila tida dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Dalam
pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini unggul di
dalam negeri, akan timbul masalah setelah ada perguruan tinggi asing
boleh beroperasi diIndonesia.

Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari


berbagai sumber yang terkait dengan bidang pendidikan, Sukardi
(2009:22-24) dalam, antara lain :
e. Pengalaman seseorang atau kelompok. Pengalaman orang yang telah
lama menekuni bidang profesi pendidikan dapat digunakan untuk
membantu mencari permasalahan yang signifikan diteliti. Contoh :
pengalaman mengajar di kelas.
f. Lapangan tempat bekerja. Para peneliti dapat melihat secara langsung,
mengalami dan bertanya pada satu, dua, atau banyak orang dalam
pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah
dan komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah dpat
dijadikan sebagai sumber penelitian.
g. Laporan hasil penelitian. Dari hasil penelitian, yang biasanya dalam
bentuk jurnal, biasanya disamping ada hasil temuan yang baru juga ada
kemungkinan penelitian yang direkomendasikan.
h. Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain. Perkembangan
ilmu pengetahuan lain di luar bidang yang dikuasai seringkali
memberikan pengaruh munculnya permasalahan penelitian. Misalnya,
gerakan reformasi yang muncul setelah Orde Baru, ternyata telah
memunculkan dan mempengaruhi sikap dan tuntutan para guru untuk
memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik.

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah suatu pernyataan yang akan didapatkan
jawabannya melalui pengumpulan data. Setiap rumusan masalah didasarkan pada
masalah. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian dapat dikembangkan
berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi, yaitu:

1. Rumusan Masalah Deskriptif


Rumusan masalah deskriptif adalah rumusan masalah yang berkaitan dengan
pertanyaan adanya variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau
lebih. Jadi penelitian ini tanpa membandingkan variabel pada sampel lain,
dan mencari hubungan variabel dengan variabel lainnya.
Contoh rumusan masalah deskriptif:
a. Seberapa tinggi minat dalam pelajaran matematika bagi siswa sekolah di
Indonesia?
b. Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari siswa
sekolah di Indonesia?
2. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang
membandingkan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
berbeda atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif:
a. Adakah perbedaan kompetensi profesional guru antara SD, SMP, dan
SMA?
b. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa dari sekolah negeri dan
sekolah swasta?
3. Rumusan Masalah Assosiatif
Rumusan masalah assosiatif adalah rumusan masalah yang menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Rumusan masalah assosiatif
mempunyai tiga bentuk hubungan, yaitu hubungan simetris, hubungan
kausal, dan hubungan interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan antara
dua variabel atau lebih dalam satu rumusan masalah. Hubungan kasual
adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Dan hubungan interaktif adalah
hubungan yang saling mempengaruhi.
Contoh rumusan masalah assosiatif:

a. Adakah hubungan antara banyaknya semut dengan tingkat manisnya


buah? (hubungan simetris)
b. Adakah hubungan antara jumalah payung yang terjual dengan jumlah
kejahatan? (hubungan simetris)
c. Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak?
(hubungan kausal)
d. Seberapa besar pengaruh kualitas guru terhadap kualitas siswa yang
telah diajar? (hubungan kausal)
e. Bagaimana hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak dalam
pelajaran matematika di sekolah. (hubungan interaktif)
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti sehingga mendapatkan hasil dari penelitian,
yang kemudian disimpulkan.
Macam-macam pengertian variabel menurut definisi para ahli:

Menurut F.N Kerlinger, Pengertian variabel adalah sifat yang diambil dari
suatu nilai yang berlainan.
Menurut Sutrisno hadi, Pengertian variabel adalah objek penelitian yang
bervariasi. Contohnya ukuran tinggi manusia yang divariasikan menjadi
tingkatan umur, kelamin serta lokasi tempat tinggal manusia tersebut.
Menurut Bagja Waluya, Pengertian variabel adalah konsep yang tidak
pernah ketinggalan dalam setiap eksperimen/penelitian (research).
Menurut Tia Mutiara, Pengertian variabel adalah sesuatu yang menjadi
fokus perhatian yang memberikan pengaruh dan mempunyai nilai
(value).
Menurut Sugiarto, Pengertian variabel adalah karakter yang dapat
diobservasi dari unit amatan yang merupakan suatu pengenal atau
atribut dari sekelompok objek. Maksud dari variabel tersebut adalah
terjadinya variasi antara objek yang satu dengan objek yang lainnya
dalam kelompok tertentu.

