Anda di halaman 1dari 75

Bab III.

Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil


Dan Osilator Tergandeng

A. ENERGI KESETIMBANGAN DAN ENERGI


POTENSIAL

Untuk memahami secara mendasar teori getaran, perlu


dikaji terlebih dahulu hubungan antara energi potensial dan
energi kesetimbangan yang menuju ke keadaan stabil atau
keadaan tak stabil dari sistem yang ditinjau. Untuk maksud
tersebut, marilah kita meninjau sebuah sistem dengan n derajat
kebebasan dan konfigurasinya dinyatakan dengan koordinat
rampatan q1, q1, … qn. Selanjutnya, asumsikan bahwa sistem
tersebut konservatif; dalam hal ini energi potensial merupakan
fungsi dari koordinat rampatan

V = V(q1, q1, … qn) (1)

Energi rampatan Qk dinyatakan dengan :

V
Qk   k = 1,2, …n (2)
q k

Jika sistem yang ditinjau tersebut berada dalam kondisi


setimbang, hal ini berarti bahwa semua gaya rampatan Qk harus
sama dengan nol. Kondisi yang harus dipenuhi dalam keadaan
setimbang tersebut adalah

V
Qk   0 (3)
q k

Sistem tersebut tetap dalam keadaan setimbang jika


tidak ada gaya luar yang bekerja padanya. Misalkan sistem

83
tersebut dipindahkan dari posisi setimbangnya. Setelah
dipindahkan, sistem dapat kembali ke keadaan setimbang atau
ke keadaan tidak setimbang. Jika setelah mengalami pergeseran
sistem tidak kembali ke keadaan kesetimbangan semula, sistem
tersebut dikatakan berada dalam kesetimbangan stabil (stable
equilibrium). Jika sistem tidak kembali ke keadaan
kesetimbangan semula, dinamakan kesetimbangan tak stabil
(unstable equilibrium). Sedangkan jika sistem cenderung
menjauh dari kesetimbangan semula setelah diberi pergeseran
yang cukup kecil, sistem tersebut berada dalam kesetimbangan
netral (neutral equilibrium).
Marilah kita telaah lebih jauh hubungan antara fungsi
energi potensial V dengan kestabilan sebuah sistem. Misalkan
dalam keadaan setimbang energi kinetik dan energi potensial
sistem masing-masing adalah To dan Vo. Jika sistem mengalami
pergeseran (dengan memberikan sedikit gaya) energi kinetik
dan energi potensial masing-masing menjadi T dan V. Oleh
karena energi total sistem kekal, maka

To + Vo = T + V
T - To = -(V - Vo) (4)

Misalkan bahwa bentuk grafik energi potensial V dengan


koordinat rampatan q adalah seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut :

V(q)

84
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Vo B

V
Vo q
A

Gambar 3. 1. Bentuk contoh fungsi energi potensial V terhadap


koordinat rampatan q

V
Pada titik A dan B dimana harga sama dengan nol,
q
merupakan titik-titik setimbang. Marilah kita telaah perilaku
kesetimbangan pada titik-titik ini.

Misalkan, mula-mula sistem berada dalam


kesetimbangan pada titik B dimana energi potensial Vo
maksimum. Jika sistem bergeser dari posisi titik
kesetimbangan, energinya sama dengan V yang lebih kecil dari
harga Vo. Jadi V - Vo negatif, dan T - To positif, yang berarti
bahwa T bertambah. Oleh karena T bertambah dengan
bertambahnya pergeseran, sistem tidak akan pernah kembali ke
keadaan setimbang B, oleh karena itu titik B merupakan posisi
kesetimbangan tak stabil. Sekarang perhatikan titik A yang sistem
berada dalam keadaan stabil dengan energi Vo minimum. Jika
sistem bergeser dari posisi titik kesetimbangan, energinya sama
dengan V yang lebih kecil dari harga Vo. Jadi V - Vo positif, dan
85
T - To negatif, yang berarti bahwa T berkurang. Oleh karena T
bertambah dengan bertambahnya pergeseran.Oleh karena T
tidak boleh berharga negatif, maka harganya akan terus
berkurang sampai mendekati harga nol yang berarti bahwa
sistem akan kembali ke keadaan setimbang. Sistem berada
dalam kesetimbangan stabil. Kita simpulkan bahwa untuk
pergeseran yang cukup kecil kondisi kesetimbangan stabil posisi
dimana energi potensial Vo adalah minimum pada konfigurasi
kesetimbangan. Selanjutnya, pada keadaan setimbang dV/dt
sama dengan nol, V-Vo positif, yang berati bahwa d2V/dt2 positif
pada keadaan setimbang. Sebaliknya, pada posisi
kesetimbangan tak stabil, d2V/dt2 negatif sebab V - Vo negatif.

Jadi syarat kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai


berikut :

Kesetimbangan stabil : d2V/dq2 > 0


Kesetimbangan tak stabil : d2V/dq2 < 0

Untuk d2V/dt2 = 0 mesti kita periksa pada turunan yang lebih


tinggi. Jika turunan pertama tak nolnya adalah ganjil, maka
sistem berada dalam kesetimbangan tak stabil. Sebaliknya, jika
turunan pertama tak nol adalah genap, maka sistem dapat
berada dalam kondisi stabil atau tak stabil bergantung pada
nilai turunannya (lebih besar atau lebih kecil nol). Jadi

Jika dnV/dtn  0, n >2 dan ganjil, sistem tak stabil


Jika dnV/dtn > 0, n >2 dan genap, sistem stabil
Jika dnV/dtn < 0, n >2 dan genap, sistem tak stabil

Contoh :

86
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Tunjukkan bahwa batang pemukul dengan panjang l yang


tergantung pada titik O dan pusat massanya berada sejauh d
dari O adalah berada dalam posisi kesetimbangan stabil.

Penyelesaian : Untuk membahasnya, perhatikan gambar 2.


Ketika batang pemukul menyimpang , garis OC membuat
sudut  dengan garis vertikal. Pusat massanya akan naik
setinggi h, sehingga energi potensialnya :

V = mgh = mgd ( 1 - cos  )

Seperti yang ditunjukkan dalam gambar,  = 0°, jadi :

dV/d = mgd sin 


d2V/d2 = mgd cos 

Jadi untuk  = 0°, dV/d =0 dan d2V/d2 = mgd >0 dan sistem
berada dalam kesetimbangan stabil.
Sebaliknya jika diletakkan dalam posisi seperti pada gambar 2c,

V = -mgh = -mgd ( 1 - cos  )

Seperti yang ditunjukkan dalam gambar,  = 0°.

Jadi untuk  = 0°, dV/d =0 dan d2V/d2 = -mgd <0 dan sistem
berada dalam kesetimbangan tak stabil.

Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa jika pusat


massa berada di bawah titik gantungnya, maka sistem berada dalam
kesetimbangan stabil ; dan jika pusat massa berada titik gantungnya,
maka sistem berada dalam kesetimbangan tak stabil.

87
O O

 l
d

=0

C
C

Gambar 3.2.
Kesetimbangan stabil dan tak stabil pada bandul fisis

B. OSILATOR BERGANDENG DUA DAN KOORDINAT


NORMAL

Contoh sederhana sebuah sistem yang bergandeng adalah dua


osilator harmonik yang dihubungkan oleh pegas, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 3. Tiap osilator harmonik
mempunyai partikel dengan massa m, dan tetapan pegas
masing-masing adalah k1 dan k2. Keduanya dihubungkan oleh
pegas lain yang tetapannya k'. Gerakan kedua massa dibatasi
pada sepanjang arah yang menghubungkan kedua massa,
misalkan sepanjang sumbu X. Sistem tersebut memiliki dua

88
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

derajat kebebasan yang dinyatakan oleh koordinat x1 dan x2.


Konfigurasi sistem dinyatakan dengan pergeseran dari
kedudukan setimbang O1 dan O2. Pergeseran positif diambil
dalam arah kanan dan pergeseran negatif dalam arah kiri. Jika
kedua osilator tidak saling digandengkan, maka frekuensi
masing-masing adalah :

k1 k2
 10   20  (5)
m m

Jika kedua osilator dihubungkan oleh pegas dengan tetapan k',


sistem akan bergetar dengan frekuensi yang nilainya berbeda
dari frekuensi yang dinyatakan dalam persamaan (5).

Energi kinetiknya adalah

T  21 mx 12  21 mx 22 (6)

dan energi potensialnya adalah :


V  21 k 1 x12  12 k 2 x 22  12 k ' ( x1  x 2 ) 2 (7)

Oleh karena itu fungsi Lagrangian dapat ditulis :

L=T-V
 12 mx 12  21 mx 22  21 k 1 x12  21 k 2 x 22  12 k ' ( x1  x 2 ) 2 (8)

Persamaan Lagrange untuk gerak di atas adalah :

d  L  L d  L  L
   0 dan    0
dt  x 1  x1 dt  x 2  x 2
(9)

89
Dengan menggunakan kedua persamaan di atas, diperoleh
solusi :

mx1  k 1 x1  k ' ( x1  x 2 )  0 (10)


mx2  k 2 x 2  k ' ( x 2  x1 )  0 (11)

Suku ketiga dalam persamaan di atas muncul oleh kedua


osilator tergandeng. Jika kedua osilator tidak tergandeng satu
sama lain, osilator tersebut akan bergetar dengan frekuensi
seperti yang ditunjukkan dalam persamaan (5). Persamaan
diferensial pada di atas dapat ditulis :

mx1  ( k 1  k ' ) x1  k ' x 2  0 (12)


mx2  ( k 2  k ' ) x 2  k ' x1  0 (13)

Kedua persamaan di atas adalah independen seandainya suku


ketiga tidak muncul. Hal ini berarti bahwa jika massa kedua
dalam keadaan diam x2 = 0, frekuensi getaran adalah sama
dengan frekuensi osilator pertama, dan dari persamaan (12)
diperoleh :

k1  k '
 11  (14)
m

Dan jika massa m1 dalam keadaan diam, x1 = 0, frekuensi


getaran adalah frekuensi osilator kedua

k2  k'
 21  (15)
m

Frekuensi  1' dan  2' adalah lebih besar dari  10 dan  20


yang dinyatakan dalam persamaan (5). Alasannya adalah
bahwa tiap massa dihubungkan pada kedua pegas.

