Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan daerah ditandai dengan munculnya pembangunan di

berbagai bidang merupakan salah satu usaha untuk menciptakan kemakmuran serta

kesejahteraan secara merata di seluruh bidang kehidupan masyarakat. Hal ini dapat

diwujudkan, salah satunya dengan memanajemen keuangan daerah. Karena

manajemen keuangan daerah merupakan alat untuk mengelola rumah tangga

pemerintah daerah. Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bentuk tata

usaha dalam manajemen keuangan daerah selain tata umum atau administrasi.

Akuntansi keuangan daerah tersebut merupakan bagian dari akuntansi

sektor publik. Tingkatan tertinggi dalam sektor publik adalah tingkatan negara.

Oleh karenanya, akuntansi keuangan daerah juga berhubungan dengan akuntansi

keuangan negara. Salah satu lingkup dari keuangan negara adalah Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), di samping barang-barang inventaris

kekayaan negara dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Baik APBN maupun

barang-barang inventaris kekayaan negara dikelola secara langsung oleh negara.

Oleh karenanya, keduanya merupakan unsur penting dalam keuangan daerah.

Di lain pihak, pada tingkat pemerintah daerah, terdapat pula ruang lingkup

yng serupa dengan keuangan negara. Lingkup tersebut adalah Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), barang-barang inventaris kekayaan

daerah dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Baik APBD maupun barang-

barang inventaris kekayaan daerah juga dikelola secara langsung oleh daerah. Pada
2

tingkat pemerintah daerah, terdapat pula ruang lingkup yang keuangan daerah

adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), di samping barang-

barang inventaris. Hal ini terbukti salah satunya dengan perkembangan yang

sangat pesat terhadap akuntansi sektor publik dalam waktu yang relatif singkat ini.

Salah satu bagian dari manajemen saat ini terdapat perhatian yang lebih besar

terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintahan,

perusahaan milik negara/daerah, dan berbagai organisasi publik lainnya

dibandingkan dengan pada masa-masa sebelumnya.

Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik, pemerintah terus

melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan transparansi dan akuntanbilitas

pengelolaan keuangan negara. Usaha reformasi keuangan negara mencakup bidang

peraturan perundang-undangan, kelembagaan, sistem, dan peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Pada prinsipnya pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh

pemerintahan harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan. Hal ini dapat diwujudkan dengan

adanya laporan keuangan yang dibuat oleh suatu lembaga pemerintahan. Untuk

menyampaikan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah, lembaga

pemerintahan membuat laporan keuangan.

Salah satunya dari laporan keuangan yang dibuat oleh lembaga pemerintah

adalah laporan realisasi anggaran, laporan ini sangat bermanfaat untuk menilai

kinerja keuangan suatu daerah. Jika dibandingkan dengan neraca, laporan realisasi

anggaran menduduki prioritas yang lebih penting dan laporan ini merupakan jenis
3

laporan keuangan daerah yang paling dahulu dihasilkan sebelum kemudian

diisyaratkan untuk membuat laporan neraca dan laporan arus kas. Anggaran dalam

pemerintahan merupakan tulang punggung perencanaan pemerintahan. Anggaran

memiliki peran penting sebagai alat stabilitas, distribusi, alokasi sumber daya

publik, perencanaan dan pengendalian organisasi serta penilaian kinerja. Anggaran

berisikan rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan

pendapatan dan belanja dalam suatu periode. Oleh karena itu, dalam

merealisasikan anggaran harus seefektif mungkin dan setelah anggaran

direalisasikan maka harus dipertanggungjawabkan dalam suatu bentuk laporan

yaitu laporan realisasi anggaran pada tahun anggaran yang bersangkutan. Anggaran

berisikan rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan

pendapatan dan belanja dalam suatu periode.

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah lembaga pemerintahan dituntut

untuk memiliki kemandirian keuangan yang lebih besar. Gambaran citra

kemandirian daerah dalam berotonomi dapat diketahui melalui seberapa besar

kemampuan sumber daya keuangan untuk daerah tersebut, agar mampu

membangun daerahnya disamping mampu pula untuk bersaing secara sehat dengan

daerah lainnya dalam mencapai otonomi yang sesungguhnya. Tingkat kemandirian

juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.