Macam-macam variabel penelitian menurut hubungan antara satu variabel


dengan variabel lainnya dapat dibedakan menjadi:
1. Variabel Independen
Variabel independen disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Varibel independen disebut sebagai variabel bebas. Varibel
independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan variabel dependen.
Contoh Hipotesis : Terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap
prestasi siswa.
Variabel independen : model pembelajaran
Variabel dependen : prestasi siswa

2. Variabel Dependen
Variabel dependen disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Varibel dependen disebut sebagai variabel terikat. Variabel dependen
adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan adanyan variabel
bebas.
Contoh Hipotesis : Terdapat pengaruh penggunaan bahan ajar
terhadap pemahaman siswa
Variabel dependen : pemahaman siswa
Variabel independen: penggunaan bahan ajar
3. Variabel Moderator
Variabel moderator disebut variabel independen ke dua. Variabel
moderator adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dengan dependen.
Contoh Hipotesis : Terdapat hubungan motivasi belajar dan hasil
belajar siswa yang positif bila peranan guru dalam menciptakan
lingkungan belajar sangat baik.
Variabel independen : motivasi belajar
Variabel dependen : hasil belajar
Variabel moderator : lingkungan belajar
4. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung, tidak dapat diamati, dan tidak dapat
diukur.
Contoh Hipotesis : Terdapat pengaruh jumlah biaya pendidikan yang
dikeluarkan oleh orang tua terhadap gaya hidup mahasiswa dan
berimbas pada IPK mahasiswa.
Variabel independen : jumlah biaya pendidikan
Variabel dependen : IPK mahasiswa
Variabel intervening : gaya hidup

5. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel independen dan dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Contoh Hipotesis : Terdapat pengaruh letak kampus terhadap
pemilihan jurusan pada saat pendaftaran di kalangan calon
mahasiswa baru.
Variabel independen : Letak kampus
Variabel dependen : Jurusan yang dipilih
Variabel kontrol : calon mahasiswa baru

E. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian adalah suatu cara pandang yang digunakan peneliti
atau praktisi sebagai wahana untuk menemukan kebenaran atau lebih
membenarkan suatu kebenaran. Dalam hal lain, paradigma penelitian dapat
diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variable yang
akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah
yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang diguunakan untuk
merumuskan hipotesis, dan teknik analisis yang akan digunakan. Berdasarkan
hal ini, maka bentuk-bentuk paradigm atau model oenelitian kuantitatif
khususnya penelitian survey sebagai berikut :
1. Paradigma sederhana
Paradigma ini terdiri atas satu variable independen dan dependen. Dapat
digambarkan seperti gambar 2.5 berikut :
r
X Y

X : Metode pembelajaran
Y: Prestasi belajar siswa
Berdasarkan paradigma tersebut, maka dapat ditentukan :
a. Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu :
1. Rumusan masalah deskriptif
a. Bagaimana X ? (metode pembelajaran)
b. Bagaimana Y ? (prestasi belajar siswa)
2. Rumusan masalah asosiatif
Bagaimana pengaruh metode belajar diskusi dengan prestasi belajar
siswa?
b. Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang metode pembelajaran
dan prestasi belajar.
c. Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan
hipotesis asosiatif
1. Dua hipotesis deskriptif (jarang dirumuskan)
a. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru telah mencapai
70% baik.
b. Prestasi belajar siswa telah mencapai 90% dari yang diharapkan
2. Hipotesis asosiatif
Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara metode pembelajaran
dengan prestasi belajar siswa.
d. Teknik Analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan
mudah ditentukan teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan
menguji hipotesis.
1) Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan
ratio, maka pengujian hipotesis menggunakan t-test sampel.
2) Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variable berbentuk interval
atau ratio, maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product
Moment (lihat pedoman umum memilih teknik statistic untuk
pengujian hipotesis)
2. Paradigma Sederhana Berurutan
Paradigma ini terdapat lebih dari dua variable, tetapi hubungannya
masih sederhana. Lihat gambar 2.
r1 r2 R
Y
X1 X2 X3
X1 = Jenjang pendidikan X3 = Kualitas media
X2 = Pengalaman mengajar Y = Ketuntasan peserta didik

