Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada kehidupan sehari-hari tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan
tidak lepas dari bahan kimia. Contohnya saja perwarna pada makanan,
pemberi rasa pada makanan dan masih banyak lagi. Pemberi rasa pada
makanan diaplikasikan dalam industri menggunakan amyl asetat untuk
aroma pisang atau pir.
Amyl asetat atau yang disebut juga pentyl asetat adalah senyawa
organik dan ester dengan rumus kimia CH3COOC5H11 dan berat molekul
130,19 g/mol serta memiliki aroma yang mirip dengan pisang. Senyawa
ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini di produksi
dalam skala besar sebagai pelarut. Amil asetat adalah pelarut polar
menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak
higroskopis. Amyl asetat merupakan senyawa ester. Senyawa ester adalah
suatu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian satu (atau
lebih) atom hidrogen pada gugus karboksil dengan suatu gugus organik
(biasa dilambangkan dengan R’). Asam oksigen adalah suatu asam yang
molekulnya memiliki gugus –OH yang hidrogennya (H) dapat menjadi ion
H+. Senyawa-senyawa ester secara komersial telah banyak diproduksi oleh
industri. Pada skala industry, amil asetat diproduksi dari reaksi esterifikasi
antar asam asetat (CH3COOH) dan amil alkohol (C5H11OH) dengan
bantuan katalis berupa asam sulfat (H2SO4).
Pada bidang industri makanan, amyl asetat digunakan untuk memberi
rasa atau aroma pada makanan. Selain untuk industri makanan, amil asetat
juga banyak digunakan dalam industri kimia sebagai bahan antara atau
bahan baku seperti bahan dalam pembuatan selusosa nitrat, etil selulosa,
polivinil asetat, atau sebagai sebagai pelarut (solvent). Dalam industri
farmasi, amil asetat digunakan untuk ekstraksi dan pemurnian pada
pembuatan penisilin atau antibiotik. Kebutuhan amyl asetat semakin lama
semakin meningkat tetapi di Indonesia sebagai Negara berkembang masih
mengandalkan impor bahan-bahan kimia. masih sedikit industri yang
memproduksi amyl asetat. Bila kebutuhan bahan industri belum dapat
terpenuhi maka Negara akan memesan dari luar negeri dengan harga yang
mahal, tentu ini akan merugikan perusahaan dalam negeri. Hal ini yang
melatarbelakangi percobaan amyl asetat agar dapat mengetahui proses
pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dengan asam
karboksilat.
2

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari percobaan amyl asetat ini yaitu bagaimana
proses pembuatan alkil asetat dari reaksi antara alkohol primer dengan
asam karboksilat. Dan membandingkan 𝜌 teori dengan 𝜌 percobaan.

1.3 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan dari percobaan amyl asetat adalah untuk mengetahui
proses pembuatan alkil asetat dari reaksi antara alkohol primer dengan
asam karboksilat. Dan membandingkan 𝜌 teori dengan 𝜌 percobaan.

1.4 Ruang Lingkup Percobaan


Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu metode destilasin
dengan bahan utama larutan amil alkohol, larutan asam asetat, larutan
asam sulfat dan bahan tambahan yaitu aquadest, larutan natrium
bikarbonat dan kristal magnesium sulfat. Percobaan dilakukan di
Laboratorium Rekayasa Produk dan Integrasi Proses Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ester

Dalam ilmu kimia, ester adalah campuran organik dengan simbol R’