Semakin tinggi tingkat kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam

membayar pajak dan retribusi daerah.

Tujuan kemandirian daerah pada dasarnya diarahkan untuk memacu

pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat,


4

menggalakkan prakarsa dan peran serta masyarakat, serta meningkatkan

pendayagunaan potensi daerah secara nyata, optimal, terpadu dan dinamis, serta

bertanggunga jawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa

mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan terhadap daerah dan

memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal atau daerah.

Upaya nyata di dalam mengukur tingkat kemandirian yaitu dengan

membandingkan besarnya realisasi pendapatan asli daerah dengan total pendapatan

daerah. Dengan tingkat kemandirian keuangan yang lebih besar berarti daerah

tidak lagi sangat tergantung pada bantuan dari pemerintahan pusat dan provinsi

melalui dana perimbangan. Namun tidak berarti jika kemandirian keuangan daerah

tinggi maka daerah sudah tidak perlu lagi mendapatkan dana perimbangan. Dana

perimbangan masih tetap diperlukan untuk mempercepat pembangunan di daerah.

Oleh karena itu perhatian terhadap manajemen pendapatan dan analisis pendapatan

sangat penting bagi lembaga pemerintahan. Analisa pendapatan daerah dapat

digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan

anggaran.

Dalam organisasi menghasilkan pendapatan merupakan suatu hal yang

lebih sulit dibandingkan membelanjakan. Sehingga efektifitas dalam hal

penerimaan pendapatan harusnya ditingkatkan agar pendapatan dapat diterma

secara efektif dan seluruh rencana penerimaaan dalam anggaran dapat

direalisasikan seluruhnya.

Laba bagi hasil dari perusahaan daerah merupakan bagian dari pendapatan

suatu daerah. Sehingga laba bagi hasil dari perusahaan daerah juga memiliki peran
5

dalam mendukung jumlah pendapatan suatu daerah. Semakin banyak laba yang

dibagikan oleh perusahaan daerah kepada maka semakin tinggi pula pendapatan

suatu daerah.

Yang akan diteliti oleh penulis adalah kemampuan pemerintah daerah

dalam memobilisasi Pendapatan Asli Daerah, tingkat kontribusi daerah dalam

mendukung pendapatan daerah dan tingkat kemandirian kota Samarinda tahun

2008 dan 2009. Penelitian ini perlu dilakukan karena mungkin saja tingkat

efektivitas dan tingkat kemandirian kota Samarinda belum menunjukkan

persentase yang menggembirakan, namun memiliki arah perkembangan yang

positif. Dengan demikian, dapat dilakukan penilaian kinerja keuangan daerah yang

lebih baik.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang penulis kemukakan pada penulisan laporan ini

berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas adalah :

1. Bagaimana kemampuan pemerintah daerah dalam memobilisasi Pendapatan

Asli Daerah (PAD) sesuai dengan yang ditargetkan pada tahun 2008 dan 2009?

2. Berapa tingkat kontribusi perusahaan daerah dalam mendukung pendapatan

daerah pada tahun 2008 dan 2009?

3. Bagaimana tingkat kemandirian pemerintah daerah tahun 2008 dan 2009?

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penyusunan laporan

tugas akhir ini adalah


6

1. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan pemerintah daerah dalam

memobilisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sesuai dengan yang ditargetkan

pada tahun 2008 dan 2009.

2. Untuk mengetahui berapa tingkat kontribusi perusahaan daerah dalam

mendukung pendapatan daerah pada tahun 2008 dan 2009.

3. Untuk mengetahui tingkat kemandirian pemerintah daerah pada tahun 2008

dan 2009.

D. Manfaat penulisan

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendapatan, pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah.

2. Memberikan kontribusi bagi mahasiswa jurusan akuntansi sebagai referensi

untuk penyusunan laporan tugas akhir di masa mendatang.

3. Sebagai bahan informasi bagi para pembaca dalam hal peningkatan

pengetahuan.