Gambar 2.6 Paradigma sederhana, menunjukkan hubungan antara satu


variable independen dengan satu variable dependen secara
berurutan. Untuk mencari hubungan antar variable (X1
dengan X2 ; X2 dengan X3 dan X3 dengan Y) tersebut
digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y
dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atas X3,
dengan persamaan Y = a + bX3. Berdasarkan contoh 1
tersebut dapat dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif
dan asosiatif.

Rumusan masalah

1. Deskriptif
Bagaimana X1? (Jenjang Pendidikan)
Bagaimana X2? (Pengalaman Mengajar)
Bagaimana X3? (Kualitas Media)
Bagaimana Y? (Ketuntasan Peserta Didik)
2. Asosiatif
Bagaimana hubungan X1 dengan X2?
Bagaimana hubungan X2 dengan X3?
Bagaimana hubungan X3 dengan Y?

Landasan teori
Terdapat 4 landasan teori yaitu teori tentang Jenjang Pendidikan,
Pengalaman Mengajar, Kualitas Media,dan tentang Ketuntasan
Peserta Didik.

Hipotesis
1. Deskriptif
Jenjang Pendidikan yang dimiliki oleh Tenaga Pendidik
di Sekolah tersebut telah 80 % baik.
Pengalaman Mengajar yang dimiliki oleh Tenaga
Pendidik di Sekolah tersebut telah 85 % baik.
Kualitas Media Pembelajaran yang dipakai oleh Tenaga
Pendidik di Sekolah tersebut telah 70 % baik.
Ketuntasan Peserta Didik di Sekolah tersebut telah 90 %
baik.

2. Asosiatif
Semakin tinggi Jenjang Pendidikan yang dimiliki oleh
Tenaga Pendidik, maka semakin banyak Pengalaman
Mengajar mereka.
Semakin lama Pengalaman Mengajar seorang Tenaga
pengajar, maka Kualitas Media Pembelajaran yang dibuat
semakin baik.
Semakin baik Media Pembelajaran yang dipakai, maka
semakin baik tingkat ketuntasan peserta didik.
 Teknik Analisis
Teknik Analisa yang dipakai pada kasus ini adalah Analisis
Product Moment Pearson dan Analisi Deskriptif.

3. Paradigma Ganda dengan Dua Variable Independen


Paradigma ini terdapat dua variable independen dan satu
variable dependen. Dalam paradigm ini terdapat tiga rumusan masalah
deskriptif, dan 4 rumusan masalah asosiatif (3 korelasi sederhhana dan
1 korelasi ganda). Gambar 2.7

r1

R
r3

r2
X1 = Kompetensi guru
X2 = Lingkungan sekolah
Y = Prestasi belajar siswa
Gambar 2.7Paradigma ganda dengan dua variable independen X1 dan
X2, dan satu variable dependen Y. Untuk mencari
hubungan X1 dengan Y dan X2 dengan Y, menggunakan
teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1
dengan X2 secara bersama-sama terhadap Y menggunakan
korelasi ganda.

Rumusan masalah

1. Deskriptif
Bagaimana X1? (model pembelajaran)
Bagaimana X2? (proses pembelajaran)
Bagaimana Y? (Prestasi belajar siswa)
2. Asosiatif
Bagaimana hubungan X1 dengan X2?
Bagaimana hubungan X1 dengan Y?
Bagaimana hubungan X2 dengan Y?

Landasan teori
Terdapat 3 landasan teori yaitu teori tentang model pembelajaran,
proses pembelajaran, prestasi belajar siswa.