yang menggantikan suatu atom hidrogen atau lebih. Ester juga dibentuk
dengan asam yang tidak tersusun teratur; sebagai contoh, dimetil sulfat
yang juga disebut “asam belerang, dimethyl ester”.
Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH
dengan gugus OR (R adalah gugus alkil atau aril). Ester merupakan
senyawa organik yang bersifat netral, tidak bereaksi dengan logam Na dan
PCl3. Ester termasuk salah satu turunan asam karboksilat yang diperoleh
dengan mereaksikan suatu asam (karboksilat) dengan alkohol atau phenol.
Rumusnya: RCOOR’ dimana R dan R’ adalah gugus organic.
Ester yang terdiri dari asam-asam yang berat molekul rendah dan
alkohol merupakan senyawa-senyawa cair yang tidak berwarna, sedikit
larut dalam air dengan bau semerbak, dan mudah menguap. Ester dari
beberapa asam karboksilat dengan rantai panjang terdapat secara alamiah di
dalam lemak,lilin, dan minyak.
Penamaan ester hampir menyerupai dengan penamaan basa,
walaupun tidak benar-benar mempunyai kation dan anion, namun memiliki
kemiripan dalam sifat lebih elektropositif dan keelektronegatifan. Suatu ester
dapat dibuat sebagai produk dari suatu reaksi pemadatan pada suatu asam
(pada umumnya suatu asam organik) dan suatu alkohol ( atau campuran zat
asam karbol), walaupun ada cara-cara lain untuk membentuk ester.[1]
Tabel 1 Rumus Umum dan Gugus Fungsi Asam Karboksilat dan
Ester
Kelompok Gugus Fungsi Rumus Umum
Senyawa
Asam Karboksilat -COOH R-COOH
Ester -COO- R-COO-R’
4

2.2 Sifat-sifat Ester


2.2.1 Sifat-sifat Fisika Ester
Sifat sifat ester secara fisika yaitu :
a) Senyawa cair yang tidak berwarna
b) Sedikit larut dalam air
c) Bau semerbak
d) Mudah menguap
2.2.2 Sifat-sifat Kimia Ester [2]
Sifat sifat kimia yang dimiliki oleh ester adalah :
a) Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau
buah-buahan
b) Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air
c) Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau
alkohol pembentuknya
d) Ester merupakan senyawa karbon yang netral
e) Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis. Contoh:
R–COOR’ + H2O R –COOH + R’OH
Ester As.Alkanoat Alkohol

f) Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni


dan dihasilkan dua buah senyawa alkohol. Contoh:
R–COOR’ + 2H2 R –CH2 –OH + R’ –OH
Ester Alkohol Alkohol

g) Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa


membentuk garam sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal
dengan reaksi safonifikasi/penyabunan.
h) Hidrolisis Ester dapat terhidolisis dengan pengaruh asam
membentuk alkohol dan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis
merupakan kebalikan dan pengesteran. Hidrolisis lemak atau
minyak menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak. Contoh
hidrolisis gliseril tristearat menghasilkan gliserol dan asam
stearat.

2.3 Pengertian Reaksi Esterifikasi


Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan
alkohol membentuk ester. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion
H+. asam belerang sering digunakan sebagai suatu katalisator untuk reaksi
ini. Nama ester berasal dari essig-ather jerman, sebuah nama kuno untuk
menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil).
5

Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut


esterifikasi. Pemadatan adalah suatu jenis reaksi kimia di mana dua
molekul bekerja sama dan menghapuskan suatu molekul yang kecil, dalam
hal ini dua gugus OH yang merupakan hasil eliminasi suatu molekul air.
Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu
asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan
detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang
karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-
katalis yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat.karena hal ini, asam
sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat
merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial.
Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar
asam lemak bebas tinggi.[3]

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Esterifikasi


Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat
terhadap alkohol, seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang
asilasi dengan anhidrarida asam atau asil klorida. Kelemahan utama asilasi
langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus
diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air
yang menjadi hasil reaksi.
Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean -Stark atau
penggunaan saringan molekul. Untuk mendapatkan ester yang tinggi dari
reaksi kesetimbangan tersebut, reaksi harus diusahakan bergeser ke kanan
dengan cara memberikan asam karboksilat atau alkohol berlebih, atau
memisahkan antara ester yang terjadi dari hasil sampan reaksi. Penambahan
dan pengurangan volume atau jumlah dan konsentrasi dapat mempengaruhi
reaksi adalah sebagai berikut:
a) Jika konsentrasinya dikurangi maka reaksi akan bergeser ke arah zat
tersebut. Berarti jika konsentrasi etanol dikurangi maka produknya
akan berkurang dan kestimbangan bergeser ke kiri.
b) Jika konsentrasinya ditambah maka reaksi bergeser dari arah zat
tersebut. Berarti jika konsentrasi asam asetat ditambah, maka produk
akan bertambah karna bergeser ke kanan.
c) Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke arah kiri yaitu arah
reaksi yang endoterm (+) dan produk akan berkurang. Jika suhu
diturunkan (kalor dikurangi), maka reaksi akan bergeser ke arah kanan
yaitu arah reaksi yang eksoterm (-).
6

