Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DAN MAHLUK SOSIAL


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)
Dosen Pengampu : Achmad Dayari S.Pd.M.Sn

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Eva Arnaz (16175063) Sistem Informasi 4
Dery Ahmad Kamalino (16175118) Sistem Informasi 4
Yogi Akbar (17183040) Teknik Mesin 2

UNIVERSITAS NUSA PUTRA


JL.Raya Cibolang Kaler, No 21 Cisaat Sukabumi Telepon (0266)210594
Website : http://www.nusaputra.ac.id
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara
yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya
masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu mengembangkan potensi-
potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa setiap individu akan
berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin
menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.
Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam
mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya,
tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya,
tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan
bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu
dengan lainnya.
Dari kedua hal diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki
fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai makhluk
individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat
dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat,
manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya
masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu harus
mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untuk itu, perlu kiranya penulis
menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menginspirasi pembaca.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial?
2. Bagaimana interaksi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial ?
3. Bagaimana perbedaan antara masyarakat dan komunitas?
4. Bagaimana dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial?

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
2. Interkasi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial.
3. Masyarakat dan komunitas.
4. Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial.
1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak
dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan
peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium
kehidupan sosial.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia
tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab
dan kewajibannya di dalam kebersamaan

a. Manusia Sebagai Makhluk Individu

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik
dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala
unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi
maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
sama persis. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor
genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan,
dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat
yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya.
Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi
sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan
kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap
orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan
genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.

2
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku
individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari
lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.

b.Manusia sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan
makhluk sosial. Adapun yang dimaksud dengan Istilah sosial adalah ”Sosial” berasal dari
akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti
umum yaitu kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau
masyarakat. Adapun dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah
makhluk yang hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat
lepas dari manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial,
manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.Seperti kita ketahui
bahwa sejak bayi lahir sampa iusia tertentu manusia adalah mahkluk yang tidak berdaya,
tanpa bantuan orang orang disekitar iatidak dapat berbuat apa-apa dan untuk segala
kebutuhan hidup bayi sangat tergantung pada luar dirinya sepert iorang tuanya khususnya
ibunya. Bagisi bayi keluarga merupakan segitiga abadi yang menjadi kelompok sosial
pertama dikenalnya. Pada perjalanan hidup yang selanjutnya keluarga akan tetap menjadi
kelompok pertama tempat meletakan dasakepribadian dan proses pendewasaan yang
didalamnya selalu terjadi “sosialisi” untuk menjadi manusia yang mengetahui pengetahuan
dasar, nilai-nilai, normasosial dan etika-etika pergaulan.
Manusia dapat di katakan makluk sosial karena pada dirinya terdapat dorongan untuk
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan untuk mencari
berteman dengan orang lain yang sering di dasari atas kesamaan ciri atau kepentingan
masing-masing. Manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di
tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa
berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat dalam beragam aktivitas dan lingkungan sosial.

2. Interaksi Sosial dan Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk individu
dan Makhluk Sosial
Manusia sebagai mahkluk sosial dalam kehidupan sehari-harinya pasti
membutuhkan orang lain. Proses interaksi dan sosialisasi selalu terjadi kapan dan dimanapun
manusia itu berada. Dalam hal ini bentuk interaksi sosial sangat bermacam-macam.Pola
sosialisasi pun ada bermacam-macam.Untuk lebih jelasnya uraian mengenai interaksi sosial
dan sosialisasi adalah sebagai berik
3
a. Interaksi Sosial

Manusia dikenal sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Dikatakan makhluk