Hipotesis
1. Deskriptif
Model pembelajaran yang digunakan sudah mencapai
75% baik.
Proses pembelajaran sudah mencapai 70% baik.
Prestasi belajar siswa sudah mencapai 65% baik.
2. Asosiatif
Model pembelajaran yang tepat mempengaruhi proses
pembelajaran
Model pembelajaran yang tepat mempengaruhi prestasi
belajar siswa
Proses pembelajaran yang sesuai mempengaruhi prestasi
belajar siswa

Teknik analisis
Teknik analisis yang digunakan pada kasus ini adalah Analisis
Korelasi Product Moment.
4. Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen
Paradigma ini terdapat tiga variable independen (X1,X2,X3) dan
satu dependen (Y). rumusan masalah deskriptif ada 4 dan rumusan
masalah asosiatif ada 6. Paradigma ganda dengan tiga variabel
independen yaitu X1, X2, dan X3. Untuk mencari besarnya hubungan
antara X1 dengan variabel Y; X2 dengan Y; X3 dengan Y; X1 dengan X2;
X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan korelasi
sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antara X1 secara
bersama-sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi ganda.
Regresi sederhana dan ganda serta korelasi parsial dapat diterapkan
dalam paradigma ini. Jadi bisa dikatakan dalam paradigm ganda
dengan tiga variable independen, terdapat tiga variable independen (X-
1,X2,X3) dan satu variable dependen (Y). (lihat gambar 2.8)

x1 r1
r4
r2
r6 x2 y

r5
r3
x3
X1 = Metode pembelajaran X3 = Proses pembelajaran
X2 = Model pembelajaran Y = Prestasi belajar siswa


Rumusan masalah
1. Deskriptif
Bagaimana X1? (Metode pembelajaran)
Bagaimana X2? (Model pembelajaran)
Bagaimana X3? (Proses pembelajaran)
Bagaimana Y? (Prestasi belajar siswa)
2. Asosiatif
Bagaimana pengaruh metode pembelajaran terhadap
model pembelajaran?
Bagaimana pengaruh model pembelajaran dengan proses
pembelajaran?
Bagaimana pengaruh metode pembelajaran terhadap
proses pembelajaran?
Bagaimana pengaruh metode pembelajaran dengan
prestasi belajar siswa?
Bagaimana pengaruh model pembelajaran terhadap
prestasi belajar siswa?
Bagaimana pengaruh proses proses pembelajaran
terhadap prestasi belajar siswa?
Bagaimana pengaruh metode pembelajaran, model
pembelajaran, dan proses pembelajaran terhadap prestasi
belajar siswa?
 Landasan teori

Ada empat teori yaitu tentang metode pembelajaran, model


pembelajaran, proses pembelajaran, dan prestasi belajar siswa.
 Hipotesis
1. Deskriptif
Metode pembelajaran yang diterapkan mencapai 35%
Model pembelajaran yang digunakan yaitu 85%
Proses pembelajaran berlangsung aktif
Prestasi belajar siswa mencapai 80% dari yang
diharapkan
2. Assosiatif
Ada pengaruh positif antara metode pembelajaran dengan
model pembelajaran.
Ada pengaruh positif antara model pembelajaran
dengan proses pembelajaran
Ada pengaruh positif antara metode pembelajaran dengan
proses pembelajaran
Ada pengaruh positif antara metode pembelajaran
dengan prestasi belajar siswa
Ada pengaruh positif antara model pembelajaran dengan
prestasi belajar siswa
Ada pengaruh positif antara proses pembelajaran dengan
prestasi belajar siswa
Ada pengaruh positif antara metode pembbelajaran,
model pembelajaran, dan proses pembelajaran terhadap
prestasi belajar siswa


Teknik analisis data
Untuk hipotesis assosiatif, untuk mencari besarnya hubungan
antara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan Y; X1 dengan
X2; X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan
korelasi sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antar X1
secara bersama – sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan
korelasi ganda. Regresi sederhana dan ganda serta korelasi parsial
juga dapat digunakan.
5. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen
Paradigma Ganda dengan dua variable dependen adalah
paradigma dengan satu variabel independen dan dua dependen. Untuk
mencari besarnya hubungan antara X dan Y1 dan X dengan Y2
digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian juga untuk Y1 dengan
Y2 analisis regresi juga dapat digunakan disini.

r1
Y1

X1
r2

Y2

Gambar 2.9
X = Hobi
Y1 = Minat
Y2 = Perasaan senang

Rumusan masalah
1. Deskriptif
Bagaimana X1? (Hobi)
Bagaimana Y1? (Minat)
Bagaimana Y2? (Perasaan Senang)
2. Asosiatif
Bagaimana pengaruh hobi terhadap minat seseorang?
Bagaimana pengaruh hobi dengan perasaan senang?
Bagaimana pengaruh minat dengan perasaan senang?