Selain suhu dan konsentrasi, pengadukan dan waktu reaksi serta


katalisator juga mempengaruhi reaksi esterifikasi.[4]

2.5 Proses Esterifikasi dalam Industri


Proses esterifikasi dalam industri dapat dilakukan secara kontinyu
maupun batch. Pemilihan kedua macam proses tersebut tergantung pada
kapasitas produksinya. Untuk kapasitas produksi yang relatif kecil
sebaiknya jenis yang digunakan adalah proses batch. Sedangkan proses
esterifikasi kontinyu dipilih untuk kapasitas produksi yang relatif besar.[5]
1. Proses Batch Produksi Etil Asetat
Proses produksi etil asetat secara batch pada prinsipnya adalah dengan
memanaskan 30 bagian asam asetat 80%, 30 bagian etanol 95% dan 1
bagian asam sulfat dalam sebuah tangki silinder. Pemanasan dengan
menggunakan steam yang dialirkan ke kolom fraksinasi. Suhu atas
kolom fraksinasi dijaga 70oC agar dapat diperoleh komposisi ternary
azeotrop, yaitu 83% etil asetat, 9% etanol dan 8% air. Uap hasil
puncak dikondensasi, sebagian lagi direfluk, sebagian diambil sebagai
produk. [8]
2. Proses Kontinyu Produksi etil asetat
Proses produksi etil asetat secara kontiyu untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Asam asetat, etanol dan katalis asam sulfat direaksikan pada
reaktor yang dilengkapi dengan pengaduk. Selanjutnya produk reaktor
dipisahkan pada menara distilasi untuk memperoleh produk dengan
kemurnian tinggi.

2.5.1. Cara-cara Lain untuk Membuat Ester


Adapun cara-cara lain untuk membuat ester sebagai berikut:
a) Pembuatan Ester dari Alkohol dan Asil Klorida (Klorida Asam)
Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam
sebuah alkohol , maka reaksi yang terjadi cukup proresif pada
suhu kamar menghasilkan sebuah ester dan awan-awan dari
asap hydrogen yang asam dan beruap.Sebagai contoh, jika kita
menambahkan etanol klorida kedalam etanol,maka akan
terbentuk bannyak hydrogen klorida bersama dengan ester cair
etil etanoat.
CH3COCl + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + HCl
b) Pembuatan Ester dari Alkohol dan Anhidrada Asam
Reaksi-reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih
lambat dibanding reaksi -reaksi yang serupa dengan asil
klorida, dan biasanya campuran reaksi yang terbentuk perlu
7

dipanaskan. Mari kita ambil contoh etanol yang bereaksi


dengan anhidrida etanoat sebagai sebuah reaksi sederhana yang
melibatkan sebuah alkohol. Reaksi berlangsung lambat pada
suhu kamar(atau lebih capat dari pemanasan). Tidak ada
perubahan yang bias diamati pada cairan yang berwarna, tetapi
sebuah campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk.
(H3CO)2O+CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + CH3COOH

Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembuntukan


ester dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama
sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang digunakan
sebagai katalis biasanya biasanya adalah asam sulfat atau asam
Lewis seperti skandium (III) triflat.
c) Pembuatan Ester berdasarkan volatilitas
Golongan proses dalam proses pembuatan ester
berdasarkan volalitas sebagai berikut:
1) Golongan 1
Dengan ester yang sangat mudah menguap,seperti
metil format,metil asetat,dan etil format,titik didih ester
lebih rendah dari pada alkohol,oleh karena itu ester segera
dapat dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil
asetat dengan metode destilasi bachaus merupaka sebuah
contoh dari golongan ini.metanol dan asam asetat
diumpankan kedalam kolom destilasi dan ester segera
dipisahkan sebagai campuran uap dengan metanol dari
bagian atas kolom.Air terakumulasi di dasar tangki dan
selanjutnya dibuang.Ester dan alkohol dipisahkan lebih
lanjut dalam kolom destilasi yang kedua.
2) Golongan 2
Ester dengan kemampuan menguap sebaikmya
dipisahkan dengan cara menghilangkan air yang terbentuk
secara destilasi.Dalam beberapa hal, campuran terner dari
alkohol.air dan ester dapat terbentuk.kelompok ini layak
dipisahkan lebih lanjut: dengan etil asetat,semua bagian
ester dipisahkan sebagai campuran uap dengan alkohol dan
sebagian air,sedangkan sisa air akan terakumulasi dalam
sistem.Dengan butil asetat,semua bagian air dipindahkan ke
bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alkohol,
sedangkan sisa ester terakmulasi dalam sistem.
8

