Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Berdasarkan teori Blum, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan

pelayanan kesehatan. Perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status

kesehatan gigi dan mulut. Rendahnya tingkat perilaku dari anak dalam membersihkan giginya

meningkatkan resiko penyakit periodontal pada anak. Di Indonesia, gingivitis menduduki

urutan kedua yaitu mencapai 96,58%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

pada tahun 2007, masalah gigi dan mulut termasuk penyakit pada gingiva di Provinsi

Sulawesi Utara yaitu sebesar 29,8%. Prevalensi menggosok gigi terendah ada di Hulu Sungai

Selatan. Prevalensi penduduk yang berperilaku benar menggosok gigi di Provinsi Kalimantan

Selatan sebanyak 10,3%. Pada anak-anak, gingivitis tidak terjadi separah gingivitis pada

orang dewasa. Hal ini dikarenakan perbedaan kuantitas dan kualitas plak bakteri, respon imun

tubuh, ataupun perbedaan morfologi jaringan periodontium antara anak-anak dan orang

dewasa. Plak bakteri pada anak-anak biasanya terdiri dari bakteri patogen yang

konsentrasinya rendah. Namun, bila gingivitis pada anak dibiarkan tanpa perawatan yang

baik dan benar, dapat menimbulkan periodontitis. 1,3

Penyakit periodontal pada anak sering terjadi pada usia 6-7 tahun dimana gigi

tetap akan erupsi. Hal ini meningkatkan terjadinya penyakit periodontal dikarenakan gingiva

margin tidak mendapatkan perlindungan dari kontur korona gigi pada saat tahap awal erupsi,
dan adanya impaksi makanan meningkatkan terjadinya proses inflamasi. Debris makanan,

material alba, bakteri plak seringkali berada pada free gingiva, kadangkala berada pada

permukaan mahkota gigi tetap yang sedang erupsi. Pada usia ini erupsi gigi molar pertama

yang seringkali menyebabkan gingivitis. Gingivitis disebabkan karena oral hygiene anak

yang tidak baik. Dapat dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Pencegahan terjadinya

penyakitnya periodontal sangat penting untuk kesehatan gigi dan mulut anak. 2,3,7
BAB II

PENYAKIT PERIODONTAL PADA ANAK

Struktur jaringan periodonsium pada anak

Gingiva merupakan bagian dari mukosa membrane yang melindungi prosesus

alveolaris dan bagian servikal gigi. Terbagi menjadi free gingiva dan attached gingiva.

Gambaran jaringan gingiva yang normal adalah merah muda, tergantung dari RAS, ketebalan

gingiva, dan lapisan keratin. Pada anak anak warna gingiva lebih merah dikarenakan

meningkatnya vaskularisasi dan lapisan epitel yang tipis. Permukaan gingiva anak sedikit

stippling daripada orang dewasa. Pada saat erupsi gigi gingiva menjadi lebih tebal dan margin

lebih membulat karena migrassi dan konstiriksi servikal dari gigi sulung.3 4

Kedalaman poket pada gigi sulung adalah 2mm, dengan bagian bukal dan

lingual lebih dangkal dari bagian proksimal. Ligament periodontal pada anak lebih lebar

daripada orang dewasa. Attached gingiva pada region mandibular lebih menyempit daripada

maksila dan semakin melebar jika gigi permanen sudah erupsi. Bagian dari tulang alveolar

terdapat sedikit tulang trabekula, sedikit kalsifikasi, dan berongga. 4, 6

Perbedaan jaringan periodontal pada anak anak dan dewasa adalah sebagai berikut:4, 10

- Masa gigi sulung :

 Warna gingiva lebih merah


 Struktur jaringan lebih fibrous

 Interdental papila lebih datar, mudah dibersihkan

 Stippling lebih sedikit

 Alveolar crest datar

 Mahkota pendek sehingga tekanan oklusal kecil

 Marrow space lebih lebar dengan sedikit kalsifikasi

 Membran periodontal lebih lebar

 Trabekula tulang alveolar lebih sedikit

 Vaskularisasi lebih banyak

- Masa gigi permanen

 Gigi permanen sudah erupsi (kecuali M3)