sosial karena manusia sebagai individu saling membutuhkan dan saling berinteraksi dengan
manusia atau individu lainnya. Oleh sebab itu manusia sebagai makhluk sosial sangat
membutuhkan orang lain pada hidupnya untuk saling memberi, menolong, dan melengkapi
satu sama lain.
Adapun pengertian interaksi sosial menurut Effendi (2010:46) adalah kata interaksi
berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling
mempengaruhi antar individu, kelompok social, dan masyarakat. Dalam hal ini berarti bahwa
manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari hubungan dengan manusia
lainnya.Interaksi juga berarti bahwa setiap manusia saling berkomunikasi dan mempengaruhi
bisa dalam pikiran maupun tindakan.
Menurut Gillin dan Gillin (Effendi, 2010:46) menyatakan bahwa interaksi sosia adalah
hubungan-hubungan antara orang-orang secara individu, antar kelompok, orang, dan orang
perorangan dengan kelompok.Dalam hal ini interaksisosial bisa dilakukan oleh orang
perorangan, bisa oleh kelompok, juga bisa perorangan dengan kelompok.
Interaksi sosial dimulai dari hal yang terkecil yaitu saling menegur, menyapa, berjabat
tangan, saling berbicara dan lain-lain. Bahkan dalam pertengkaran atau perkelahianpun
termasuk interaksi sosial.
Faktor yang pertama adalah imitasi, imitasi merupakan proses peniruan. Kita sebagai
makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain termasuk dalam hal meniru perilaku orang
lain yang positif bagi kita. Peniruan sudah dilakukan pada rentan anak usia dini. Anak usia
dini merupakan peniru yang ulung, maka dari itu sikap dan perilaku setiap orang dewasa
perlu dijaga dan diperhatikan agar peniruan yang dilakukan anak usia dini bersifat positif.
Pada proses peniruan ini mudah berubah-ubah karena perkembangan teknologi didunia ini
berlangsung secara global dan sangat cepat.
Yang kedua yaitu Sugesti, sugesti adalah suatu proses dimana seorang individu
menerima pendapat atau pandangan dari orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu.
Sugesti merupakan pengaruh psikis yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain.
Orang akan mudah menerima sugesti dari orang lain ketika seseorang sedang ada pada
kondisi yang dilematis. Dalam hubungan interaksi sosial, arti Imitasi dan sugesti hampir sama
perbedaannya adalah dalm imitasi seseorang mengikuti atau meniru orang lain, sedangkan
pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau pendapat menurut dirinya dan diterima
oleh orang lain.
Yang ketiga yaitu Identifikasi, dalam psikologis identifikasi berarti dorongan untuk
menjadi identik atau dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahir
maupun batin.
Faktor yang keempat yaitu simpati, simpati yaitu perasaaan yang timbul pada orang lain
atas dasar penilaian menurut perasaan didalam dirinya.

4
b. Bentuk Interaksi Sosial

Ada beberapa bentuk interaksi sosial yaitu:


 Kerjasama (cooperation),
 Persaingan (competition), dan
 Pertentangan (conflict).
Menurut Gillin dan Gillin bentuk kerjasama dibagi dalam dua proses yang didalamnya
terdapat bentuk bentuk khusus. Yang pertama yaitu proses Asosiatif terdiri dari 2 bentuk
khusus yaitu akomodasi dan asimilasi. Yang kedua yaitu proses Disosiatif, disosiatif terdiri
dari tiga bentuk khusus yaitu Persaingan (competition), Kontravnersi (contravention), dan
Pertentangan (conflict).

1. Bentuk Interaksi Asosiatif

a. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang sering terjadi
dimasyarakat pada umumnya. Kerjasama menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi
sosial. Dan setiap bentuk interaksi sosial dapat ditemukan pada setiap kelompok manusia.
Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya atau kelompok
yang lainnya.
Ada tiga bentuk kerjasama yang biasa dilaksanakan yaitu:
 Bargaining, yaitu pelaksanaan kerjasama atau perjanjian antara dua organisasi atau lebih
mengenai pertukaran barang dan jasa.
 Cooperation, yaitu penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau dalam pelaksanaan
politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari kegoncangan
dalam stabilitas organisasi tersebut.
 Coalition, yaitu kombinasi antar dua organisasi atau lebih yang mempunyai pandangan dan
tujuan yang sama.

b. Akomodasi (accomodation)
Dalam interaksi sosial, istilah akomodasi berarti suatu kenyataan adanya
keseimbangan dalam interaksi orang perorangan dan kelompok manusia sehubungan dengan
nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Ada beberapa bentuk akomodasi, diantaranya:
 Coertion adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya suatu
paksaan.
 Compromise adalah salah satu bentukakomodasi dimana pihak yang terlibat perselisihan
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan tersebut.
 Arbitration adalah suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berselisih
tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.
 Mediation cara untuk mencapai penyelesaina dalam perselisihan dengan cara menghadirkan
orang ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada.