90
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Untuk memperoleh mode getaran yang berbeda, kita


harus memecahkan secara simultan persamaan diferensial
linier orde dua yang dinyatakan dalam persamaan (10) dan
(11). Persoalan ini dapat dibuat menjadi sederhana dengan
menganggap bahwa kedua osilator benar-benar identik (sama),
yakni k1 = k2 = k. Jadi persamaan diferensialnya adalah :

mx1  ( k  k ' ) x1  k ' x 2  0 (16)


mx2  ( k  k ' ) x 2  k ' x1  0 (17)

Kita mencoba penyelesaian persamaan diferensial di atas


dengan mengambil salah satu dari tiga bentuk berikut :

x  A cos(t   )
(18)
x  A cos t  A sin t
(19)
i (t   )
x  Ae
(20)

dimana  adalah faktor fase awal. Misalkan kita mengambil


persamaan (20) sebagai solusi. Jadi :

x1  Aei (t  1 ) dan x2  Aei (t  2 )


(21)

Substitusi ke persamaan (16) dan (17) diperoleh :

(k  k 'm 2 ) A  k ' B  0
(22)
 k ' A  ( k  k 'm 2 ) B  0
(23)

91
Gambar 3.3.
Osilator Tergandeng

Kita peroleh dua persamaan dengan tiga bilangan yang tak


diketahui A, B dan . Persamaan di atas dapat diselesaikan
untuk memperoleh rasio A dan B.

A k' k  k ' m 2
 = (24)
B k  k 'm 2
k'

Kita dapat menyelesaikan persamaan di atas dengan


menganggap bahwa determinan koefisien A dan B sama
dengan nol, yang berarti

k  k ' m 2  k'
0
 k' k  k ' m 2
(25)

Persamaan di atas disebut persamaan sekuler. Penyelesaian


selanjutnya :

92
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

( k  k ' m 2 ) 2  k ' 2  0 (26)

Akar-akar yang diperoleh dari persamaan di atas adalah :

1/ 2
k 
   1    (27)
m
1/ 2
 k  2k ' 
   2    (28)
 m 

Jika dinyatakan dalam akar-akar 1 dan 2, solusi umum


persamaan (16) dan (17) dapat ditulis :

x1  A1 e i1t  A1 e i1t  A2 e i 2t  A2 e i 2t (29)

x2  B1ei1t  B1e i1t  B2 ei 2t  B2 ei 2t


(30)

Kedua persamaan di atas mengandung delapan tetapan yang


tidak independen. Dengan mensubstitusi persamaan (27) dan
(28) dalam persamaan (23) dan (24) diperoleh rasio A/B sebagai
berikut :

Jika  = 1 A = +B
Jika  = 2 A = -B

Jadi solusi yang diperoleh menjadi :

x1  A1 e i1t  A1 e i1t  A2 e i 2t  A2 e i 2t (31)

x 2  A1 e i1t  A1 e i1t  A2 e i 2t  A2 e i 2t (32)

93
Kita dapat mereduksi dari 8 tetapan menjadi 4 tetapan. Nilai
dari keempat tetapan tersebut dapat dicari dari syarat awal
yang ditetapkan.

Contoh :

1. Gambar di bawah ini memperlihatkan sistim pegas-


benda bermassa dengan peredaman. Tentukan
persamaan geraknya dengan menggunakan persamaan
Lagrange.

Gambar 3.4.
Osilator tergandeng dengan redaman

Persamaan Lagrange untuk system peredaman adalah :

d   K  E   K  E   P  E   D  E 
   0
dt  q i  qi  qi  q i

1 1 1
c1 x 12  c 2  x 1  x 2   c 3 x 22
2
dimana DE 
2 2 2
adalah energi peredaman.
1 1
K  E  m1 x 12  m 2 x 22
2 2

1 1 1
k 1 x 12  k 2  x 1  x 2   k 3 x 22
2
PE 
2 2 2

94
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Masing-masing adalah energi kinetik dan energi potensial


pegas.

Sekarang,
d  K  E 
 m1x 1 ,
dt  x 1
 K  E 
0,
 x1
 P  E 
 k1x1  k 2  x1  x 2 
 x1
 D  E 
 c1 x 1  c 2  x 1  x 2 
 x 1
m1x 1   c1  c 2  x 1   k 1  k 2  x 1  c 2 x 2  k 2 x 2  0

d  K  E 
 m 2 x 2 ,
dt  x 2
 K  E 
0,
 x2
 P  E 
 k 3 x 2  k 2  x1  x 2 
 x2
 D  E 
 c 3 x 2  c 2  x 1  x 2 
 x 2

m 2 x 2   c 2  c 3  x 2   k 2  k 3  x 2  c 2 x 1  k 2 x 1  0

Koordinat Normal

95
Setelah tetapan yang terdapat dalam persamaan (29) dan (30)
ditentukan, tiap koordinat (x1 dan x2) bergantung pada dua
frekwensi 1 dan 2. Dalam hal ini tidaklah sederhana dalam
melakukan interpretasi tipe gerakan ketika sistem ini bergetar.
Kita hanya dapat mencari koordinat baru X1 dan X2 yang
merupakan kombinasi linier x1 dan x2, sehingga setiap
koordinat baru bergetar dengan frekwensi tunggal. Oleh karena
itu penjumlahan dan pengurangan x1 dan x2 dinyatakan dalam
koordinat baru adalah

X1 = x1 + x2 = 2( A1 e i1t  A1 e i1t )


 Ce i1t  De i1t (33)
X2 = x1 - x2 = 2( A2 e i 1t  A 2 e i1t )
 Ee i1t  Fe  i1t
(34)
dimana C,D, E dan F merupakan tetapan-tetapan baru.
Koordinat baru X1 dan X2 berkaitan dengan mode getaran baru,
yang masing-masing bergetar dengan frekuensi tunggal. Ini
yang disebut dengan mode normal, yang berkorespondensi
dengan suatu koordinat yang disebut dengan koordinat normal.
Salah satu pengertian karakteristik dari mode normal adalah
bahwa untuk mode normal tertentu (X1 atau X2), semua
koordinat (x1 dan x2) akan bergetar dengan frekuensi sama.
Dalam situasi normal, semua koordinat normal tereksitasi
secara bersamaan.
Sifat-sifat dari salah satu mode normal dapat diselidiki
jika semua mode normal lainnya diambil sama dengan nol.
Dalam hal ini, untuk memunculkan mode X1, kita harus
mengambil X2 = 0, yang berarti bahwa jika X1  0,

X2 = 0 = x1 - x2 atau x1 = x2 (35)

Dalam hal ini X1 dinamakan mode simetrik seperti yang


ditunjukkan dalam gambar 4, kedua massa memiliki

96
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

pergeseran yang sama, serta memiliki frekuensi yang sama 1=


(k/m)1/2 dan berada dalam fase yang sama. Sebaliknya, untuk
memunculkan mode X2 dapat dilakukan dengan mengambil X1
= 0, yang berarti bahwa jika X2  0,

X1 = 0 = x1 + x2 atau x1 = - x2 (36)

Dalam hal ini X2 dinamakan mode antisimetrik seperti yang


ditunjukkan dalam gambar 4, kedua massa memiliki arah
pergeseran yang berbeda (dengan fase berbeda), tetapi bergetar
dengan frekuensi yang sama 1= [(k+k')/m)]1/2 . Ringkasnya :

k
Mode simetrik X1 1  X2 = 0 ; x1 = x2 (37)
m
k  2k '
Mode antisimetrik X2 2  X1 = 0; x1= -x2 (38)
m

Nyatalah bahwa pada mode simetrik kedua osilator


bergetar seolah-olah tidak tergandeng satu sama lain, dan
frekuensinya sama dengan frekuensi asalnya. Pada mode
antisimetri, akibat adanya gandengan adalah perbedaan fase
antara keduanya, dan frekuensinya lebih tinggi dari pada
frekuensi masing-masing dalam keadaan tidak tergandeng.
Secara umum dapat dikatakan bahwa, pada mode yang memiliki
simetri paling tinggi akan memiliki frekuensi yang paling rendah,
sedangkan pada mode antisimetri memiliki frekuensi yang paling
tinggi. Oleh karena simetrinya dirusak, maka pegas harus
bekerja lebih keras yang menyebabkan naiknya frekuensi.

(a)

97
(b)

Gambar 3.5

Modus getaran osilator tergandeng : (a) mode simetrik dan (b) mode
antisimetrik

Untuk membangkitkan mode simetri, kedua massa


harus ditarik dari posisi setimbangnya dengan jarak yang sama
juga dalam arah yang sama, dan setelah itu dilepaskan
sehingga x1 = x1(t) dan x2 = x2(t) mengambil bentuk :

x1 (0) = x2 (0) dan x 1 (0 )  x 2 (0 ) (39)

Sedangkan untuk mode antisimetri kedua massa ditarik dalam


arah yang berlawanan sesudah itu dilepaskan,sehingga :

x1 (0)= -x2(0) dan x 1 (0 )   x 2 (0 ) (40)

Secara umum gerakan sistem akan mengandung kombinasi


dari dua jenis mode.

Persamaan Gerak Yang Dinyatakan Dalam Koordinat Normal

Ungkapan energi kinetik dan energi potensial dalam


koordinat normal dapat dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu menyatakan x1 dan x2 sebagai berikut :

X1  X2
x1  (41)
2

98
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

X1  X2
x2  (42)
2

Substitusi kedua persamaan di atas ke dalam persamaan (6)


diperoleh :

2 2 2 2
m  X 1  X 2  m  X 1  X 2   X 1   X 2 
T   
     m    m  (41)
2 2  2  2 

 2 
   2 
2 2
k  X  X 2  k  X  X 2  k'
V   1    1   X 22
2 2  2  2  2

atau
k  X 12   k  2k '  X 22 
V        (43)
2 2   2  2 
dan

m  2 m  2 k 2  k  2k '  2
L  T V  X1  X2  X1   X 2 (44)
4 4 4  4 

Jadi persamaan Lagrange dalam koordinat normal :

d  L  L d  L  L
    0 dan    0 (45)
dt  X 1  X 1 dt  X 2  X 2

Kedua persamaan di atas menghasilkan solusi :

k
X 1   12 X 1  0 dimana  1  dan
m

k  k'
X 2   22 X 2  0 dimana  1  (46)
m

99
yang berarti bahwa mode X1 bergetar dengan frekuensi 1, dan
mode X2 bergetar dengan frekuensi 2 yang sesuai dengan hasil
yang telah diperoleh sebelumnya.

Contoh :

Tentukan persamaan gerak dan frekwesni alami system massa


dan pegas seperti yang digambarkan berikut :

Dengan mengguanakan hokum II Newton :


m1x 1   k 1 x 1  k 2 ( x 1  x 2 )
m 2 x 2   k 2 ( x 2  x 1 )
Asumsikan bahwa gerakannya periodic, dan
merupakan gabungan gerak harmonic dengan
berbagai amplitude dan frekwensi. Misalkan
komponen-komponennya adalah :

x 1  A sin  t   
x 2  B sin  t   

Gambar 3.6. Pegas tergandeng dengan dua buah massa

Dimana a, b dan ψ adalah tetapan-tetapan serta ω hádala


frekwensi alamiah sistim. Substitusi nilai di atas dalam
persamaan gerak akan diperoleh :

 m1 A 2 sin t      k 1  k 2  A sin t     k 2 B sin t     0


 m 2 B 2 sin  t     k 2 B sin  t     k 2 A sin  t     0

100
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Keluarkan faktor sin  t    , maka persamaan geraknya


menjadi :
k  k 2  m 1 2  A  k 2 B  0
1

 
 k 2 A  k 2  m 2 2 B  0

Ini adalah persamaan aljabar linier yang homogen dalam A dan


B. Secara sederhana jika A = B = 0 berarti bahwa sistim dalam
keadaan setimbang. Solusi lainnya diperoleh dengan
mengambil sama dengan nol koefisien determinan A dan B,
yakni :

k 1  k 2  m 1 2  k2
0
 k2 k 2  m 2 2

Oleh karena gerak periodik tersebut mengandung gerak


harmonik, maka bentuk sin dan cos dapat digunakan untuk
menyatakan gerak.

Nilai harga determinan adalah :

 k  k 2 k 2  2 k 1k 2
4   1    0
 m1 m2  m1 m 2

Dari persamaan ini frekwensi getaran sistim dapat dicari.


Nilainya adalah :

101
2
k  k2 k  k1  k 2 k  kk
  1
2
 2  1
4   2   1 2
2m 1 2m 2  2m 1 2m 2  m1 m 2

Oleh karena itu solusi umum gerak mengandung dua gerak


harmonik dengan frekwensi ω1 dan ω2. Harmnik pertama dan
keduanya adalah :

x 1  A1 sin  1 t   1   A 2 sin   2 t   2 
x 2  B1 sin 1 t  1   B 2 sin  2 t   2 

dimana A,B dan ψ adalah tetapan-tetapan. Rasio amplitudonya


adalah :

A1 k2 k 2  m 2 12 1
  
B1 k 1  k 2  m112 k2 1
A2 k2 k 2  m 2  22 1
  
B 2 k 1  k 2  m1 22 k2 2

Selanjutnya 4 buah tetaapan dalam persamaan di atas dilainya


ditentukan oleh syarat awal x 1  0, x 1  0, x 2  0, x 2  0.

C. TEORI GETARAN DENGAN AMPLITUDO KECIL

Tinjaulah sebuah sistem yang mengandung N partikel yang


saling berinteraksi dengan 3n derajat kebebasan dan
digambarkan dengan kumpulan koordinat rampatan (q1, q2, ….
q3n). Selanjutnya anggap bahwa dalam sistem ini tidak terdapat
gaya gesekan yang berarti bahwa gaya yang bekerja pada
sistem adalah konservatif. Kita akan tunjukkan bahwa
persamaan Lagrange dapat digunakan untuk menentukan

102
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

frekuensi dan amplitudo getaran kecil di sekitar posisi


kesetimbangan stabil dalam sistem konservatif.
Untuk sistem konservatif seperti ini, misalkan energi
potensialnya adalah V(q1, q2, …. q3n). Getaran kecil yang
mengambil posisi disekitar titik kesetimbangan dinyatakan
dengan koordinat rampatan (q10, q20, …. q3n0). Jika dilakukan
ekspansi potensial energi di sekitar posisi setimbangnya
dengan mengunakan deret Taylor, diperoleh :
1
3n
 V 
V ( q1 , q 2 ,...q 3 n )  V ( q10 , q 20 ,...q 3 n0 ) 
1!   q
i 1

l  q q
+
l 10

1 3n 3n
� �V �
2

� � �
2! n 1 m 1 ��ql�

q m �ql q10
(q l  q1à )(q m  q m0 )
q m  qm 0

(47)

Oleh karena acuan nol energi potensial dapat diambil berapa


saja, suku pertama dalam persamaan di atas adalah konstan
dan dapat diambil sama dengan nol tanpa mempengaruhi
persamaan gerak. Demikian juga, oleh karena sistem berada
dalam kesetimbangan, gaya rampatan Q mesti nol,

V
Ql   0 l = 1,2, …,3n (48)
ql

dan suku kedua dalam persamaan (46) dapat diabaikan. Jadi


yang tersisa adalah :

1 3n 3n � �2V �
V ( q1 ,q2 ,...q3n )  ��� � ( ql  q10 )( qm  qm0 )
2! n 1 m 1 ��
ql �
qm �ql q10
qm  qm0

(49)

Selanjutnya perlu diperkenalkan perangkat koordinat rampatan


baru l yang menyatakan pergeseran dari posisi setimbang

103
3n 3n
1
V (q1 , q 2 ,...q 3 n ) 
2! V
l 1 m 1
lm l m

(50)

dimana : l = (ql - q10) dan m = (qm - q10)

  2V 
dan Vlm     Vml =tetapan (51)
 ql qm  qql qq10
m m0

Tetapan Vlm membentuk matriks simetrik V. Oleh karena kita


tinjau bahwa gerak di sekitar kesetimbangan stabil maka energi
potensial harus minimum; yang berarti V(l) >V(0); oleh karena
itu persamaan kuadrat yang dinyatakan dalam persamaan (48)
haruslah positif. Selanjutnya untuk sistem multidimensinal,
syarat yang diperlukan sebagai suatu bentuk kuadrat yang
homogen adalah :

 2V l=1,2, …, 3n
0
ql2 m=1,2, …, 3n
l =1,2, …, 3n lm

�2V �2V
�ql2 �
ql �qm
0
�2V �2V

ql �qm �qm2

104
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

 2V  2V  2V
....
q12 q1 q 2 q1 q 3 n
 2V  2V  2V
.... 0
q1 q 2 q 22 q 2 q 3 n
. . .
. . .
 2V  2V  2V
....
q 3 n q1 q 3 n q 2 q 32n
(52)

atau dalam bentuk notasi matriks, koefisien Vlm=Vml mesti


memenuhi syarat :

V11 >0

V11 V12
0
V21 V22

V11 V12 V13


V21 V22 V23  0
V31 V32 V33

105
V11 V12 . .V1m
V21 V22 . .V2m  0
. . .
. . .
Vl1 Vl2 . .V3m
(53)
Marilah kita tinjau energi kinetik sistem. Dalam koordinat
Cartesian, energi kinetik sistem dapat ditulis sebagai :

3n
T 1
2 �m &x
i 1
2
i i (54)

Persamaan transformasi dari koordinat Cartesian ke koordinat


rampatan dapat dilakukan dengan menyatakan T dalam
koordinat rampatan yakni

xj = xj(q1, q2, …. q3, t)

3n
x j x j
dan x j   q q
l 1 l
l 
t
(55)

106
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Oleh karena itu energi kinetik dapat dinyatakan dengan

1
3n
 3n
x j x j  3 n x j x j 
T
2 
j 1
m j 

 q
l 1 l
q l  
 
t  m 1 q m
q m  
t 
(56)

Setelah menguraikan pada ruas kanan, ternyata T terdiri dari


tiga suku (1). Suku yang mengandung kuadrat kecepatan (2).
Suku yang mengandung bentuk linier kecepatan dan (3). suku
yang sama sekali tidak mengandung koordinat rampatan.
Dalam hal ini kita hanya akan membatasi pembahasan pada
transformasi persamaan yang tak mengandung t secara
eksplisit (suku seperti xj/t mengandung t secara eksplisit).
Jadi persamaan (54 ) dapat ditulis :

1
3n 3n  3n
x j x j 
T 
2  
l 1


m 1  j 1
mj q l q m
q l q m 
(57)

Untuk osilasi dengan amplitudo kecil di sekitar titik


kesetimbangan, suku yang ada dalam kurung dapat diuraikan
menjadi

3n
x j x j  x j   x j  3n 3n   x j x j 
3n


j 1

m j  m j      m j   k  . .
ql qm j1  ql q  qm q j1 k1 qk  ql qm q10 
10 m0 qm 0
(58)

107
dimana k = (qk-qk0). Oleh karena kita hanya membahas getaran
dengan amplitudo kecil, maka kita hanya pertahankan q  yang
dinyatakan dalam T yang memiliki orde yang sama dengan q
yang dinyatakan oleh V. Oleh karena q l   l dan q m   m , kita
dapat menuliskan :

3n 3n
1
T 
2  T
l 1 m 1
 l m
lm (59)

1
3n
 x j   x j 
dimana Tlm 
2  m  q
j 1
j
 
l  q  q m
  Tmn
 qm 0
10

dan Tmn adalah elemen-elemen matriks simetrik T.


Setelah perumusan energi potensial dan energi kinetik
diketahui, maka Lagrangian sistem dapat ditulis :

3n 3n
1
L=T-V= T 
2   T
l 1 m 1
lm l m  Tlm l m  (60)

Jadi persamaan Lagrangenya adalah :

d  L  L
  0 (61)
dt    

Hasil yang diperoleh adalah :

3n

T
m 1
m  Vlm m )  0
lm l = 1,2,…,3n (62)

atau

Tl 1
1  Vl 1 1  Tl 2
2  Vl 2 2  ...  Tl 3 n
3 n  Vl 3 n 3 n  0 (60)

108
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Persamaan di atas persamaan diferensial linier 3n, tergandeng,


dan berorde dua. Dari solusi untuk kasus satu dimensi,
solusinya adalah :

 m  Am cos(t   m ) (63)

dimana Am adalah amplitudo dan m adalah sudut fase yang


ditentukan berdasarkan syarat awal, sedangkan frekuensi
alamiah  ditentukan berdasarkan tetapan-tetapan sistem.
Substitusi persamaan (61) ke dalam persamaan (60) diperoleh :

 V 
3n

lm Am cos t   m    2 Tlm Am cos t   m   0


m 1

l = 1,2, …, 3n
(64)

Untuk nilai  tertentu, semua m =  ; oleh karena itu cos (t +


) dapat difaktorkan sehingga (keluar dari tanda kurung) :

3n
cos t   m   V
m 1
lm 
  2 Tlm Am  0 l = 1,2, …, 3n

(65)
Oleh karena cos (t + ) tidak sama dengan nol (secara umum),
maka diperoleh

 V 
3n

lm   2Tlm Am  0 l = 1,2, …, 3n
m 1

(66)

Jadi diperoleh semuanya ada 3n persamaan aljabar linier,


homogen dalam Am dan  yang dapat dinyatakan dengan :

(V11 - 2T11)A1 + (V12 - 2T12)A2 +…+(V1,3n - 2T1,3n)A3n = 0

109
(V3n,1 - 2T3n,1)A1 + (V3n,2 - 2T3n,2)A2 +… +(V3n,3n -2T3n,3n)A3n = 0

(67)

Untuk solusi non trivial, determinan koefisien Am pada


persamaan (64) harus sama dengan nol

(V11 - 2T11)A1 (V12 - 2T12)A2 … (V1,3n - 2T1,3n)A3n =0


(68)

(V3n,1 - 2T3n,1)A1 (V3n,2 - 2T3n,2)A2 …(V3n,3n - 2T3n,3n)A3n

atau  V -2 T = 0 (69)

Persamaan (69) merupakan hasil yang diperoleh dan berbentuk


persamaan sekular polinomial berderajat 3n dalam 2. Tiap dari
3n akar dalam persamaan ini menyatakan frekuensi yang
berbeda. Jadi solusi umum persamaan untuk getaran dengan
amplitudo kecil adalah :

3n
l  A
k 1
kl cos( k t   k )

(70)
dimana nilai k dapat diketahui dari persamaan sekuler,
sedangkan Akl dan k ditentukan dari syarat awal.
Jika 2 negatif,  akan menjadi kompleks dan tidak
terdapat osilasi. Jika 2 = 0, koordinat  tetap konstan, dalam
hal ini tidak terjadi osilasi, hanya translasi atau rotasi yang ada
pada keseluruhan sistem. Hanya jika 2 > 0 akan terjadi osilasi
dalam sistem di sekitar titik kesetimbangan. Jadi :

Jika  k2  0 k  Ak e i k t  Bk e  i k t
(71)

110
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Jika  k2  0  k  C k t  Dk t (72)
kt  k t
Jika   0
2
k  k  Ek e  Fk e (73)

Kita peroleh frekuensi, akan tetapi pekerjaan yang


masih tersisa adalah perhitungan amplitudo. Amplitudo Akl
dikaitkan dengan hubungan aljabar dalam persamaan (64).
Substitusi tiap nilai k secara terpisah ke dalam persamaan (64),
adalah mungkin untuk dapat kita menentukan semua koefisien
Akl. Kita juga dapat menentukan koefiesien Akl dalam Ak1 dalam
bentuk rasio (nisbah)

Ak 2 Ak 3 A
, ,..., k , 3 n
Ak 1 Ak 1 Ak 1
(74)

Jadi ada 6n tetapan yang harus dihitung (3n adalah Akl dan 3n
adalah k), yang semuanya dillakukan berdasarkan syarat awal.

D. PERUMUSAN DALAM BENTUK TENSOR TEORI


GETARAN DENGAN AMPLITUDO KECIL

Persoalan getaran dengan amplitudo kecil seperti yang


sudah dibicarakan dalam dua bagian sebelumnya dapat
disajikan dan diselesaikan secara menarik dengan
menggunakan analisis tensor.
Untuk sistem dengan 3n derajat kebebasan, ungkapan
osilasi dengan amplitudo kecil di sekitar titik kesetimbangan,
persamaan Lagrangiannya adalah :

3n

 V
m 1
lm 
  2 Tlm Am  0 l = 1,2, …, 3n

(75)

111
1
3n
 x j   x j 
Tlm 
2 
j 1
m j 
 ql
 
 q10  q m
  Tlm
 qm 0
(76)

Jadi semuanya diperoleh ada 3n persamaan aljabar linier,


homogen dalam Am dan  yang dapat dinyatakan dengan

(V11 - 2T11)A1 + (V12 - 2T12)A2 + … +(V1,3n - 2T1,3n)A3n = 0


(V3n,1 - 2T3n,1)A1 + (V3n,2 - 2T3n,2)A2 +… +(V3n,3n - 2T3n,3n)A3n = 0
(77)

Besaran Vlm adalah elemen matriks simetri V :

V11 V12 ...V1,3n


V21 V22 ...V2,3n  0
. .
. . .
.
V3n,1 V3n,2 ...V3n,3n
(78)

112
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Besaran Tlm adalah elemen matriks simetri T :

T11 T12 ...T1,3n


T21 T22 ...T2,3n  0
. .
. . .
.
T3n,1 T3n,2 ...T3n,3n
(79)

dengan menggunakan persamaan Lagrange, solusinya dapat


dinyatakan dalam bentuk tensor

 V -2 T = 0 (80)

dimana A adalah vektor kolom :

113
 A1 
 : 
A=   (81)
 : 
 A3 n 

Contoh 1:

Perhatikan gambar berikut. Dua bandul yang tergandeng


dengan massa m dihubungkan oleh pegas dengan tetapan k.

Gunakan notasi matriks untuk menghitung : (a). komponen Vlm


tensor V. (b). komponen Tlm tensor T. (c ). Frekwensi normal
(d). mode normal (e). persamaan gerak sistem dan (f). solusi
umum.

Penyelesaian :

Seperti yang ditunjukkan dalam gambar, tiap bandul


memiliki panjang l dan massa m dan berada dalam keadaan
setimbang apabila keduanya berada dalam posisi vertikal x1=x2
= 0. Kedua massa dihubungkan oleh pegas dengan tetapan
pegas k. Pergeseran x1 dan x2 ke kanan berharga positif,
sementara 1 dan 2 adalah positif jika searah jarum jam.

(a). energi potensial sistem adalah :

V  mgl (1  cos 1 )  mgl (1  cos 2 )  21 k ( x1  x2 ) 2 (82)

Untuk sudut  kecil,

114
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

� � 2 ��
mgl(1  cos 1 )  mgl �
1 �1   ... ��
� � 2 �� (83)
 2
mgl x mg 2
 mgl � � x
2 2 l 2l

Jadi :
mg 2 mg 2 1
V  x1  x 2  k(x1 - x 2 ) 2
2l 2l 2
� mg � 2 1 � mg � 2
 12 �k �x1  �k �x 2  kx1x 2 (84)
� l � 2� l �

V  mg 
  k   x1  kx 2  0
x1 x10  l  x10
(85)

x2  0 x2  0

V  mg 
 k  x2  kx1  0
x2 x10  l  x10
(86)

x2 0 x2 0

115
l l
1 l 2

O1 x1 O2 x2
m
m
k

(a)

x1=x2 x1=-x2

O1 x1 O2 x2 O x2
O x
m m
m 2
1 m 1

x x1
1

t t

x2
x
2 t
(b) t (c)

Gambar 3. 7
Modus getar bandul
(a). mode simetrik (b). mode antisimetrik

116
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

 2V mg  2V mg
k dan k (87)
x1 x1 0 l
2
x2 x1 0 l
2
x 2 0 x 2 0

 2V  2V
 k dan  k (88)
x1 x2 x1 0 x2 x1 x1 0
x 2 0 x 2 0

Matriks untuk energi potensialnya adalah :

mg
k k
V= l (89)
mg
k k
l

V11 V12
Yang mana memberikan  0 ; merupakan bentuk
V2& V22
kuadrat yang homogen bernilai positif berhingga.

(b). Ungkapan untuk energi kinetik adalah :

T  21 mx 12  21 mx 22 (90)

117
Komponen Tll dan Tlm adalah koefisien-koefisien dari 1
2
x l2 dan
x l x m . Jadi

m 0
T= 
0 m
(91)

Jadi Lagrangian sistem adalah :

2 2

L = T-V = 
i 1 l 1
1
2
 Tlm x l x m  Vlm xl x m 
(92)

Sedangkan persamaan Lagrange sistem adalah :

 T
l 1
lm
xl  Vlm xl   0 m=1,2 (93)

yang memberikan persamaan-persamaan berikut :

x&1  V11 x1  T12&


T11& x&1  V12 x1  0 (94)

T21 x1  V21 x1  T22 x2  V22 x 2  0 (95)

Dengan menggunakan hasil yang diperoleh dalam matriks


energi kinetik dan energi potensial akhirnya diperoleh :

 mg 
mx1   k   x1  kx2  0 (96)
 l 
 mg 
mx2   k   x 2  kx1  0 (97)
 l 

118
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

yang keduanya merupakan persamaan yang saling terkait.

(c ). Untuk menentukan frekuensi normal atau frekuensi


karakteristik, digunakan persamaan :

 V -2 T = 0 (98)

yang berarti bahwa :

mg
k  m 2 k
l 0 (99)
mg
k k  m 2
l

yang memberikan persamaan kuadrat :


mg
k  m 2  k  0 , sehingga akar-akar
l

1/ 2
g
atau  1   
g
 2   12  (100)
l l 

mg
Persamaan kuadrat lainnya adalah : k   m 2  k  0 ,
l
sehingga akar-akar

 g 2k  1/ 2
 2   22     atau  2   g  2k  (101)
l m l m

Sama seperti sebelumnya, kita mencoba solusi berikut :

x1  Ae it dan x 2  Be it (102)

Hasil yang diperoleh adalah :

119
 mg 
k   m 2  A  kB  0 (103)
 l 
 mg 
k   m 2  B  kA  0 (104)
 l 
g
Jika  2   12  , diperoleh A = B
l
g 2k
Jika    1  
2 2
, diperoleh A = -B
l m

Jadi solusi umumnya menjadi :

x1  A1 e i1t  A1 e i1t  A2 e i 2t  A2 e i 2t (105)


x 2  A1 e i1t  A1 e i1t  A2 e i 2t  A2 e i 2t (106)

Kedua persamaan di atas menggandung empat tetapan.


Tetapan-tetapan tersebut dapat ditentukan dari syarat awal.

(d). Untuk menentukan koordinat normal digunakan


persamaan :

 V -2 T = 0 (107)

atau :
3n

 V
m 1
lm 
  2Tlm Am  0 l = 1,2

(108)

g
yang berarti untuk  2   12  , diperoleh :
l

120
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

 mg mg 
k   k  a 
 l l  11   0 (109)
 mg mg  a12 
 k k  
 l l 

 k  k  a11 
atau     0 (110)
 k k  a12 

yang berarti bahwa jika a11 = 1, a22 = -1, maka mode normalnya
adalah :

1  a11 x1  a12 x 2 (111)


 2  a 21 x1  a 22 x 2 (112)

Substitusi nilai a11 , a12, a21 dan a22 ke dalam persamaan matriks
dan mode normal di atas, serta nilai x1 dan x2 dari solusi
persamaan umum, diperoleh :

1  x1  x2  2 A1e i1t  A1 e i1t  (113)

 2  x1  x2  2 A2 e i2t  A2 e i2t  (114)

Tiap mode normal hanya bergantung pada frekuensi.


Selanjutnya, kita dapat melihat arti fisis dari tiap mode normal
sebagai berikut :
Untuk mode 1, kita harus mengambil 2 = 0. Jadi :

x1 - x2 = 0 atau x1 = x2

yang berarti bahwa kedua oslilator bergetar dengan fase yang


sama. Mode simetriknya ditunjukan pada gambar 5(b).
Dengan cara yang sama untuk mode 2, kita harus
mengambil 1 = 0. Jadi :

121
x1 + x2 = 0 atau x1 = -x2

yang berarti bahwa kedua osilator bergetar dengan fase yang


berbeda. Mode antisimetriknya ditunjukkan pada gambar 5(c ).
Secara umum, kedua mode tereksitasi secara simultan.
Contoh 2 :

Carilah frekuensi getaran dengan amplitudo kecil untuk bandul


ganda seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut. Kedua
massa dan panjang bandul adalah sama m1 = m2 = m ; l1 = l2 = l.

Penyelesaian :

Misalkan (x1, y1 ) dan (x2, y2) adalah koordinat kedua massa


bandul pada saat tali bandul membentuk sudut masing-masing
adalah 1 dan 2 terhadapt garis vertikal seperti yang
ditunjukkan dalam gambar. Dari gambar nampak bahwa :

122
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

1

(x1,y1
(a)
m  )
2

m (x2,y2
)

O O

1 1

m
m 2
2

m m
(b). Mode antisimetrik (c). Mode antisimetrik

123
Gambar 3.8
Modus gerak bandul ganda

x1 = l1 sin 1
x2 = l1 sin 1 + l2 sin 2 (115)
y1 = l1 cos 1
y2 = l1 cos 1 + l2 cos 2

Energi 124omponen124 sistem adalah :

V  mgy1  mgy 2
= -mgl cos 1 – mgl (cos 1 + cos 2) (116)

V V
0 dan 0 (117)
1  1 0  2 1 0
 2 0  2 0

2V
V11  2  mgl  mgl  2mgl (118)
1 1 0
 2 0

2V
V22  2  mgl dan V = V21 = 0 (119)
2 1 0
12

 2 0
Jadi, matriks energi potensialnya adalah :

124
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

V V12   2mgl 0 
V   11    
V21 V22   0 mgl 
(120)

V11 V12
Oleh karena  0 , maka hal persamaan di atas dapat
V21 V22
dipandang sebagai bentuk kuadrat homogen yang positif.
125omponen Tlm dapat dihitung sebagai berikut :

  
T  21 m x 12  y 12  21 m x 22  y 22 
2 2 2
l cos 1&1 �
 12 m �

1
l( sin 1 )&1 �
� 2 m �

1
lcos 1&1  l cos  2&2 �
� 2 m �
� �
1
m�
l(  sin  ) &�2  1 m �
 l(  sin  ) &�

2
2 � 1 1� 2 � 1 1�

(121)

Pada posisi kesetimbangan 1 = 2 = 0 :

T 1
2
 2ml 2

)12  12 ml 2 22  ml 21  2 (122)

125omponen Tll dan Tlm adalah koefisien dari 1


2 12 dan 1  m ;
yang berarti bahwa :

T11 = 2ml2, T22 = ml2, T12 = T21= ml2.

Jadi tensor energi kinetiknya adalah :

 2ml 2 ml 2 
T =   (123)
 ml
2
ml 2 

Frekuensi normal bandul ganda adalah :

125
V -2 T = 0 (124)

yang juga dapat ditulis dengan

2mgl   2 2ml  2 ml
0
 2 ml mgl   2 ml
(125)

yang memberikan nilai frekuensi :


 12  2  2  gl 
dan  22  2  2  gl (126)

Mode normal bandul ganda untuk frekuensi  2   12 adalah :

 g g 
 2mgl  (2  2 ) 2ml  (2  2 ) ml 2
2
 a 
 l l  11   0
g g
  (2  2 ) ml 2
 2mgl  (2  2 ) 2ml 2  a 21 
 l l 
(127)

yang dapat direduksi menjadi :

( 2  2 2 )a11  (2  2 ) a 21  0
( 2  2 ) a11  (1  2 )a 21  0 (128)

Jika a11 = 1 maka a21 = 2

Dengan cara yang sama untuk frekuensi  2   22 , jika a12 = 1,


maka a22 = - 2 .

126
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

A11 dan a12 berkorespondensi dengan partikel 1, dan a21 dan a22
berkorespondensi dengan partikel 2. Kedua mode osilasi
tersebut adalah :

1 = a11x1 + a12x2 = x1 + x2
2 = a21x1 + a22x2 = 2 (x1 + x2) (129)

Pada mode 1 partikel berosilasi dengan fase yang berbeda


yang merupakan mode antisimetrik seperti yang ditunjukkan
pada gambar 6(b). Pada mode 2 partikel berosilasi dengan fase
yang sama yang merupakan mode simetrik seperti yang
ditunjukkan pada gambar 6(c ).

127
Gambar 3.9.
Bandul berayun yang diikatkan pada sebuah balok

Contoh (3)

128
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Di bawah ini adalah sebuah contoh penggunaan konsep


getaran dengan amplitudo kecil untuk sistim mekanik yang
terdiri dari 3 buah bandul yang saling bergandeng. Panjang
masing-masing bandul adalah L, massa M

Sistem mekanik yang ditelaah adalah suatu sistem


bandul berkait yang terdiri dari 3 bandul matematika. Panjang
masing-masing bandul adalah L, massa M bergantung pada
ujung bawah benang bandul. Massa bandul dihubungkan
dengan pegas berketetapan k seperti terlihat dalam gambar.
Dalam keadaan setimbang, semua benang bandul ada
dalam kedudukan vertikal.
Cari dahulu energi kinetik T dan energi potensial V sistem
bandul tersebut.

1 1 1
T M x 12  M x 22  M x 32
2 2 2

Energi potensialnya sesuai dengan :

V
1
2
2 1
k x1  x 2   k x 2  x 3  
2
2

2L
 x1  x 22  x 32 
mg 2

Matriks (Tij) dan (Vij) :

129
M 0 0 
 
Tij  0 M 0 
0 0 M
 
  mg  
  k   k 0 
  L  
 Vij      k  2k  mg   k  

  L 

  mg  
 0 k k   
   L  

Persamaan karakteristik :

 mg 
k   M 2  k 0
 L 
 mg 
k  2k   M 2  k =0
 L 
 mg 
0 k k   M 2 
 L 

Pemecahan persamaan diatas memberikan 3 buah frekuensi,


masing-masing :

130
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

g  k g  3k g 
12    ;  22     ; 32    
L m L  M L
Persamaan pertama amplitudo diperoleh dengan mengambil
 2  12 ; hal itu memberikan :

k A 11  k A 12 0
 k A 11 2 k A 12  k A 13 0
 k A 12 k A 13 0

yang memberikan A11 = A12 = A13 , sebut saja Ao.


Persamaan kedua amplitudo diperoleh dengan
mensubstitusikan    2 ; hal itu memberikan :
2 2

  k A 22 0

 k A 21  k A 23 0
  k A 22 0

Kemudian diperoleh :

A22 = 0 ; A21 = -A23 ; namakan saja A21 ≡ Bo


Persamaan ketiga amplitudo diperoleh dengan mengambil
 2  32 ; hal itu memberikan :

 2 k A 31  k A 32 0

  k A 31  k A 32  k A 33 0
  k A 32  2 k A 33 0

Kemudian diperoleh :

A31 = A33 , sebut saja A31 ≡ Co . Dengan demikian A32 = -2 Co

131
Solusi koordinat adalah sebagai berikut :

 x1   Ao Bo C o   cos 1 t 
    
 x 2   2  Ao 0  2 C o   cos  2 t 
x  A  Bo C o   cos 3 t 
 3  o

Kombinasi linier dari koordinat x1, x2 dan x3, yang


mendiagonalkan matriks amplitude adalah :
 x1  x 2  x 3   3A o 0 0   cos 1 t 
    
 x1  x 3   2 0 2 Bo 0   cos  2 t 
x  2x  x   0 0 4 C o   cos 3 t 
 1 2 3 

Kombinasi linier koordinat-koordinat diatas adalah koordinat


normal x1, x2, x3 :

X1 = x1 + x2 +x3 ; bergetar dengan frekuensi ω1


X2 = x1 – x3 ; bergetar dengan frekuensi ω2
X3 = x1 -2x2 + x3 ; bergetar dengan frekuensi ω3

Sekarang ditinjau satu demi satu pola getar koordinat normal.


Pola getar X1 diperoleh dengan membuat X2 ≡ 0 dan X3 ≡ 0. Ini
berarti bahwa :

x1  x 3  0 
 x 1  x 2  x 3 setiap saat
x 1  2 x 2  x 3  0

Pola getarnya dilukiskan dalam sketsa disebelah; frekuensi


1
getarnya 1   g 
2
.
 L
Jadi getaran itu laksana 3 bandul matematika yang identik,
yang bergerak dalam satu ”irama”, yang masing-masing
independen, tidak terkait oleh pegas k.

132
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Pola getar X2 diperoleh dengan mempersyaratkan bahwa X1 ≡ 0,


dan X3 ≡ 0 ; artinya :

x1  x 2 x 3  0 
 yang memberikan bahwa :
x 1  2 x 2  x 3  0
x2  0 
 Setiap saat
x 1  x 3  0

Cara getar mode ini digambarkan dalam sketsa dibawah :

X1 X2 =0 X3
X1 X2 X3

X1 X2 X3

Gambar 3.10
Tiga modus getar yang dinyatakan dalam soal

133
Massa ditengah tak beranjak dari tempatnya (X2 = 0). Frekuensi
 k g
getar sistem  2     .
2

M L
Untuk dapat melihat X3, X1 dan X2 harus dibuat ≡ 0. Artinya :

x 1  x 2  x 3  0
 yang memberikan
x1  x 3  0 

x1  x 3 dan x2   x3 pada setiap saat

Frekuensi getarnya adalah  3k g  2


  
 M L

Dalam mode getar ini, massa pertama bergetar setara


dengan massa ketiga, sedangkan massa kedua berlawanan fase
getarnya terhadap dua yang lain.
Demikianlah contoh untuk ilustrasi teori getaran
beramplitudo kecil yang dikemukakan dalam bab ini.

134
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

E. GETARAN SIMPATHETIC DAN KEJUT

Tinjaulah suatu sistim sederhana yang terdiri dari dua


buah osliator yang masing-masing panjangnya l dan massanya
m yang dihubungkan oleh sebuah pegas tak bermassa dengan
tetapan k seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 14.2. Jika
pegas memperoleh hambatan yang relatif kecil terhadap kedua
bandul, maka kita katakan bahwa sistim mengalami gandengan
lemah, sebaliknya jika pegas mengalami hambatan yang lebih
besar maka sistim mengalami gandengan kuat. Jika kedua pegas
tidak sama massa atau panjangnya, maka kedua bandul
dinamakan tak dapat ditala (detuned).
Untuk memudahkan kita ambil contoh untuk kasus
dimana kedua bandul memiliki massa dan dan panjang yang
sama, dan keduanya terhubung lemah dengan sebuah pegas.
Asumsikan bahwa kedua bandul bergerak dalam sebuah
bidang. Selanjutnya salah satu bandul diberi simpangan
sementara bandul yang lainnya dalam keadaan diam. Dengan
berjalannya waktu, osilasi yang dihasilkan oleh kedua bandul
ditunjukkan 14.4. Nampak jelas bahwa osilasi tersebut
termodulasi, dan energi secara kontinyu ditransfer dari bandul
satu ke bandul lainnya. Ketika salah satu bandul mencapai
amplitudo maksimum, bandul lainnya dalam keadaan diam,
demikian juga sebaliknya. Gejala ini disebut resonansi atau
getaran symphatettic antara dua sistim. Perbantian energi
antara dua bandul dapat ditunjukkan secara matematik seperti
yang akan dijelaskan selanjutnya. Hal ini merupakan teori
resonansi seperti yang ditunjukkan dalam gambar 14.4.

135
Osilator kedua : t = 0, x2 = A, x 2  0

Osilator pertama : t = 0, x1 = 0, x 1  0

Gambar 3.11
Bentuk gelombang resonansi antara dua osilator tergandeng

Dalam kasus contoh 14.2, misalkan pada t =0, kita


dapatkan x1 = 0, x 1 = 0, x 2  A1 dan x 2  0 . Terapkan syarat
ini pada persamaan (xviii) dan (xix) dalam contoh 14.2 kita
dapatkan :

x1 ( t )  A1ei1t  A 1ei1t  A 2ei1t  A  2ei1t


x 2 ( t )  A1ei1 t  A 1ei1 t  A1ei1 t  A 1ei1t

Untuk t = 0 diperoleh :

A1 + A -1 + A2 + A -2 = 0

136
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

A1  A 1  A 2  A  2  0
i1 (A1  A 1 )  i2 (A 2  A  2 )  0
1 (A1  A 1 )  i2 (A 2  A  2 )  0

Selesaikan persamaan-persamaan di atas, menghasilkan :


A A
A1  A 1  dan A 2  A  2  
4 4

Masukkan hasilnya dalam persamaan 14.114 dan 14.115,


diperoleh :

x1 ( t )  
A i1 t
4
 
e  e  i1 t  ei 2 t  e  i 2 t 
A i1 t
x 2 (t) 
4
  
e  e  i1 t  ei 2 t  e  i 2 t 
Oleh karena 2 cos θ = eiθ + e-iθ, kita dapat tulis

A
x1   cos 1t  cos 2 t 
2

A
x2   cos 1t  cos 2 t 
2

Kedua persamaan di atas dapat juga ditulis :

   1   1  2 
x1  A sin  2 t  sin  t
 2   2 
   1   1  2 
x 2  A cos 2 t  cos t
 2   2 

Misalkan (1  2 ) / 2  o dan 2  1 , maka :

137
   1 
x1  A sin  2 t  sin o t
 2 
   1 
x 2  A cos 2 t  cos o t
 2 

Hal ini berarti bahwa jika amplitudo x1 bertambah besar, maka


x2 bertambah kecil, demikain pula sebaliknya. Hal ini
ditunjukkan pada gambar 14.4. Hal ini berati pula bahwa
terdapat transfer energi bolak balik secara periodik. Periode T
transfer energi dapat dinyatakan dengan :

2 4
T 
  2  1

138
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Osilator kedua

Osilator pertama

Gambar 3.12
Fenomena kejut antara dua osilator tergandeng

Jika kedua bandul memiliki frekwensi yang berbeda sedikit,


pertukaran energi tetap berlangsung akan tetapi pertukaran
energinya tidak lengkap. Bandul kedua yang bergerak bergerak
lebih awal telah mencapai amplitudo minimum, tetapi
harganya tidak sama dengan nol. Bandul pertama, yang mula-
mula diam, mencapai amplitudo nol dalam gerakannya.
Fenomena ini disebut kejut seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 14.5. Kita dapat menerapkan hal yang sama pada
kasus bandul ganda, seperti yang telah kita bahas dalam contoh
14.3. dan seperti yang ditunjukkan pada gambar contoh 14.3.
Jika kedua massa dan panjangnya sama, kita tetap memperoleh
getaran resonansi symphatetic. Tetapi apa yang terjadi jika
kedua massa (tentu saja beratnya) berbeda. Misalnya bandul
yang berada di sebelah atas massanya lebih besar daripada
yang berada di sebelah bawah. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya detuning dan kejut. Selanjutnya kita atur gerak

139
bandul dengan menarik massa yang sebelah atas dengan
menyimpangkannya sedikit dari arah vertikal kemudian
dilepaskan. Dalam gerakan secara berurutan dan interval yang
teratur, massa yang sebelah bawah akan diam, sementara
massa yang disebelah atas mencapai amplitudo maksimum,
atau massa di sebelah atas mencapai amplitudo minimum
(tidak harus sama dengan nol) ketika massa yang berada di
sebelah bawah mencapai amplitudo maksimum. Ini merupakan
gejala kejut seperti yang ditunjukkan pada gambar 14.5. Sekali
lagi, oleh karena adanya detuning, maka transfer energi tidak
berlangsung secara lengkap dan sempurna.
Jika dalam contoh di atas, kedua bandul diatur bergerak
secara simultan,baik (i) dalam arah yang sama maupun (ii)
dalam arah yang berlawanan , akan kita temukan bahwa tidak
terjadi pertukaran energi diantara kedua bandul. Kita peroleh
modul normal getaran seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Pembahasan sistim getaran mekanis di atas dapat juga
diperluas untuk sistim elektrik. Getaran simpatetic memiliki
peranan besar dalam rangkaian listrik. Dalam sistim elektrik,
rangkaian pertama dan kedua digandengkan secara induktif
satu sama lain. Jika rangkaian pertama bekerja, maka rangkaian
kedua akan bergetar dengan kuat, jika terjadi resonansi. Tidak
seperti halnya dengan bandul ganda yang telah dibahas
sebelumnya, dalam rangkaian listrik faktor redaman mesti
dimasukkan. Dalam hal ini, redaman analog dengan hambatan
ohmik, massa berkorespondensi dengan induktansi diri, gaya
pemulih analog dengan efek kapasitansi.

F. GETARAN MOLEKUL

Sekarang mari kita perhatikan modus getaran molekul


diatomik dan triatomik. Molekul diatomik dapat dipandang
sebagai dua benda bermassa m1 dan m2 dihubungkan oleh
pegas tak bermassa dengan tetapan k, panjang dalam keadaan
tak teregang a , bergetar sepanjang garis penghubung antara

140
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

kedua massanya. Misalkan x1 dan x2 adalah koordinat masing-


masing massa m1 dan m2 diukur dari titik O. Energi potensial
sistim adalah :

1
V  k ( x 2  x1  a ) 2 (a)
2
1 1
T  m1 x 12  m2 x 22 (b)
2 2

Gambar 3.13
Model molekul diatomik

Ungkapan persamaan energi potensial tersebut bukanlah


merupakan fungsi kuadrat yang tak homogen, oleh karena itu
transformasi linier ke koordinat normal tak mungkin dapat
dilakukan. Kesulitan ini dapat diatasi dengan melakukan
substitusi :

u  x2  a dan u  x 2 (c)

Substitusi persamaan c ke persamaan a dan b

141
1
V  k (u  x1 ) 2
2

1 1
T  m1 x 12  m2 u 2
2 2

Koordinat rampatan yang baru x1 dan u dapat dinyatakan


dalam bentuk Lagrangian :

1 1
L  T V (m1 x 12  m2 u 2 )  k (u  x1 ) 2
2 2
dan persamaan Lagrange :

d  L  L d  L  L
  0 dan   0
dt  x 1  x1 dt  u  u

Solusi persamaan di atas menghasilkan :

m1 x1  kx1  ku  0
m2 u  ku  kx1  0 (d)

Misalkan solusinya adalah :

x1  Ae it dan u  Be it (e)

Dari persamaan persamaan di atas (d) kita peroleh :

 m 
1
2

 k A  kB  0 (f)
 kA    m2  k  B  0
2
(g)

142
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Untuk menghitung frekwensi  , determinan koefisien A dan


B diambil sama dengan nol :

m1  k
2
k
0 (h)

k m2  k
2

yang menghasilkan :

(m1 2  k ) (m2 2  k )  k 2  0 (i)



 2 m1m2 2  k (m1  m2 )  0 (j)

Dua nilai frekwensi yang mungkin adalah :


1
 k ( m1  m2 )  2
 1  0 dan   2    (k)
 m1 m2 
Substitusi persamaan f dan g , diperoleh :

Untuk   1  0 , A  B (L)
m
Untuk   2 , A   2 B (m)
m1

Solusi umumnya adalah :


x1  A1t  A1  A2 i 2 t  A2 i 2 t (n)

143
m1 i t m
x 2  A1t  A1  A2  2  1 A 2  i 2 t (o)
m2 m2

Dengan mengambil kombinasi linier x1 dan u, kita dapat


mencari X1 dan X2 yang masing-masing bersesuaian dengan ω1
dan ω2 :

m1  m 
X1  x1  u  1  1  A1t  A1  (p)
m2  m2 

 
m
X 2  x1  u  1  1 
 A2  i 2 t  A2  i 2 t  (q)
 m2  Jika modus
X1 dibangkitkan, dan modus X2 diredam (dimatikan), berarri :

Untuk modus X1 : X 2  x1  u  0 atau

x1  u  x 2  a

Gambar 3.13

Salah satu modus getar molekul diatomik

144
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

yang bersusaian dengan gerak transalasi sistim seperti yang


ditunjukkan pada gambar 14.7a. Dengan penalaran yang sama
apabila modus X2 dibangkitkan, dan modus X1 diredam berarri

m1
Untuk modus X2 : X1  x1  u  0 atau
m2

m2 m
x1   u   2 ( x2  a) (r)
m1 m1

Yang berarti bahwa kedua massa berosilasi relatif terhadap


pusat massanya seperti yang ditunjukkan dalam gambar 14.7 b.

Gambar 3.14

Salah satu modus getar molekul diatomik

Hasil yang diperoleh di atas dapat dijadikan acuan


untuk memperluas persoalan pada molekul triatomik. Misalkan
tinjau salah satu jenis molekul triatomik, misalnya CO 2 seperti
yang ditunjukkan pada gambar 14.8. yang merupakan sebuah
molekul linier. Jika gerakannya dibatasi sepanjang garis
penghubung ketiga molekul, maka terdapat tiga derajat
kebebasan gerak, dengan sendirinya terdapat pula tiga
koordinat normal. Kita dapat menghitung besarnya frekwesni

145
serta modus normalnya seperti yang ditunjukkan pada contoh
sebelumnya. Modus pertama adalah ω = ω1 = 0 yang berarti
bahwa pada sistim terjadi translasi sederhana dari pusat massa
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14.8.a. Modus kedua
adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 14.8 b dimana ω
= ω2 . Atom karbon berada yang di tengah diam, sedangkan
dua atom oksigen yang berada di masing-masing ujung
melakukan vibrasi dengan amplitude yang sama tetapi dengan
arah atau fasa yang berlawanan. Karena posisi atom pada pusat
setangkup dengan dua atom oksigen lainnya, maka momen
dipolnya  qi x i sama dengan nol. Menurut teori radiasi,
i
modus ini tidak dapat didteksi karena tidak memancarkan
radiasi.
Modus ketiga adalah ω = ω3 dimana atom oksigen
bervibrasi dengan amplitude berbeda, tetapi masih sefase.
Atom karbon yang bervibrasi terhadap pusat massa, dan
geraknya berlawanan fase dengan atom oksigen seperti yang
ditunjukkan dalam gambar. Dalam hal ini momen dipol yang
dihasilkan dari vibrasi  q i x i tidak sama dengan nol ; oleh
i
karena itu menurut teori radiasi, akan dipancarkan radiasi
elektromagnetik.

146
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Translasi

Osilasi

Osilasi

Gambar 3.15
Molekul triatomik dan ketiga kemungkinan modus vidrasinya

G. SISTIM TEREDAM DAN OSILASI DIPAKSA

Sejauh ini pembahasan tentang osilasi dengan


amplitude kecil, pengaruh gesekan kita diabaikan. Situasi yang
umum dijumpai adalah adanya gaya redaman yang harganya
sebanding dengan kecepatan. Dalam kasus ini, gerak partikel
ke i dapat dinyatakan dengan menggunakan hokum II Newton
:
mi r  Fi  ci ri

Dalam bentuk komponennya, dapat kita tuliskan:

mi xi  Fix  ci x i
mi y i  Fiy  ci y i

147
mi zi  Fiz  ci z i
Dimana ci adalah tetapan-tetapan dan Fix, Fiy serta Fiz hádala
componen-komponen gaya resultan Fi yang dapat
diturunkadari sebuah fungsi potensial; potensial tersebut
merupakan fungsi kuadrat homogen dari koordinatnya.
Misalkna sistim yang ditinjau memiliki l derajat
kebebasan dan dinyatakan dalam l koordinat yang
independen :
q1' , q 2' , ... , q l'
Hubungan antara koordinat x,y dan z dinayatkan dengan 3n
persamaan untuk n partikel :


xi  xi q1' , q 2' ,..., ql' 
yi  y q , q
i
'
1
'
2 ,..., q 
'
l

zi  z q , q
i
'
1
'
2 ,..., q 
'
l

Perlu dicatat bahwa tidak terdapat kebergantungan secara


eksplisit terhadap waktu t sebab energi kinetik T merupakan
fungsi kuadrat yang homogen terhadap waktu. Kalikan tiap
persamaan 14.151 masing-masing dengan xi / q j , y i / q j ,
' '

z i / q 'j , jumlahkan ketiga tiganya untuk keseluruhan n


partikel ;

n   xi  yi  z i 
 m  x
i i
qj'
 y i
qj'
 zi
 q 'j 
i 1 

n 
 xi  yi  z i  n   xi  yi  z i 
   Fix  F  F   ci x i  y i  z i

i 1  qj' iy
qj' iz
 q j  i 1   q j
' '
qj'
 q 'j 
dimana :

148
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

d   T  T

Bentuk pertama di kiri 
dt   q 'j   q'
 j

V
Bentuk pertama di kanan    Q j adalah gaya rampatan,
 q 'j
yang mengabaikan gaya redaman.
 1 n 
Bentuk kedua di kanan   ' 2  i
c ( x i2  y i2  z i2 
 q j  i 1 
 Fr

 q 'j

n
Dimana Fr = 1
2  c ( x
i 1
i
2
i  y i2  z i2 ) merupakan fungsi redaman

dan menyatakan setengah harga energi yang diredam selama


gaya gesekan bekerja. Selanjutnya persamaan 14.154 dapat
ditulis :

d   T  T
 V  Fr
 
dt   q 'j   q'
 j  q j  q 'j
'

Oleh karena L = T – V persamaan 14.151 atau persamaan 14.155


dapat dinyatakan dengan

d   L 
   L  Qrj
dt   q 'j   q'
 j

Dimana Qrj adalah gaya redam rampatan :


 Fr
Qrj  
 q 'j
Untuk getaran dengan amplitudo yang cukup kecil , ungkapan
V, T dan F dapat dinyatakan dengan :

149
2 2
V  a11 q1'  ...  a11 q1'  2a12 q1' q 2'  ...
2 2
T  b11 q 1'  ...  b11 q 1'  2b12 q 1' q 2'  ...
2 2
Fr  c11 q 1'  ...  c11 q 1'  2c12 q 1' q 2'  ...
Dimana all, .......bll dan cll ....... adalah teatapan-tetapan
Persamaan diferensial gerak yang dihasilkan dari
persamaan 14.155 atau 14.156 sama dengan yang diperoleh
dalam kasus tanpa redaman, kecuali bahwa dalam persamaan
tersebut muncul q  . Untuk menghitung modus normal, kita
harus mencari koordinat baru yang merupakan kombinasi
linier dari q1' , q 2' , ......... q l' sedemikian sehingga jika V,T dan
F dinyatakan dalam koordinat 1 ,  2 ........  l tidak
mengandung bentuk cross, yang berarti bahwa mengandung
jumlah kuadrat koordinat baru serta turunannya terhadap
waktu. Berhubung oleh karena kehadiran Fr, tidak selamanya
memungkinkan kita dapat mencari koordinat baru tersebut.
Dalam beberapa situasi kita memungkinkan mencari
transformasi koordinat normal , dan bentuk persamaan
diferensial yang dihasilkan adalah :

m j j  c j j  k j j  0

yang solusinya adalah :

 j t
 j  Aj e cos ( j t   j )
Selanjutnya, tidak seperti halnya dalam kasus tanpa redaman
dimana kita hanya mengamati satu jenis osilasi, dalam kasus ini
gerak osilasi dapat mengambil bentuk underdamped, critically
damped atau overdamped, yang mungkin saja geraknya bukan
lagi berupa getaran. Koordinat normal dan fasenya sama
halnya dengan kasus-kasus dalam gerak tanpa redaman.
Amplitudonya menurun dengan waktu secara eksponensial.

150
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Pertama mari kita asumsikna bahwa gaya


pengendalinya cukup kecil sehingga kuadrat pergeseran dan
kecepatannya sedemikian sehingga persamaan geraknya masih
dapat dipandang linier. Jika gaya tersebut konstan, seperti
halnya sistim di bawah pengaruh gaya gravitasi, hanya
perubahan posisi kesetimbangan si sekitar gerak osilasinya
yang berperan. Jika gaya penggeraknya periodik,
memungkinkan kita dapat membahas geraknya dalam bentuk
koordinat normal. Untuk praktisnya, asumsikan bahwa gaya
penggeraknya dapat dinyatakan dalam bentuk Q jext cos t
i t
atau Q jext e . Persamaan gerak yang dihasilkan dalam bentuk
koordinat normal (dengan kehadiran gaya pemulih, gaya
peredam dan gaya pengendali),

m j j  c j j  k j j  Q jext e it

Jika frekwensi pengendali nilainya sama dengan salah satu


frekwesni normal sistim, modus normal yang bersesuaian
yakni yang memiliki amplitudo terbesar berada dalam keadaan
tunak. Selanjutnya, jika tetapan peredaman cukup kecil, tidak
semua modus normal dapat dibangkitkan; hanya satu modus
normal yang memiliki frekwensi yang sama dengan frekwensi
gaya pengendali yang dapat dibangkitkan.

Contoh :

Mari ambil kembali contoh dua bandul tergandeng, seperti


yang sudah dibahas dalam contoh 14.2. Misalkan gaya
penggeraknya adalah F cos ωt dan gaya geseknya sebanding
dengan kecepatannya yakni cx  , dimana c adalah tetapan.
Bahaslah persoalan ini :

Jawab :

Persamaan yang menggambarkan sistim tersebut adalah :

151
mg
mx1  x1  k ( x1  x 2 )  cx 1  F cos t
l
mg
mx2  x 2  k ( x1  x 2 )  cx 2  F cos t
l
Persamaan yang melibatkan koordinat normal X1 dan X2 (
1  X 1  x1  x 2 dan  2  X 2  x1  x 2 )
c g 2F
X 1  X 1  X 1  cos t
m l m
c  g 2k 
X 2  X 2     X 2  0
m l m
Ingat bahwa, persamaan diferensial di atas memiliki solusi ;

2 F cos t   
 '
X 1  e ( c / 2 m ) t A1e i1t  A1e i1t 
'

m 2 2
o 2  2
  2  c2 1/ 2

Dan

 '
X 2  e  ( c / 2 m )t A2 ei2t  A 2e i2t
'

Dimana :

1/ 2
g
1/ 2
g c2   g 2k  c 2 
, 1    
'
o    2  , 1
'
    
l   l 4m   l m  4m 2 

c
tan  
 m  2
o  
2 1/ 2
untuk g/l >c2/4

X1 dan X2 keduanya mengandung bentuk transien. Hanya X1


yang memiliki bentuk keadaan tunak, dan hanya X1 yang tetap

152
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

terbangkitkan (untuk sembarang syarat awal) dengan


frekwensi yang sama dengan frekwensi pengendali, seperti
halnya dalam sistim yang memiliki satu derajat kebebasan. X2
akan meluruh dalam interval waktu yang sangat pendek.

3.

Gambar 3.16
Gambar untuk soal no.3

Dari diagram diatas, dua persamaan gaya dapat dituliskan :

m1x 1   k 1 x 1  k 2  x 1  x 2   Fo cos t
m 2 x 2  k 2  x 2  x 1   k 3 x 2
atau
m1 x 1  (k 1  k 2 ) x 1  k 2 x 2  Fo cos t
m 2 x 2  (k 2  k 3 ) x 2  k 2 x 1  0

Dianggap benda bergerak harmonic dengan bermacam-macam


amplitudo dan frekuensi

153
x 1  A cos  t   , x 1   A  2 cos  t  

x 2  B cos  t   , x 2  B  2 cos  t  

Substitusi nilai tersebut ke persamaan gerak, diperoleh :

k 1 
 k 2  m1  2 A  k 2 B  Fo

 k 2 A  k 2 k 3  m 2 2 B  0 
Dengan aturan Cramer, diperoleh nilai A dan B :

Fo  k2

A
0  k 2  k 3  m 2 2 
k 1  k 2  m1 2  k 2  k 3  m 2  2   k 22

Fo  k 2  k 3  m 2  2 

 k1  k 2  m12  k 2  k 3  m 2 2   k 22

k 2  k 3  m 2 2  Fo
 k2 0
B
k 1 
 k 2  m1 2 k 2  k 3  m 2  2  k 22 
Fo k 2

 
k 1  k 2  m1 k 2  k 3  m 2  2  k 22
2

154
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Setelah getaran bebas berhenti, sisa getaran akan


menjadi gerak harmonik sederhana dengan frekuensi

Fo  k 2  k 3  m 2  2 
x1 (t) 
 k1  k 2  m12  k 2  k 3  m 2 2   k 22 cos t
Fo k 2
x 2 (t)  cos t
  
k 1  k 2  m1 k 2  k 3  m 2  2  k 22
2

SOAL SOAL

1. Partikel dengan massa m bergerak dalam lintasan satu


dimensi dengan fungsi energi potensial :
k k
a. V ( x )  x 2 
2 x
 bx
b. V ( x)  kxe
c. V ( x)  k ( x 4  b 2 x 2 )
dimana semua tetapan adalah ril dan positif. Carilah
posisi kesetimbangan untuk tiap kasus di atas dan
tentukan jenis kestabilannya.
d. Carilah frekuensi sudut  untuk getaran kecil di sekitar
posisi kesetimbangan stabil
Untuk bagian (a), (b) dan (c) serta cari periode untuk
tiap kasus di atas jika m = 1
gram, serta k dan b nilainya adalah satu satuan dalam
sistem cgs.

2. Dua pegas identik dengan panjang awal lo dan tetapan k


kedua ujungnya diikatkan pada dua titik A dan B, yang
jarak keduanya adalah 2d. Kedua ujung yang lainnya

155
dihubungkan pada suatu titik C, dan sebuah massa m
digantungkan pada titik ini, seperti yang ditunjukkan
dalam gambar berikut. Carilah posisi setimbangnya.
Apakah posisi tersebut adalah kesetimbangan stabil ?
Carilah frekuensinya jika dianggap merupakan getaran
dengan amplitudo kecil.

3. Sebuah balok homogen yang sisi-sisinya masing-masing


adalah 2a dalam keadaan setimbang pada puncak sebuah
bola yang agak kasar yang berjejari r. Tunjukkan bahwa
fungsi energi potensialnya adalah :

V ( )  mg   a  b  cos  b sin  

dimana  adalah sudut yang dibentuk oleh garis


penghubung antara benda dengan garis mendatar.
Tunjukkan bahwa pada  = 0 kesetimbangannya adalah
stabil atau tak stabil bergantung pada apakah a lebih kecil
atau lebih besar dari b.

4. Tentukan periode getaran pada soal No.3

5. Sebuah benda dengan massa M bergerak dalam bidang


tanpa gesekan dengan lintasan AB. Sebuah benda lain
dengan massa m dihubungkan dengan M oleh sebuah tali
tak bermassa dengan panjang l (perhatikan gambar).
Hitunglah frekuensi apabila sistem tersebut melakukan
getaran dengan amplitudo kecil.

156

m
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng

Gambar 3.17

157

Anda mungkin juga menyukai