 Kalsifikasi tulang alveolar meningkat

 Kandungan fiber meningkat menjadi warna pink

 Interdental papil membulat

 Vaskularisasi berkurang menjadi lebih rentan

 Penyembuhan lebih lambat

 Stippling lebih banyak, gingiva melekat erat pada mahkota

 Ligamen periodontal lebih stabil


Metode sikat gigi

Terdapat 5 metode menyikat gigi yaitu, Bass, S Stillman, Horizontal, Vertical,

dan Roll. Metode Bass dan Roll yang paling sering direkomendasikan. Metode yang umum

digunakan adalah metode horizontal, metode roll, dan metode vertical. Metode horizontal

dilakukan dengan cara semua permukaan gigi disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan.

Permukaan bukal dan lingual disikat dengan gerakan ke depan dan ke belakang. Metode

horizontal terbukti merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis permukaan oklusal.

Metode ini lebih dapat masuk ke sulkus interdental dibanding dengan metode lain. Metode ini

cukup sederhana sehingga dapat membersihkan plak yang terdapat di sekitar sulkus

interdental dan sekitarnya. 1,2

Metode vertical dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang

tertutup lalu gigi disikat dengan gerakan keatas dan kebawah. Untuk permukaan gigi

belakang gerakan dilakukan dengan keadaan mulut terbuka. Metode ini sederhana dan dapat

membersihkan plak, tetapi tidak dapat menjangkau semua bagian gigi seperti metode

horizontal dengan sempurna sehingga apabila penyikatan tidak benar maka pembersihan plak

tidak maksimal. Metode roll adalah cara menyikat gigi dengan ujung bulu sikat diletakkan

dengan posisi mengarah ke akar gigi sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu

sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan

melalui permukaan gigi. Yang perlu diperhatikan pada penyikatan ini adalah sikat harus

digunakan seperti sapu, bukan seperti sikat untuk menggosok. Metode roll mengutamakan

gerakan memutar pada permukaan interproksimal tetapi bagian sulkus tidak terbersihkan

secara sempurna. Metode roll merupakan metode yang danggap dapat membersihkan plak
dengan baik dan dapat menjaga kesehatan gusi dengan baik, teknik ini dapat diterapkan pada

anak umur 6-12 tahun. 1,2, 4

Gingivitis Erupsi

Gingivitis erupsi, merupakan gingivitis yang terjadi di sekitar gigi yang sedang erupsi

dan berkurang setelah gigi tumbuh sempurna dalam rongga mulut, sering terjadi pada anak

usia 6-7 tahun ketika gigi permanen mulai erupsi. Eruption gingivitis lebih berkaitan dengan

akumulasi plak daripada dengan perubahan jaringan. Gingivitis dapat berkembang karena

pada tahap awal erupsi gigi, margin gusi tidak mendapat perlindungan dari mahkota sehingga

terjadi penekanan makanan di daerah tersebut yang menyebabkan proses peradangan. Selain

itu sisa makanan, materia alba, dan bakteri plak sering terdapat di sekitar dan di bawah

jaringan bebas, sebagian meliputi mahkota gigi yang sedang erupsi hal ini mengakibatkan

peradangan. 4,5

Eruption gingivitis akan hilang apabila posisi oklusi telah normal. Apabila ringan

tidak membutuhkan perawatan hanya dengan meningkatkan kebersihan mulut. Bila menjadi

lebih berat menimbulkan sakit dan dapat berkembang menjadi perikoronitis atau abses

perikoronal. Perikoronitis yang disertai dengan pembengkakan nodus limfatikus sebaiknya

dilakukan perawatan dengan terapi antibiotik.4,5,6


Gingival enlargement

Pembesaran Gingiva oleh karena Inflamasi Kronis

Gingival enlargement pada anak merupakan hasil dari inflamasi kronis

gingiva, yang dapat berupa lokalis dan generalis. Hal ini terjadi karena plak berakumulasi