E. Sistimatika Penulisan

Untuk memudahkan para pembaca dalam memahami tugas akhir yang

penulis sajikan, maka penulis menuangkannya dalam sistematika penulisan yang

terdiri dari enam bab, dimana setiap bab terdiri dari sub bab yang saling

berhubungan. Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang penulisan, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan dan sistimatika penulisan


7

BAB II DASAR TEORI

Bab ini berisikan konsep teori dari bahasan yang dijadikan dasar

dalam penelitian, definisi konsepsional, dan hipotesis yang diambil

penulis dalam melakukan analisis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang defenisi operasional, ruang lingkup

penelitian, perincian data yang diperlukan, dan teknik

pengumpulan data serta alat analisis yang digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum instansi, lokasi

instansi, struktur organisasi, dan penyajian data.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan analisis, analisis data yaitu perhitungan yang

serta pembahasannya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil pembahasan

sebelumnya serta saran-saran yang ditujukan untuk pihak yang

terkait.
8

BAB II

DASAR TEORI

Dalam penyusunan atau penulisan laporan tugas akhir ini, diperlukan suatu

landasan teori sebagai pedoman untuk memecahkan masalah yang telah penulis

kemukakan pada bab sebelumnya. Berpedoman pada permasalahan yang

dikemukakan penulis dalam bab ini di berikan suatu landasan konsep yang di pakai

sebagai dasar penulisan.

A. Konsep Teori

Teori-teori yang saling berhubungan dengan permasalahan yang ada,

merupakan pedoman untuk membahas permasalahan yang telah dikemukakan

dalam bab pendahulian sebelumnya. Adapun teori-teori yang menjadi landasan

penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi adalah bahasa atau alat komunikasi bisnis yang dapat

memberikan informasi tentang kondisi keuangan berupa posisi keuangan

yang tertuang dalam jumlah kekayaan, utang dan modal suatu bisnis dan

hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu. Dengan informasi

ini pembaca laporan tidak perlu mengunjungi suatu perusahaan atau

melakukan interview untuk mengetahui keadaan keuangannya, hasil

usahanya maupun memprediksi masa depan perusahaan ini.

Menurut A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT)

dalam Harahap (2004:4), akuntansi adalah proses mengidentifikasikan,

mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi


9

dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil

kesimpulan oleh para pemakainya. Sehingga dengan adanya akuntansi

penyampaian informasi mengenai keuangan suatu instansi lebih efisien.

Menurut American Institute of Certified Public Accounting

(AICPA) dalam Harahap (2004:4), akuntansi adalah seni pencatatan,

penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu. Semuanya dalam

ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadaian yang umunya bersifat

keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.

Menurut Accounting Principle Board (APB) Statemen No. 4 dalam

Harahap (2004:4), akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah

memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai

suatu badan ekonomi yang dimaksud untuk digunakan dalam pengambilan

keputusan ekonomi sebagai dasar memilih di antara beberapa alternatif.

Dari pendapat diatas maka penulis menyimpulkan akuntansi adalah

seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisran yang menghasilkan

sebuah informasi. Informasi yang dihasilkan umumnya dalam ukuran uang

yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan

oleh para pemakainya.

2. Keuangan Daerah

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaran pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan

uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan


10

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka APBD

( Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) (Halim,2004:140).

Menurut Halim (2004:142), keuangan daerah adalah semua

sumber-sumber daya atau kekayaan yang ada pada suatu daerah untuk

mencapai tujuan yang dikehendaki daerah tersebut.

Penulis menyimpulkan keuangan daerah adalah semua hak dan

kekayaan yang dimiliki oleh suatu daerah yang digunakan untuk mencapai

tujuan yang ingin dicapai oleh daerah tersebut.

3. APBD

APBD merupakan ruang lingkup keuangan daerah yang dikelola

langsung oleh pemerintah daerah. Sehingga APBD merupakan inti

keuangan (akuntansi) pemerintahan terutama dalam era pra reformasi

keuangan daerah karena selama era tersebut anggaran merupakan satu-

satunya informasi keuangan yang dihasilkan pemerintah. Oleh karena itu,

kedudukan APBD dalam keuangan pemerintahan cukup penting.

APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah rencana

operasioanal pemerintah daerah yang dituangkan dalam rupiah, yang

menunjukkan estimasi belanja (pengeluaran) guna membiayai kegiatan

pemerintah daerah tersebut dan estimasi pendapatan guna memenuhi

belanja (pengeluaran) tersebut, untuk suatu periode tertentu yang umumnya

adalah 1 tahun (Halim,2004:140).

Menurut Halim (2004:15), APBD (Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah) adalah rencana pekerjaan keuangan yang dibuat untuk


11

suatu jangka waktu tertentu, dalam waktu mana badan legislatif (DPRD)

memberikan kredit kepada badan eksekutif (Kepala Daerah) untuk

melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai

dengan rancangan yang menjadi dasar penetapan anggaran dan yang

menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.

Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 pasal 64 ayat 2

dalam Halim (2004:15), APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah) adalah rencana operasional keuangan pemerintahan daerah, di

mana di satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-

tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah

dalam 1 tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan

perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna

menutupi pengeluaran-pengeluaran dimaksud.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka penulis

menyimpulkan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah

rencana pekerjaan keuangan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah

selama 1 tahun anggaran tertentu yang menggambarkan perkiraan

pengeluaran guna membiayai kegiatan dan proyek serta sumber-sumber

penerimaannya.

4. Pendapatan

Pendapatan adalah peningkatan aktiva dan atau penurunan utang

yang berasal dari berbagai kegiatan periode berjalan akuntansi tertentu.

Pendapatan diklasifikasikan menurut sumber dan pusat


12

pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban ada pada DPRD,

Sekretariat Daerah, dinas-dinas, dan lembaga teknis daerah.

Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Pernyataan No.

02, pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum

Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun

anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu

dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan diakui pada saat diterima

pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan pendapatan diklasifikasikan

menurut jenis pendapatan.

Pendapatan adalah arus kas masuk selama periode pelaporan

dengan tujuan peningkatan aktiva/ekuitas netto dan ini berarti peningkatan

kontribusi dari pemilik.(Bastian,2006:105)

Menurut Halim (2004:44), pendapatan adalah semua penerimaan

daerah dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang mempengaruhi

kekayaan daerah. Pendapatan diakui dalam periode berjalan dan akhir

periode akuntansi. Pengakuan pendapatan dalam periode berjalan

berdasarkan jumlah kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi,

pendapatan diakui berdasarkan jumlah pendapatan yang telah menjadi hak,

yang sampai dengan akhir periode akuntansi bersangkutan belum ada

realisasi penerimaan kas.

Kesimpulan yang dapat dibuat oleh penulis tentang pendapatan

adalah semua penerimaan daerah yang menambah ekuitas dana lancar


13

dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pengakuan atas

pendapatan dilakukan dalam periode berjalan dan akhir periode akuntansi.

5. Pendapatan Asli Daerah

Menurut Halim (2004:67), Pendapatan Asli Daerah (PAD)

merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi

asli daerah. Kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat

jenis pendapatan, yaitu :

1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik

Daerah yang Dipisahkan.

4. Lain-lain PAD yang sah.

Menurut Halim (2004:144), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

peningkatan aktiva dan atau penurunan utang yang berasal dari sumber

ekonomi asli daerah. Pajak daerah merupakan salah satu sumber dari

pendapatan asli daerah.

Maka penulis menyimpulkan, Pendapatan Asli Daerah adalah

penerimaan yang bersumber dari sumber ekonomi asli daerah yang

dipisahkan menjadi empat jenis kelompok. Empat jenis kelompok itu

adalah pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan

hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan serta lain-lain

PAD yang sah.


14

B. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional adalah tahapan - tahapan dalam menentukan

dalam menentukan dan memberikan batasan – batasan pengertian dari

variabel-variabel yang diteliti dalam suatu penelitian. Definisi konsepsional

juga dimaksudkan untuk memperjelas kepentingan dari variabel di dalam

penelitian berdasarkan tujuan secara teoritis.

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia analisis adalah penyelidikan

terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab, musabab, duduk perkaranya,

dan sebagainya). Atau penguraian suatu pokok atau berbagai bagiannya

dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dab pemahaman arti keseluruhan.