 Landasan teori
Teori yang akan digunakan adalah mengenai hobi, minat dan
perasaan senang pada beberapa objek (manusia).

Hipotesis

1. Deskriptif
Hobi tiap objek berbeda-beda.
Minat seseorang mungkin saja bersifat global.
Perasaan senang selalu ditunjukkan pada setiap objek
penelitian.
2. Asosiatif
Terdapat hubungan yang signifikan antara hobi dan
minat seseorang.
Terdapat hubungan yang signifikan antara hobi dan
perasaan senang.
Terdapat hubungan yang signifikan antara minat dan
perasaan senang.

Teknik analisa
Teknik analisa yang digunakan adalah Korelasi sederhana dan
regresi.

6. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua


Dependen
Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1
dan X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat lihat pada gambar di bawah
ini. Dalam paradigma ini terdapat dua variable terikat yang dipengaruhi
oleh dua variabel bebas dan antar variabel terikat dan variabel
bebasnya saling mempengaruhi satu sama lain.

r1
X1 Y1
r2
r5 r6
r3
X2
r4 Y2
Gambar 2.10
X1 = keindahan kampus Y1 = jumlah pendaftar
X2 = pelayanan sekolah Y2 = kepuasan pelayanan
Gambar 2.10 Paradigma ganda dua variabel independen dan dua
variabel dependen. Hubungan antar variabel r1, r2, r3, r4,
r5, dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi sederhana.
Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap
Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat
dianalisis dengan korelasi ganda.

Rumusan masalah
1. Deskriptif
Bagaimana X1? (pelayanan kampus)
Bagaimana X2? (keindahan kampus)
keindahan Bagaimana Y1? (jumlah pendaftar)
Bagaimana Y2? (kepuasan pelayanan)
2. Asosiatif
Bagaimana hubungan antara pelayanan kampus
dengan jumlah pendaftar?
Bagaimana hubungan antara pelayanan kampus
dengan kepuasan pelayanan?
Bagaimana hubungan antara keindahan kampus
dengan jumlah pendaftar?
Bagaimana hubungan antara keindahan kampus
dengan kepuasan pelayanan?
Bagaimana hubungan antara pelayanan kampus
dengan keindahan kampus?
Bagaimana hubungan antara jumlah pendaftar dengan
kepuasan pelayanan?

Landasan teori
Teori yang digunakan dalam kasus ini adalah tentang pelayanan
kampus, keindahan kampus, jumlah pendaftar dan kepuasan
pelayanan.

Hipotesis
1. Deskriptif
Pelayanan yang dilakukan oleh kampus tersebut telah
80 % baik.
Keindahan kampus tersebut telah 70% baik.
95% pendaftar merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan.
Kepuasan yang diberikan oleh pendaftar 80%.
2. Asosiatif
Terdapat hubungan yang signifikan antara pelayanan
kampus dengan jumlah pendaftar.
Terdapat hubungan yang signifikan antara pelayanan
kampus dengan kepuasan pelayanan.
Terdapat hubungan yang signifikan antara keindahan
kampus dengan jumlah pendaftar.
Terdapat hubungan yang signifikan antara keindahan
kampus dengan kepuasan pelayanan.
Terdapat hubungan yang signifikan antara pelayanan
kampus dengan keindahan kampus.
Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah
pendaftar dengan kepuasan pelayanan.