pada permukaan alat ortodonti atau pada daerah yang kering oleh karena kebiasaan

bernafas melalui mulut. Bagian interdental papil dan marginal gingiva membesar, eritema,

dan mudah berdarah. Permukaan gingiva lembut, halus, dan mengkilat, fibrotik. Inflamasi

ini dapat dilakukan perawatan kontrol plak, kasus tertentu gingivektomi. 7,8

Pembesaran Gingiva oleh karena Obat Obatan

Terapi obat-obatan sistemik yang lama dapat mengakibatkan pembesaran

gingiva. Dapat dikarenakan obat obatan jenis antikonvulsan phenytoin (Dilantin),

imunosupresan cyclosporine, atau calcium channel blocker. Cyclosporine digunakan untuk

kontrol penolakan reaksi tubuh terhadap suatu transplantasi organ dan penyakit autoimun.

Calcium channel blocker seperti nifedipine dan nitrendipine merupakan pengunaan obat

jantung untuk kontrol anak anak yang memiliki hipertensi.7

Pembesaran gingiva tidak sakit, fibros, berwarna pucat, kokoh, dan jarang terjadi

perdarahan. Pembesaran terjadi pada region interdental dan berjumlah banyak yang dapat

meluas ke daerah gingiva margin. Hal ini dapat ditangani dengan penghentian konsumsi obat.

Pembesaran gingiva juga dihubungkan dengan oral hygiene anak yang tidak baik. Bila obat

obatan tidak dapat dihentikan atau diganti maka dilakukan prosedur pembedahan, namun hal
ini dapat kambuh kembali. Pembedahan dilakukan bila keadaan pembesaran gingiva sudah

tidak dapat diterima oleh anak dan mengurangi fungsi, poket yang dalam. Kasus yang banyak

terdapat pada anak dengan kelainan retardasi mental. 7,8

Gingivitis oleh karena Ascorbic Acid

Scorbutic gingivitis berhubungan dengan kekurangan vitamin C. bagian gingiva yang

terlibat terbatas yaitu pada daerah marginal dan papilla. Anak biasanya mengeluh rasa sakit,

dan adanya pendarahan spontan. Scurvy dapat disebut juga kekurangan vitamin C, hal ini

dikarenakan anak diet vitamin C, dimana nutrisi banyak ditemukan pada buah buahan dan

sayuran. Gejala klinis membutuhkan waktu 4-8 bulan.5 Melakukan anamnesa yang benar

terhadap orang tua dan dan anak diperlukan untuk mengetahui kebiasaan makan dan

menggunakan 7 hari diet survey akan mengetahui bahwa anak kurang mengkonsumsi vitamin

C. hal yang dapat dilakukan untuk merawat penyakit ini adalah meningkatkan oral hygiene,

memberikan suplemen vitamin C, dan kumur kumur larutan vitamin C akan memperbaiki

kondisi gingiva.4,9

Penyakit periodontal pada anak

Periodontitis merupakan inflamasi pada gingiva dan jaringan periodonsium lainnya,

dengan karakteristik adanya poket periodontal dan kerusakan tulang alveolar. Kerusakan

tulang pada anak anak dapat dilihat melalui foto roentgen bite wing dengan membandingkan

ketinggian tulang alveolar dengan cemento enamel junction. Jarak lebih dari 3 m dapat

diindikasikan kerusakan tulang alveolar. 4,6


Pre Pubertas periodontitis (PP)

Prevalensi dari pre pubertas periodontitis di angka 0.84% sampai 26.9%.

Variasi ini tergantung pada faktor genetik, faktor metode penelitian, dan seleksi dari

non random sampling (Watanabe 1990). PP dapat berupa generalis dan lokalis.

