INFO KOMODITI
TIMAH
i
Kumara Jati
SANKSI PELANGGARAN
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu Ciptaan atau hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
ii
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
Info Komoditi
TIMAH
EDITOR:
Zamroni Salim, Ph.D
Ernawati Munadi, Ph.D
iii
Kumara Jati
Judul:
Info Komoditi Timah
Zamroni Salim, Ph.D dan Ernawati Munadi, Ph.D
Copyright © 2016
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
All rights reserved
Diterbitkan oleh
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia bekerja sama dengan
Al Mawardi Prima Anggota IKAPI DKI Jaya
AMP Press
Imprint Al-Mawardi Prima
Anggota IKAPI JAYA
Jl. H. Naimun No. 1 Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Telp/Fax. (021) 29325630
Email: info@almawardiprima.co.id
Website: www.almawardiprima.co.id
iv
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
KATA PENGANTAR
Timah merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah di bumi Indonesia.
Sebagai produsen terbesar kedua di dunia setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT),
Indonesia mengekspor sebagian besar produk timah dalam bentuk timah batangan
untuk memenuhi pasar luar negeri. Kondisi ini, pada satu sisi mampu memberikan
kontribusi pada peningkatan nilai ekspor produk non-migas, tetapi pada sisi lain,
tingginya ekspor timah batangan juga berdampak (baik langsung maupun tidak
langsung) pada kinerja industri pengolahan timah di dalam negeri.
Kondisi tersebut menjadi menarik untuk diulas ketika Indonesia dihadapkan
pada mulai menurunnya cadangan sumber daya alam, khususnya timah, dan belum
berkembangnya industri produk timah turunan di Indonesia. Buku ini hadir untuk
menjelaskan berbagai fenomena timah mulai dari aspek pertambangan/produksi,
distribusi dan perdagangan serta tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam
memanfaatkan timah sebagai sumber daya unggulan, serta untuk ikut mengembangkan
perekonomian Indonesia secara umum. Secara lebih detil, susunan bab yang ada
diuraikan berikut ini.
Bab I merupakan bab pendahuluan. Bab ini menjelaskan masalah produksi dan
rendahnya tingkat perkembangan industri pengolahan timah secara umum. Sebagai
bab pembuka, bab ini menjelaskan aspek mendasar permasalahan industri timah di
Indonesia.
Dalam Bab II diuraikan aspek produksi secara lebih detil, mulai dari sejarah
penambangan timah di Indonesia, produksi timah yang didominasi oleh PT. Timah
dan juga penambangan yang dilakukan oleh rakyat (dari sisi volume relatif kecil).
Aspek produksi ini penting untuk diuraikan karena bisa ditelusuri alur produksi (pohon
industri) timah mulai dari penambangan sampai produk timah turunannya. Dalam bab
ini juga diuraikan beberapa perangkat kebijakan terkait dengan pertambangan timah
di Indonesia.
Selanjutnya produk hulu, yang dihasilkan dari pertambangan timah, yang berupa
timah batangan digunakan oleh industri lainnya diuraikan dalam Bab III. Bab ini menjadi
bab yang penting karena menjelaskan bagaimana sebenarnya posisi strategis timah
dalam pengembangan industri lainnya di Indonesia. Dalam bab ini juga dijelaskan
bagaimana produk timah yang strategis ini sebenarnya bisa diolah dan dimanfaatkan
dengan lebih besar bila pemerintah mampu mengembangkan industri pengolah timah
batangan menjadi produk turunan lain yang lebih beragam di dalam negeri.
Bab IV membahas perdagangan dalam negeri timah. Bab ini lebih banyak
menyoroti minimnya transaksi perdagangan timah batangan yang digunakan oleh
v
Kumara Jati
industri di dalam negeri. Selain itu, bab ini juga mengulas secara khusus peran dari
Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Posisi BKDI menjadi penting dalam
upaya pemerintah Indonesia menata perdagangan dan industri timah di Indonesia.
Bab V membahas aspek perdagangan luar negeri produk timah Indonesia. Dalam
bab ini dijelaskan mengenai perkembangan harga timah Indonesia di pasar dunia.
Selanjutnya diuraikan kinerja ekspor produk timah Indonesia yang masih (selalu)
didominasi ekspor timah batangan, dan rendahnya ekspor dalam bentuk produk
turunanannya. Dari sisi perdagangan internasional, adanya fenomena perdagangan
timah ilegal juga menjadi ulasan tersendiri dalam bab V ini.
Bab VI menjelaskan prospek dan tantangan yang dihadapi oleh industri timah
di Indonesia. Prediksi menurunnya pasokan timah dari Indonesia dan prospek
kenaikan harga timah di beberapa tahun mendatang diulas secara detil dalam bab ini.
Selain karena tarik-menarik supply dan demand, perubahan harga timah dunia juga
dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya kebijakan domestik di negara penghasil timah
termasuk RRT dan Indonesia. Bab ini juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh
Indonesia dalam menghadapi perdagangan timah ilegal yang masih terjadi sampai
saat ini.
Bab VII mencoba menjelaskan keterkaitan antar bab dan menjadi benang merah
dari keseluruhan tulisan yang ada tentang bagaimana pengelolaan timah mulai dari
hulu sampai hilir, dari sisi produksi dan perdagangan dan apa yang seharusnya
dilakukan oleh pemerintah. Bab ini secara khusus mendudukkan permasalahan
industri timah di Indonesia secara terpadu dan menjelaskan pentingnya perbaikan
industri timah dan industri pengolahannya di Indonesia untuk bisa memberikan nilai
tambah ekonomi yang lebih besar bagi daerah penghasil timah pada khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya.
Dengan diterbitkannya buku bunga rampai tentang timah ini, diharapkan bisa
memberikan tambahan informasi dan sumbangan keilmuan bagi berbagai stakelholders
yang ada. Secara khusus, buku ini juga diharapkan bisa memberikan masukan dan
perspektif tersendiri bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam menentukan
arah pembangunan industri pertambangan timah dan industri pengolah produk timah
di Indonesia. Namun demikian, penulis menyadari bahwa buku bunga rampai ini belum
sempurna, sehingga masukan dan kritik dari pembaca dan stakeholders lain sangat
diharapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan buku ini.
vi
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
DAFTAR ISI
Pengantar Editor............................................................................................v
Daftar Isi....................................................................................................... vii
Daftar Gambar............................................................................................. viii
Daftar Tabel....................................................................................................x
Indeks........................................................................................................ 123
Biografi Penulis......................................................................................... 124
vii
Kumara Jati
DAFTAR GAMBAR
viii
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
DAFTAR TABEL
ix
Kumara Jati
x
Kurangnya Kesadaran Produksi yang Berwawasan Lingkungan dan
Pengembangan Industri Pengolahan Timah
BAB I
KURANGNYA KESADARAN PRODUKSI
YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI
PENGOLAHAN TIMAH
Ernawati Munadi
1
Ernawati Munadi
2
Kurangnya Kesadaran Produksi yang Berwawasan Lingkungan dan
Pengembangan Industri Pengolahan Timah
batangan dan timah dalam bentuk lainnya dapat di eskpor jika memiliki
kandungan Stannum dengan kadar paling rendah 99,9% dan unsur
pengotor paling tinggi 0,1%. Selain itu, timah solder juga dapat diekspor jika
mengandung Stannum dengan kadar paling rendah 63% Sn dan Pb serta
unsur pengotor paling tinggi 2%. Data International Tin Research Institute
(ITRI) menyebutkan timah mentah yang dikeruk dari Pulau Bangka Belitung
sebanyak 471 ribu ton sepanjang 2009-2013. Volume ini terbesar kedua
setelah RRT (482 ribu ton). Ironisnya produksi timah batangan Indonesia
hanya mencapai 280 ribu ton sepanjang 2009-2013 yang mengindikasikan
terjadinya ekspor ilegal. Mengingat dengan produksi timah mentah Malaysia
yang hanya 15 ribu ton dan Thailand yang hanya 1.100 ton, kedua negara
tersebut mampu memproduksi timah batangannya 185 ribu ton dan 109 ribu
ton sepanjang 2009-2013 (Majalah Tempo, April 2015). Diduga tingginya
produksi timah batangan di Malaysia dan Thailand ini disebabkan karena
tingginya perdagangan ilegal yang mengalir dari Indonesia ke kedua negara
tersebut.
Untuk meminimalisasi dugaan ekspor timah ilegal ini, pemerintah melalui
Permendag No. 32/M-MDAG/PER/6/2013 tentang Ketentuan Ekspor Timah
mewajibkan semua perdagangan timah batangan untuk tujuan ekspor
dilakukan melalui melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI)
terhitung sejak 30 Agustus 2013, sementara timah dalam bentuk lainnya wajib
diperdagangkan melalui BKDI per 1 Januari 2015. Masih diperbolehkannya
ekspor timah non-batangan tanpa melalui BKDI ini juga diduga menjadi celah
yang bisa dimanfaatkan oleh eksportir nakal untuk melakukan perdagangan
ilegal timah.
Pada tahun 2014, dari total produksi biji timah yang mencapai 95.200
metrik ton, ternyata data perdagangan timah yang tercatat melalui BKDI hanya
sebesar 57.010 metrik ton, meskipun jumlah tersebut meningkat menjadi
67.562 metrik ton atau mengalami peningkatan sebesar 18% (Tempo, April
2015). Mengingat bahwa perdagangan timah hanya diperbolehkan dalam
bentuk timah batangan dan produk turunannya serta wajib dilakukan melalui
BKDI, maka terlihat bahwa timah yang diperdagangkan di BKDI hanya sebesar
59% dari total produksi biji timah. Untuk itu melalui peraturan Permendag
Nomor 33 Tahun 2015 pemerintah mensyaratkan perdagangan melalui BKDI
bukan hanya untuk timah yang akan diekspor, namun juga untuk timah yang
akan dijual di dalam negeri.
Selain permasalahan ekspor timah secara ilegal, permasalahan lain yang
terjadi dalam ekonomi timah adalah belum berkembangnya industri turunan
yang mengolah timah batangan. Dari total produksi timah yang mencapai
3
Ernawati Munadi
4
Kurangnya Kesadaran Produksi yang Berwawasan Lingkungan dan
Pengembangan Industri Pengolahan Timah
5
Ernawati Munadi
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Solder Indonesia. (2016a). Kendala dan Usulan Kebijakan dari
Industri Solder.
Asosiasi Solder Indonesia. (2016b). Daftar Pelaku Usaha di Industri Solder.
Azom.com. (2014). Touch Screen Indium Tin Oxide (ITO). Diunduh tanggal 14
Januari 2016 dari http://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=9634.
Haryadi, H., Miswanto, A., Mandalawanto Y. Supriatna, E., Daranin, E.
A. (2010). Analisis Perkembangan Pengusahaan Mineral dan
Batubara. Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral.
ITRI. (2012). Tin for Tomorrow: Contributing to Global Sustainable
Development. Report of ITRI (International Tin Research Institute).
Diunduh tanggal 5 Januari 2016 dari http://minerals.usgs.gov/
minerals/pubs/commodity/tin/mcs -2015-tin.pd.
Kementerian ESDM. (2013). Kajian Supply Demand Mineral. Laporan
penelitian dari Pusat Data dan Teknologi Informasi, Energi dan
Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM.
Kementerian Perindustrian. (2016). Peta Industri Timah.
Majalah Tempo. (April 2015). Timah dikeruk habis dari Bangka Belitung,
Siapa yang Untung. Diunduh pada 20 Mei 2016 dari https://m.
tempo.co/read/news/2015/04/08/090656256/timah-dikeruk-habis-
dari-bangka-belitung-siapa-untung.
PT. TIMAH. (2011). Laporan Tahunan Terpadu, PT Timah (Persero) Tbk Tahun
2011 Go Offshore, Go Deeper.
PT. TIMAH.(2015). Laporan Tahunan PT Timah Tahun 2014 Optimalisasi
Kekuatan untuk Menghadapi Tantangan Menuju Pertumbuhan
Berkelanjutan.
U.S. Geological Survey. (2015). Mineral Commodity Summaries. Diunduh
tanggal 11 Februari 2016 dari http://minerals.usgs.gov/minerals/
pubs/commodity/tin/ mcs-2015-tin.pdf
6
Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan
BAB II
PRODUKSI TIMAH INDONESIA: POTENSI DAN
TANTANGAN
Yudha Hadian Nur
2.1 Pendahuluan
Timah telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu dan berperan
penting dalam perjalanan sejarah umat manusia. Sejak zaman perunggu
atau sekitar lima ribu tahun yang lalu manusia telah mulai menambang timah
untuk dimanfaatkan sebagai perkakas pertanian atau peralatan persenjataan
bahkan sebagai perhiasan. Artefak timah yang paling awal ditemukan di
lokasi makam-makan raja Mesir pada dinasti delapan belas yang berangka
antara tahun 1580– 1350 sebelum masehi dan telah diperdagangkan sebagai
komoditas berharga disekitar wilayah Mediteranian oleh para pelaut Phunician
yang menguasai perairan antara Spanyol sampai Inggris (International Tin
Research Institute, 2012).
Seiring dengan waktu penggunaan timah semakin beragam untuk
berbagai keperluan dalam kehidupan manusia. Saat ini peran logam timah di
dalam berbagai industri terutama elektronik semakin penting dan dibutuhkan.
Timah banyak digunakan sebagai logam tunggal ataupun paduan campuran
dengan logam lain (alloy) terutama pada tembaga. Kandungan timah dalam
campuran logam lain antara lain solder lunak, perunggu, logam babbit, logam
bel, logam putih, campuran logam bentukan dan perunggu. Timah solder yang
merupakan campuran antara timah dan timbal merupakan hasil dari produk
timah yang paling banyak dimanfaatkan kurang lebih sekitar 50% dari total
produksi dunia. Solder yang banyak ditemukan pada barang-barang elektronik
banyak digunakan untuk membuat sambungan listrik antara komponen-
komponen listrik dalam papan rangkaian (Kementerian ESDM, 2013).