Teknik analisa
Teknik analisa yang dilakukan adalah regresi ganda dan korelasi.
7. Paradigma Jalur
Dalam paradigma itu terdapat empat rumusan masalah deskriptif
dan 6 rumusan masalah asosiatif. Dinamakan paradigma jalur karena
terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X 3). Dengan
adanya variabel antara ini, akan dapat digunakan untuk mengetahui
apakah untuk mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara
itu atau bisa langsung kesasaran akhir. Dari gambar terlihat bahwa,
murid yang berasal dari status sosial ekonomi tertentu
X2

X1 = Status Sosial Ekonomi


X2 = IQ

X1
r4

r2

r1 X3 R
Y
r3
r5

Gambar 2.11
X3 = Motivasi berprestasi
Y = Prestasi Belajar
Paradigma penelitian Gambar 2.11 dinamakan paradigma
jalur, karena terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X3).
Dengan adanya variabel antara ini, akan dapat digunakan untuk
mengetahui apakah untuk mencapai sasaran akhir harus melewati
variabel antara itu atau bisa langsung ke sasaran akhir.
Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status
sosial ekonomi tertentu X1, tidak bisa langsung mencapai prestasi
belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33) tetapi harus melalui peningkatan
motif berprestasinya X3 (r = 0,41) dan baru dapat mencapai prestasi
belajar Y (r = 0,50). Tetapi bila murid mempunyai IQ yang tinggi (X2)
maka mereka langsung dapat mencapai prestasi (Y) dengan r = 0,5.
Contoh tersebut diberikan oleh Kerlinger.

Rumusan masalah

1. Deskriptif
Bagaimana X1? (Status social
ekonomi) Bagaimana X2? (IQ)
Bagaimana X3? (Motivasi berprestasi)
Bagaimana Y? (prestasi belajar)
2. Asosiatif
Bagaimana hubungan antara Status social ekonomi
dengan IQ?
Bagaimana hubungan antara status social ekonomi
dengan motivasi berprestasi?
Bagaimana hubungan antara IQ dengan motivasi
berprestasi?
Bagaimana hubungan antara status social ekonomi
dengan prestasi belajar?
Bagaimana hubungan antara IQ dengan prestasi
belajar?
Bagaimana hubungan antara motivasi berprestasi
dengan prestasi belajar?


Landasan teori
Teori yang digunakan dalam kasus ini adalah tentang status social
ekonomi, IQ, motivasi berprestasi dan prestasi belajar.

Hipotesis
1. Deskriptif
Seorang siswa dari status social ekonomi yang tinggi
mampu meraih prestasi dengan baik.
Seorang siswa dengan IQ tinggi mampu meraih
prestasi dengan baik.
Seorang siswa yang memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi mampu merai prestasi dengan baik
Prestasi siswa pada sekolah tersebut telah 80 % baik.
2. Asosiatif
Terdapat hubungan antara status social ekonomi
dengan IQ.
Terdapat hubungan antara status social ekonomi
dengan motivasi berprestasi .
Terdapat hubungan antara IQ dengan motivasi
berprestasi.
Terdapat hubungan antara status social ekonomi
dengan prestasi belajar.
Terdapat hubungan antara IQ dengan prestasi belajar.
Terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan
prestasi belajar.

Teknik analisa
Teknik analisa yang dilakukan adalah regresi ganda dan korelasi.

Sudji Munadi (2006) dalam disertasinya menguji persamaan struktural tentang


faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan siswa untuk menentukan bidang
keahlian, yang ditunjukkan pada Gambar 2.12

Kualitas Melek Kemampu


Orang Tua teknolo an manual

Orienta
Kemampua
Kemampua si
n
n Umum

Pemaham
an Diri Pendidika
Kualitas n Lanjut
Sekolah
Gambar : Model struktur faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan siswa dalam bidang
Arif Wibowo (2004) memberikan paradigma persamaan struktural tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan ditunjukkan pada gambar
2.13.

U3
Pendidikan
U5
(X1)

Usia Menikah
(X3)
Kontrasepsi Jumlah anak
(X5) (X6)

Jumlah anak yang


diinginkan
(X4) U6

Pekerjaan/ U4
penghasilan
(X2)

Gambar 2.13. Model struktural faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan siswa dalam bidang keahlian

F. Cara menemukan masalah


Untuk menemukan masalah kita dapat menganalisis masalah tersebut
terlebih dahulu. Setelah menganalisis masalah kita dapat menentukan masalah
yang penting, masalah yang kurang penting, bahkan masalah yang tidak penting.
Kita juga dapat mengetahui akar dari permasalahan tersebut. Setelah masalah
dianalisis selanjutnya masalah dirumuskan. Umumnya rumusan masalah
dilakukan dengan cara berikut:

1. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan,


2. Rumusan masalah harus jelas dan padat,
3. Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan
masalah,
4. Rumusan masalah merupakan dasar dalam membuat hipotesis,
5. Masalah harus menjadi dasar dalam judul penelitian. (Nazir, 2013)

Misalnya, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut :


“Apakah prestasi belajar matematika kelas VI SDN 1 Tulangan akan meningkat
jika diberi apresiasi untuk setiap siswa yang aktif dalam pembelajaran ?”