Gingivitis tidak selalu berkembang menjadi periodontitis, tetapi terjadinya

periodontitis diawali oleh gingivitis. Periodontitis prepubertas dapat terjadi dalam

bentuk terlokalisir dan menyeluruh, terjadi setelah erupsi gigi sulung.Manifestasi

klinisnya adalah gingiva sedikit inflamasi, plak minimal, kerusakan tulang alveolar

dengan progress yang cepat, gigi mengalami kegoyangan bahkan sampai kehilangan

gigi. Perbedaan lokalis dan generalis pre pubertas periodontitis sebagai berikut :6,10

Menurut Suzuki (1988), pasien berusia 5-8 tahun memiliki angka karies

rendah. Jika bakteri pathogen yang berada disekeliling gigi susu penderita

periodontitis prepubertas tertinggal selama proses erupsi gigi tetap, infeksi dapat
berlanjut ke gigi tetap. Etiologi dapat disebabkan oleh plak bakteri dan penyakit

sistemik (Diabetes Melitus, Sindrom Papillon-Leevre, Leukimia, AIDS, Down

Syndrome,dll).3,6

Periodontitis juvenile lokalis (LAP)

Prevalensi periodontitis juvenile lokalis pada anak ada di angka 0.1% - 3%.

Lebih banyak ditemukan pada populasi dengan ras negroid, daerah non-industri, dan

lebih banyak terjadi pada perempuan. Etiologi utamanya adalah Actinobacillus

actinomycetemcomitans (Aggregatibacter actinomycetemcomitans). Mikroorganisme

ini bersifat anaerob, dan gram negative coccobacillus. Ditemukan pada daerah

supragingival dan subgingival. Maciel dkk menyatakan dokter gigi berada pada posisi

yang fundamental dalam menentukan diganosa, karena harus mencegah terjadinya

kehilangan dini gigi sulung. Gambaran klinis dan radiografi terlihat adanya kerusakan

epitel attachment yang cepat dan tulang alveolarpada gigi molar 1 dan insisif dengan

kehilangan epitel attachment pada bagian interproximal maksimal 2 gigi permanen.

Selain itu terdapat poket periodontal yang dalam, kegoyangan gigi dan migrasi,

gingiva tampak normal tidak ada inflamasi.6,10,11

Periodontitis Juvenile Generalis (GAP)

Banyak literature mengatakan bahwa penyakit periodontal pada anak

berhubungan dengan kelainan sistemik seperti hypophosphatasia, cyclic neutropenia,


agranulocytosis, histiocytosis X, leukocyte adhesion deficiency, Papillon-Lefèvre

syndrome dan leukemia. Agresif periodontitis terjadi pada anak sampai remaja namun

untuk periodontitis kronis pada orang dewasa. GAP memilik keadaan klinis

kehilangan epitel attachment yang cepat, kehilangan tulang, inflamasi periodontal

yang parah, dan adanya tumpukan plak dan kalkulus. GAP meliputi 3 gigi atau lebih

pada gigi molar dan insisif. Etiologi GAP dapat terbagi oleh karena plak dan

gangguan imun tubuh. Bakteri plak yang seringkali terdapat pada GAP adalah

Aggregatibacter actinomycetemcomitans atau Actinobacillus actinomycetemcomitans

dikombinasi dengan with Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia and

Treponema denticola. Dapat juga oleh karena genetik sebagai faktor predisposisi

penyakit periodontal.6, 10, 12

Periodontitis Generalis Juvenile

Pemeriksaan periodontal pada Anak

Kesehatan periodontal pada anak harus diperhatikan. Dari gingiva dilihat warna,

adanya pembengkakan atau tidak, perdarahan, ataupun pembesaran.untuk kebersihan mulut


diperiksa melalui plak indeks. Dengan pemakaian disclosing agen dapat memonitordan

sebagai dokumentasi kebersihan mulut anak. Kalkulus jarang terjadapat pada anak, namun

terdapat pada 10% anak atau 1 dari 3 anak. Yang paling sering terdapat kalkulus pada

permukaan lingual insisif mandibular dan permukaan bukal maksila. Bila terdapat kalkulus