Indonesia sebagai salah satu negara produsen utama timah dunia dengan
produksi pertahunnya 90.000 metrik ton atau sekitar 30% produksi timah dunia
memegang peranan penting bagi perkembangan industri timah dunia (PT.
Timah Tbk, 2011). Sebagai negara nomor dua penghasil timah terbesar dunia
setelah Tiongkok sudah seharusnya Indonesia menjadi salah satu pelaku
utama dan penentu harga timah dunia. Namun, banyaknya permasalahan
yang terjadi dipertambangan timah dalam negeri menjadikan Indonesia kurang
berbicara dalam percaturan timah dunia. Maraknya praktik pertambangan
timah liar dan pengumpulan bijih timah secara ilegal oleh kolektor bijih timah
7
Yudha Hadian Nur
8
Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan
9
Yudha Hadian Nur
10
Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan
EKSPLORASI
PUSAT PENCUCIAN
BIJIH TIMAH
74% Sn (Kering)
PUSAT PENGOLAHAN
BIJIH TIMAH
74% Sn (Kering)
PEMASARAN
EKSPOR: DOMESTIK:
Sekitar 95% Sekitar 5%
11
Yudha Hadian Nur
Proses peleburan yang baik akan menghasilkan crude tin dengan kadar
Sn yang tinggi dan komponen pengotor (impurities) berupa mineral lain
seperti As, Pb, Ag, Fe, Cu dan Sb yang rendah. Tahapan terakhir adalah tahap
pemurnian atau refining. Pada tahap ini crude tin dari hasil peleburan pertama
akan dimurnikan melalui kettle refining, eutectic refining dan electrolytic
refining. Proses pemurnian akan menghasilkan logam timah dengan kadar
Sn yang mampu mencapai 99,93%.
Produk akhir yang dihasilkan berupa logam timah dalam bentuk balok
atau batangan dengan skala berat berkisar antara 16 kg sampai dengan 30
kg per batang. Selain itu logam timah juga dapat dibentuk sesuai dengan
permintaan pelanggan (customize form) dan mempunyai merek dagang yang
terdaftar di Bursa Logam London (LME). Produk PT. Timah sebagian besar di
ekspor (95%) dan sisanya untuk pangsa pasar domestik (5%) (Kementerian
ESDM, 2013).
Proses pengolahan timah khususnya pada proses penambangan menuai
pro dan kontra. Walaupun merupakan penopang ekonomi utama Pulau
Bangka, namun penambangan timah saat ini juga banyak menimbulkan
kerugian secara sosial dan lingkungan. Penambangan timah darat seringkali
mengambil lahan hutan sebagai lahan penambangan, sehingga tidak menjaga
kelestarian hutan. Selain itu, lahan bekas penambangan timah darat juga tidak
lagi dapat digunakan untuk menanam pohon karena sudah tandus dan rawan
erosi, sehingga kerap merusak lingkungan. Penambangan timah darat juga
menimbulkan dampak sosial yakni kondisi tempat kerja yang tidak aman dan
eksploitasi buruh di bawah umur. Bukan hanya penambangan timah darat,
penambangan lepas pantai juga menimbulkan dampak negatif.
Penambangan menggunakan kapal keruk dan kapal isap produksi kerap
merusak terumbu karang, sehingga mengganggu ekosistem laut. Selain itu,
penggunaan kapal tersebut juga akan mematikan usaha nelayan sekitar
karena penggunaan kedua kapal tersebut menimbulkan laut yang kotor dan
keruh, sehingga mengurangi potensi ikan dan produk laut lainnya di wilayah
penambangan tersebut. Penggunaan kapal keruk dan kapal isap produksi
dalam penambangan timah akan memaksa nelayan untuk berlayar lebih jauh
untuk mencari ikan, sebagai akibatnya biaya operasional nelayan menjadi
lebih mahal karena pelayaran yang jauh akan memakan bahan bakar yang
lebih banyak.
12
Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan
13
Yudha Hadian Nur
1
Diunduh dari: http://news.liputan6.com/read/143190/timah-selundupan-dari-tanah-bangka. Timah Selundupan dari Tanah
Bangka. Liputan6. 17 Juni 2007.
14
Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan
Gambar 2.2 menunjukkan tin ingot atau crude tin dari hasil pemurnian
atau refining dapat dibentuk menjadi berbagai dimensi. Berdasarkan peta
industri tersebut, berbagai kegunaan timah antara lain berupa (i) pelat timah
untuk keperluan kemasan dan tabung serta pipa timah; (ii) timah solder; (iii)
tin rod yang nantinya akan dibentuk menjadi kawat timah; (iv) tin profile; (v) tin
powder; (vi) product casting dan die casting yang seringkali digunakan pada
keperluan rumah tangga dalam bentuk pewter, sambungan pipa atau pipe
fitting, komponen elektronik dan automotif; serta (vii) tin coating atau plating
sebagai kemasan baik kemasan logam lainnya, seperti kaleng maupun produk
plastik. Sekitar 52% dari total ingot yang diproduksi akan diproses menjadi
timah solder atau solder wire. Selain timah solder, ingot juga banyak diproses
15
Yudha Hadian Nur
pada industri plating berupa plat timah (16%) dan bahan dasar kimia (13%).
Penggunaan timah lainnya dapat berupa pembuatan logam kuningan dan
perunggu (5,5%), industri gelas (2%) dan aplikasi lainnya (11%) (Kemenperin,
2016).
16
Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan
70,000
20,000
60,000
50,000 15,000
40,000
10,000
30,000
20,000
5,000
10,000
- -
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
17
Yudha Hadian Nur
pada bagian Jalur Timah Asia Tenggara, jalur timah terkaya di dunia yang
membentang mulai dari bagian selatan RRT, Thailand, Myanmar, Malaysia
sampai Indonesia.
Jika melihat dari Gambar 2.5, terlihat bahwa Indonesia dan RRT menguasai
lebih dari 65% produksi timah dunia tiap tahunnya. Namun berbeda dengan
RRT yang produksi timahnya terserap oleh industri dalam negerinya, produksi
timah Indonesia hampir 94% dialokasikan untuk keperluan ekspor, hanya
sekitar 6% terserap oleh industri dalam negeri. Hal tersebut meyebabkan
perkembangan produksi timah Indonesia sangat tergantung dari harga timah
dunia. Ketika harga dunia turun seperti yang terjadi pada tahun 1990-an,
PT.Timah mengalami goncangan dengan banyak merumahkan pegawainya
dan menurunkan skala produksinya sehingga kondisi produksi timah dalam
negeri pun mengalami penurunan.
18
Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan
Ton 125.000
120.000
110.000
100.000 95.200
84.000
80.000
60.000
40.000
23.700
18.000
20.000
12.000 11.000
6.100 5.400 7.200
3.500
-
RRT Indonesia Peru Bolivia Brazil Myanmar Australia Vietnam Malaysia Negara
Lainnya
19
Yudha Hadian Nur
Laut jawa
Samudera India
20
Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan
21
Yudha Hadian Nur
22
Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan
23
Yudha Hadian Nur
dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral”. Definisi nilai tambah yaitu proses
pengolahan hasil tambang yang bertujuan menghasilkan suatu produk atau
komoditas sehingga nilai ekonomi dan daya gunanya meningkat lebih tinggi
dari sebelumnya, serta aktivitas yang ditimbulkan akan memberikan dampak
positif terhadap perekonomian dan sosial baik bagi daerah operasional, pusat,
maupun daerah non operasional. Kemudian definisi dari kegiatan pengolahan
dan pemurnian yaitu kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu
mineral serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan. Selain
itu, dalam pasal 170 juga terdapat kewajiban bagi pemegang kontrak karya
yang telah berproduksi untuk melakukan permunian di dalam negeri paling
lambat sampai dengan tahun 2014.
Permen ESDM No.8 Tahun 2015 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral
Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri
Produk samping / sisa hasil pemurnian timah wajib dilakukan diolah menjadi logam
timah Sn> 99,9% atau terak timah.
24
Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan
2.8 Penutup
Sebagai negara pengekspor timah terbesar di dunia yang menguasai
hampir sepertiga produksi timah dunia, Indonesia seharusnya memiliki posisi
strategis untuk menjadi penentu harga timah. Keterbatasan industri timah dalam
negeri yang masih terkonsentrasi pada produk-produk hulu dan keterbatasan
cadangan timah mengharuskan pemerintah Indonesia melakukan perubahan
orientasi industri timah dengan secepatnya melaksanakan hilirisasi industri.
Keinginan kuat dari pemerintah pusat untuk menjadikan komoditas
timah sebagai komoditas yang dapat meningkatkan penerimaan negara,
25
Yudha Hadian Nur
memberikan nilai tambah dalam bentuk lapangan kerja dan penyediaan bahan
baku bagi industri dalam negeri, mengupayakan perbaikan pengelolaan
penambangan timah yang juga memperhatikan kelestarian lingkungan, perlu
terus diupayakan. Niat dan kerja yang terus menerus dalam meningkatkan
pemanfaatan hasil bumi timah demi memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi kemakmuran masyarakat sekitar menjadi pekerjaan rumah bersama antar
lintas kementerian dan lembaga dan kerjasama yang erat dari pemerintah
daerah.
Efek samping dari segala kegiatan pertambangan timah terutama dari
semakin maraknya kegiatan penambangan timah rakyat yang berdampak
pada kerusakan lingkungan dan menyebabkan pencemaran, bahkan dalam
jangka panjang sangat membahayakan dan memperparah kondisi lingkungan
di kepulauan Bangka Belitung sudah seharusnya menjadi perhatian serius
dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah saatnya Pemerintah Daerah
Kepulauan Bangka Belitung sebagi daerah yang paling parah merasakan
kerusakan lingkungan akibat dari pertambangan timah liar menyegerakan
membuat kebijakan dan peraturan daerah yang dapat mengatur penataan
dan pengelolaan lingkungan dengan menyeimbangkan aspek ekonomi,
lingkungan/konservasi dan sosial budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Hayati, Tri. (2011). Perizinan Pertambangan di Era Reformasi Pemerintahan
Daerah Studi Tentang Perizinan Pertambangan Timah di Pulau
Bangka. Disertasi, UI, Jakarta.
26
Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan
Kontan. (2016). PT Timah Cari Mitra Bisnis ke RRT. Diunduh dari http://
industri.kontan.co.id/news/pt-timah-cari-mitra-bisnis-ke-RRT
tanggal 16 Januari 2016.
LME. (2015). “LME Tin”. Report from London Metal Exchange, diunduh pada
29 Maret 2016 dari http://www.lme.com/metals/non-ferrous/tin/.
27
Yudha Hadian Nur
28
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
BAB III
PENGOLAHAN DAN PENGGUNAAN TIMAH
DI INDONESIA
Fitria Faradila
3.1 Pendahuluan
Timah merupakan salah satu logam yang paling banyak penggunaannya
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk keperluan industri. Dengan
sifat yang lunak, mudah dibentuk dan mengkilat, timah sering dijadikan bahan
campuran dengan mineral untuk keperluan berbagai industri, seperti otomotif,
listrik, kemasan makanan, kaca, baterai dan lain-lain.
Kegunaan timah sangat beragam baik secara tunggal maupun sebagai
logam paduan (alloy), khususnya dengan logam tembaga. Salah satu
kegunaan logam paduan antara timah dan tembaga adalah untuk membuat
logam perunggu. Selain tembaga, timah dapat dipadukan oleh logam lain
seperti (i) baja untuk membuat logam ringan; (ii) bahan niobium sebagai
penghantar daya magnet; dan (iii) timbal untuk membuat solder. Selain itu,
campuran logam yang mengandung timah lainnya antara lain perunggu fosfor,
solder lunak, logam babbit, logam putih, logam bel, dan campuran logam
bentukan (Kementerian ESDM, 2013). Mengingat sifatnya yang anti korosif
atau berkarat, timah seringkali digunakan sebagai bahan pelapis logam lain
seperti seng, timbal, besi dan baja. Aplikasi ini banyak digunakan sebagai
pelapisan baja untuk keperluan industri otomotif, pembungkus makanan,
pelapis kaleng, pelindung kontainer, dan pelapis pipa yang terbuat dari logam
lainnya.
Secara umum, kegunaan timah oleh industri sangat beragam dari industri
berat ke industri kebutuhan sehari-hari. Produksi timah pada umumnya
digunakan pada industri pelat timah (tinplate), industri pelapis, industri solder,
industri perunggu dan paduan gotri (ball/roller bearing), industri paduan logam,
industri pelapis untuk kebutuhan rumah tangga, industri pelapis kemasan
makanan, industri lapis listrik (electroplating), industri produk farmasi, industri
peralatan pertanian, industri keramik, industri plastik, industri kendaraan
bermotor, industri elektronik, industri pelapis pelat baja tipis, industri produk
garam timah, industri bahan pewarna glasir pada industri keramik dan industri
kimia timah untuk gelas dan kaca (Hariyadi, 2010). Pada umumnya, sebagian
besar turunan pertama produk timah berupa solder dan tinplate (Suprapto,
2008). Adapun kegunaan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif merupakan
29
Fitria Faradila
30
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
31
Fitria Faradila
SN/Tin
Casing/
Alloy Cutting Pre-heating Extrude Drawing Winding Packing
Billet Billet
Lead
Banka Tin
Alloy Casing/
Pre-heating Estrude Drawing Winding Packing
Cu 0,7 Cutting
Billet
Billet
Banka Tin
Master
Alloy
Cu +/-
14%
Cu
32
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
33
Fitria Faradila
Sebagai salah satu pelaku usaha di bidang solder, produksi PT. Solder
Indonesia mampu mencapai 404 ribu kg atau sekitar 33,7 ribu kg per bulan
pada tahun 2015. Kondisi ini meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya
yang mencapai 319 ribu kg. Rencana bisnis PT. Solder Indonesia pada tahun
2016 adalah meningkatkan promosi, khususnya di luar negeri sehingga dapat
meningkatkan ekspor produk hilir timah (PT. Solder Indonesia, 2016b).