3) Golongan 3
Dengan ester yang mempunyai volatilitas
rendah,beberapa kemungkinan timbul.Dalam hal butil dan
amil alkohol.Contoh proses untuk tipe seperti ini adalah
pembuatan dibutil ftalat.Untuk menghasilkan ester dari
alkohol yang lebih pendek (metil,etil,propil) dibutuhkan
penambahan hidrokarbon seperti benzena dan toluena untuk
memperbesar air yang terdestilasi.Dengan alkohol bertitik
didih tinggi (benzil,furfil,b-feniletil) suatu cairan tambahan
selalu diperlukan untuk menghilangkan kandungan air dari
campuran.

2.6 Reaksi Ester-ester (Hidrolisis Ester-ester Sederhana)


2.6.1 Pengertian Hidrolisis
Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi dengan air.
Reaksi inilah yang sebenarnya terjadi ketika ester dihirolisis
dengan air atau dengan asam encer seperti asam hidroklorat encer.
Hidrolisis ester dengan basa melibatkan reaksi dengan ion-ion
hidroksida, tetapi hasil keseluruhannya sangat mirip sehingga
dikategorikan dalam hidrolisis dengan air atau asam encer. [6]
2.6.2 Hidrolisis Menggunakan Air Atau Asam Encer
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak
pernah digunakan. Reaksi ini dikatalisis oleh asam encer, sehingga
ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah asam encer
seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer.
Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis menggunakan
sebuah katalis asam:
1.Hidrolisis Etil Etanoat
CH3COOCH2CH3+H2O CH3COOH + CH3CH2OH

2. Hidrolisis Metil Propanoat


CH3CH2COOCH3+H2O CH3CH2COOH +CH3OH

Perhatikan bahwa kedua reaksi di atas dapat balik (reversibel).


Untuk melangsungkan hidrolisis sesempurna mungkin, harus
digunakan air yang berlebih. Air diperoleh dari asam encer,
sehingga ester perlu dicampur dengan asam encer yang berlebih.[7]
9

2.6.3 Hidrolisis Menggunakan Basa Encer


Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk
menghidrolisis ester. Ester dipanaskan di bawah refluks dengan
sebuah basa encer seperti larutan natrium hidroksida.
Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan
menggunakan asam encer. Reaksinya berlangsung satu arah dan
tidak reversibel, dan produknya lebih mudah dipisahkan.
Mari kita mengambil contoh ester sama seperti kedua
contoh di atas, tapi menggunakan larutan natrium hdroksida bukan
sebuah asam encer:
Pertama, hidrolisis etil etanoat menggunakan larutan
natrium hidroksida:
CH3COOCH2CH3 + NaOH CH3COONa + CH3CH2OH
etil etanoat natrium etanoat etanol
dan selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan cara yang sama:

CH3+NaOH CH3CH2COONa + CH3OH


metil propanoat natrium propanat metanol

Perhatikan bahwa terbentuk garam natrium bukan asam


karboksilat sendiri. Campuran ini relatif mudah dipisahkan. Jika
digunakan dan selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan
larutan natrium hidroksida yang berlebih, tidak akan ada ester yang
tersisa. Alkohol yang terbentuk bisa dipisahkan dengan distilasi.
Pemisahan ini cukup mudah. Jika anda menginginkan terbentuk
asam bukan garamnya, anda harus menambahkan asam kuat yang
berlebih seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer ke
dalam larutan yang tersisa setelah distilasi pertama.
Jika anda melakukan ini, campuran akan dibanjiri dengan
ion-ion hidrogen. Ion-ion hidrogen ini ditangkap oleh ion-ion
etanoat (atau ion paropanoat atau ion apapun) yang terdapat dalam
garam membentuk asam etanoat (atau asam propanoat, dan lain-
lain). Karena asam-asam ini adalah asam lemah, maka ketika
bergabung dengan ion hidrogen, cenderung tetap bergabung.
Sekarang asam karboksilat bisa dipisahkan dengan distilasi.