harus dibersihkan.4, 6

Setelah erupsi gigi permanen, tingkat keddalaman epitel attachment dapat dilihat

menggunakan prob periodontal. Permeriksaan pada insisif dan molar permanen merupakan

langkah pertama untuk mengetahui adanya LAP. Dengan bantuan pemeriksaan foto

radilografi menggunakan bitewing romalnya tinggi dari alveolar crest seharusnya berada 1

sampai 2 mm dari cementoenamel junction. 6,11


BAB III

KESIMPULAN

Penyakit periodontal pada anak harus diperhatikan dengan baik oleh dokter gigi yang

mempunya peran yang fundamental. Pemeriksaan awal perlu dilakukan untuk mengetahui

adanya kelainan periodontal pada anak atau tidak. Pemeriksaan dapat menggunakan

pemeriksaan klinis melalui visual, menggunakan probe periodontal, dan radiografi. Penyakit

periodontal pada anak disebabkan oleh adanya plak yang terdiri dari bakteri bakteri seperti

Streptococcus Mutans, Actinobacillus actinomycetemcomitan, dan bakteri anaerob lainnya.

Adanya penyakit periodontal ditandai dengan hilangnya perlekatan epitel attachment,

kerusakan tulang alveolar, kegoyangan gigi, dan adanya rasa sakit. Dapat berupa lokalis

maupun generalis yang dibedakan berdasarkan jumlah gigi yang terlibat. Adanya penyakit

sistemik juga berhubungan dengan penyakit periodontal pada anak. Maka dari itu diperlukan

adanya anamnesa yang mendalam kepada orang tua mengenai penyakit sistemik anak baik

dari penyakit jantung, defisensi nutrisi, diabetes mellitus, bahkan obat obatan yang sedang

atau pernah dipakai.


DAFTAR PUSTAKA

1. Haryanti D, Adhani R, Aspriyanto D, Dewi I. Efektifitas Menyikat Gigi Metode

Horizontal, Vertikal, dan Roll terhadap Plak pada Anak Usia 9-11 Tahun. Dentino

Jurnal Kedokteran Gigi Vol II. 2014

2. Rizkika N dkk. Efektivitas Menyikat gigi dengan metode bass dan horizontal terhadap

perubahan indeks plak –pada anak tunagrahita. Odonto Dental Journal. 1(1). 2014

3. Karim C, Gunawan P, Wicaksono D. Gambaran Status Gingiva pada Anak Usia

Sekolah Dasar di SD GMIM Tonsea Lama. Universitas Sam Ratulangi.

4. McDonald R, Avery D, Dean J. Dentistry for the child and adolescent. 8th Ed. Mosby.

Philadelphia;USA.2004;415-450.

5. Kurniasih I dkk. Permasalahan permasalahan yang menyertai erupsi gigi. Mutiara

Medika. 8(1). 2008;52-59

6. Casamassimo P, Fields H. Pediatric Dentistry infancy throough adolescence. 5th Ed.

Elsevier Saunders. 2013;371-377.

7. Wida A dkk. Gambaran kejadian gingivitis pada anak berkebutuhan khusus. Jurnal

kesehatan masyarakat. 4(4). 2016

8. Gosavi D dkk. Drug Induced Gingival enlargement. International journal of

pharmaceutical aplications. 4(2). 2013;43-48

9. Akhtar S. Scurvy as a predisposing factor in gingival disease-a case report. JKCD

Vol. 2. No. 1. 2011

10. Oh T-J, Eber R, Wang H-L. Periodontal disease in the child and adolescent.

Denmark. JClin Periodontol 2002; 29: 400–410


11. Fereira D, Aguiar S, Nelson Finho, dkk. Localized aggressive periodontitis –

clinical, radiographic, microbiological and immunological findings. RSBO. 2014

Oct-Dec;11(4):393-400

12. Portaro C, dkk. Generalized Aggressive Periodontitis in Preschoolers: Report of a

case in a 3-1/2 Year Old. The Journal of Clinical Pediatric Dentistry. 33(2). 2008

Anda mungkin juga menyukai