Anda di halaman 1dari 25

LAPPORAN PENDAHULUAN

KANKER PAYUDARA
A. Definisi
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini
menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan itu tidak dibuang atau
terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian
tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak
ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang
ditulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Ardiansyah, 2012).
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-
sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas.
Kanker payudara adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal
yang cenderung menginvansi jaringan disekitarnya dan menyebar
ketempat-tempat jauh (Corwin. 2009).
B. Etiologi
Penyebab spesifik kanker payudara belum diketahui secara pasti. Namun
beberapa factor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian
kanker payudara, yaitu (Muttaqin. 2014):
1. Riwayat pribadi kanker payudara beresiko mengalami kanker
payudara sebelahnya.
2. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker
payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja
membuat adanya perubahan struktur genetic (DNA) pada sel tubuh
yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
3. Masa reproduksi yang relative panjang
a. Menarche (menstruasi) pada usia muda sebelum usia 12 tahun..
b. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun).
c. Wanita yang belum mempunyai anak, lebih lama terpapar dengan
hormone esterogen relative lebih lama dibandingkan wanita yang
sudah punya anak.
4. Kehamilan dan menyusui.
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
5. Riwayat tumor payudara.
Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masalah pubertas dan
sebelum usia 30 tahun.
6. Kontrasepsi oral.
7. Wanita gemuk (obesitas)
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun
pula.
8. Preparat hormone estrogen.
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
9. Factor genetic.
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2-3 x lebih besar
pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker
payudara.
10. Tidak pernah melahirkan anak.
11. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran
memiliki risiko tinggi menderita kanker payudara.
12. Stres hebat dan alkohol.
C. Anatomi Fisiologi Mammae
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus
laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan.
Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi
ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan
ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormone.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh ekstrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium
dan juga hormone hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus.
Perubahan kedua ialah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.
Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada
beberapa hari sebelumnya menstruasi berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palapasi, tidak mungkin
dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mammogram tidak berguna
karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya
berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada
kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormone
prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh
sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus
keputing susu (Muttaqin. 2014).
D. Tanda dan gejala
1. Terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, dari
mulai ukuran kecil kemudian menjadi besar dan teraba seperti melekat
pada kulit, biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
2. Keluar cairan abnormal dari puting susu, berupa nanah, darah, cairan
encer padahal ibu tidak sedang hamil.
3. Ada perlengketan dan lekukan pada kulit.
4. Perubahan warna atau tekstur kulit pada payudara.
5. Payudara tampak kemerahan dan kulit disekitar puting susu bersisik.
6. Terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama.
7. Rasa tidak enak dan tegang.
8. Retraksi putting.
9. Pembengkakan local.
10. Konsistensi payudara yang keras dan padat.
11. Benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker
diluar payudara.
12. Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam,
tarikan dan refraksi pada areola mammae.
13. Edema dengan peant d’orange (keriput seperti kulit jeruk).
14. Pengelupasan papilla mammae
15. Ditemukan lessi pada
pemeriksaan
mammografi.
16. Pada stadium lanjut,
bisa timbul nyeri
tulang, penurunan berat
badan, pembengkakan
lengan atau ulserasi
kulit (Kowalak 2014).
E. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi (Kowalak
2014):
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik
sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa
berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari.
tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang
disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor
untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen).
Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita
karena kanker. Penyebab pasti belum diketahui, namun ada beberapa
teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada
mammae, yaitu:
a. Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone
estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium
mempengaruhi factor pertumbuhan sel mammae. Dimana salah
satu fungsi estrogen adalah merangasang pertumbuhan sel
mammae.
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat
ovariumnya pada usia muda lebih jarang ditemukan menderita
karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa
hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker mammae pada
manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata
disertai peninmgkatan resiko Kanker mammae dan resiko kanker
mammae lebih tinggi pada wanita yang melahirkan anak pertama
pada usia lebih dari 30 tahun.
b. Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu
menyebabkan adanya massa abnormal pada sel yang sedang
mengalami proliferasi.
c. Genetik
1) Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi
karena adanya “linkage genetic” autosomal dominan.
2) Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi
kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk
terjadinya transformasi malignan.
3) mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada
klien dengan riwayat keluarga kanker mammae dan
ovarium serta mutasi gen supresor tumor p 53.
d. Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan
produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya
proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas
antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan
timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering
pada system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan
perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi
karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7
tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa
yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang
mengenai jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan
menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf.
Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada
kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui
saluran limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan
sampai di kelenjer limfe menyebabkan terjadinya pembesaran
kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan
edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange). Penyebaran
yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya
metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama
tulang tengkorak, vertebredan panggul). Pada tahap terminal
lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif lemak
tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang
sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini
dinyatakan sebagai kakeksi kanker.
F. Pentahapan dan Stadium
Pentahapan mencangkup mengklasifikasikan kanker payudara
berdasarkan pada keluasan penyakit. Pentahapan segala bentuk kanker
sangat penting karena hal ini dapat membantu tim perawatan kesehatan
merekomendasikan pengobatan terbaik yang ada, memberikan prognosis,
dan beberapa pemeriksaan darah dan prosedur diagnostik dilakukan dalam
petahapan penyakit. Pemeriksaaan dan prosedur ini mencankup rontgen
dada, pemindaian tulang, dan fungsi hepar, pentahapan klinik yang paling
banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM
yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang terkena, dan
bukti adanya metastasis yang jauh (Brunner & Suddarth 2016).
Tumor primer (T) :
1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan.
2. T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor.
4. T1 :Tumor:
a. T1a : Tumor < 0,5.
b. T1b :Tumor 0,5 – 1 cm.
c. T1c :Tumor 1 – 2 cm.
5. T2 :Tumor 2 – 5 cm.
6. T3 : Tumor diatas 5 cm.
7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke
dinding thorax atau kulit :
a. T4a : Melekat pada dinding dada.
b. T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange.
c. T4c : T4a dan T4b.
d. T4d : Mastitis karsinomatosis.
Nodus limfe regional (N) :
1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan.
2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila.
3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak
melekat.
4. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu
sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
5. N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral.
Metastas jauh (M) :
1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan.
2. M0 : Tidak ada metastase jauh.
3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula.
Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:
1. Stadium I Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada
payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.
2. Stadium IIa Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang
berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh.
3. Stadium IIb Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang
berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh.
4. Stadium IIIa Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) tanpa penyebaran jauh.
5. Stadium IIIb Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke
supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula
atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke
kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis
sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum
menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi
tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
6. Stadium IIIc Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis
kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna
dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral.
7. Stadium IV Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang,
paru-paru, liver atau tulang rusuk.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium meliputi morfologi sel darah, LED, Test fal
marker (CEA) dalam serum/plasma, pemeriksaan sitologis.
2. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal
dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
3. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit
dengan kista.
4. CT Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carcinoma
payudara pada organ lain.
5. Sistologi biopsy aspirasi jarum halus.
6. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan
sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sedimental dan
sentriifugasi darah (Wijaya, dkk, 2013).
H. Penatalaksanaan
Pembedahan
1. Mastektomi parsial (eksisi tumor local dan penyinaran).
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental
(pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara,
semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi seluruh payudara, semua atau
sebagian jaringan aksial.
a. Mastektomi radikal, yaitu seluruh payudara, otot pektoralis mayor
dan minor dibawahnya, seluruh isi aksial.
b. Mastektomi radikal yang diperluas, yaitu sama seperti mastektomi
radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
c. Non Pembedahan.
4. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi
pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe
aksila.
Penyinaran radiasi biasa dilakukan setelah insisi massa tumor untuk
mengurangi kecenderungan kekambuhan dan menyingkirkan kanker
residual. Radiasi penyinaran eksternal dengan foton yang diberi
melalui akselarasi limer, di beri setiap hari selama > 45 minggu dari
seluruh ragio payudara pasca radiasi.
Efek samping bersifat sementara yaitu reaksi kulit sekitar 2 minggu
setelah pengobatan komplikasi radiasi mencakup pneumonitis, fraktur
iga dan fibrosis payudara yang jarang terjadi.