“Bagaimana efektifitas penggunaan model pembelajaran Number Head Together


dalam pembelajaran materi statistika di kelas VII ?”

Dari rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat judul penelitian sebagai berikut:

“Peningkatan prestasi belajar matematika kelas VI SDN 1 Tulangan dengan


pemberian apresiasi untuk setiap siswa aktif dalam pembelajaran”

“Efektivitas model pembelajaran Number Head Together dalam pembelajaran


Statistika di kelas VII”.

Dalam pemilihan masalah, perlu menghindari masalah serta rumusan


masalah yang terlalu umum, jangkauannya sempit, terlalu bersifat lokal ataupun
terlalu argumentatif. Hal yang harus diperhatikan dengan benar dalam
merumuskan maslah yakni pemilihan variabel-variabel.

Masalah sebenarnya adalah hal yang pertama dipikirka oleh peneliti ketika
merencanakan proyek penelitian. Walau di atas kertas, yang pertama-tama muncul
adalah judul dan pendahuluan, tetapi yag lebih dahulu timbul pada penelitian
adalah masalah penelitian. Untuk membuat masalah penelitian merupakan hal
yang sulit, hal ini dikarenakan oleh beberapa hal menurut Prof. Dr. Nazir (2013)
sebagai berikut:

a. Tidak semua masalah di lapangan dapat diuji secara empiris;


b. Tidak ada pengetahuan atau tidak diketahui sumber atau tempat mencari
masalah-masalah;
c. Kadang kala si peneliti dihadapkan kepada banyak sekali masalah
penelitian, dan sang peneliti tidak dapat memilih masalah mana yang lebih
baik untuk dipecahkan;
d. Adakalanya masalah cukup menarik, tetapi data yang diperlukan untuk
memecahkan masalah tersebut sukar diperoleh; serta
e. Peneliti tidak tahu kegunaan spesifik yang ada di kepalanya dalam memilih
masalah.

Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis


masalah, yaitu dengan dilakukan dengan cara melakukan analisis masalah,
yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon masalah. Dengan analisis
masalah, maka permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting,
yang kurang penting dan yang tidak penting. Melalui analisis masalah seperti
ini juga dapat diketahui akar-akar permasalahannya.
Misalnya, melalui gambar berikut ini, masalah kualitas hasil lulusan yang
rendah akan dapat dianalisis tentang factor-faktor yang mempengaruhi.

Kurikulum

Kualitas Ruang Murid Guru Evaluasi Kualitas


Input Kelas lulusan

Sarana pendidikan

Rendahnya kualitas hasil pendidikan yang berupa kualitas lulusan, secara langsung
dipengaruhi pleh proses belajar mengajar dan potensi dasar murid. Pengaruh yang
berlangsung terhadap kualitas lulusan adalah potensi anak, performance guru,
kualitas kurikulum, ketersediaan sarana prasana pembelajaran, tata ruang kelas,
dan kualitas evaluasi. Dari variabel yang secara langsung mempengaruhi kualitas
lulusan tersebut, selajutnya diberi penilaian terhadap setiap variabel yang diduga
berpengaruh kuat, penting, menarik dalam mempengaruhi kualitas hasil belajar.
Variabel yang demikian tersebut selajutnya ditetapkan oleh peneliti untuk antara
satu variabel dengan variabel yang lain. Berdasarkan analisis tersebut peneliti
menyusun model penelitian seperti gambar berikut, dengan judul penelitiannya:
Pengaruh Kualitas Input Murid, Kurikulum, Guru, Sarana da prasarana, serta
Sistem Evaluasi terhadap Kualitas lulusan.

Anda mungkin juga menyukai