2.6.4 Reaksi ester dengan pereaksi Grinard


Ester bereaksi dengan dua ekuivalen pereaksi grinard
menghasilkan alkohol tersier. Reaksi berlangsung melalui serangan
10

nukleofil pada gugus karbonil ester. Hasil awalnya, keton, bereaksi


lebih lanjut menghasilkan alcohol tersier.
Metode ini digunakan dalam pembuatan alcohol tersier
damana paling sedikit dua dari 3 gugus alkil yang melekat pada
atom karbon adalah identik.

2.7 Amil Asetat


Amil asetat adalah senyawa organik berwujud cairan jernih, tak
berwarna, berbau khas, yang bagian terbesarnya terdiri dari amil asetat
rumus empiris C2H5OC(O)CH3.
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa
ini di produksi dalam skala besar sebagai pelarut. Amil asetat adalah
pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan
tidak higroskopis. Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton,
esterifikasi suatu asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap
protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik
menyerang karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester.
Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan serta
pasar yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi rasa seperti
untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk parfum,digunakan pada
industri tinta cetak, cat dan tiner, PVC film, perekat, resin, polimer cair
dalam industri kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti
industri farmasi, dan sebagainya.
Amil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam
asetat dan ethanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat.
Reaksi amil asetat merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu
kesetimbangan kimia. Amil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam
atau basa menghasilkan asam asetat dan ethanol kembali. Katalis asam
sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan
hidrolisis yaitu esterifikasi fischer. Etil asetat mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a) Tidak beracun dan tidak terhigrokopis.
b) Merupakan pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap).
c) Dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga
kelarutan 8% pada suhu kamar.
d) Merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah dan bukan suatu
donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat
asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti
flor, oksigen, dan nitrogen.
11

e) Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun


demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung
basa atau asam.
Adapun sifat-sifat fisik dan kimia dari amil asetat sebagai berikut:
1) Sifat Fisik
 Kadar : 99,9%
 Berat molekul : 130 g/mol
 Titik didih : 148,4℃
 Titik lebur : -70,8℃
 Densitas (25℃) : 0.879 kg/l

2) Sifat Kimia
 Hidrolisis
Amil asetat dapat terhidrolisis dengan adanya air menjadi asam
asetat dan amil alkohol.
 Amonolisis
Amonia dan amil asetat bereaksi membentuk amil alkohol dan
amida.

2.8 Amil Alkohol


Amil alkohol disebut juga alkohol murni, alkohol absolut atau
alkohol saja adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar,
tidak berwarna dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Amil alkohol banyak digunakan sebagai pelarut
sebagai bahan-bahan kimia yang di tunjukan untuk konsumsi dan kegunaan
manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan
obat-obatan. Dalam kimia amil alkohol adalah pelarut yang penting
sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam
sejarahnya amil alkohol telah lama di gunakan sebagai bahan bakar. Rumus
molekul Amil alkohol C5H11OH atau rumus empiris C5H12O. Sifat-sifat
fisik Amil alkohol sebagai berikut:
1) Sifat Fisik
 Rumus kimia : C5H11OH
 Kadar : 95%
 Wujud : Cairan tidak berwarna
 Berat molekul : 88 g/mol
 Titik didih : 138,1℃
 Titik lebur : -79℃
 Densitas (25℃) : 0.824 kg/l
2) Sifat Kimia
12