5. Kemotrapi
Adjuvan sistemik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang
lanjut. Kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang
berkembangbiak dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya
dan obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja
hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk
menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
Preparat yang sering digunakan dalam kombinasi adalah : cytoxan ©,
methorexate (m), fluorouracil (F) dan adrilamycin (A) kombinasi yang
biasa digunakan adalah cmf atau CAF. Pemberian kombinasi
kemoterapi didasarkan pada usia, status fisik, penyakit, dan akut
tidaknya dalam percobaan klinik.
Efek samping: Mual, muntah, perubahan rasa kecap, alopesra,
mukosis, demotitis, keletihan, peningkatan BB, depresi sumsum
tubuh.
6. Terapi hormone dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen,
antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
7. Keputusan pemberian terapi hormonal didasarkan pada indeks
reseptor astrogen. Progesterone dari pemeriksaan uji jaringan tumor
diambil saat biopsy.
Preparat yang digunakan :
a. Temoxifen
Indikasi : pasca menopause dengan reseptor estrogen dan nodus
aksilaris +.
Efek samping : mual, muntah, rasa panas, refeni cairan, dan
depresi.
b. Diethyustriibestrol
Menghambat pelepasan FSH dan IH untuk menurunkan ekstrogen
dan ikatan ekstrogen.
Efek samping : peningkatan BB, fetasi cairan, mual.
c. Mengestrol untuk menurunkan reseptor ekstrogen.
Efek samping : peningkatan BB, peningkatan nafsu makan.
d. Auksimesteron (halotestin) yang menekan ekstrogen dengan
menekan IH dan FSH.
Efek samping : veriksasi (peningkatan pertumbuhan bulu wajah,
suara lebih dalam).
e. Amihognitotimid (cytodren) yang mengubah androgen menjadi
astrogen.
Efek samping : ruam, frasitus (Kowalak 2014).
I. Rencana keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu
proses keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan
tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data
subjektif dan objektif yang dilakukan dengan wawancara dan
pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang
kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang
membutuhkan perencanaan untuk mengatasi masalah yang timbul dan
muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran
secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan
perawat merencanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan
mudah.
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima
tahap kegiatan yang meliputi (Ardiansyah, 2012):
a. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa,
agama, status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan
penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya seperti penyakit payudara jinak
,hyperplasia tipikal.
b) Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai
perubahan epitel proliferative mempunyai resiko dua
kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita
dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat
kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
c) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi
penggantian hormon dalam waktu yang lama (lebih dari
10-15 tahun)seperti estrogen suplemen.
d) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian
kontrasepsi oral.
e) Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak,
dan makanan yang memakai penyedap dan pengawet.
f) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau
menstruasi pertama pada usia yang relative mudah dan
menopause pada usia yang relative lebih tua.
g) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum
pernah melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak
pertama pada usia yang relative lebih tua(lebih dari 35
tahun), serta tidak menyusui.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada
payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin
lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya
tidak beraturan.
b) Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat
benjolan mulai membesar.
c) Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer
dari puting susu pada wanita yang tidak hamil.
d) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga
terjadi edema dan piting kulit.
e) Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak
nafsu makan , mual, muntah, ansietas.
f) Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan
kulit, ruam kulit, dan ulserasi.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker
terutama ibu, anak perempuan serta saudara
perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya
terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko
meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara
langsung.
b) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama
terkena kanker payudara atau ovarium.
c) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena
kanker payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.
d) Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena
kanker payudara atau ovarium.
e) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada
keluarga.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat
kesadaran klien, BB,Tinggi badan, tekanan darah,
suhu, RR, Nadi.
b) Kepala
c) Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok
atau alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala
tidak tampak bersih.
d) Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
e) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva
anemis disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat
Sklera tidak ikterik,palpebra tidak edema.
f) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya
pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien
sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya
sudah bermetastase ke paru-paru.
g) Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
h) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat
rapuhnya pembuluh darah dan caries positif.
i) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang
bersih.
j) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
k) Dada atau Thorak
Inspeksi
 Pada stadium 1
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan
kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada
payudara,dengan ukuran 1-2 cm.