5
 Concilitation adalah usaha untuk mengabulkan atau mempertemukan keinginan pihak yang
berselisih agar tercapainya suatu persetujuan bersama.
 Tolerantion adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal. Contohnya toleransi
dalam beribadah.
 Stelemate adalah suatu akomodasi dimana pihak pihak yang berkepentingan mempunyai
yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
 Adjudication adalah perselisihan perkara atau sengketa dipengadilan.

2. Bentuk Interaksi Disosiatif

1. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk memperoleh keuntungan tertentu baik bagi dirinya maupun kelompoknya
dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
menggunakan kekersan.
3. Kontravensi (contravention)
Kontraversi adalah rperasaaan yang menggejolak yang ada pada diri seseorang yag
ditandai oleh adanya ketidakpastian dalam diri seseorang, perasaan tidak suka yang
disembunyikan dan kebencian terhadap orang lain. Tapi gejala-gejala tersebut tidak sampai
menimbulkan pertentangan atau pertikaian.
4. Pertentangan (conflict)
Pertentangan merupakan suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang
berusaha utuk mencapai tujuannya dengan cara menentang pihak yang lain atau pihak yang
menghalangi dengan ancaman atau tindak kekerasan.

c. Sosialisasi
Sosialisasi sangat erat kaitannya terhadap manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial kita harus senantiasa hidup bersosial dengan orang lain agar dapat saling
membantu, melengkapi, dan mencapai tujuan hidup kita. Menurut Berger (Effendi, 2010:49)
mendefinisika sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant
member of society” yaitu suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota
yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal ini jelas dikatakan bahwa proses sosialisasi
dimulai dari sejak anak usia dini hingga usia seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus
dilakukan selama kita masih hidup dan masih membutuhkan orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana seseorang dapat
berinteraksi dan berpartisipasi dengan masyarakat yang ada disekitarnya.

6
Setiap makhluk hidup pasti sangat membutuhkan proses sosialisasi, baik itu dimulai
dari anak usia dini sampai dewasa bahkan sosialisasi berjalan seumur hidup.apa yang terjadi
jika sejak usia dini anak tidak mengalami sosialisasi ? pasti anak tidak akan menjadi manusia
seutuhnya, karenan kemampuan seseorang untuk berperan sebagai anggota masyarakat sangat
tergantung pada proses sosialisasi. Ketika seseorang tidak mengalami sosialisasi maka yang
terjadi adalah orang itu tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. Contohnya banyak
ditemuakan anak anak yang terlantar dihutan dan dibesarkan oleh hewan atau yang disekap
oleh orang tuanya sejak kecil. Mereka tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Mereka
cenderung bagaimana berprilaku seperti hewan, mereka tidak dapat berbicara, tidak dapat
berpakaian bahkan tidak dapat tertawa atau menangis. Ketika anak-anak itu diselamatkan dan
diberi terapi seperti manusia umumnya, mereka mungkin bisa menerima sedikit demi sedikit
perubahan pada diri mereka untuk menjadi manusia seutuhnya namun kemampuan mereka
tidak akan mampu menyamai kemampuan anak lain yang sebaya dengannya, karena
kemampuan kemampuan tertentu hanya dapat diajarkan pada periode tertentu dikehidupan
anak. Bila proses sosialisasinya terlambat, maka proses tersebut tidak akan berhasil atau
hanya berhasil untuk sebagian kecil saja. Mereka juga tidak akan menjadi manusia seutuhnya
karena mereka tidak pernah tersosialisasi secara wajar dan mereka cenderung meninggal
dengan usia muda.
Sosialisasi dilakukan oleh semua individu yang bersosial. Ada beberapa pihak yang
membantu melaksanakan sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain media massa dan
sistem pendidikan. Peran agen utama yaitu orangtua merupakan peran penting bagi anak
untuk bersosialisasi. Orang tua merupaka awal dimana kita melakukan interaksi dengan dunia
pertama kita. Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan yang paling utama dalam hal
pertumbuhan dan perkembangan anak begitupun dengan perkembangan sosialisasi mereka.
Maka orang tua hendaknya mengoptimalkan proses sosialisasi pertama untuk anak.
Kelompok bermain juga tidak kalah pentingnya dengan orang tua. Melalui kelompok bermain
anak mulai bisa belajar bersosialisasi secara umum. Bagaimana ia berinteraksi dengan teman
sebayanya, bagaimana ia menyelesaikan suatu permasalahan dalam berinteraksi dengan
temannya dan juga bagaimana ia bisa memilih teman yang sejalan dengannya. Agen yang
ketiga yaitu media massa. Media masa sangat erat kaitannya dengan teknologi yang makin
maju dan berkembang. Media masa pun sangat penting untuk sosialisasi dengan hal-hal yang
terjadi disekitar kita.