2. Menurut Halim (2004:144), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

peningkatan aktiva dan atau penurunan utang yang berasal dari sumber

ekonomi asli daerah.

3. Menurut Halim (2004:128), kemandirian daerah adalah suatu keadaan

dimana daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk

menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan

keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahannya.

C. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka

hipotesis yang penulis kemukakan adalah :


15

1. Diduga bahwa tingkat kemandirian pemerintah daerah dari segi pendapatan

asli daerahnya masih tergolong sangat rendah.

2. Diduga kemampuan perintah daerah dalam merealisasikan penerimaan

PAD dibandingkan dengan yang ditargetkan masih tergolong sangat

rendah.

3. Diduga perusahaan daerah kurang mendukung pendapatan daerah.


16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Pada uraian selanjutnya perlu diberikan suatu rumusan atau definisi

operasional yang dipergunakan sebagai variabel – variabel yang diteliti dan

dibahas. Definisi operasional merupakan gambaran perilaku atau gejala yang

dapat diamati, diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.

1. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

2. Retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan dapat

jasa balik secara langsung dapat ditunjukan.

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik

Daerah yang Dipisahkan adalah penerimaan daerah yang berasal dari hasil

perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan.

4. Lain-lain pendapatan yang sah adalah salah satu sumber pendapatan daerah

yang tidak dapat digolongkan sebagai pendapatan asli daerah dan

pendapatan transfer. Lain-lai pendapatan yang sah meliputi pendapatan

hibah, pendapatan dana darurat dan pendapatan lainnya.


17

B. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang akan diteliti, maka penulis

menitikberatkan pada laporan fisik menyangkut target dan realisasi pendapatan

Kota Samarinda pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah selama dua periode yaitu 2008-2009.

C. Perincian data yang diperlukan

1. Informasi target dan realisasi pendapatan daerah kota Samarinda periode

2008-2009.

2. Gambaran umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kota Samarinda..

D. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini data yang di analisa adalah data sekunder yaitu

data yang telah diolah secara resmi dan telah berbentuk tabel-tabel.

1. Studi Lapangan

Yaitu dimana penulis meminta laporan keuangan berupa laporan target

dan realisasi pendapatan daerah periode 2008-2009. Penulis meminta secara

langsung kepada staf Kasi Evaluasi dan Pelaporan Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Samarinda.

2. Dokumentasi

Yaitu dengan cara melihat dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan data yang penulis perlukan. Dokumen tersebut adalah laporan target

dan realisasi kota Samarinda tahun 2008 dan 2009.


18

3. Studi Pustaka

Yaitu dengan menggunakan buku-buku sebagai referensi berdasarkan

konsep teori yang diperlukan dalam pembuatan laporan ini. Tidak hanya buku,

penulis juga mencari referensi dari internet.

E. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk memecahkan rumusan masalah dan

menguji hipotesis sebagai ssmentara maka dari data yang diperoleh akan

dianalisis dengan target pendapatan daerah periode 2008-2009 dengan

pendapatan yang terealisasi.

Rumusnya adalah :

1. Rumus Kemandirian adalah

Realisasi Pendapatan Asli Daerah


Tingkat Kemandirian  x 100%
Realisasi Total Pendapatan Daerah

Rumus ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemandirian

pemerintah daerah dalam hal kemandirian keuangan daerahnya

(Mahmudi,2007:128). Tingkat kemandirian menggambarkan tingkat partisipasi

masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi tingkat kemandirian,

semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi

daerah. Pedoman untuk tingkatan kemampuan daerah adalah :

a) Apabila tingkat kemandirian 0% - 25% berarti peranan pemerintah pusat

lebih dominan daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak

mampu melaksanakan otonomi daerah secara finansial).

b) Apabila tingkat kemandirian 25% - 50% berarti campur tangan pemerintah

pusat sudah mulai berkurang dan lebih banyak pada pemberian konsultasi
19

karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan kemandirian

daerah.

c) Apabila tingkat kemandirian 50% - 75% berarti peranan pemerintah pusat

semakin berkurang mengingat tingkat kemandirian daerah yang

bersangkutan mendekati mempu melaksanakan urusan otonomi. Peran

pemberian konsultasi beralih ke peran partisipasi pemerintah pusat.

d) Apabila tingkat kemandirian 75% - 100% berarti campur tangan

pemerintah pusat sudah tidak ada lagi karena daerah telah benar-benar

mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah.