 Pada stadium 2
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan
kanan yang juga disebabkan payudara dengan
ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
 Pada stadium 3A
biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan
kanan yang disebabkan oleh pembengkakan
tumor yang sudah meluas dalam payudara besar
tumor 5-10 cm.
 Pada stadium 3B
bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan
yang disebabkan oleh pembengkakan dan kanker
sudah melebar ke seluruh bagian
payudara,bahkan mencapai kulit, dinding
dada,tulang rusuk,dan otot dada.
 Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase
jauh keorgan lain seperti paru-paru.
Palpasi
 Pada stadium 1
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan
kanan karena kanker belum bermetastase keorgan
lain.
 Pada stadium 2
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan
kanan karena kanker belum bermetastase keorgan
lain.
 Pada stadium 3A
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan
kanan karena kanker belum bermetastase keorgan
lain.
 Pada stadium 3B
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan
kanan karena kanker belum bermetastase keorgan
lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot
dada .
 Pada stadium 4
biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga
disebabkan oleh karena kanker sudah metastase
ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru
sehingga mengakibatkan paru –paru mengalami
kerusakan dan tidak mampu melakukan
fungsinya.
Perkusi
 Pada stadium 1
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan
paru-paru klien.
 Pada stadium 2
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan
paru-paru klien karena kanker belum mengalami
metastase.
 Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru
karena kanker belum metastase.
 Pada stadium 3B
biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di
temukan pada infiltrate paru dimana parenkim
paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan
bunyi pekak pada paru-paru paien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan
berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika
kanker telah bermetastase pada organ paru.
 Pada stadium 4
biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru
pasien yang disebabkan pada paru-paru pasien
didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi
pleura akibat metastase dari kanker mammae
yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
Auskultasi
 Pada stadium 1
biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir
terdengar seluruh lapangan pare dan inspirasi
lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi
dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada,
seprti ronchi (-) dan wheezing (-).
 Pada stadium 2
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi
hampir seluruh lapangan paru clan inspirasi lebih
panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari
ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat
terdengar bronkovesikuler dengan bronchial.
Suara nafas tambahan tidak ada, seperti ronchi (-)
dan wheezing (-).
 Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi
hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi yang
lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi
dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada
daerah suprasternal, interscapula: campuran
antara element vaskuler dengan bronchial. Suara
nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+)
dan wheezing (-).
 Pada stadium 3 B
biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial
yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras nadanya
lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan
terdapat suara nafas tambahan seperti: Ronchi
dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah
menyebar ke seluruh bagian payudara, dan
mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot
dada sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan ekspansi paru dan compressive
atelektasis.
 Pada stadium 4
biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar
bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih
keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi
dan terdengar. Dan terdapat suara tambahan
seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan
oleh kanker metastase ke bagian tubuh lainnya
seperti parupare sehingga mengakibatkan terj
adnnya penurunan ekspansi.
l) paru dan compressive atelektasis sehingga terjadi
penumpukan secret pada daerah lobus paru.
m) Jantung (Kardiovaskuler)
 Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat.
 Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V.
 Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC
II, linea staralis dektra, batas jantung kiri RIC V,1
jari media linea clavukularis sinistra).
 Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-).
n) Mammae (payudara)
 Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan
payudara.adanya ulkus dan berwarna merah dan
payudara mengerut seperti kulit jeruk.
 Palpasi
Teraba benjolan payudara yang mengeras dan
teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak atau timbul
benjolan kecil di bawah ketiak.
o) Perut
 Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran.
 Palpasi
Biasanya bising usus (-).
 Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba.
 Auskultasi
Tympani.
p) Genitourinaria
Biasanya genetalia bersih.
q) Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi.
r) Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit
klien dan turgor kulit klien tidak elastic.
s) Pola Kebiasaan Sehari-hari
 Nutrisi
Makan
 Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan
habis satu porsi.
 Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya
menghabiskan setengah porsi.
Minum
 Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari.
 Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan
minum 3-5 gelas sehari.
Eliminasi
Miksi
 Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari
1500 cc.
 Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari
800 cc,karateristiknya warna
kekunangan,pekat dan bau khas.
Defekasi
 Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali
sehari.
 Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari
karateristik warna kehitaman atau
kemerahan, konsistensi padat dan bau
khas.