d. Bentuk dan Pola Sosialisasi


 Bentuk-bentuk sosialisasi
sosialisasi merupakan salah satu bentuk manusia dalam mempertahankan interaksi
dengan lingkungannya. Proses ini berlangsung sepanjang hidup manusia.
Bentuk sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu sosialisasi primer dan sekunder.
Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dilakukan oleh seluruh individu sejak ia
kecil. Sosialisasi primer tidak ada proses identifikasi dan pada masa inilah dumia pertama
anak terbentuk. Sosialisasi primer berakhir ketika konsep tentang orang lain pada umumnya
telah terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Pada titik ini ia merupakan anggaota
efektif masyarakat.
7
 Pola sosialisasi
Pada dasarnya ada dua pola sosialisasi, yaitu pola represi (kekerasan/hukuman) dan
pola partisipasi. Sosialisasi menggunakan pola represi menekankan pada penggunaan
hukuman atau kekerasan apabila terdapat dan melakukan kesalahan. Adapun ciri-ciri lain
dalam penggunaan proses represi yaitu penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan,
penekanan terhadap orang tua, penekanan terhadap komunikasi satu arah non verbal dan
berisi perintah, sosialisasi terhadap orang tua dan keinginan orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi secara partisipasi merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan
ketika ia berlaku baik , hukuman dan imbalan berupa simbol, anak diberi kebebasan,
komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap sangat penting
dan lain sebagainya.

3. Masyarakat dan Komunitas


Dalam kehidupan sebagai makluk individu dan sosial, manusia selalu berhubungan
dan tidak dapat lepas dengan masyarakat dan komunitas. Sering kali penggunaan kedua
istilah tersebut tertukar dalam penggunaannya, padahal pada hakikatnya kedua istilah tersebut
tidaklah sama. Terdapat perbedaan mendasar antara kedua konsep tersebut, dan untuk
mengetahui lebih lanjut, berikut akan penulis sajikan beberapa devinisi masyarakat dan
komunitas menurut para ahli sebagai berikut.

a. Masyarakat
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (Effendi,2010:59) mengemukakan devinisi
masyarakat sebagai ”a society is that it is an organized collectivity of interacting people
whose actives become centered around a set of common goals, and who tend to share
common beliefs, attitudes, and of action.” Dari devinisi tersebut dapat ditarik kesimpulan
unsur-unsur yanga ada dalam masyarakat adalah kolektivitas interaksi manusia yang
terorganisasi, kegiatannya yang terarah pada sejumlah tujuan yang sama, memilikin
kecenderungan untuk memiliki keyakinan, sikap, dan bentuk tindakan yang sama. Dalam hal
ini, interkasi dan tindakan itu tentu saja interaksi serta tindakan sosial.
Menurut konsep di atas, karakteristik dari masyarakat itu adalah adanya sekelompok
manusia yang menunjukan perhatian bersama secara mendasar, pemeliharaan kekekalan
bersama, perwakilan menusia menurut sejenisnya yang berhubungan satu sama lain secara
berkesinambungan. Dengan demikian, relasi manusia sebagai suatu bentuk masyarakat itu
tidak terjadi dalam waktu yang singkat, melainkan secara berkesinambungan dalam waktu
yang relatif cukup lama.
Dari beberapa devinisi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan
kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan hubungan, bersifat kekal, berlandaskan
perhatian dan tujuan bersama, serta melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam
wkatu yang relatif lama yang menempati kawasan tertentu.