PT. Timah merupakan produsen timah logam murni terbesar di Indonesia.
Kegiatan produksi PT. Timah terkonsentrasi di Pulau Bangka, Propinsi Bangka
Belitung. Selain sebagai penghasil logam timah, PT. Timah melalui anak
perusahaannya, PT. Timah Industri, juga menghasilkan produk hilir timah
seperti tin alloy, tin solder dan tin chemical. Proses produksi PT. Timah Industri
dilakukan di Kawasan KIEC Cilegon, Banten. Pada tahun 2016, PT. Timah
berencana akan meningkatkan kapasitas produksi produk hilirnya yakni tin
chemical dan tin solder. Dalam melakukan ekspansi pabrik timah solder, PT.
Timah akan menggandeng perusahaan dari RRT. Skema kerjasama tersebut
dilakukan untuk meningkatan kapasitas pabrik, memperbaharui peralatan
dan teknologi serta pengembangan jaringan pemasaran dari timah solder.
34
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
35
Fitria Faradila
36
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
37
Fitria Faradila
38
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
39
Fitria Faradila
40
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
41
Fitria Faradila
7,0%
2,0%
5,2%
43,5%
7,3%
Solder-Elektronik
Solder-Industri
Bahan Kimia
Tinplate
Lead-Acid Batteries
Brass & Bronze
15,5%
4,8%
42
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
43
Fitria Faradila
Spesifikasi
a. Pos Tarif/HS: ex. 8003.00.10.00, ex. 8003.00.90.00, ex.
8311.30.90.10, ex. 8311.90.00.00, dan ex. 3810.10.00.00
b. Kandungan Stannum (Sn) paling tinggi 99,7% dari Besi (fe) paling
tinggi 0,005%.
c. Satu atau lebih unsur tambahan untuk paduan dengan persentase
kadar sebagai berikut:
1) Perak (Ag) ≥ 0,1% (1000 ppm);
2) Tembaga (Cu) ≥ 0,1% (1000 ppm);
3) Bismuth (Bi) ≥ 0,1% (1000 ppm);
4) Timbal (Pb) ≥ 0,1% (1000 ppm);
5) Nikel (Ni) ≥ 0,03% (300 ppm);
6) Germanium (Ge) ≥ 0,005% (50 ppm);
7) Antimoni (Sb) ≥ 0,1% (1000 ppm);
8) Zinc (Zn) ≥ 0,1% (1000 ppm); dan/atau
9) Indium (In) ≥ 0,1% (1000 ppm).
d. Bentuk Timah Solder:
1) Kawat/wire yang memiliki diameter paling tinggi 3 mm;
2) Solder bar extrude dan casting/canai;
i. Panjang maksimal : 330 mm ± 5 mm
ii. Lebar maksimal : 20 mm ± 5 mm
iii. Tebal maksimal : 10 mm ± 5 mm
iv. Berat maksimal : 1 Kg per unit
3) Segitiga sama sisi dengan panjang sisi paling tinggi 20 mm ±
5 mm dan panjang paling tinggi 330 mm± 5 mm;
4) Solder pasta/cream;
44
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
Spesifikasi
5) Solder powder
6) Solder ball, solder half ball dengan diameter maksimal 50 mm
+- 5 mm
7) Solder tape/pita dengan ketebalan maksimal 0,5 mm yang
digulung dalam bobin
e. Cara pengemasan (packaging):
1) Timah solder berbentuk kawat/wire digulungkan dalam
bobin dimasukkan dalam dus/karbon box maksimum 25 Kg/
gulungan;
2) Timah solder selain berbentuk kawat/wire menggunakan
karton box maksimum 25 Kg
f. Gambar dan keterangan
1) Solder wire
45
Fitria Faradila
Spesifikasi
6) Solder ball
46
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
Spesifikasi
g. Penandaan timah solder yang diekspor harus diberi kemasan atau
label yang paling sedikit memuat:
1) Kandungan komposisi paduan Stannum (Sn) dan Besi (Fe);
2) Buatan Indonesia;
3) Merek;
4) Bentuk dan/atau dimensi;
5) Berat bersih; dan
6) Tanggal pembuatan
Tabel 3.3 Spesifikasi Fisik Barang Lainnya dari Timah yang diekspor
dalam Permendag No. 33 Tahun 2015
Spesifikasi
47
Fitria Faradila
48
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
2015 2014
49
Fitria Faradila
50
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
3.9 Penutup
Timah merupakan komoditas yang masih potensial untuk dikembangkan
mengingat hilirisasi di Indonesia masih belum berkembang secara optimal.
Timah merupakan salah satu komoditas yang penting untuk menunjang sektor
manufaktur di Indonesia, seperti elektronika, otomotif, dan produk kimia.
Kegunaan timah dalam sektor manufaktur tersebut kian besar. Selain itu,
produk turunan timah juga memiliki permintaan yang sangat tinggi. Namun,
apabila melihat dari hilirisasi timah di Indonesia, beberapa industri pengguna
timah, seperti industri otomotif, industri pengalengan makanan dan industri
kemasan masih sangat bergantung pada impor. Kekurangan pasokan oleh
PT. Latinusa yang merupakan satu-satunya produsen tinplate di Indonesia
mendorong impor tinplate oleh industri pengguna. Oleh karena itu, salah
satu solusi untuk mendukung hilirisasi, khususnya pada industri pelat timah
(tinplate), die casting dan pewter adalah mendorong masuknya investasi
baik asing maupun domestik ke industri tinplate. Oleh karena itu, diperlukan
suatu roadmap kebijakan untuk mendorong hilirisasi pada industri timah serta
51
Fitria Faradila
dukungan penuh dari pemerintah, seperti pemberian insentif tax holiday dan
tax allowance bagi investor yang berminat mengembangkan industri hilir
timah. Sementara itu, untuk mendorong hilirisasi pada industri solder, maka
pemerintah perlu mendukung masuknya investasi industri pengguna solder,
seperti industri elektronik dengan memperjelas kebijakan-kebijakan strategis
mengenai upah tenaga kerja yang selama ini kerap dikeluhkan oleh industri.
Selain itu, pemerintah juga perlu memperjelas aturan dalam Permendag No.
33 Tahun 2015 untuk memperlancar aktivitas ekspor industri solder domestik.
DAFTAR PUSTAKA
Antarababel.com. (2013, September 13). Pemprov Babel Tawarkan Investasi
Industri Hilirisasi Timah. Diunduh tanggal 6 Juni 2016 dari http://
www.antarababel.com/berita/4993/pemprov-babel-tawarkan-
investasi-industri-hilirisasi-timah.
Asosiasi Solder Indonesia. (2016a). Daftar Pelaku Usaha di Industri Solder.
Asosiasi Solder Indonesia. (2016b). Peta Industri Timah Solder.
Asosiasi Solder Indonesia. (2016c). Kendala dan Usulan Kebijakan dari
Industri Solder di Indonesia.
Azom.com. (2014, Juni 25). Touch Screen Indium Tin Oxide (ITO). Diunduh
tanggal 14 Januari 2016 dari http://www.azom.com/article.
aspx?ArticleID=9634.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2016). Data Ekspor dan Impor Timah dan
Produk Timah.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (1989). SNI 07-1585-1989 untuk Timah
Solder. Diunduh tanggal 14 Januari 2016 dari http://sisni.bsn.go.id/
index.php?/sni_main/sni/detail_sni/1940.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2006). SNI 07-0602-2006 untuk Baja
lembaran tipis lapis timah elektrolisa (Bj LTE). Diunduh tanggal 14
Januari 2016 dari http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/
detail_sni/7247.
Djatmiko, E., Ediyanto, T., Suwandi, A., Suhendar, F. (2012). Optimasi Desain
Cetakan pada Mesin Pengecoran Bola Timah Putih untuk Industri
Kecil. M.I. Mat. Kons., Vol. 12 (1), pp. 50 – 61.
Elektronika.com. (2009, Maret 1). Memilih Timah Solder yang Tepat. Diunduh
tanggal 20 April 2016 dari http://www.elektronikaonline.com/
majalah-elektronika/memilih-timah-solder-yang-tepat.htm.
52
Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia
53
Fitria Faradila
54
Perdagangan Timah di Dalam Negeri
BAB IV
PERDAGANGAN TIMAH DI DALAM NEGERI
Riska Pujiati
4.1 Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam.
Salah satu komoditas yang memiliki nilai strategis di pasar internasional
adalah timah. Saat ini, Indonesia menjadi produsen timah terbesar kedua di
dunia setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dengan produksi mencapai
sepertiga produksi timah dunia. Daerah Indonesia yang menghasilkan timah
tersebar di wilayah Pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian di daratan
Sumatera, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan Sebelah Barat
Kalimantan yang disebut sebagai The Indonesian Tin Belt.
Dalam perkembangannya, sebagai salah satu negara eksportir timah
terbesar, Indonesia memiliki potensi dan menghadapi tantangan dalam
mengembangkan bisnis timah baik di pasar internasional dan domestik.
Dalam pemasarannya, timah yang diproduksi di Indonesia mayoritas dijual di
pasar internasional dalam bentuk timah batangan, hal ini disebabkan belum
berkembangnya industri hilir timah dalam negeri. Pentingnya mengembangkan
sektor hilir timah diharapkan mampu memberikan nilai tambah berganda dan
efek berganda terhadap pertumbuhan industri di dalam negeri dan penyediaan
lapangan kerja dalam jangka panjang. Pertumbuhan permintaan timah baik
di pasar internasional dan domestik, menjadikan timah sebagai komoditas
strategis yang memiliki nilai ekonomis tinggi bagi perekonomian Indonesia.
Komoditas timah diperdagangkan di pasar internasional melalui London
Metal Exchange (LME) dan Kuala Lumpur Tin Market (KLTM) secara fisik.
Saat ini, Indonesia telah memiliki pasar sendiri untuk timah, yaitu Bursa
Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), komoditas timah diperdagangkan
melalui BKDI sejak bulan Agustus 2013. Bab ini membahas perdagangan
timah Indonesia yang dilakukan melalui BKDI dan pergerakan harga timah
yang timbul dari transaksi yang terjadi di BKDI dibandingkan dengan harga
timah internasional. Perdagangan timah melalui BKDI merupakan program
yang dilakukan pemerintah yang memiliki tujuan untuk tertib administrasi
perdagangan timah Indonesia di pasar internasional dan domestik.
55
Riska Pujiati
56
Perdagangan Timah di Dalam Negeri
57
Riska Pujiati
Saat ini, anggota BKDI yang aktif melakukan pembelian dan penjualan
timah di Indonesia berjumlah 60 anggota, berkembang dari semula hanya
12 anggota pada awal pembentukan BKDI (ICDX & ICH, 2015). Untuk
menjadi anggota BKDI perusahaan mendaftar kepada Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Kementerian Perdagangan.
Perbandingan antara jumlah seller dengan buyer timah menjadi salah satu
penentu tingginya likuiditas suatu bursa. Dengan tingginya likuiditas suatu
bursa, maka bursa akan efektif berfungsi sebagai sarana pembentukan
harga. Jumlah buyer timah yang lebih banyak dibandingkan dengan seller
akan membuat likuiditas Bursa Timah BKDI semakin baik. Berikut adalah
daftar perusahaan yang memperjualbelikan timah melalui BKDI:
58
Perdagangan Timah di Dalam Negeri
59
Riska Pujiati
9,000.00
8,000.00
7,000.00
6,000.00
5,000.00
Ton
4,000.00
3,000.00
2,000.00
1,000.00
Aug-13
Oct-13
Dec-13
Feb-14
Apr-14
Jun-14
Aug-14
Oct-14
Dec-14
Feb-15
Apr-15
Jun-15
Aug-15
Oct-15
Dec-15
Feb-15
Bulan
60
Perdagangan Timah di Dalam Negeri
40000.0
35000.0
Volume Transaksi (MTton)
30000.0
25000.0 TINPB300
TINPB200
20000.0
TINPB100
15000.0 TINPB050
TIN4NINE
10000.0
5000.0
-
2013 2014 2015 2016
Periode
61
Riska Pujiati
sebagai alat dalam merencanakan produksi agar tidak terjadi over supply
di pasar (BPPKP, 2014). Langkah selanjutnya adalah penjual menyerahkan
timah ke gudang yang telah bekerjasama dengan PT. BKDI dan menerima
dokumen CTD (Certificate of Tin Deposit).
Dalam tahap “trade”, saat melaksanakan perdagangan melalui sistem
online, penjual mengajukan penawaran harga timah, lalu menerima notifikasi
mengenai alokasi timah yang dapat diperdagangkan. Proses perdagangan
berakhir saat penjual menerima pernyataan dari lembaga kliring.
Tahap post trade perdagangan timah di bursa ditandai dengan penerbitan
invoice dan pembayaran royalti pembayaran. Terkait royalti, dalam Permendag
No. 33 Tahun 2015 menyatakan bahwa timah dapat diekspor jika telah
membayar iuran/produksi royalti yang telah diverifikasi oleh Dirjen Minerba
ESDM, dilengkapi Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB). Pembagian
royalti tersebut diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
royalti untuk pemerintah pusat adalah sebesar 20% dan pemerintah daerah
sebesar 80%. Royalti yang diterima pemerintah daerah dirinci sebagai berikut,
pemerintah propinsi sebesar 16%, pemerintah Kabupaten/kota penghasil
sebesar 32%, dan pemerintah kabupaten/kota lainnya dalam propinsi yang
bersangkutan sebesar 32%. Tahap selanjutnya yaitu penjual menerima
pembayaran sebesar 70% dari nilai transaksi, kemudian menyiapkan
dokumen ekspor, dan menerima sisa pembayaran sebesar 30%.