Amil alkohol memberikan campuran 1 dan 2 pentena pada 175-400℃


dengan keberadaan katalis (seperti alumina oksida dan senyawa
sulfat).
2.9 Asam Asetat
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia
asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam
makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini
seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Asam asetat murni ( asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling
sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat yang larut dalam air
merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi
ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan
baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer
seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun
berbagai macam serat dan kain.
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur
keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan
sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat
mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil
daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber
hayati.
Adapun sifat-sifat fisik dan kimia asam asetat sebagai berikut:
1) Sifat Fisik
 Kadar : 99,5%
 Wujud : Cairan tidak berwarna
 Berat molekul : 60 g/mol
 Titik didih : 117,87℃
 Titik lebur : 16,6℃
 Densitas (25℃) : 1,049 kg/l
2) Sifat Kimia
 Reaksi penyabunan
Asam asetat bila direaksikan dengan caustic soda (NaOH)
menghasilkan Natrium asetat.
 Reaksi Esterifikasi
Asam asetat bila direaksikan dengan alkohol akan menghasilkan
ester.
13

2.10 Asam Sulfat


Asam Sulfat ( H2SO4 ) merupakan asam mineral ( Anorganik
) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan, asam
sulfat mempunyai kegunaan dan merupakan salah satu produk utama
industri kimia. Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat
dibuat, ia akan melepaskan SO3 pada titik didihnya dan
menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk
disimpan dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum.
Asam sulfat 98% pada umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat.

2.11 Proses Pembuatan Amil Asetat


Pembuatan etil asetat dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu :
a) Esterifikasi fischer: merefluks asam dengan alkohol yang
berlebihan dalam suasana asam.
b) Mereaksikan garam perak karboksilat dengan alkil halide.
Reaksi asam dengan sintesis Williamson dari ester berlangsung
melalui pertukaran atom unsur dua molekul yang meliputi
pelepasan OAg dan reaksi itu pada wujudnya tidak dihalangi
oleh adanya gugus alkil yang bercabang. Kelemahan cara ini
adalah panjangnya prosedur dan mahalnya biaya.
c) Mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam alkanoat.
d) Mereaksikan halogen asam alkanoat dengan alkohol.

2.12 Mekanisme Reaksi Pembentukan Amil Asetat


Berikut ini mekanisme reaksi pembentukan amil alkohol:

Gambar 1. Mekanisme reaksi amil asetat


14

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir


Diagram alir pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
20ml Amyl Alkohol
16 ml H2SO4 Labu leher 2 (500 ml)
60 ml asam cuka glasial

Destilasi 135°-160° selama 3 jam

Destilat Erlenmeyer

60 ml aquadest Corong pemisah

Kocok dan diamkan

Lapisan Lapisan
bawah atas

50 ml aquadest Corong pemisah


14 ml NaHCO3

Lapisan Lapisan
bawah atas

4 gr Kristal MgSO4 Corong pemisah

Kocok larutan

Saring dan timbang


Gambar 2 Diagram alir percobaan Amyl Asetat
15

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat-alat yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah:
a. Beker Gelas 150 ml
b. Corong pemisah
c. Erlenmeyer 100 ml
d. Gelas Ukur 100 ml
e. Hot Plate
f. Labu leher dua 500 ml
g. Lampu spritus
h. Pengaduk
i. Peralatan destilasi lengkap
j. Thermometer

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah:
a. Amyl alcohol
b. Aquadest
c. Asam cuka glacial
d. Asam sulfat pekat 96 - 98 %.
e. Es
f. Kristal Magnesiurn sulfat
g. Natrium bikarbonat (NaHC03)jenuh

3.3 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan ini adalah memasukkan 20 ml amyl alcohol, 16 ml
H2SO4, dan 60 ml asam cuka glasial ke dalam labu leher 2 berukuran 500 ml.
Mendestilasi pada suhu 135°-160° selama 3 jam. Menampung destilat di
Erlenmeyer. Menambahkan 60 ml aquadest. Mengocok larutan. Mendiamkan
larutan, Menyisakan bagian atas larutan. Menambahkan 50 ml aquadest dan 14
ml natrium bikarbonat ke dalam corong pemisah. Mengocok larutan.
Mendiamkan larutan. Menyisakan bagian atas larutan. Menambahkan 4 gr
Kristal magnesium sulfat ke dalam corong pemisah. Mengocok larutan.
Menyaring larutan. Menimbang dan menentukan massa.
16