8
b. Komunitas
Komunitas merupakan bagian kelompok dari masyarakat dalam lingkup yang lebih
kecil, serta ikatan kebersamaannya yang kuat dan lebih terikat oleh tempat.
Adapun menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto (Effendi, 2010: 62) istilah community
dapat diterjemahkan sebgai masyarakat setempat, istilah ini menunjuk pada warga-warga
sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok
hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat
memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi dapat disebut
masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu
wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social yang tertentu. Jadi
dasar-dasr dari masyarakat setempat adalah lokalitas atau wilayah, perasaan sepenanggungan
dan hubungan sosial tertentu yang merupakan perasaan saling ketergantungan .
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa devinisi masyarakat dengan masyarakat
setempat/komunitas. Definisi masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedangkan
definisi masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh area kawasan serta
sejumlah warganya. Ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuan lebih erat masyarakat
setempat dibandingkan dengan masyarakat.
Lebih lanjut dalam kehidupan masyarakat, Ferdinand Tonnies (Effendi, 2010: 65)
mengemukakan pemnbagian masyarakat dengan sebutan masyarakat gemainchaft dan
geselshaft. Masyarakat gemainchaft atau disebut juga paguyuban adalah kelompok
masyarakat dimana anggotanya sangat terikat secara emosional dengan yang lainnya dan
biasanya cenderung sebagai refleksi masyarakat pedesaan. Sedangkan masyarakat geselshaft
atau patembeyan ikatan-ikatan diantara anggota anggotanya kurang kuat dan bersifat rasional,
biasanya cenderung sebagai refleksi masyarakat perkotaan.

5. Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu terdiri dari dua
kepentingan, yaitu ke pentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok
atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasukke pentingan rakyat . Dalam diri
manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu
kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa
membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada
keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul
masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau
dilema manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan
masyarakat.Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan
dua pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh
suatu kelompok masyarakat. Adapun Ariska mengemukakan dua pandangan yaitu
pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut
kami sajikan uraian berikut

9
.
a. Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah
makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang
utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat
bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme
adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme
menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme
liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme)
pada abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas
Hobben, John Locke, Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan
ideologi liberalisme adalah sebagai berikut
:
a. Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada pada
pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial, Mementingkan diri sendiri atau
kepentingan individu yang bersangkutan.
b. Pemberian kebebasan penuh pada individu. Persaingan bebas untuk mencapai
kepentingannya masing-masing.Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa
menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham
liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi,
negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka
mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.

b. Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc,
dan Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang
diutamakan. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan
sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena
keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil,
selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat
produksi. Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan
terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan
kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu
harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam sosialisme
yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk meraih hal itu adalah dengan
menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi oleh perorangan.
Paham marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).

10
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam
memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776,
orientasinya lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas
merdeka, manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan
dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada
hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini manusia sebagai
makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme
liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi,
imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan
politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial. Sosialisme dalam bentuk yang
ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi
kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani
manusia belum tentu terjamin.
Negara indonesia yang berfilsafahkan pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki
sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut filsafat pancasila, manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial, yang secara hakikat bahwa kedudukan manusia
sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Bangsa indonesia memiliki prinsip
penempatan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. Demi
kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar setiap warga negara.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan antara
jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua unsur
tersebut menyatu dalam dirinya.
 Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah satunya
dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi
dengan orang lain yang satu sama lain saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi
yang bermakhluk sosial setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu
proses dimana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat.
 Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan
masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang masyarakat
setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan tertentu. Namun ditinjau dari
aktivitas hubungannya dan persatuannya lebih erat pada masyarakat setempat
dibandingkan dengan masyrakat.
 Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua
kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan pengutamaan
kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang
berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Sebetulnya
kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan dan bukanlah pilihan.

3.2 Saran

Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.


 Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama lain dalam arti tidak
mengambil hak orang lain ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
 Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati
keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan tidak boleh
memaksa anak untuk mengikuti dan menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri
anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya
sendiri.
 Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya harus
didukung oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik harus
membantu menstimulasinya.
 Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi dengan
orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar bahwa
pemberitahuan, pemberian contoh dan pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan dalam
bersosialisasi dengan orang lain dimasyarakat
12
DAFTAR PUSTAKA
1. http://wulanda46.blogspot.com/2014/02/makalah-tentang-manusia-sebagai.html
2. http://mranarchiy.blogspot.com/2013/12/makalah-manusia-sebagai-makhluk.html
3. https://azenismail.wordpress.com/2010/05/14/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-
makhluk-sosial
4. http://manusiabudaya.blogspot.com/2012/03/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan.html

13

Anda mungkin juga menyukai