BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Background Of The Country Choose (Latar Belakang Memilih New Zealand)
Target ekonomi pemerintah saat ini terpusat pada upaya untuk mendapatkan
perjanjian perdagangan bebas dan pembangunan “pengetahuan ekonomi”. Di
tahun 2004, pemerintah Selandia Baru mulai mendiskusikan perjanjian
perdagangan bebas dengan China. Selain itu, tantangan yang dihadapi oleh
Selandia Baru adalah defisit akun yang mencapai 8,2 % dari GDP, lambatnya
perkembangan di sektor ekspor non-komoditas dan perkembangan produktivitas
buruh.
Dari uraian diatas Selandia baru merupakan Negara kecil yang sangat
berpotensial sekali. Mereka bisa memakmurkan rakyatnya dengan caranya
sendiri. Bahkan menjadi contoh bagi Negara-negara lain di dunia. Maka dari itu
penulis memilih Selandia baru sebagai Negara dalam pembuatan paper ini.
1.2 Background Of The Case Study Choose (Latar Belakang Memilih Welfare
State (Kebijakan Kesejahteraan Sosial))
Suatu masalah tidak dapat berdiri sendiri oleh sebab itu, selalu ada
keterkaitan antara masalah yang satu dengan yang lain. Sehingga dari hal
tersebut mengharuskan dalam analisis kebijakan untuk menggunakan pendekatan
holistik dalam memecahkan masalah dan dapat mengetahui akar dari
permasalahan tersebut. Masalah kebijakan haruslah bersifat subyektif, dimana
masalah tersebut merupakan hasil dari pemikiran dalam lingkungan tertentu.
Ketiga, yaitu suatu fenomena yang dianggap sebagai masalah karena adanya
keinginan manusia untuk mengubah situasi. Keempat, suatu masalah kebijakan
solusinya dapat berubah-ubah. Maksudnya adalah kebijakan yang sama untuk
masalah yang sama belum tentu solusinya sama, karena mungkin dari waktunya
yang berbeda atau lingkungannya yang berbeda .
CHAPTER II
BAB II
2.1 Brief Overview Of Policy Theory (Sekilas Tentang Teori Kesejahteraan Sosial)
2.1.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai
tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat
yang baik.
Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah
kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja
dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita
yang industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan
disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun
masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak
masalah social sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga,
ketetanggaan, gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya
secara memadai. Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti
kesejahteraan sosial, W.A Friedlander mendefenisikan: “Kesejahteraan sosial
adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial
yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai
standar hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi
perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuan-kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan
mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat”.
Defenisi di atas menjelaskan:
1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system”
yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.
2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang
sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan,
kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.
3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan “kemampuan
individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi
kebutuhannya.
2.4.5 Responsivitas
Responsivitas dalam kebijakan publik dapat diartikan sebagai respon dari
suatu aktivitas. Yang berarti tanggapan sasaran kebijakan publik atas penerapan
suatu kebijakan. Menurut William N. Dunn menyatakan bahwa responsivitas
(responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat
tertentu (Dunn, 2003:437). Suatu keberhasilan kebijakan dapat dilihat melalui
tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanaan setelah terlebih dahulu
memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika suatu kebijakan akan dilaksanakan,
juga tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat
dirasakan dalam bentuk yang positif berupa dukungan ataupun wujud yang
negatif berupa penolakan.
Dunn pun mengemukakan bahwa:
“Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan
semua kriteria lainnya (efektivitas, efisiensi, kecukupan, kesamaan) masih gagal
jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya
diuntungkan dari adanya suatu kebijakan” (Dunn, 2003:437).
Oleh karena itu, kriteria responsivitas cerminan nyata kebutuhan, preferensi, dan
nilai dari kelompok-kelompok tertentu terhadap kriteria efektivitas, efisiensi,
kecukupan, dan kesamaan.
2.4.6 Ketepatan
Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan pada
kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Artinya ketepatan dapat
diisi oleh indikator keberhasilan kebijakan lainnya (bila ada). Misalnya dampak
lain yang tidak mampu diprediksi sebelumnya baik dampak tak terduga secara
positif maupun negatif atau dimungkinkan alternatif lain yang dirasakan lebih baik
dari suatu pelaksanaan kebijakan sehingga kebijakan bisa lebih dapat bergerak
secara lebih dinamis
DAFTAR TABEL
Basic Facts
Official name New Zealand
Capital Wellington
Area 270,534 sq km
104,454 sq mi
People
Population 4,154,311 (2008 estimate)
Population growth
Population growth rate 0.91 percent (2008 estimate)
Urban/rural distribution
Ethnic groups
European 75 percent
Maori 15 percent
Languages
English (official), Maori (official), Polynesian languages
Anglican 21 percent
Buddhist 1 percent
Nonreligious 13 percent
Literacy rate
Total 99 percent (1995)
Government
Form of government Parliamentary democracy
Constitution
No written constitution; political system closely modeled on that of the United
Kingdom.
Economy
Gross domestic product (GDP, in U.S.$) $105 billion (2006)
Employment
Number of workers 2,219,464 (2006)
Monetary unit
1 New Zealand dollar ($NZ), consisting of 100 cents
Agriculture
Wool, barley, wheat, maize, oats, fruits and vegetables, livestock
Mining
Coal, petroleum and natural gas, gold, iron ore, bentonite, silica sand
Manufacturing
Meat and dairy products, paper and paper products, chemicals, metal products,
machinery, clothing, lumber, motor vehicles, electrical machinery, refined
petroleum, printed materials
Major exports
Dairy products, wool, fish, meat, fruit and vegetables
Major imports
Manufactured goods, heavy machinery, petroleum, chemicals, iron and steel,
plastic materials, textiles
Electricity from geothermal, solar, and wind 9.79 percent (2003 estimate)
sources
Government section
Government, independence, legislature, constitution, highest court, and voting
qualifications data are largely from various government Web sites, the latest
Europa World Yearbook , and the latest Central Intelligence Agency (CIA) World
Factbook . The armed forces data is from Military Balance .
Economy section
Gross domestic product (GDP), GDP per capita, GDP by economic sectors,
employment, and national budget data are from the World Bank database
(www.worldbank.org). Monetary unit, agriculture, mining, manufacturing, exports,
Note
Figures may not total 100 percent due to rounding.