3.4 Gambar Alat

Gambar 3. Alat Set Destilasi


Adapun gambar alat pada praktikum kali ini adalah :

1. Erlenmeyer 6. Pipa Elbow


2. Hot plate 7. Pipa T
3. Klem 8. Selang air keluar
4. Kondensor 9. Selang air masuk
5. Labu Leher 3 10. Statif
11. Termometer

Gambar 4. Dekanter
17

Keterangan :

1. Statif
2. Klem
3. Tutup
4. Keran

3.5 Variabel percobaan


Adapun variabel dalam percobaan kali ini yaitu variabel tetap,variabel
bebas,dan terikat. Variabel tetap dalam percobaan ini adalah volume Amil
alkohol, volume Asam cuka glasial, volume Natrium bikarbonat jenuh,
jumlah kristal Magnesium sulfat, dan volume aquadest. Variabel bebas yaitu
volume katalis yang ditambahkan. Variable terikat yaitu volume dan massa
amil asetat yang dihasilkan.
18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan reaksi pembentukan Amil Asetat menggunakan metode


destilasi. Amil Asetat dibentuk dengan mendestilasi Amil Alkohol dan Asam
Asetat. Metode destilasi bertujuan untuk memisahkan dua atau lebih senyawa
yang memiliki perbedaan titik didihnya untuk memperoleh senyawa murni. 20 ml
Amil Alkohol dan 60 ml cuka glacial ( asam asetat) dimasukan kedalam labu leher
tiga. Kemudian menambahkan 16 ml larutan H2SO4 . Larutan asam sulfat berperan
sebagai katalis. Penambahan asam sulfat sebagai katalis untuk mempercepat
kecepatan reaksi karena reaksi antara asam sulfat dengan air (proses esterifikasi
menghasilkan etil asetat dan air) adalah reaksi eksoterm yang kuat. Air yang
ditambahkan asam sulfat pekat akan mampu mendidih, sehingga suhu reaksinya
akan tinggi. Makin tinggi suhu reaksi, makin banyak molekul yang memiliki
tenaga lebih besar atau sama dengan tenaga aktivasi, hingga makin cepat
reaksinya. Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi
aktivasi yang lebih rendah sehingga nilai konstanta kecepatan reaksi (k) akan
semakin besar, sehingga kecepatan reaksinya juga semakin besar. Selain itu,
karena asam sulfat pekat mampu mengikat air (higroskopis), maka untuk reaksi
esterifikasi setimbang yang menghasilkan air, asam sulfat pekat dapat menggeser
arah reaksi ke kanan (ke arah produk), sehingga produk yang dihasilkan menjadi
lebih banyak.

Gambar 5. Proses Destilasi


19

Langkah selanjutnya yaitu melakukan destilasi selama 3 jam dengan suhu


135-160℃.Dilakukan destilasi pada suhu 135-160℃ karena reaktan dapat bereaksi
membentuk uap dan merupakan suhu optimum untuk katalis H2SO4 sehingga
dapat mempercepat laju reaksi pembentukan produk. Erlenmeyer tempat untuk
menampung hasil destilasi ditempatkan dalam gelas beker yang telah diisi dengan
es batu (ice bath). Hal ini berfungsi untuk mencegah agar hasil destilasi tidak
menguap kembali ke dalam pipa kondensor.

Gambar 6. Erlenmeyer penampung hasil destilasi

Kemudian menampung hasil destilasi kedalam Erlenmeyer lalu memasukkan


kedalam corong pemisah (dekanter). Metode dekantasi bertujuan untuk
memisahkan produk dari hasil samping. Dekantasi adalah suatu cara pemisahan
antara larutan dan padatan yang paling sederhana yaitu dengan menuangkan
cairan perahan-lahan sehingga endapan tertinggal dibagian dasar dekanter.
Dekantasi merupakan proses pemisahan senyawa berdasarkan massa jenis. Setelah
itu menambahkan 60 ml aquadest, dikocok dan didiamkan sampai terbentuk dua
lapisan. Lapisan bawah dikeluarkan sedangkan lapisan atas dibiarkan tetap dalam
dekanter. Lapisan atas merupakan lapisan ester. Kemudian melakukan dekantasi
kedua dengan menambahkan 50 ml aquadest dan 14 ml natrium bikarbonat. Lalu
dilakukan pengocokan kembali hingga terbentuk 2 lapisan. Saat penambahan
natrium bikarbonat terjadi fenomena dimana terbentuk gas CO2 yang ditandai
dengan timbulnya buih-buih putih pada permukaan larutan dan terasa ada tekanan
saat melakukan pengocokan. Adapun reaksinya sebagai berikut :
9 C7H14O2 + 57 NaHCO3 6 CO2 + 19 Na3C6H5O7 + 44 H2O
20