Bagi pembeli, tahap pre trade adalah mendaftar dan membayar iuran
pendaftaran, kemudian melakukan pembayaran uang muka sebesar 30%.
Saat tahap perdagangan, pembeli menetapkan besar harga timah yang ingin
dibeli, tahap selanjutnya adalah menerima notifikasi mengenai jatah pembelian
timah. Kemudian pembeli menerima pernyataan dari lembaga kliring. Pada
tahap post trade, pembeli timah mengajukan identitas penerima barang bila
penerima timah berbeda dengan pembeli, setelah melunasi pembayaran,
pembeli mengajukan intruksi pengiriman dan menerima timah di pelabuhan.
Berikut adalah skema perdagangan timah yang diterapkan kepada penjual
timah yang terdaftar di BKDI.
62
Perdagangan Timah di Dalam Negeri
Mengajukan
Menerima Pernyataan
Instruksi Pengiriman
dari lembaga Kliring
pelabuhan
63
Riska Pujiati
30,000
25,000
20,000
USD/Ton
15,000
10,000
5,000
-
3 3 3 4 4 4 4 4 15 5 5 5 5 5 16 6
-1 -1 -1 -1 -1 l-1 -1 -1 n- -1 -1 l-1 -1 -1 n- -1
ug ct ec ar ay Ju ep ov ar ay Ju ep ov ar
A -O D M M 2- S N Ja M M 2- S N Ja M
0- 30 0- 2- 2- 2- 2- 2- 2- 2- 2- 2- 2- 2-
3 3
64
Perdagangan Timah di Dalam Negeri
25,000
20,000
15,000
USD/Ton
10,000
5,000
-
30-Aug-13
30-Sep-13
30-Oct-13
30-Nov-13
30-Dec-13
30-Jan-14
2-Mar-14
2-Apr-14
2-May-14
2-Jun-14
2-Jul-14
2-Aug-14
2-Sep-14
2-Oct-14
2-Nov-14
2-Dec-14
2-Jan-15
2-Feb-15
2-Mar-15
2-Apr-15
2-May-15
2-Jun-15
2-Jul-15
2-Aug-15
2-Sep-15
2-Oct-15
2-Nov-15
2-Dec-15
Bulan
65
Riska Pujiati
USD/Ton Lot
30,000 1,600
Harga Timah (TINPB300)
1,411 1,400
25,000 23,381
1,200
20,000
1,00
15,000 800
Volume Timah 14,300 13,886
(Sumber Kanan)
600
10,000
400
5,000
200
38
- -
13 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 6 6
g- -1 c-
1
b-
1 r-1 n-
1
g-
1 -1 c-
1
b-
1 r-1 n-
1
g-
1 -1 c-
1
b-
1
ct ct ct
Au O D
e Fe Ap Ju Au O D
e Fe Ap Ju Au O D
e Fe
66
Perdagangan Timah di Dalam Negeri
USD/Ton
Lot
30,000 600
Harga Timah
(TIN PB200)
25,000 23,420 500
20,000 400
15,000 300
14,422 14,020
10,000 200
5,000 100
Volume Timah
(Sumber Kanan)
- -
3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 6 6
t-1 -1 -1 r-1 -1 -1 t-1 -1 -1 r-1 -1 -1 t-1 -1 -1
c ec Fe
b
Ap Ju
n g c ec b
Ap
n g c ec b
O D Au O D Fe Ju Au O D Fe
67
Riska Pujiati
4.5 Penutup
Perdagangan timah Indonesia yang sebagian besar dijual untuk memenuhi
kebutuhan pasar internasional saat ini dilakukan melalui Bursa Komoditi dan
Derivatif Indonesia (BKDI). Sampai saat ini Indonesia belum menjadi penentu
harga (price maker) di pasar internasional. Pembentukan BKDI bertujuan
untuk merekam seberapa besar timah yang ditransaksikan secara resmi di
pasar sehingga diharapkan mampu meminimalisir ekspor timah yang tidak
tercatat selama beberapa tahun terakhir. Dengan kata lain, perdagangan
timah untuk ekspor melalui BKDI diharapkan mampu meningkatkan harga
dan daya saing timah Indonesia. Dalam memperdagangkan timah di bursa,
mekanisme penjualan dan pembelian timah terbagi menjadi 3 tahap utama
yaitu pre trade, trade, dan post trade. Perkembangan harga dan volume
transaksi timah Indonesia menunjukkan berfluktuasi dalam beberapa periode.
Diharapkan di masa depan harga timah yang terbentuk di BKDI mampu
menjadi acuan para pelaku usaha timah dalam menentukan harga dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Bappebti.
(2012). “INATIN Acuan Harga Timah Dunia”. Bulletin Bappebti/
Mjl/131/XI/2012/Edisi Februari, Kementerian Perdagangan.
Bappebti. (2013). “Bursa Timah Rujukan Dunia”. Bulletin Bappebti/Mjl/148/
XII/2013/Edisi Juli.
Bappebti. (2014). “Era Baru Perdagangan Timah”. Buletin Bappebti/Mjil/158/
VI/2014/ Edisi Juni 2014, Kementerian Perdagangan.
Bappebti. (2016). “Data Harga dan Volume Perdagangan Timah”. Laporan
dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi.
BPPKP. (2014). “Analisis Dampak Kebijakan Ekspor Timah Terhadap Kinerja
Timah Indonesia”. Laporan Penelitian Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BPPKP), Kementerian
Perdagangan.
Indonesia Commodty & Derivative Exchange (ICDX) and Indonesia Clearing
House (ICH). (2015). “New Era of Indonesia Tin, Transforming Tin
Industry, Enhancing Indonesia’s Competitiveness. Tin Hand Book
Kementerian Perdagangan. (2014). Siaran Pers Kemendag Terbitkan
Permendag No. 44 Tahun 2014 Tentang Ketentuan Ekspor Timah.
[Online]. Tersedia: http://www.kemendag.go.id/id/news/2014/07/25/
kemendag-terbitkan-permendag-no-44-tahun-2014-tentang-
ketentuan-ekspor-timah-[25Juli 2014]
68
Perdagangan Timah di Dalam Negeri
69
Riska Pujiati
70
Perdagangan Timah di Luar Negeri
BAB V
PERDAGANGAN TIMAH DI LUAR NEGERI
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
5.1 Pendahuluan
Asia Tenggara merupakan kawasan yang memberikan kontribusi besar
di dunia sebagai kawasan penghasil timah. Memiliki letak geografis yang
strategis sebagai produsen timah, kawasan Asia Tenggara dikenal dengan
sebutan The Southeast Asian Tin Belt atau sabuk timah yang melewati
kawasan Asia Tenggara. Secara keseluruhan, kawasan ini menghasilkan 9,6
juta ton timah, ekuivalen dengan 54% dari total produksi dunia. Sabuk timah ini,
menjadi keuntungan bagi Asia Tenggara khususnya Indonesia untuk menjadi
negara eksportir timah utama di dunia (Schwartz, 1995). Timah merupakan
salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia di bidang pertambangan.
Indonesia juga dikenal sebagai Tin Islands, yaitu kawasan penghasil timah
yang melewati wilayah Pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian di
daratan Sumatera, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan bagian
barat Kalimantan.
Cadangan timah di Indonesia menduduki peringkat ke-5 dunia, dengan
proporsi 8,1% dari cadangan timah yang tersebar di Bangkinang (Riau),
Dabo (Pulau Singkep), Manggar (Pulau Belitung), dan Sungai liat (Pulau
Bangka) (Dwiarto, 2014).Sebagai eksportir timah terbesar di dunia, Indonesia
menguasai kurang lebih 30% pasar timah global dari total ekspor USD 14
miliar. Timah Indonesia banyak dipakai oleh produsen elektronika dunia seperti
Jepang, Tiongkok, hingga Korea Selatan (Detik Finance, 2014). Namun,
banyaknya penambangan timah ilegal serta maraknya penyelundupan timah
ke luar negeri menyebabkan harga timah serta daya saing timah Indonesia
semakin lama semakin menurun (Neraca.co.id, 2016).
71
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
35,000
30,000
25,000
20,000
5,000
0
Jan-05-
Jun-05
Nov-05
Apr-06
Sep-06
Feb-07
Jul-07
Dec-07
May-08
Oct-08
Mar-09
Aug-09
Jan-10
Jun-10
Nov-10
Apr-11
Sep-11
Feb-12
Jul-12
Dec-12
May-13
Oct-13
Mar-14
Aug-14
Jan-15
Jun-15
Nov-15
Gambar 5.1 Harga Timah Dunia (USD/MTon).
72
Perdagangan Timah di Luar Negeri
(HS 8001); sisa dan skrap timah atau tin waste and scrap (HS 8002); batang,
batang kecil, profil dan kawat timah atau tin bars, rods, profiles and wire (HS
8003); piring kaleng, lembaran dan strip, ketebalan melebihi 0,2 mm atau tin
plates, sheets and strips, of thickness exceeding 0,2 mm (HS 8004); timah,
dengan ketebalan tidak melebihi 0,2 mm; serbuk timah & serpihan atau tin
foil, of a thickness not exceeding 0,2 mm; tin powders & flake (HS 8005);
tabung timah, pipa & tabung/ pipa fitting atau tin tubes, pipes & tube/pipe
fittings (HS 8006); barang lainnya dari timah atau tin articles, nes (HS 8007);
dan kawat, batang kecil, pembuluh, pelat, elektroda dan produk semacam itu
yang digunakan untuk menyolder, mematri, mengelas atau mengendapkan
logam atau karbida logam atau wire/rod, etc of base metal/ weld of metal
carbide (HS 8311).
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
No. 33/M-DAG/PER/5/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Perdagangan no. 44/M-DAG/PER/7/2014 tentang Ketentuan Ekspor
Timah disebutkan bahwa untuk kode HS 8001 digolongkan dalam kategori
“timah murni batangan”. Bagi kode HS 3810, 8003, dan 8311 dikategorikan
dalam jenis “timah solder”. Sementara untuk timah dengan kode HS 8007
dikategorikan sebagai “barang lainnya dari timah”.
Untuk jenis timah dengan kode HS 8004, 8005, dan 8006 tidak disebutkan
di dalam permendag ini. Namun, apabila dilihat dari Pasal 2 ayat 1 dan 2,
disebutkan bahwa “Timah yang dapat diekspor hanya Timah Murni Batangan,
Timah Solder, dan Barang Lainnya Dari Timah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini”. Ayat 2 disebutkan bahwa “Timah yang tidak tercantum dalam Lampiran I
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk diekspor”, maka dapat
dikatakan bahwa HS 8004, 8005, dan 8006 dilarang ekspornya.
Bagaimana dengan kode HS 8002? HS 8002 memang tidak disebutkan
dalam lampiran I pada Permendag No. 33/M-DAG/PER/5/2015, akan tetapi
bukan berarti komoditas ini dilarang ekspornya. Pada Permendag No.
45/M-DAG/PER/7/2012 Pasal 2 ayat 1 disebutkan “Sisa dan Skrap Logam
yang dibatasi ekspornya tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Sementara pada Pasal 3 ayat
1 disebutkan “Sisa dan Skrap Logam sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat 1 hanya dapat diekspor oleh Eksportir yang telah mendapatkan SPE
Sisa dan Skrap Logam”. Oleh karena itu, HS 8002 boleh diekspor tetapi
sangat dibatasi.
73
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
Pada gambar 5.2, secara umum, kinerja ekspor dan impor untuk komoditas
timah di Indonesia selama kurun waktu 10 tahun terakhir selalu menunjukkan
surplus perdagangan. Kinerja perdagangan timah Indonesia menunjukkan
ekspor rata-rata pada tahun 2005 hingga 2007 tidak melebihi USD 1 miliar.
Perubahan mencolok terjadi pada perdagangan timah tahun 2008, dimana
ekspor menunjukkan angka sebesar USD 2,06 miliar atau meningkat 91,8%
dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ekspor ini juga berkontribusi
positif terhadap neraca perdagangan sebesar USD 1,8 miliar, meningkat 88%
dari tahun sebelumnya. Setelah tahun 2008, perdagangan timah Indonesia
cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011, ekspor timah Indonesia mencapai nilai
tertinggi selama 10 tahun terakhir, dimana ekspor mencapai nilai sebesar
USD 2,56 miliar dengan neraca perdagangan sebesar USD 2,3 miliar. Pada
tahun 2012 hingga 2014, tren ekspor cenderung negatif.
74
Perdagangan Timah di Luar Negeri
3,000,000
2,500,000
2,000,000
Ekspor
1,500,000
Impor
500,000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000
Timah tidak ditempa
1,000,000
500,000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
75
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
Selain ekspor unwrought tin atau timah tidak ditempa, ekspor jenis timah
lainnya juga mengalami fluktuasi. Data Trade Map (2016) pada Gambar 5.4
dapat dilihat bahwa terdapat jenis timah yang mengalami fluktuasi cukup
signifikan, yakni kawat, batang kecil, pembuluh, pelat, elektroda dan produk
semacam itu yang digunakan untuk menyolder, mematri, mengelas atau
mengendapkan logam atau karbida logam(HS 8311); batang, batang kecil,
profil dan kawat timah(HS 8003); dan barang lainnya dari timah(HS 8007).
Untuk ekspor komoditas kawat, batang kecil, pembuluh, pelat, elektroda
dan produk semacam itu yang digunakan untuk menyolder, mematri,
mengelas atau mengendapkan logam atau karbida logam dapat dilihat bahwa
pada periode 2005 hingga 2011 terus meningkat hingga mencapai USD 122,5
juta. Ekspor komoditas ini kemudian turun drastis pada angka USD 25,7 juta
di tahun 2012.
Bertolak belakang, ekspor barang lainnya dari timah justru meningkat
signifikan pada tahun 2012. Selama periode 2005 hingga 2011, rata-rata
ekspor Indonesia untuk produk barang lainnya dari timah sebesar USD 2,61
juta. Sementara pada tahun 2012, ekspor Indonesia untuk jenis timah ini
mencapai USD 63,5 juta. Ekspor batang, batang kecil, profil dan kawat
timah di tahun 2012 juga mengalami fluktuasi yang signifikan. Ekspor
tercatat sebesar USD 15,7 juta pada 2011, dan kemudian meningkat
menjadi USD 154,5 juta.
120,000
80,000
Preparat bersifat asam untuk permukaan
60,000 logam; flux dan preparat tambahan lainnya
untuk menyolder, mematri atau mengelas;
bubuk dan pasta untuk menyolder, mematri
40,000 atau mengelas
Sisa dan skrap timah
20,000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
76
Perdagangan Timah di Luar Negeri
80,000
Timah tidak ditempa
60,000
20,000
Bijih timah dan konsentratnya
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pada Gambar 5.6 dapat dilihat bahwa negara tujuan ekspor timah
Indonesia terbesar adalah Singapura dengan pangsa ekspor sebesar 35%
pada tahun 2014. Jumlah ini bisa dibilang fantastis apabila dibandingkan
dengan negara lain yang juga merupakan tujuan ekspor timah Indonesia.
Ekspor timah Indonesia ke Singapura jumlahnya mencapai hampir sembilan
kali lipat ekspor Indonesia ke Belanda.
Setelah Singapura, tujuan ekspor timah terbesar kedua adalah Belanda
dengan ekspor sebesar 4%; lalu Jepang dan Malaysia dengan jumlah
masing-masing sebesar 2%; kemudian Taiwan, Amerika Serikat, Inggris,
77
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
Korea Selatan, India dan Italia yang masing-masing sebesar 1%. Data Trade
Map (2016) menunjukkan bahwa jumlah ekspor Indonesia ke Singapura
mencapai USD 1,38 miliar. Sementara ekspor Indonesia ke Belanda, Jepang,
dan Malaysia berturut-turut hanya mencapai nilai USD 141,9 juta, USD 94
juta, dan USD 72 juta.
India Italia
1% 1%
Korea Selatan
1% Negara Lain
51%
Inggris
1%
Amerika Serikat
1%
Taiwan
1%
Malaysia
2% Singapura
Jepang 35%
2% Belanda
4%
78
Perdagangan Timah di Luar Negeri
Belgia
Belanda 5%
5%
Jerman
6%
Indonesia
23%
Peru
7%
Singapura
17%
Jepang
7%
Malaysia
Amerika Serikat RRT 11%
9% 10%
79
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
seperti Malaysia dan Singapura yang melakukan ekspor timah sekitar 20 ribu
ton per tahun”. Menjamurnya penambang-penambang ilegal menjadi faktor
utama yang sebagian besar memenuhi kebutuhan timah di Malaysia dan
Singapura. Medan Bisnis (2015) memberitakan bahwa di Propinsi Kepulauan
Bangka Belitung setidaknya terdapat 1.640 penambang ilegal yang memasok
timah ke Malaysia. Dalam sehari, para penambang ilegal tersebut mampu
memproduksi kurang lebih 950 ton timah dalam setahun untuk dikirim ke
Malaysia.
Berbeda kondisinya dengan ekspor, tren impor timah Indonesia justru
menunjukkan nilai yang positif pada periode 2005 hingga 2014. Pada tahun
2005, impor timah menunjukkan angka sebesar USD 52,7 juta, sedangkan
pada tahun 2014 impor menunjukkan angka USD 200 juta atau meningkat
lebih dari 250%. Peningkatan impor yang signifikan, menunjukkan adanya
peningkatan kebutuhan akan produk timah di dalam negeri.
Kinerja impor Indonesia untuk produk timah, secara total tercatat sebesar
USD 200,2 juta dari nilai total ekspor USD 1,9 miliar pada tahun 2014. Impor
terbesar Indonesia untuk jenis timahnya adalah kawat, batang kecil, pembuluh,
pelat, elektroda dan produk semacam itu yang digunakan untuk menyolder,
mematri, mengelas atau mengendapkan logam atau karbida logam (HS
8311), yaitu menyumbangkan USD 145,2 juta pada tahun 2014, diikuti oleh
impor batang, batang kecil, profil dan kawat timah (HS 8003) sebesar USD
125,8 juta, dan barang lainnya dari timah (HS 8007) sebesar USD 107,1 juta.
Tingginya permintaan kawat, batang kecil, pembuluh, pelat, elektroda dan
produk semacam itu yang digunakan untuk menyolder, mematri, mengelas
atau mengendapkan logam atau karbida logam di Indonesia dikarenakan
produk tersebut digunakan untuk kebutuhan dalam industri listrik, otomotif
dan juga elektronik. Solder sering digunakan untuk menyambung beberapa
lapisan perangkat yang membutuhkan kabel atau logam lain pada sirkuit
khusus (manfaat.co.id, 2016).
80
Perdagangan Timah di Luar Negeri
Timah Solder
3810100000 Preparat bersifat asam
untuk permukaan logam;
bubuk atau pasta untuk
menyolder, memateri dan
mengelas terdiri dari
logam dan bahan lain 17.885 86.923 106.730 44.899 56.674 3.967 0,01
8311900000 Selain cored wire dari baja
paduan, mengandung
karbon 4,5% atau lebih dan
kromium 20% atau lebih
menurut beratnya 14.437.457 16.605.035 159.779 344.753 347.247 239.054 0,32
81
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
Berdasarkan data Trade Map (2016), timah murni batangan atau timah
tidak ditempa, bukan paduan (HS 8001100000) pada tahun 2014 sebagian
besar diimpor oleh negara-negara maju seperti Singapura, Amerika Serikat,
Jepang, Jerman, dsb. Pasar untuk jenis timah ini juga tersebar pada negara-
negara berkembang yang cenderung memiliki industri yang padat karya
seperti India dan RRT. Jenis timah ini biasa digunakan sebagai bahan dasar
82
Perdagangan Timah di Luar Negeri
83
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
Berdasarkan data yang diperoleh dari Trade Map (2016), pasar timah
solder pada tahun 2014 sebagian besar adalah negara-negara Asia seperti RRT,
Singapura, Thailand, dan Malaysia. Tabel 5.4 menunjukkan bahwa pasar timah
solder terbesar adalah RRT dengan nilai impor sebesar USD 414,78 juta pada
tahun 2014. Pasar terbesar ke-dua adalah Singapura dengan nilai impor sebesar
USD 282,4 juta, diikuti oleh Thailand (USD 263,26 juta), Malaysia (USD 189,45
84
Perdagangan Timah di Luar Negeri
juta), Mexico (USD 188,75 juta), Hong Kong (USD 163,74 juta), Amerika Serikat
(USD 151,72 juta), Indonesia (USD 103,48 juta), Taiwan (USD 102.92 juta), dan
Korea (USD 95,56 juta).
85
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
Gambar 5.10 Negara Eksportir Barang Lainnya dari Timah Tahun 2014.
Sumber: Trade Map (2016), diolah
Tabel 5.5 menujukkan bahwa pasar barang lainnya dari timah terbesar
adalah Amerika Serikat dengan nilai impor sebesar USD 53 juta pada tahun
2014. Pasar terbesar ke-dua adalah RRT dengan nilai impor sebesar USD
46,25 juta, diikuti oleh Singapura (USD 32,19 juta), Taiwan (USD 28,71 juta),
Selandia Baru (USD 27,94 juta), Inggris (USD 26.25 juta), Uni Emirat Arab
(USD 16,95 juta), Korea Selatan (USD 15,95 juta), dan Belgia (USD 15,85 juta).
86
Perdagangan Timah di Luar Negeri
‘800110 Timah bukan paduan, tidak ditempa 32,144 30,401 35,678 34,333 31,227
‘800300 Tin bars, rods, profiles and wire 2,712 2,176 1,612 17,193 11,987
Coated rods & cored wire, of base metal, for soldering,
‘831130 0,438 0,1 0,138 1,589 20,45
brazing, or welding by flame
Wire, rods, tubes, plates, electrodes and the like, of base
metal or of metal carbides, coated or cored with flux
material, for soldering, brazing, welding or deposition
‘831190 14,132 13,815 0,112 0,349 0,516
of metal or metal carbides, n.e.s, and wire and rods of
agglomerated base metal powder, for metal spraying,
n.e.s
Barang Lainnya Dari Timah
‘800700 Barang lainnya 0,966 1,596 14,393 3,69 19,14
Ekspor Terbatas
‘800200 Limbah timah dan scrap 0,683 0,5 0,856 0,757 0,441
87
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
Berdasarkan perhitungan nilai RCA pada Tabel 5.6, timah Indonesia yang
berdaya saing (bernilai ≥ 1) pada tahun 2014 berjumlah lima jenis produk
timah, artinya lima produk tersebut yang merupakan produk unggulan timah
Indonesia di pasar Internasional. Lima produk timah Indonesia yang berdaya
saing antara lain adalah HS 8001.10 (Tin not alloyed unwrought atau Timah
Murni Batangan), HS 8311.30 (Coated rods & cord wire of base metal for
soldering, brazing/ weldging by flame atau Timah Solder), HS 8003.00 (Tin
bars, rods, profiles and wire atau Timah Solder), HS 8001.20 (Tin alloys
unwrought atau Timah Murni Batangan), dan HS 8007.00 (Tin articles nes
atau Barang Lainnya Dari Timah).
Apabila melihat daya saing produk timah jenis Tin not alloyed unwrought,
maka dapat diketahui bahwa daya saing jenis produk timah ini sangat
baik dengan nilai indeks sebesar 31,22 pada tahun 2014. Namun apabila
dibandingkan tahun sebelumnya, daya saing Tin not alloyed unwrought
selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Berbeda dengan produk
Coated rods & cord wire of base metal for soldering, brazing/welding by flame,
dan juga produk Tin articles nes yang menunjukkan adanya tren peningkatan
daya saing dari tahun ke tahun. Produk Coated rods & cord wire of base
metal for soldering, brazing/welding by flame, pada tahun 2014, memiliki
indeks sebesar 20,45 padahal tahun-tahun sebelumnya produk ini berdaya
saing sangat rendah. Sama halnya dengan produk Tin articles nes yang
menunjukkan adanya peningkatan indeks daya saing yang signifikan.
88
Perdagangan Timah di Luar Negeri
ekspor tertinggi tercatat pada tahun 2004 dan 2006, yaitu masing-masing
sebesar 41.759 MT (Metrik Ton) dan 44.829 MT. Pada tahun 2013, ekspor
ilegal tercatat menurun yakni 18.341 MT. Secara total, dari kurun waktu 2004
– 2013, tercatat ekspor ilegal sebesar 301.800 MT.
200,000
150,000
100,000
50,000
-
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
(50,000)
100,000)
Data Resmi Pemerintah RI Data Resmi Negara Pembeli Selisih (Ilegal)
89
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
90
Perdagangan Timah di Luar Negeri
5.7 Penutup
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan timah
terbesar di dunia. Letak geografis Indonesia di jalur timah asia, membuat
Indonesia sangat diuntungkan untuk mengembangkan produk hulu maupun
hilir timah. Sayangnya, produk timah Indonesia yang masih diunggulkan untuk
ekspor dan berdaya saing adalah timah jenis timah murni batangan semata.
Masih banyak produk turunan timah yang memiliki tingkat competitiveness
rendah. Hilirisasi produk timah sejatinya menjadi prioritas pemerintah
Indonesia agar produk timah mendapatkan nilai tambah (value added) yang
besar.
Cita-cita para pelaku usaha timah untuk mengembangkan bahkan untuk
ekspansi produk hilir timah ke luar negeri masih kesulitan karena dibebani oleh
biaya, aturan dan regulasi yang berlaku. Salah satunya adalah biaya Laporan
Surveyor, yang diwajibkan dalam Permendag No. 33 Tahun 2015. Peraturan
yang awalnya dibentuk untuk mengendalikan ekspor timah Indonesia sehingga
dapat ikut mendongkrak harga timah dunia, dinilai menambah beban para
pelaku usaha. Tata niaga perdagangan yang mengatur jenis, ukuran, hingga
bentuk timah yang diperbolehkan untuk diekspor, semakin membatasi pelaku
usaha untuk melakukan ekspor. Sementara, penyerapan timah dalam negeri
sangat sedikit dibandingkan kebutuhan dunia.
91
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
DAFTAR PUSTAKA
Antaranews.com. (2007). “Kendala Bahan Baku Paksa Singapura Revisi
Target ProduksiTimah”. Diakses pada 17 Februari 2016 dari http://
www.antaranews.com/berita/79178/kendala-bahan-baku-paksa-
singapura-revisi-target-produksi-timah.
Beritasatu.com. (2015). “Industri Smelter Butuh Tax Holiday”. Diakses tanggal
12 Februari 2016 dari http://www.beritasatu.com/ekonomi/326424-
industri-smelter-butuh-tax-holiday.html.
BPPKP. (2014). “Analisis Dampak Kebijakan Ekspor Timah Terhadap Kinerja
Timah Indonesia”.Laporan Penelitian dari Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Perdaagangan (BPPKP), Kementerian
Perdagangan.
BPPKP. (2015). “Pemetaan Produk Timah Terkait Unsur Komersial Maupun
Unsur Teknis”.Laporan Penelitian dari Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Perdaagangan (BPPKP), Kementerian
Perdagangan.
BPS. (2016). “Realisasi Ekspor Impor Timah Indonesia ke Dunia”. Laporan
Statistik, BPS Jakarta.
Detik Finance. (2014). “RI Jadi Eksportir Timah Terbesar Kalahkan Tiongkok”.
Diakses tanggal 16 Februari 2016 dari http://finance.detik.com/re
ad/2014/10/17/122450/2721668/4/ri-jadi-eksportir-timah-terbesar-
kalahkan-tiongkok.
Dwiarto, D. 2014. “Potensi dan Tantangan Pertambangan di Indonesia”.
Makalah Ilmiah, Asosiasi Pertambangan Indonesia.
Indonesia Corruption Watch (ICW). (2014). “Membongkar Mafia Ekspor
Timah Ilegal Indonesia”.Kajian Ekspor Timah Ilegal ICW. Indonesia
Corruption Watch, 2 Mei 2014. Jakarta.
92
Perdagangan Timah di Luar Negeri
93
Ridho Meyrandoyo Hastjarjo
Tribunnews.com. (2016). “Modus Ekspor Arang Ternyata PT. WPS Bawa Pasir
Timah Ilegal Asal Bangka”. Diakses tanggal 27 April 2016 dari http://
bangka.tribunnews.com/2016/04/12/modus-ekspor-arang-ternyata-
pt-wps-bawa-pasir-timah-ilegal-asal-bangka.
World Bank. (2015). “Commodity Price Data”. Diakses tanggal 16 Februari
dari http://data.worldbank.org/data-catalog/commodity-price-data.
94
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
BAB VI
PROSPEK PASAR DAN PERDAGANGAN TIMAH:
PELUANG DAN TANTANGAN
Kumara Jati
6.1 Pendahuluan
Komoditas timah di Indonesia sudah mendunia sejak abad ke tujuh
di zaman kejayaan Kerajaan Sriwijaya (Bappebti, 2013). Hingga saat ini,
timah merupakan salah satu produk potensial pertambangan dan ekspor di
Indonesia. Adanya peningkatan permintaan atas produk timah dan olahannya
di pasar domestik maupun internasional menjadikan timah sebagai komoditas
yang bernilai ekonomis tinggi dan bisa diandalkan sebagai komoditas ekspor
unggulan.
Disamping kondisi pasar yang bersifat dinamis, ada beberapa tantangan
yang didapat oleh pebisnis komoditas timah. Tantangan utamanya yaitu relatif
rendahnya kualitas timah yang ditambang dan diolah di Indonesia sehingga
sulit untuk memenuhi ketentuan negara tujuan ekspor. Tantangan lain adalah
masalah pertambangan, pemberian nilai tambah, relatif sulitnya mendapat
bahan baku, dan permintaan industri dalam negeri yang masih rendah.
Semakin berkurangnya cadangan timah di Indonesia merupakan
salah satu konsekuensi dari eksploitasi tambang timah yang berlebihan
berakibat pada produksi timah yang berkelanjutan sulit untuk dicapai. Dalam
mengatasi hal ini, pemerintah pusat, pemerintah daerah, penambang serta
pengusaha timah dapat berkoordinasi dan berupaya menyusun rancangan
dan perencanaan yang matang dalam rangka mengelola komoditas timah
sehingga dapat memberikan pasokan bahan baku kepada industri dalam
negeri dan tetap dapat meraih serta mempertahankan pangsa pasar timah
di luar negeri.
Bagian ini membahas tentang prospek perdagangan dalam negeri dan
prospek perdagangan luar negeri yang terdiri dari prospek produksi, konsumsi,
tantangan, peluang serta strategi komoditas timah. Pembahasan mengenai
prospek timah di masa depan akan sangat penting untuk memprediksi potensi
yang bisa dikembangkan oleh stakeholder supaya bisa berguna bagi bangsa
dan negara.
95
Kumara Jati
96
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
Ton
100.000 Produksi Timah 30.000
95.200 USD/Ton
Indonesia
90.000 26.051 82.062
Harga Timah 80.169
78.319
25.000
80.000 Dunia (RHS) 76.512
74.747 73.022
70.000
20.000
60.000
50.000 15.000
40.000
10.000
30.000
20.000
5.000
10.000
- -
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
20 f
20 f
20 f
f
15
16
17
18
19
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
97
Kumara Jati
USD/Ton
32.347
30.000
25.000
20.000
15.000
14.745
10.000
5.000
0
Nov-85
Oct-86
Sep-87
Aug-88
Jul-89
Jun-90
May-91
Apr-92
Mar-93
Feb-94
Jan-95
Dec-95
Nov-96
Oct-97
Sep-98
Aug-99
Jul-00
Jun-01
May-02
Apr-03
Mar-04
Feb-05
Jan-06
Dec-06
Nov-07
Oct-08
Sep-09
Aug-10
Jul-11
Jun-12
May-13
Apr-14
Mar-15
98
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
menyebabkan daya beli dan permintaan akan timah menurun sehingga harga
timah juga turun pada tahun 2008. Hal yang sama terjadi pada tahun 2015,
dimana perekonomian dunia melambat sehingga menyebabkan permintaan
industri yang biasa membeli timah berkurang sehingga harga timah di tahun
2015 cenderung menurun.
Perub. Tren
Harga 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 ‘19/’15 (%)
(%)
Timah 19,2 20,2 19,8 14,6 15,2 17,0 18,0 17,8 21,9 -0,02
(000 USD/MTon)
Minyak Mentah 105 104,1 96,2 50,8 29,9 35,8 39,7 43,1 -15,2 -0,16
(USD/barrel)
Sumber: Prediksi harga timah dari EIU (2015) dan prediksi harga minyak
dari Commodity Price Forecasts IMF (2016), diolah
99
Kumara Jati
Perub. Tren
Harga 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 ‘23/’16 (%)
(%)
Timah 18,8 19,2 19,6 20,1 20,5 21,0 21,5 21,9 16,5 0,02
Nikel 14,5 14,8 15,2 15,6 15,9 16,3 16,7 17,1 17,9 0,02
Tembaga 5,9 6 6,1 6,2 6,3 6,4 6,5 6,6 11,9 0,02
Timbal 1,8 1,9 1,96 2,02 2,07 2,13 2,2 2,26 25,6 0,03
Seng 2,05 2,1 2,14 2,19 2,24 2,29 2,34 2,39 16,6 0,02
Selain EIU (2015) dan IMF (2016), World Bank (2015) juga mengeluarkan
prediksi harga internasional timah dan komoditi logam lainnya termasuk
nikel, tembaga, timbal dan seng. Harga timah termasuk paling mahal jika
dibandingkan dengan komoditas logam lainnya (kategori bukan logam
berharga) seperti nikel, tembaga, timbal dan seng. Prediksi dari Bank Dunia
ini sedikit berbeda dengan prediksi EIU dan IMF karena tren harga timah
diperkirakan memiliki tren meningkat dari tahun 2016 sampai dengan tahun
2023.
Peningkatan harga timah selama kurun waktu 8 tahun ke depan
ternyata seiring dengan peningkatan harga komoditi logam lainnya dengan
tren relatif sama sekitar 0,02-0,03%. Prediksi harga timah dari Bank Dunia
relatif lebih tinggi (optimis) dibandingkan dengan prediksi harga timah dari
EIU dan IMF dengan perbedaan harga sekitar USD 3.600/MTon di tahun
2016, USD 2.200/MTon di tahun 2017, USD 1.600/MTon di tahun 2018, dan
USD 2.300/MTon di tahun 2019. Ekspektasi harga timah tahun 2016-2019
oleh Bank Dunia relatif lebih tinggi dari EIU dan IMF diperkirakan salah
satunya karena pertumbuhan konsumsi metal dunia dan konsumsi metal
olahan RRT memiliki tren yang terus meningkat.
Perkiraan peningkatan harga komoditas timah dari tahun 2016 ke 2023
relatif lebih rendah dibandingkan peningkatan harga timbal, nikel dan seng.
Harga timbal diharapkan naik sebesar 25,6%, harga nikel naik 17,9%, harga
seng naik 16,6% dan harga timah naik sebesar 16,5%. Apabila harga timah
tahun 2023 sebesar USD 21.900/MTon ini benar terjadi maka harga ini
merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2014 sebesar USD 22.231/MTon.
Namun, harga timah sepanjang sejarah tetap tertinggi pada bulan April 2011
yaitu sebesar USD 32.348/MTon.
100
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
350.000
Total: 321.956
TON Total: 296.000 Total: 304.051
Total: 282.000
Total: 294.000 Total: 291.762
300.000
Total: 279.000 Total: 284.551
Negara Negara
Lainnya Lainnya
Negara Negara Negara Negara Negara
250.000 65.100 63.300 Negara
Lainnya Lainnya Lainnya Lainnya Lainnya
Lainnya
Peru Peru 116.795 137.788 162.555 191.774
23.700 94.000 99.000
23.700
200.000
Peru Peru
Peru
84.000 18.000 15.000
12722 Peru
95.200
150.000 10790 Peru
Indonesia
Indonesia 9151 Peru
70.000 69.000
61517
Indonesia Indonesia Indonesia 54845
48897
100.000 Indonesia Indonesia 43594
RRT Indonesia
RRT
RRT
RRT RRT RRT RRT
125.000 RRT
50.000 110.000
97.000 99.000 93518 88339 83447 78826
-
2013 2014 2015f 2016f 2017f 2018f 2019f 2020f
101
Kumara Jati
dan Peru turun sedangkan proporsi produksi negara lain penghasil timah
meningkat.
Jika produksi timah dunia ini dibagi berdasarkan benua maka ada 3
besar benua yang mendominasinya yaitu: Asia (83%), Amerika (14%) dan
Eropa (3%). Meskipun Eropa hanya menguasai minoritas dari produksi dunia,
tetapi bursa timah di London Exchange Market (LME) masih menentukan
harga timah dipasar internasional. Padahal Asia menguasai mayoritas dari
produksi timah dunia. Berdasarkan penelitian BPPKP (2014), harga timah di
bursa LME hari ini akan mempengaruhi harga timah di bursa BKDI keesokan
harinya atau harga timah di bursa BKDI dipengaruhi oleh harga timah di
LME kemarin.dengan Direktur Utama PT. Timah Tbk, ada optimisme bahwa
Indonesia harus bisa menjadi negara penentu harga timah internasional.
Ribu USD/MTon
400 25
Konsumsi Timah O lahan 394
(ribu ton)
Harga Timah (RHS)
390 389
386 387
384 383 20
380 378
15
370
366
360
10
353
350
5
340
330 0
2012 2013 2014 2015 2016f 2017f 2018f 2019f 2020f
Gambar 6.4 Prediksi Konsumsi Timah Olahan dan Harga Timah Dunia.
102
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
Keadaan ini ternyata berbanding lurus dengan harga timah dunia yang pada
tahun 2020 diperkirakan naik sebesar 7,3% jika dibandingkan dengan tahun
2012. Secara sekilas terlihat bahwa pada tahun 2017 harga timah yang turun
akan berakibat pada konsumsi timah olahan yang meningkat, tetapi seiring
dengan perkembangan waktu ternyata pada tahun 2020 harga timah naik
lagi dan salah satu faktor penariknya diperkirakan yaitu konsumsi timah.
Konsumsi timah olahan dunia ini dapat dibagi dalam 6 sektor penggunaan
timah (ITRI, 2011) yaitu: solder (52%), pelat timah (17%), bahan kimia (15%),
kuningan dan perunggu (5%), industri kaca (2%), serta industri lainnya (10%).
Juta US$
10.000
9.294
9.000
7.924
7.655
8.000 7.528
7.061
6.631
7.000 6.066 Lainnya
5.550 Thailand
6.000
5.078
Bolivia
4.646
5.000 Peru
1.168 Malaysia
4.000
868 Singapura
847 833
3.000 1.190 751
677
Indonesia
935 780 620
1.061 567
1.006 519
2.000 955 475
873
799 731 669
2.439
2.132 2.129
1.000 1.814 1.660 1.518 1.389 1.271 1.163 1.064
-
2011 2012 2013 2014 2015f 2016f 2017f 2018f 2019f 2020f
103
Kumara Jati
104
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
105
Kumara Jati
seperti pajak ekspor progresif yang telah diterapkan untuk produk kelapa
sawit. Regulasi ini bisa disiapkan konsepnya dari sekarang supaya kita tidak
hanya mengekspor barang setengah jadi seperti timah murni batangan tetapi
bisa mengekspor lebih banyak lagi produk-produk turunan dari timah serta
mengurangi impor timah solder dari negara lain, khususnya dari RRT.
Adanya usulan dari Asosiasi Solder Indonesia untuk membatasi impor
timah solder dari timah perlu ditanggapi serius oleh pemerintah. Apabila
secara terus-menerus Indonesia harus ekspor timah murni batangan saja dan
mengimpor timah solder dari negara lain maka yang menerima value added
hanya negara lain. Alasan industri manufaktur mengimpor timah solder dari
negara lain adalah harga yang lebih murah, tetapi hal ini dapat disikapi dengan
membuat industri solder dalam negeri menjadi lebih efisien. Pemerintah juga
perlu mempertimbangkan pembuatan regulasi terkait SNI timah solder atau
standardisasi solder sehingga pelaku usaha dan konsumen mendapatkan
kualitas timah solder yang bagus.
Hambatan pertama yang terjadi terkait industri timah saat ini yaitu harga
timah domestik dan dunia yang sedang turun. Penurunan harga timah ini terjadi
di tahun 2015 sebesar 27,7% menjadi USD 14.600/MTon dari sebelumnya
sebesar USD 20.200/MTon di tahun 2013. Pelaku usaha yang memiliki modal
besar seperti PT. Timah Tbk dapat menerapkan strategi peningkatan stok
pada waktu harga rendah dan menjual lagi pada saat harga sudah bagus.