Istirahat dan Tidur
 Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan
malam 9 jam sehari.
 Sakit : biasanya saat sakit susah tidur
karena rasa nyeri yang dirasakan di bagian
payudara.
Kebersihan Diri
 Sehat : biasanya klien mandi 2 kali
sehari,menggosok gigi 2 kali sehari,cuci
rambut 1 kali dalam 2 hari,pakain di ganti
sesudah mandi.
 Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali
sehari,menggosok gigi 1 kali sehari,cuci
rambut 2 kali seminggu,pakain di ganti 1
kali sehari.
Data sosial ekonomi
 Biasanya di tanyakan pada klien tentang
pekerjaan, sumber penghasilan dalam
keluarga dan perubahan yang dialami
sejak klien sakit, penangguang jawab
biaya perawatan klien selama sakit dan
masalah keuangan yang dialami saat ini.
Data psikologi
 Biasanya keadaan psikologi saat sakit
lemas dan takut di rawat di rumah sakit,
harapan klien terhadap penyakitnya dapat
segera sembuh setelah diobati,dukungan
dari keluarga baik dalam perubahan
terhadap konsep diri tidak seperti
biasanya.
Data spiritual
 Biasanya pelaksaanaan ibadah klien
selama sakit tertinggal dan agak
terganggu di bandingkan dengan sehat
rutin dan rajin beribadah, pandangan klien
terhadap penyakit tetap optimis selama
segala penyakit ada obatnya.
t) Pemeriksaan laboratorium/penunjang
 Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya
menurun, leukosit meningkat, trombosit
meningkat.
 Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan
kreatini meningkat.
 Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada
penderita karsinoma mammae adalah sinar X,
sinar X ini di perlukan selain untuk screening
pra-operasi,juga untuk melihat apakah ada
penyebaran kanker ke paru-paru, ultrasonografi.
 Respon Hormone
Diperlukan untuk mengetahui adanya
peningkatan hormone estrogen dan
progesterone.
 Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang
secara klinis dan radiologi di curigai ganas.
Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk
tumor dengan jarum halus dan di sedot dengan
spuit 10 cc sampai jaringan tumor diperiksa di
laboratorium oleh ahli patologi anatomi untuk
mengetahui apakah jaringan tersebut ganas
(maligna) atau jinak (benigna).
 Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di
sekresi oleh sel tumor dan di temukan dalam
serum missal CEA, antigen spesifik frosfat,
alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat
membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi
lebih bermanfaat sebagai prognostic.
 Tes kimia skrining
 Elektrolit(natrium,kalium,kalsium).
 Tes ginjal (BUN).
 Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium).
 Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastasis.
Selain pemiriksaan diagnostik dan pentalaksanaan medis hal yang
paling penting yang dibutuhkan bagi penderita kanker payudara adalah
dukungan keluarga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Husni, dkk pada tahun 2012. Dengan hasil Hasil penelitian
didapatkan 75% responden yang memiliki dukungan keluarga kurang baik.
Hasil dari uji Chi Square, didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker payudara
dengan (p = 0,013).
2. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan
pengembangan daya fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama
dengan masalah yang di dapat pada pasien (Brunner & Suddarth
2016).
3. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut.
b. Defisit pengatahuan.
c. Kerusakan integritas jaringan.
d. ansietas.
e. Intoleransi aktivitas (Nanda international. 2015-2017).
Daftar pustaka

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogjakarta:


DIVA Press
Brunner & Suddarth 2016 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Elizabeth, J, Corwin. 2009. Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta
Kowalak 2014. Buku Ajar Patofisiologi. EGC. Jakarta
Muhammad Husni, dkk, 2012. Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas
hidup pasien kanker payudara di instalasi rawat inap bedah rsup dr.
Mohammad hoesin palembang tahun 201.
Muttaqin. 2014. Pengkajian Keperawatan Aplikasi dan Praktik Klinik. Salemba
Medika : Jakarta
Nanda international. 2015-2017. Diagnosa keperawatan, Nic, Noc dalam
berbagai kasus. Jakarta : EGC
Wijaya, Andre & Yessie Putri. 2013. Buku KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogjakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai