Agama Muamalah
Agama Muamalah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain,
masing-masing berhajat kepada yang lain, bertolong-tolongan, tukar menukar keperluan
dalam urusan kepentingan hidup baik dengan cara jual beli, sewa menyewa, pinjam
meminjam atau suatu usaha yang lain baik bersifat pribadi maupun untuk kemaslahatan
umat. Dengan demikian akan terjadi suatu kehidupan yang teratur dan menjadi ajang
silaturrahmi yang erat. Agar hak masing-masing tidak sia-sia dan guna menjaga
kemaslahatan umat, maka agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan teratur, agama
Islam memberikan peraturan yang sebaik-baiknya aturan.
Secara bahasa, kata Mu’amalat yang kata tunggalnya mu’amalah yang berakar
pada kata ﻋاملsecara arti kata mengandung arti “saling berbuat” atau berbuat secara timbal
balik. Lebih sederhana lagi berarti “hubungan antara orang-orang”.
B. Rumusan Masalah
Adapun tujuan dan manfaat dari penyusunan makalah ini, antara lain:
PEMBAHASAN
A. Hakekat Mu'amalah
Mu’amalah secara etimologi sama dan semakna dengan al-mufa’alah, yaitu saling
berbuat. Kata ini, menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan
seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Atau
Mu’amalah secara etimologi itu artinya saling bertindak, atau saling mengamalkan.
Secara terminologi, Mu’amalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian
mu’amalah dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Pengertian mu’amalah dalam arti sempit yaitu semua akad yang memperbolehkan
manusia saling menukar manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang telah
ditentukan Allah dan manusia wajib mentaati-Nya.
Dalam buku enslikopedia islam jilid 3 halaman 245 dijelaskan bahwa mu’amalah
merupakan bagian dari hukum islam yang mengatur hubungan antara seseorang dan orang
lain, baik seseorang itu pribadi tertentu maupun berbentuk badan hukum, seperti
perseoran, firma, yayasan, dan negara. Contoh hukum islam yang termasuk mu’amalah,
seperti Jual-beli, Hukum Perdata, Hukum Pidana, Hukum Nikah (Munakaha), Khiyar,
Syirkah (Kerja Sama), Bank, Riba, dan Rente, Asuransi, ‘Ariyah (Pinjaman), Hiwalah
(Pemindahan Utang), Al-Rahn (Gadai/Peminjaman dengan jaminan),Al-Ijarah (Sewa-
menyewa dan Upah).
Jadi, Mu’amalat adalah semua hukum syariat yang bersangkutan dengan urusan
dunia,dengan memandang kepada aktivitas hidup seseorang seperti jual-beli, tukar-
menukar, pinjam-meminjam dan sebagainya. Muamalat juga merupakan tatacara atau
peraturan dalam perhubungan manusia sesama manusia untuk memenuhi keperluan
masing-masing yang berlandaskan syariat Allah s.w.t yang melibatkan bidang ekonomi
dan sosial Islam.
B. Ruang Lingkup Mu'amalah
Ruang lingkup mu’amalah terbagi menjadi dua, yaitu ruang lingkup mu’amalah
madiyah dan adabiyah.
1. Jual-beli (al-ba’i/al-tijarah)
2. Gadai (al-rahn)
3. Jaminan dan tanggungan (kafalah dan dhaman)
4. Pemindahan utang (al-hiwalah)
5. Batasan bertindak (al-hajru)
6. Perseroan atau pengkongsian (al-syirkah)
7. Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah)
8. Sewa-menyewa (al-ijarah)
9. Pemberian hak guna pakai (al-‘araiyah)
10. Barang titipan (al-wadhi’ah)
11. Barang temuan (al-luqathah)
12. Garapan tanah (al-muzara’ah)
13. Sewa-menyewa tanah (al-mukhabarah)
14. Upah (ujrah al-‘amal)
15. Gugatan (al-syuf’ah)
16. Sayembara (al-ji’alah)
17. Pembagian kekayaan bersama (al-qismah)
18. Pemberian (al-hibah)
19. Pembebasan (al-ibra’)
20. Damai (al-shulhu)
21. Masalah kontemporer (al-mu’ashirah/al-muhaditsah), seperti masalah bunga
bank, asuransi kredit, dan masalah-masalah baru lainnya.
1. Ijab kabul
2. Saling merindai
3. Hak dan kewajiban
4. Kejujuran pedagang
5. Penipuan
6. Pemalsuan
7. Penimbunan
8. Segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan
peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.
1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan
oleh al-qur’an dan sunnah rasul. Bahwa hukum islam memberi kesempatan luas
perkembangan bentuk dan macam muamalat baru sesuai dengan perkembangan
kebutuhan hidup masyarakat.
2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela , tanpa mengandung unsur paksaan.
Agar kebebasan kehendak pihak-pihak bersangkutan selalu diperhatikan.
3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat. Bahwa sesuatu bentuk
muamalat dilakukan ats dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat.
4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari unsur-
unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan.
Bahwa segala bentuk muamalat yang mengundang unsur penindasan tidak
dibenarkan.
5. Haramnya segala kezaliman dengan memakan harta secara bathil, seperti : riba,
ghasab, korupsi, monopoli, penimbunan , dll
D. Akhlak Bermu'amalah
Manusia dewasa ini telah berada di persimpangan jalan, antara agama dan kemajuan
ilmu pengetahuan. Kebimbangan pun datang mengusik lamunan di malam hari,
membangunkan dari mimpi-mimpi indahnya sepanjang malam. Manusia cenderung
menilai realita kehidupan dunia yang tampak di depan mata tanpa menoleh fenomena
kehidupan di masa lalu. Ada sebagian darinya yang tidak merujuk kepada perintah-
perintah agama sebagai pedoman hidup di dunia. Padahal, sejarah peradaban manusia telah
terukir dari beberapa peristiwa kebajikan dan kebathilan. Padahal, yang di cari manusia
dalam kehidupan di dunia adalah kebahagiaan.
Mengapa pertanyaan demi pertanyaan itu muncul seolah tidak merasa puas dengan
kenyataan hidup, atau sebaliknya? Islam sebagai agama melalui kajian al qur’an dan
hadits-hadits Rasulullah dapat menjawab pertanyaan demi pertanyaan tersebut dengan
menanamkan kepercayaan terhadap Allah dan Rasulullah. Oleh karena itu jugalah penulis
mencoba menghadirkan jawaban-jawaban yang bersumber dari nash-nash al Qur’an dan
beberapa Hadits Nabi saw, sekaligus dapat memberikan keyakinan yang kuat dalam diri.
ّار َو ِإنِّ َولَ ِعبِ لَهْوِ ِإ َِّل ال ُّد ْنيَا ا ْل َح َياةِ َه ِذ ِِه َو َما َِ يَ ْعلَمونَِ كَانوا لَ ِْو ا ْل َحيَ َوانِ لَ ِه
َِ ي ْاْل ِخ َر ِةَ الد
Artinya:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan permainan. Dan
sesungguhnya akhirat itulah sebenar-benar kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Q.S. al
‘Ankabut: 64).
َن أَ ِْوَلَدك ِْم َو َِلَ أ َ ْم َوالك ِْم ت ْل ِهك ِْم َِلَ آ َمنوا الّذِينَِ يَاأَيُّهَا
ِْ للاِ ِذك ِِْر ع
ِ ن ِْ َو َم
Artinya:
Telah menjadi ketentuan Allah jikalau manusia hidup sebagai makhluk sosial,
bertetangga, bergaul dengan sesama walaupun terdapat perbedaan bahasa, suku dan warna
kulit. Lantas agama menjawabnya agar manusia menjaga tali silaturrahmi dan saling
mengenal antar satu dengan lainnya, saling menghormati dan menghargai hak-hak sesama.
Islam mengakui kemajemukan manusia sebagai suatu komunitas plural, tetapi bukan untuk
saling membedakan, namun untuk saling mengenal antar satu dengan lainnya. Islam
melarang untuk berlaku sombong dan angkuh karen perbedaan posisi, keadaan, suku, ras,
dan lainnya. Dan kesombongan itu tidak sepantasnya dilakukan manusia karena segala
sesuatunya akan kembali kepada Allah Yang Maha Menciptakan.
Islam tidak membedakan status sosial antara si miskin dan kaya, seharusnya si kaya
yang menyantuni, mengasihi dan menyayangi si miskin dan bukan untuk membeda-
bedakan derajat. Allah yang menurunkan rezeki, meluaskan dan menyempitkannya.
Apakah pantas bagi manusia untuk berlaku bakhil dan kikir? Nyatalah, yang menjadi
pembeda adalah mereka yang paling bertaqwa, bukan mereka yang lebih putih, kaya,
cantik, dan berkedudukan. Kesuksesan manusia merupakan kesempatan baik yang
diberikan Allah, tetapi Allah juga Maha Mampu merubah kesempatan baik itu sebagai
ujian bagi manusia.
Kehidupan dunia adalah sebuah ketentuan Allah (sunnatullah) yang tidak mungkin
ada seorangpun yang mampu merubahnya. Seperti halnya perputaran langit dan bumi,
tanam-tanaman yang tumbuh subur, gunung-gunung yang Allah tinggikan dan tangguhkan,
lautan dan daratan yang terbentang luas.
Kemudian dalam kehidupan dunia dijadikan tempat untuk bercocok tanam, berternak
dan lainnya. Dunia merupakan tempat manusia berkembang biak dan meneruskan sejarah.
Semua penciptaan ini merupakan sunnatulah yang harus disyukuri oleh manusia sebagai
makhluk yang lemah di hadapan Allah swt. Inilah dari tanda-tanda kebesaran dan
kekuasaan Allah swt Yang Maha Kuasa bagi orang-orang yang mau merenungi.
Manusia tidak melihat kekuasaan Allah Yang Maha Mampu dalam mengatur
peredaran benda-benda langit. Manusia ingkar dan meremehkan kekuasaan Allah. Padahal
manusia sangat lemah dihadapan Allah. Manusia lupa dan amat jarang merenungi
beberapa kekuasaan Allah. Padahal, kepada Allah dan Rasulullah sebaik-baik pengaduan
dari segala urusan. Dunia memang salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah swt yang
nyata, agar manusia benar-benar beriman dan tunduk kepada Nya.
Itulah yang juga dikritik oleh Karl Marx, dia menilai akumulasi modal dan alat
produksi pada sekelompok elite membuat dunia mengalami kesenjangan sosial yang hanya
memunculkan kemiskinan massal di mana rakyat yang miskin semakin miskin dan yang
kaya menjadi kaya. Orang miskin menjadi sangat bergantung pada pemilik modal yang
menguasai pusat-pusat produksi dan ekonomi sehingga kebebasan individu untuk memilih
pekerjaan sebagai aktualisasi diri tidak mendapatkan tempat yang kondusif. Penindasan
terjadi secara terus menerus mereka bekerja hanya untuk menjaga keberlangsungan
hidupnya semata sementara disisi lain pemilik modal memeras dengan seenaknya.
Kritik Karl Marx hampir sulit diingkari kebenarannya tentang problem alienasi pada
masyarakat modern, hal ini juga diperkuat oleh pandangan Chistropher Lasch yang
menyebutkan bahwa krisis kejiwaan yang menimpa masyarakat kapitalis terutama barat
telah menyebabkan mereka kehilangan sense of meaning dalam hidupnya.
Relevansi dari kuatnya arus globalisasi sebagai bukti dari perkembangan zaman
menurut pendapat sebagian pakar merupakan proses menghilangnya sekat-sekat
pembatasan ruang dan waktu yang berdampak kepada semakin transparannya proses
transformasi nilai-nilai dan terjadinya asimilasi budaya yang semakin cepat dan
nyaris tanpa batas (the world without border) (Tilaar, 2000).
Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat pada hakikatnya adalah sistem terbuka
yang selalu berinteraksi dengan sistem lain. Keterbukaan sistem sebagai dampak
globalisasi mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran, dan perubahan nilai dalam
masyarakat, yang pada akhirnya akan mewarnai cara berpikir dan perilaku manusia.
Nilai menjadi hal yang penting pada tiap fase perkembangan individu karena nilai
menjadi dasar dalam menentukan pengambilan keputusan. Rusaknya nilai dalam
mesyarakat tentunya berdampak negatif pula terhadap perkembangan masyarakat itu
sendiri. Sebagai imbasnya setiap aspek kehidupan, baik yang secara langsung atau tak
langsung memberikan pengaruh terhadap masyarakat ikut terganggu dan bahkan menjadi
"hancur" (Tirtarahardja,1994).
Terkait dengan aspek spiritualitas atau pada istilah lain adalah releigiusitas/
transedensi, dalam kajian keilmuan bimbingan dan konseling terdapat beberapa pandangan
yang disampaikan para ahli psikologi, khususnya yang beraliran fenomenologis-
eksistensial. Pertama, yang dipelopori oleh Viktor E. Frankl dengan faham Logo
Terapinya; dan kedua, Abraham E. Maslow dengan te'ori kebutuhannya (need
theory) mencetuskan tentang konsep yang terkait dengan upaya membantu individu untuk
mencapai perkembangan optimal, walaupun dengan pemaknaan dan perspektif
yang berbeda untuk masing-masing faham. Frankl memaknai transen-densi sebagai
akumulasi pengalaman individu yang bertendensi negatif dan positif, sehingga melahirkan
kebermaknaan hidup; sedangkan Maslow memaknai trensendensi sebagai
pencapaian aktualisasi diri (self actualization) oleh individu.
Walaupun perspektif mereka berbeda, akan tetapi yang perlu dicatat di sini adalah
keberanian dan pencapaian "kontemplasi" mereka dalam mengetengahkan tentang sisi
keterbatasan individu dalam memahami peristiwa ataupun pengalaman yang
dialami individu yang berada di luar jangkauan pemahaman inderawi dan nalar logik
manusiawi. Dari pemahaman itu, pada akhirnya mendorong individu untuk meyakini
hakikat ketuhanan, menyadarkan akan kelemahan yang dimilikinya, dan sekaligus menjadi
motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara proporsional.
Hal utama kaitan dimensi spiritualitas dalam konseling adalah upaya memandang
sebagai bagian dari proses kepentingan pembinaan tersebut. Oleh karena itu, dimensi
spiritual dalam bimbingan konseling selalu mengutamakan hakekat manusia. Sebagai
keilmuan yang mengkaji tentang hubungan kemanusiaan, maka bimbingan dan konseling
memiliki pandangan tentang dimensi kemanusiaan. Djawad Dahlan (2002) memaparkan
dimensi kemanusiaan dalam perspektif bimbingan dan konseling sebagai berikut:
Pandangan ini bersifat optimistis, penuh harapan terhadap kemampuan individu dan
memandangnya memiliki kemampuan untuk berbuat sendiri di bumi ini dan menentukkan
tujuannya sendiri. Himbauannya terhadap pendidikan dan bimbingan dan konseling ialah
agar individu dapat menolong dirinya sendiri dengan jalan mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Akan tetapi kebebasan berpikir dan mengembangakan diri yang
dilakukan klien tidak menutup kemungkinan akan berbenturan dengan tata nilai dan norma
yang berlaku di keluarga, sekolah ataupun lingkungan masyarakat, apalagi jikalau satuan
norma yang berlaku lebih banyak bermuatan aspek kebebasan dari tatanan nilai-
nilai agama dan spiritual.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Nugraha, Dede Adi. (2012). Makalah pai tentang mu’amalah (jual beli). Diambil dari:
http://www.slideshare.net/dhanshei/makalah-pai-tentang-muamalah-jual-beli-14851959.
(Diakses tanggal 8 Juni 2015)
Di susun oleh :
Kelompok 4
Bismillahirrahmanirrahim.
Puja dan puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MU’AMALAH”
Keberhasilan tugas makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
kami sampaikan terima kasih kepada Dosen pembimbing dan semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas yang lain.
Penyusun