Selain itu pelaku usaha juga bisa memberikan nilai tambah pada timah murni
batangan dengan cara mengolahnya lagi menjadi timah solder sehingga
harganya dapat meningkat.
Hambatan yang kedua yaitu harga timah dunia mengacu pada pasar
bursa LME di London dan bukan mengacu pada PT. BKDI yang menjadi
pedagang bursa timah di Indonesia. Hal ini dimungkinkan terjadi karena
timah diperdagangkan di PT. BKDI baru mulai tahun 2013 sedangkan LME
didirikan tahun 1877 dan sudah berumur 139 tahun. Jadi sistem perdagangan,
manajerial, fasilitas, data dan informasi relatif lebih lengkap dibandingkan
dengan bursa timah yang relatif baru berdiri. Meskipun demikian, pelaku timah
di Indonesia yang menguasai pangsa pasar dunia sekitar 80% ikut berperan
menentukan harga timah dunia.
Hambatan yang ketiga yaitu indikasi ekspor ilegal timah dari Babel ke
negara tetangga Indonesia seperti Malaysia, Thailand dan Singapura. Perlu
adanya sosialisasi peraturan perundang-undangan yang berlaku terutama
Permendag No. 33 tahun 2015. Kalau memang sudah disosialisasikan tetap
melakukan pelanggaran dan mengirim timah ke luar negeri secara ilegal
maka perlu penegakan hukum supaya jera. Selain itu juga perlu adanya
pembinaan bagi penambang rakyat timah di Babel dalam hal pelatihan dan
106
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
pendidikan bekerja sama dengan PT. Timah Tbk supaya penambang rakyat
ini bisa menjual timahnya kepada perusahaan di Indonesia untuk diperjual-
belikan secara resmi melalui BKDI.
6.4 Indikasi Ekspor Timah Ilegal
Berdasarkan penelitian BPPKP (2014), Propinsi Bangka Belitung
merupakan tempat yang mampu memproduksi timah Indonesia sebesar
68,5% dari industri smelter. Namun di propinsi ini juga terdapat masalah
ekspor timah ilegal. Dari penelitian Kementerian ESDM (2013), perdagangan
timah dari Bangka Belitung ke luar negeri yang tidak tercatat di Bea Cukai
ini semakin meresahkan. Ada sejumlah royalti dari ekspor timah sebesar
3% yang seharusnya dibayarkan oleh pelaku usaha kepada negara menjadi
hilang. Selain itu ada juga kerugian negara dari kewajiban pembayaran pajak
perusahaan menjadi tidak dibayarkan (ICW, 2014).
Kondisi geografis Propinsi Bangka Belitung yang strategis bisa menjadi
peluang dalam perdagangan timah tetapi juga bisa menjadi tantangan
untuk mencegah ekspor timah ilegal. Relatif dekatnya jarak antara Bangka
Belitung dengan negara Singapura dan Penang di Malaysia membuat
aktifitas perdagangan timah ilegal semakin mudah terjadi. Kondisi Propinsi
Bangka Belitung dengan Propinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari ribuan
pulau kecil semakin mempersulit patroli pengawasan laut untuk menangkap
penyelundupan timah yang terjadi. Biasanya penyelundupan ini memanfaatkan
pulau-pulau kecil di Kepri seperti Pulau Lingga sebelum berangkat ke negara
Singapura atau Malaysia (Erman, 2007).
Tabel 6.4 Perbandingan Data Ekspor Timah di BPS dan BKDI (MTon)
Timah Selisih Timah
Ekspor
Periode Diperdagangkan diekspor dan
Timah
di BKDI di BKDI
Januari-Desember 2014 81.489 56.865 24.624
Januari-Oktober 2015 66.480 59.305 7.175
107
Kumara Jati
108
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
109
Kumara Jati
2.000 140
Emas (USD/troy ounce)
1.800
120
Timah (Ribu USD/ton, RHS)
1.600
1.200
80
1.000
60
800
600 40
400
20
200
- -
1960M01
1961M08
1963M03
1964M10
1966M05
1967M12
1969M07
1971M02
1972M09
1974M04
1975M11
1977M06
1979M01
1980M08
1982M03
1983M10
1985M05
1986M12
1988M07
1990M02
1991M09
1993M04
1994M11
1996M06
1998M01
1999M08
2001M03
2002M10
2004M05
2005M12
2007M07
2009M02
2010M09
2012M04
2013M11
2015M06
Gambar 6.6 Harga Timah, Emas dan Harga Minyak Mentah Dunia.
Sumber: World Bank (2016), diolah
110
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
6.6 Penutup
Prediksi produksi timah di Indonesia akan relatif menurun dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2017 dikarenakan masih rendahnya permintaan
timah di dalam negeri dan luar negeri. Banyak potensi penggunaan timah
di dalam negeri yang masih dapat dikembangkan termasuk dalam industri
otomotif karena pertumbuhan permintaan timah dalam negeri sangat pesat
seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Prediksi harga timah dunia pada tahun 2017 yang akan meningkat
berdasarkan prediksi Bank Dunia dan Economic and Commodity Forecast
EIU (2015) dapat memberikan harapan bagi pelaku usaha di bidang
pertambangan, industri serta perdagangan timah. Diperkirakan setelah tahun
2017 adanya peningkatan permintaan timah karena pulihnya pertumbuhan
ekonomi dunia setelah mengalami penurunan growth. Naiknya demand ini
merupakan salah satu faktor yang membuat prediksi harga timah 2017-2020
akan meningkat dibandingkan dengan tahun 2015-2016.
RRT merupakan negara penting dalam industri timah dunia. Negara ini
memproduksi 125.000 metrik ton timah atau 42,2% produksi dunia sedangkan
Indonesia ada di nomor kedua dengan 84.000 metrik ton atau 28,4%. Meskipun
demikian, ternyata RRT bukan merupakan salah satu negara pengekspor
timah terbesar. Strategi industrialisasi timah di RRT telah berjalan dengan
relatif lancar dimana sejak tahun 2012 sampai dengan 2016, produksi timah
yang telah diolah di RRT menunjukkan tren yang meningkat.
Ada tiga hambatan dan tiga peluang yang bisa dirangkum dalam industri
timah di Indonesia. Hambatan yang perlu diatasi yaitu: (1) Rendahnya harga
timah dunia dan domestik, (2) Harga timah dunia mengacu pada pasar bursa
LME dan bukan pada BKDI, (3) Adanya indikasi ekspor ilegal dari Babel.
Selain itu peluang yang perlu ditangkap oleh pemerintah dan pelaku usaha
terkait timah yaitu: (1) Terbukanya kesempatan melakukan hilirisasi karena
meningkatnya produksi timah, (2) Prediksi harga timah tahun 2017 akan naik,
dan (3) Pembuatan regulasi SNI timah solder untuk melindungi pelaku usaha/
importir supaya mendapatkan barang yang berkualitas.
111
Kumara Jati
DAFTAR PUSTAKA:
Adeyanju, Craig. (2014). “The Top Factors that Move the Price of Tin”. Laporan
dari futuresknowledge, diakses pada 18 Februari 2016 dari http://
www.futuresknowledge.com/news-and-analysis/metals/the-top-
factors-that-move-the-price-of-tin/.
ATKearney. (2015). “Beware the Oil Price Super Cycle”. Laporan dari A.T.
Kearney, Global Management Consulting Firm.
Baffes, J., Kose, A., Ohnsorge, F., dan Stocker, M. (2015). “Understanding the
Plunge in Oil Prices: Sources and Implications”. Laporan penelitian
dari Global Economic Prospects Januari 2015.
Bappebti. (2012). “INATIN Acuan Harga Timah Dunia”. Bulletin Bappebti/
Mjl/131/XI/2012/Edisi Februari, Kementerian Perdagangan.
Bappebti. (2013). “Bursa Timah Rujukan Dunia”. Bulletin Bappebti/Mjl/148/
XII/2013/Edisi Juli.
Bappebti. (2014a). “Bursa Timah BKDI: Guaranted Supply & Guaranted
Quality”. Buletin Bappebti/Mjil/155/III/2014/ Edisi Maret 2014,
Kementerian Perdagangan.
Bappebti. (2014b). “Era Baru Perdagangan Timah”. Buletin Bappebti/Mjil/158/
VI/2014/ Edisi Juni 2014, Kementerian Perdagangan.
Bappebti. (2016). “Data Ekspor Timah di BKDI”. Laporan dari Bappebti,
Jakarta.
BPPKP. (2014). “Analisis Dampak Kebijakan Ekspor Timah Terhadap Kinerja
Timah Indonesia”. Laporan Penelitian Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Perdaagangan (BPPKP), Kementerian
Perdagangan.
BPS. (2015). “Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan
I Tahun 2015”. Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, No.34/05/19/Th.IX, 5 Mei 2015.
Canuto, Otaviano. (2014). “The Commodity Super Cycle: Is This Time
Different?”. Laporan penelitian dari World Bank, June 2014, Number
150.
Davis, Graham dan Samis, Michael. (2006). “Using Real Options to Manage
and Value Exploration”, Society of Economic Geologists Special
Publication, 12 (14): 273-294.
EIU. (2015). “Global Forecasting Service”. Report of Economist Intelligence
Unit (EIU), diakses pada 8 Maret 2016 dari http://gfs.eiu.com/Article.
aspx?articleType=cfh&commodity=Tin.
112
Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan
Erman, Erwiza. (2007). “Rethinking Legal and Ilegal Economy: A Case Study
of Tin Mining in Bangka Island”. Research Paper dari Institute of
International Studies, University of California Berkeley, USA,
diakses pada 8 Maret 2016 dari http://globetrotter.berkeley.edu/
GreenGovernance/papers/Erman2007. pdf
Erten, B., dan Ocampo, J.A. (2012). “Super-cycles of commodity prices since
the mid-nineteenth century”. DESA Working Paper No.110, ST/
ESA/2012?DWP/110, February 2012.
European Union. (2015). “Trade in Commodities Obstacles to Trade and
Ilegal Trade”. Laporan dari Directorate-General for External Policies,
Policy Department European Parlement, European Union.
Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics: Fourth Edition International
Edition. McGraw-Hill Higher Education. Singapore. 2003.
Harvey, J. (2007). “Metals-Gold Dips as Dollar Rallies, Oil, Metals Ease”.
Laporan dari London South East, 25 Juli 2007. Diakses pada 9
April 2016 dari http://www.lse.co.uk/FinanceNews.asp?ArticleCode
=v2hftahdi039ybi&ArticleHeadline=Metals__Gold_dips_as_dollar_
rallies_oil_metals_ease
Heap, A. (2005). “RRT-the Engine of a Commodities Super Cycle”. Laporan
Penelitian Citrigroup Global Markets/Smith Barney, Sydney,
Australia.
ICW. (2014). “Membongkar Mafia Ekspor Timah Ilegal Indonesia”. Kajian
Ekspor Timah Ilegal ICW. Indonesia Corruption Watch (ICW), 2 Mei
2014. Jakarta.
IMF. (2016). “Commodity Price Forecasts”. Report from International Monetary
Fund (IMF) Primary Commodity Prices Forecasts, diakses pada 9
April 2016 dari http://www.imf.org/external/np/res/commod/index.
aspx.
ITRI. (2012). “Tin for Tomorrow: Contributing to Global Sustainable
Development”. Report of ITRI (International Tin Research Institute).
Kementerian ESDM. (2013). “Kajian Supply Demand Mineral”. Laporan
penelitian dari Pusat Data dan Teknologi Informasi, Energi dan
Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM.
LME. (2015). “LME Tin”. Report from London Metal Exchange, diakses pada
29 Maret 2016 dari http://www.lme.com/metals/non-ferrous/tin/.
Resources. (2013). “Indonesia Must Become Determiner of International Tin
Price” Laporan Interview dari majalah Resources, edition 09, First
Year, October 2013.
113
Kumara Jati
Roskill. (2015). “Roskill Market Outlook Reports – Tin 2015 9th Edition”.
Laporan penelitian dari Roskill.
SHFE. (2014). “Tin in RRT”. Laporan Penelitian dari Shanghai Futures
Exchange of RRT, diakses pada 10 Maret 2016 dari http://www.
shfe.com.cn/content/ni-sn-en/gitt.pdf.
Statista. (2015). “Projected Worldwide Consumption of Refined Tin from
2011 to 2017”. Report from Statista, diakses pada 29 Maret 2016
dari http://www.statista.com/statistics/241199/projected-worldwide-
consumption-of-refined-tin/.
Sucden. (2015). “Quarterly Metals Report: January 2015”. Laporan penelitian
dari Sucden Financial, diakses pada 29 Maret 2016 dari http://www.
bulliondesk.com/wp-content/uploads/2015/08/Sucden_Financial
_Quarterly_Metals_Report_July_2015.pdf.
Trademap. (2016). “Trade Statistics for International Business Development”.
Report of Trademap, diakses pada 29 Maret 2016 dari http://www.
trademap.org/Index.aspx.
USGS. (2013). “Conflict Minerals from the Democratic Republic of the the
Congo-Tin Processing Plants, a Critical Part of the Tins Supply
Chain”. Report of United States Geological Survey (USGS), diakses
pada 29 Maret 2016 dari http://pubs.usgs.gov/fs/2015/3022/
fs20153022.pdf.
USGS. (2014). “Tin Statistics and Information”. Report of Mineral Information
United States Geological Survey (USGS), diakses pada 18 Februari
2016 dari http://minerals.usgs.gov/minerals/pubs/commodity/tin/.
USGS. (2015). “Tin Statistics and Information”. Report of Mineral Information
United States Geological Survey (USGS), diakses pada 9 April 2016
dari http://minerals.usgs.gov/minerals/pubs/commodity/tin/.