Pola hubungan pemerintah pusat dan daerah untuk tingkat kemandirian

dapat disajikan dalam tabel seperti tampak pada Tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1

Pola Hubungan Tingkat Kemandirian

Kemampuan keuangan Rasio Kemandirian (%)


Rendah Sekali 0 – 25
Rendah 25 – 50
Sedang 50 – 75
Tinggi 75 - 100
Sumber : Dwirandra, 2010.

2. Rumus rasio efektivitas PAD adalah

Realisasi Penerimaan PAD


Efektivitas PAD  x 100%
Target Penerimaan PAD

Rumus ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan pemerintah daerah

dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan

yang ditargetkan. Kemampuan memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dikategorikan efektif apabila rasio ini mencapai minimal 1 atau 100%


20

(Mahmudi,2007:129). Departemen Dalam Negeri dengan Kepmendagri

No.690.900-327, Tahun 1997 mengkategorikan kemampuan efektivitas

keuangan daerah otonom ke dalam lima tingkat efektifitas seperti pada tabel

3.2.

Tabel 3.2

Efektivitas Keuangan Daerah Otonom

Kemampuan Rasio Efektivitas


Keuangan (%)
Sangat Efektif >100
Efektif >90 – 100
Cukup Efektif >80 – 90
Kurang Efektif >60 – 80
Tidak Efektif ≤60

3. Rumus Derajat Kontribusi BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) adalah

Realisasi Penerimaan Bagian Laba BUMD


Kontribusi BUMD  x 100%
Realisasi Penerimaan PAD

Rumus ini digunakan untuk mengetahui tingkat kontribusi perusahaan daerah

dalam mendukung pendapatan daerah. Rasio ini dihitung dengan cara

membandingkan penerimaan daerah dari hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan dengan total penerimaan pendapatan asli daerah

(Mahmudi,2007:131).
21

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah singkat

Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kota Samarinda mengalami beberapa kali perubahan stuktur

organisasi sebagai berikut :

1. Pada awalnya dibawah naungan Sub.Dit Keuangan yang disebut Seksi

Pajak.

2. Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Samarinda Nomor

75 Tahun 1973, tanggal 1 Juni 1973 tentang Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Pajak dan Pendapatan Daerah Kotamadya Tingkat II

Samarinda.

3. Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Samarinda Nomor

14/SK-Hot-Dipenda/1981 tentang Pelaksanaan Perda Kotamadya

Tingkat II Samarinda Nomor 5 Tahun 1980 tentang Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II

Samarinda.

4. Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Samarinda Nomor

24 Tahun 1986 tanggal 1 April1986 dan Nomor 133 Tahun 1987

tanggal 31 Oktober 1987 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan dan

Retribusi Daerah serta Pendapatan Asli Daerah lainnya dan


22

penyempurnaan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan

Daerah Tingkat II Samarinda.

5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1989 tanggal 15

Mei 1989 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Pendapatan Daerah, maka Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda

menjadi Type ”B”.

6. Perda Kotamadya Tingkat II Samarinda Nomor 6 Tahun 1990 tanggal

22 Mei 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas

Pendapatan Kotamadya Tingkat II Samarinda.

7. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 5 Tahun 2001 tentang

Pembentukan Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota

Samarinda.

2. Tugas pokok, fungsi dan visi serta misi.

Organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Samarinda,

disusun berdasarkan peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 5 Tahun

2001 dengan susunan organisasi dan tata kerja sebagai berikut :

1. Dinas Pendapatan memiliki tugas yaitu melaksanakan sebagian urusan

rumah tangga Daerah di bidang Pendapatan Derah dan tugas lainnya

yang diserahkan oleh Walikota Samarinda kepadanya.