Penambahan natrium bikarbonat berfungsi untuk menghilangkan kadar asam yang


masih tertinggal dalam produk hasil esterifikasi tersebut. selanjutnya yaitu
mengeluarkan lapisan bawah dan membiarkan lapisan atas tetap didalam dekanter.

Gambar 7. Proses Pemisahan dengan Dekantor

Langkah berikutnya yakni melakukan dekantasi ketiga dengan menambahkan 4


gram Kristal Magnesium Sulfat. Penambahan Magnesium Sulfat berfungsi untuk
mengikat air agar tidak bereaksi dengan lapisan ester. Kemudian mengocok dan
menyaring menggunakan kertas saring. Terakhir yaitu mengukur volume amil
asetat yang didapat dan menimbang massanya. Data volume dan massa amil asetat
diperlukan untuk menghitung densitas (massa jenis) amil asetat yang didapat.
Untuk mengukur volume produk menggunakan piknometer agar nilai volume
lebih akurat.

Pada suhu 129° C dengan waktu 30-40menit terdapat jumlah tetesan


sebanyak 362 tetesan, dikarenakan titik didih larutan amyl asetat yaitu 148°C,
sehingga pada suhu 129° C sudah terdapat tetesan dikarenakan didalam larutan
tersebut sudah ditambahkan katalis H2SO4 sebanyak 16ml sehingga mempercepat
reaksi, apabila ditambahkan katalis berlebih maka akan menghambat reaksi atau
menjadi inhibitor sehingga lebih lama terjadinya tetesan.

Melalui percobaan didapat volume produk sebesar 10 ml dan massa


produk sebesar 8,24 gram. Dari data tersebut didapat densitas amil asetat sebesar
0,824 gr/mol. Hasil percobaan ini berbeda dengan densitas secara teori.
Berdasarkan teori, densitas kelarutan sebesar 0,879 gr/mol. Terlihat densitas
secara teori lebih besar dibandingkan dengan densitas menurut percobaan.
21

Didapatkan pula persen kesalahan sebesar 0,059%. Hal ini diakibatkan oleh
kurang sterilnya alat-alat praktikum yang digunakan, sehingga menyisakan bahan-
bahan lain yang mengganggu keakuratan data.

Gambar 8. Produk Amil Asetat


Pada Percobaan ini diperoleh data konversi. Untuk %konversi asam asetat didapat
sebesar 93% dan %konversi amil alcohol sebesar 66%. Data koversi berapa
jumlah bahan yang bereaksi membentuk produk. Produk yang diperoleh berwarna
bening. Aroma produk yang seharusnya beraroma pisang namun beraroma nangka
disebabkan karena reaktan tidak bereaksi secara sempurna.
22

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan reaksi pembentukan amil
asetat adalah sebagai berikut :
a. Dari hasil percobaan didapat densitas amil asetat sebesar 0,824 gr/ml.
b. Berdasarkan teori, densitas kelarutan sebesar 0,879 gr/mol. Perbedaan
densitas amil asetat menurut teori dengan percobaan diakibatkan oleh
kurang sterilnya alat-alat praktikum yang digunakan, sehingga
menyisakan bahan-bahan lain yang mengganggu keakuratan data.
c. Nilai %konversi asam asetat didapat sebesar 93% dan %konversi amil
alcohol sebesar 66%.
d. Katalis dapat bekerja secara efektif hanya pada suhu dan kadar
tertentu.

5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
a. Jumlah volume larutan yang dibutuhkan harus akurat
b. Periksa kondisi alat sebelum melakukan percobaan
c. Teliti dalam melakukan percobaan agar data hasil percobaan akurat

Anda mungkin juga menyukai