World Bank. (2015). “Commodity Market Outlook: April 2015”. A World Bank
Quarterly Report, World Bank Group, diakses pada 28 Maret 2016
dari https://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/GEP/
GEPcommodities/GEP2015b_commodity_Apr2015.pdf.
World Bank. (2016). “Commodity Prices Data”. Report of World Bank, diakses
pada 27 Maret 2016 dari http://www.worldbank.org/en/research/
commodity-markets.
114
Produksi yang Berkelanjutan dan Hilirisasi Timah Sebuah Harapan
BAB VII
PRODUKSI YANG BERKELANJUTAN DAN
HILIRISASI TIMAH SEBUAH HARAPAN
Zamroni Salim
7.1 Pendahuluan
Sebagai bagian yang merupakan perangkai (benang merah) dari bab-
bab sebelumnya, Bab VII ini berusaha memotret beberapa isu-isu strategis
yang ada dalam industri dan perdagangan timah Indonesia. Timah merupakan
komoditas penting yang menjadi andalan ekspor Indonesia, namun sebagian
besar (94%) komoditas timah masih diekspor dalam bentuk timah batangan.
Sebagai timah batangan, komoditas ini bisa dijadikan bahan baku untuk
industri turunannya. Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab II, timah bisa
digunakan untuk memproduksi berbagai produk turunan seperti solder,
kaleng dan lainnya. Dalam Bab III dijelaskan bahwa kegunaan timah bisa
dipakai salah satunya sebagai logam paduan (alloy), khususnya dengan
logam tembaga, baja dan juga timbal.
Lalu mengapa timah belum banyak diproses di Indonesia menjadi
produk turunan yang lebih beragam, dengan nilai tambah yang lebih besar,
sesuai dengan kebutuhan industri penggunanya? Selama ini, memang
selalu banyak alasan untuk mengatakan bahwa Indonesia belum siap untuk
mengolah. Kapan Indonesia siap untuk mengolahnya sendiri? Tidak ada yang
tahu jawabannya secara pasti. Pemerintah, sebagai pihak yang mempunyai
kewenangan mengatur dan mengeluarkan kebijakan harusnya memahami
karakteristik, tantangan dan dinamika yang ada pada industri timah.
Dilihat dari konteks lokal/regional, komoditas timah ini banyak
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah penghasil
timah di Indonesia, terutama Propinsi Bangka Belitung. Propinsi Bangka
Belitung selama beberapa dekade, memperoleh manfaat dari keberadaaan
penambangan timah di daerahnya, namun komoditas ini nyaris tidak
memberikan nilai tambah (value added) yang lebih besar lanjutan bagi
perekonomian Bangka Belitung. Nilai tambah lanjutan yang dimaksudkan
adalah nilai tambah yang bisa diperoleh dalam proses produksi lanjutan timah
batangan.
115
Zamroni Salim
116
Produksi yang Berkelanjutan dan Hilirisasi Timah Sebuah Harapan
117
Zamroni Salim
juga mempunyai nilai ekspor yang tinggi. Singapura bukanlah negara Industri
tetapi mampu melakukan ekspor produk timah, maka bisa diduga apa yang
dilakukan oleh Singapura adalah re-ekspor timah yang diimpor dari sejumlah
negara termasuk dari Indonesia.
118
Produksi yang Berkelanjutan dan Hilirisasi Timah Sebuah Harapan
Indonesia
PT. Timah, Perusahan Swasta lainnya
Produksi produksi
BKDI - INATIN
HILIRISASI
119
Zamroni Salim
dengan jumlah yang terbatas dengan alasan pasar dalam negeri yang
terbatas, sehingga logika bisnisnya adalah mencari pasar lain (luar negeri).
Proses hilirisasi seperti benang kusut.
Ada beberapa faktor penghambat hilirisasi produk timah di Indonesia,
khususnya untuk industri solder (sebagaimana diuraikan dalam bab-bab
sebelumnya) diantaranya adalah karena kurangnya pasokan pelat timah,
adanya regulasi yang menghambat aktivitas ekspor solder. Di pihak lain,
industri solder juga menurun dikarenakan menurunnya industri pengguna
produk solder seperti industri elektronika (Asosiasi Solder Indonesia,
2016). Kurang perhatiannya pemerintah/pemerintah daerah kepada industri
pengolah timah, termasuk industri kecil dalam bentuk pengolahan pewter,
juga menjadi alasan tidak berkembangnya industri pengolahan produk
timah. Di Pulau Bangka atau Belitung nyaris tidak ada industri besar yang
mengolah timah batangan ini. Hanya ada tiga perusahaan kecil pengolah
timah (pewter), di Pulau Bangka. PT. Timah (sebagai perusahaan BUMN)
yang sudah beroperasi sejak lama hanya bisa menghasilkan produk timah
batangan (hanya sebagian kecil yang non-batangan). Indonesia memang
masih mengandalkan ekspor produk/komoditas yang masih mentah (raw
material) dengan penciptaan nilai tambah yang masih terbatas, seperti halnya
pada timah. Kondisi ini menunjukkan bahwa hilirisasi timah belum menjadi
perhatian dari pemerintah.
Seperti yang diuraikan dalam Bab VI, prediksi akan adanya kenaikan
harga timah di pasar internasional di tahun 2017 - 2020 (Bank Dunia dan
EIU Economic and Commodity Forecast, 2015) sudah seharusnya bisa
memberikan motivasi kepada pemerintah dan juga pelaku domestik, bukan
untuk menaikkan produksi bijih timah dan ekspor timah batangan, tetapi
mendorong tumbuh kembangnya industri pengolah timah di Indonesia.
Bagaimana kondisi negara lain yang juga produsen timah dunia?
Dalam mengembangkan hilirisasi timah, Indonesia bisa belajar dari RRT.
RRT merupakan produsen utama timah dunia tetapi bukan negara eksportir
timah terbesar. RRT memproduksi sekitar 35% produk timah dunia. Berbeda
dengan Indonesia, RRT menggunakan sebagian besar produksi timahnya
untuk keperluan dalam negeri. Sementara itu impor yang dilakukan oleh
RRT adalah mengimpor produk timah (termasuk timah batangan) yang salah
satunya berasal dari Indonesia. Ekspor timah yang dilakukan oleh RRT sudah
berupa produk timah olahan/sebagai bahan baku Industri. Hasil produk olahan
timah untuk industri ini juga diiimpor oleh Indonesia. Ini menunjukkan bahwa
produk timah yang dihasilkan tidak langsung diekspor, tetapi diolah di dalam
negeri menjadi produk turunan yang lebih beragam dengan nilai tambah yang
lebih besar.
120
Produksi yang Berkelanjutan dan Hilirisasi Timah Sebuah Harapan
DAFTAR PUSTAKA
PT Timah (Persero) Tbk. (2015). Laporan Tahunan PT Timah Tahun 2014
Optimalisasi Kekuatan untuk Menghadapi Tantangan Menuju
Pertumbuhan Berkelanjutan
Jawapos.com. (2016). “4 Ton Timah Ilegal gagal Masuk Singapura, 2 Warga
Bangka Tersangka”. Diunduh tanggal 27 April 2016 dari http://www.
jawapos.com/read/2016/03/19/21454/4-ton-timah-ilegal-gagal-
masuk-singapura-2-warga-bangka-tersangka.
121
Zamroni Salim
122
Bunga Rampai Info Komoditi Timah
INDEKS
A L
Alluvial, 9, 14 lead free solder, 31, 32, 54
Asosiasi Solder Indonesia, 5, 6, 31, 33, 34, London Metal Exchange (LME), 22, 27, 48,
37, 52, 91, 106, 120, 122 55, 90, 113, 117
B P
Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), Peter, 15, 35, 51, 119, 120
3, 55, 56, 58, 59, 68, 72, 89, 117 pipe fitting, 15, 35, 73
Electroplating Printed Circuit Board (PCB),
C 38
Certificate of Tin Deposit, 62, 63
Clean and Clear (CNC), 50, 117 R
commodity super cycle, 109, 112 Refining, 12, 15, 104
crude tin, 10, 12, 15 Revealed Comparative Advantage (RCA), 87
E S
electrolytic refining, 12 Smelter, 2, 14, 57, 65, 92, 95, 104, 107
eutectic refining, 12 Solvent, 33, 34, 119
solder powder, 37, 38, 41, 45, 119
F solder wire 31, 32, 37, 38, 45, 48, 54
Flux, 33, 34, 37, 38, 43, 45, 72, 76, 77, 119
T
H tetraethyl lead, 1
Hardheard, 10 tin chemical, 21, 34, 35, 116, 121
Hidraulicking, 9 tinfoil 4, 30, 119
Tin Mill Black Plate (TMBP), 32
I Tinplate, 4, 29, 30-32, 35, 36, 39, 41-43, 48,
Izin Usaha Pertambangan (IUP), 9, 23, 61 49, 51, 53, 119
Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), 23 tin alloy, 21, 34, 88, 116, 121
Ingot, 4, 15 tin profile 15, 35, 36
Indium Tin Oxide (ITO), 4, 6, 42, 52 tin powder, 15, 36, 73
tin rod 15, 36
K Transparent Conducting Oxides (TCO), 4, 42
Kapal Isap Produksi (KIP), 9
kettle refining, 12 U
Kuala Lumpur Tin Market (KLTM), 55, 65 unwrought tin, 72, 75, 76
123
Bunga Rampai Info Komoditi TImah
Zamroni Salim
Zamroni Salim adalah peneliti pada Pusat Penelitian Ekonomi (P2E), Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1998. Zamroni memperoleh gelar
S1 Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dari Fakultas Ekonomi Universitas
Airlangga, Surabaya; Gelar S2 diperoleh dari Massey University, New
Zealand untuk bidang perdagangan internasional, tahun 2003; dan Gelar
PhD diperoleh dari the Graduate School of International Development
(GSID), Nagoya University, Jepang tahun 2009 dalam bidang international
economic and development. Area penelitian yang menjadi bidang kajian
adalah regionalism, economic integration and development, ASEAN and East
Asian Studies. Aktif sebagai anggota Dewan Editor di beberapa jurnal ilmiah
seperti: Indonesia Economic and Business Studies (RIEBS), dan Buletin
Ilmiah Litbang Perdagangan (BILP)-Kementerian Perdagangan. Zamroni
Salim juga merupakan peneliti senior pada the Habibie Center (THC) sejak
2009. Selain melakukan penelitian, yang bersangkutan juga menjadi tenaga
pengajar di Department of International Relations, President University,
Cikarang Indonesia.
Ernawati Munadi
Ernawati Munadi adalah ahli ekonomi internasional dengan pengalaman
lebih dari 10 tahun baik di tingkat lokal, maupun nasional sebagai Konsultan,
Dosen dan Peneliti. Ernawati memulai karir profesionalnya sebagai Konsultan
sejak tahun 2006, ketika bergabung dengan Proyek Bantuan Perdagangan
Indonesia (ITAP) di bawah naungan USAID, sebagai ahli di bidang Ekonomi
Perdagangan. Pada bulan Oktober 2008, dipromosikan sebagai Trade
Economist/Senior Team Leader dalam proyek yang sama. Sejak itu penulis
bekerja sebagai konsultan di berbagai proyek yang dibiayai oleh organisasi
internasional seperti Bank Dunia, AusAid, USAID, dan Uni Eropa. Hingga
kini masih aktif menjadi dosen di Universitas Wijaya Kusuma. Keahliannya
adalah dampak liberalisasi perdagangan pada permintaan ekspor Indonesia
hingga model analisis transmisi siklus bisnis dari Indonesia dan Amerika
Serikat. Dalam 5 tahun terakhir Ernawati mengembangkan keahlian di bidang
perijinan perdagangan (trade license) dan kebijakan bukan tarif (non-tariff
measures). Tulisannya telah banyak diterbitkan diberbagai jurnal penelitian
baik nasional maupun internasional. Ernawati memperoleh gelar S1 di bidang
Agronomi Pertanian dari Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya; gelar Master
di bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, Indonesia pada
124
Bunga Rampai Info Komoditi Timah
tahun 1997; dan gelar Ph.D di bidang Ekonomi Internasional dari Universitas
Putra Malaysia pada tahun 2004.
Fitria Faradila
Riska Pujiati
Riska Pujiati adalah calon analis kebijakan pada Pusat Kebijakan Perdagangan
Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
(BPPP), Kementerian Perdagangan sejak tahun 2014. Riska memperoleh
gelar S1 Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), Fakultas
Ekonomi, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010. Gelar Master of Science
in Sustainable International Agriculture area of specialitation International
Agribusiness and Rural Development Economics didapatkan dari program
double degree antara Institut Pertanian Bogor dan University of Goettingen,
Jerman pada tahun 2014. Saat ini Riska menekuni penelitian di bidang
perdagangan dalam negeri dengan fokus perlindungan konsumen dan tertib
niaga. Area lain yang menjadi minat penelitiannya adalah international trade
dan sustainable development.
125
Bunga Rampai Info Komoditi TImah
Kumara Jati
Kumara Jati adalah calon peneliti pada Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan (BPPP), Kementerian Perdagangan sejak Desember 2009.
Kumara memperoleh gelar S1 Antropologi Sosial dari Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2006; gelar S2 Ilmu
Ekonomi/Studi Pembangunan dari Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
(UI) pada tahun 2009; dan gelar S3 Development Economics dari School of
Business and Economics, Universiti Brunei Darussalam (UBD) pada tahun
2015. Area penelitian yang ditekuni adalah perdagangan dalam negeri, komoditi
gula dan beras serta kerjasama perdagangan internasional. Kumara aktif
menjadi penyaji pada seminar di dalam dan luar negeri seperti di The LPEM’s
Conference on Economics and Finance in Indonesia di UI; dan International
Congress on Economics, Social Sciences and Information Management di
Bali; serta International Conference on Financial and Management Science
di Malaysia.
126