2. Fungsi Dinas Pendapatan adalah

a) Penyusunan rencana pelaksanaan, pengaturan dan pemberian

petunjuk teknis dalam kegiatan di bidang pendapatan.


23

b) Pemungutan Pendapatan Daerah, sesuai Peraturan Perundang-

undangan yang berlaku.

c) Perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan

teknis di bidang pemungutan Pendapatan Daerah berdasarkan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

d) Koordinasi Teknis pemungutan seluruh usaha di bidang

pemungutan retribusi Daerah dan pemungutan lainnya berdasarkan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

e) Perencanaan, pelaksanaan, pengkajian, pengawasan dan

pengendalian evaluasi dan pengembangan serta penyuluhan

pemungutan Pendapatan.

f) Koordinasi teknis tugas penagihan terhadap pemungutan yang

tertunda di bidang pemungutan retribusi daerah dan pungutan

lainnya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

3. Visi Dinas Pendapatan Kota Samarinda telah ditetapkan yakni visi

tersebut dimaksudkan agar setiap unsur yang terlibat dalam bidang

Pendapatan Daerah selalu mengacu pada visi ini yaitu : ”Termujudnya

Pendapatan Daerah untuk memenuhi seluruh biaya Pemerintah Kota

Samarinda,”

4. Adapun misi dari Dinas Pendapatan adalah :

a) Meningkatkan fasilitas dan utilitas sektor jasa industri,

perdagangan dan pemukiman.


24

b) Mencari alternatif komoditi baru untuk pengembangan komoditi

ekspor.

c) Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengarah

pada profesionalisme.

d) Meningkatkan peran serta Perbankan dan lembaga keuangan

lainnya termasuk Koperasi untuk mendukung sektor jasa industri

dan pemukiman yang terkait dengan sektor lain.

B. Lokasi Instansi

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Samarinda beralamat di Jalan Kesuma Bangsa.

C. Struktur Organisasi Instansi

Struktur organisasi merupakan kerangka manajemen yang sangat

berguna baik suatu instansi pemerintah unit usaha untuk menunjang adanya

pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab dari setiap level atau

tingkatan dalam suatu instansi. Dengan adanya struktur organisasi tersebut

setidaknya dapat memperlihatkan suatu pembagian tugas, wewenang dan

tanggung jawab yang berbeda antara karyawan atau bagian satu dengan

karyawan yang lain namun antara bagian yang satu dengan bagian yang

lainnya tersebut saling berkaitan dengan melakukan suatu unit usaha. Dinas ini

terdiri dari :

a) Kepala Dinas

b) Bagian Tata Usaha


25

Bagian ini mempunyai tugas memberikan pelayanan administrasi

kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkungan dinas. Bagian tata

usaha terdiri dari :

a Urusan umum. Urusan ini mempunyai tugas melaksanakan urusan

suratmenyurat kearsipan, rumah tangga, pembayaran gaji pegawai dan

perjalanan dinas serta pemeliharaan kelengkapan kantor.

b Urusan kepegawaian. Urusan ini mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan kepegawaian.

c Urusan perlengkapan. Urusan ini mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan pengadaan benda berharga, blanko, ATK dan barang

inventaris.

d Urusan keuangan. Urusan ini mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan keuangan.

c) Sub. Dinas Program dan Penyuluhan

Sub ini mempunyai tugas melaksanakan perencanaan pembinaan

teknis pemungutan, pemantauan penggalian dan peningkatan pendapatan

daerah serta penyuluhan pajak daerah dan retribusi daerah, pendapatan

lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Untuk menyelenggarakan tugas Sub Dinas Program dan Penyuluhan

mempunyai tugas :

a) Melakukan perencanaan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak

daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta dari PBB

melakukan pembinaan teknis operasional bimbingan dan petunjuk pada


26

semua unit kerja daerah yang melaksanakan pemungutan pajak daerah,

retribusi daerah dan pendapatan lainnya serta pungutan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

b) Melakukan kerja sama dengan instansi vertikal dan instansi otonomi

daerah lainnya.

c) Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan

lainnya serta PBB.

Sub ini terdiri dari :

a Seksi penyusunan program, tugasnya adalah untuk menyusun

rencana pendapatan daerah dan rencana intensifikasi pemungutan

pendapatan daerah, melakukan pembinaan pelaksanaan tata kerja tata

hubungan kerja serta pembinaan penggunaan sarana dan prasarana

perpajakan daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

b Seksi pemantauan dan pengendalian. Seksi ini mempunyai

tugas mengumpulkan dan mengelola data semua sumber pendapatan

daerah, merumuskan naskah rancangan peraturan daerah dan keputusan

kepala daerah tentang perpajakan, retribusi daerah dan pendapatan

daerah lainnya.

c Seksi pengembangan pendapatan. Seksi ini mempunyai tugas

membuat rencana pendapatan dibidang pajak daerah dan retribusi

daerah serta pendapatan lainnya dan pendapatan daerah baru.


27

d Seksi evaluasi dan pelaporan. Seksi ini bertugas memantau

hasil penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah serta pendapatan

lainnya serta menyusun strategi pencapaian target pendapatan daerah.

d) Sub. Dinas Pendataan dan Penilaian

Sub dinas ini mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pendataan

dan penilaian subyek/obyek pajak daerah dan retribusi daerah serta

pendataan lainnya. Dan membantu melaksanakan pendataan subyek/obyek

PBB yang dilaksanakan Kantor Pelayanan Pajak Samarinda. Sub ini terdiri

dari :

a Seksi pendataan. Seksi ini bertugas untuk menghimpun, mencatat dan

mengelola data subyek/obyek pajak daerah dan retribusi daerah serta

pendapatan lainnya, melakukan pemeriksaan lapangan/lokasi dan

melaporkan hasilnya serta membuat daftar mengenai formulir SPT

yang belum diterima kembali.

b Seksi pengolahan data dan informasi. Seksi ini bertugas membuat dan

memelihara daftar induk subyek/obyek pajak daerah, retribusi daerah

dan pendapatan lainnya, memberi kartu pengenal NPWPD menyimpan

arsip surat perpajakan dan retribusi daerah yang berkaitan dengan

pendataan dan penilaian serta membantu melakukan penyampaian

SPOP PBB kepada subyek/obyek pajak dan menerima kembali isian

SPOP PBB dri para wajib pajak yang diterbitkan oleh Kantor

Pelayanan Pajak Samarinda.


28

c Seksi penyampaian dan pengembalian SPT serta SPOP PBB bertugas

mendistribusikan SPT pajak daerah dan retribusi daerah serta

pendapatan lainnya dan SPOP PBB kepada wajib pajak, menerima

kembali formulir SPT pajak daerah dan retribusi daerah dan SPOP

PBB, serta mencatat nama dan alamat wajib pajak dan retribusi daerah.

d Seksi pemeriksaan/penilaian data mempunyai tugas melakukan

pemeriksaan / penilaian hasil SPT pajak dan retribusi daerah serta

pendapatan lainnya.

e) Sub. Dinas Perhitungan dan Penetapan

Sub ini mempunyai tugas melaksanakan perhitungan dan

penetapan jumlah ketetapan pajak daerah dan retribusi pajak dan

pendapatan lainnya yang terutang serta menghitung besarnya angsuran atas

permohonan wajib pajak daerah dan retribusi pajak. Dan menata usahakan

jumlah ketetapan PBB yang penagihannya dilimpahkan kepada daerah,

berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Daftar

Himpunan Pokok Pembayaran (DHPP) PBB. Sub. Dinas Perhitungan dan

Penetapan terdiri dari :

a Seksi verifikasi dan penetapan.

b Seksi penata usahaan/penerbitan SKPD/SKRD/SPPT PBB.

c Seksi angsuran dan evaluasi SKPD/SKRD/SPPT PBB.

d Seksi penyampaian SKPD/SKRD/SPPT PBB.


29

f) Sub. Dinas Penagihan dan Penegakan Hukum

Sub ini mempunyai tugas melaksanakan penagihan pajak daerah dan

retribusi daerah serta pendapatan lainnya. Pendapatan tersebut telah

melampaui batas waktu jatuh tempo melayani keberatan dan permohonan

banding serta penegakan hukum. Sub ini terdiri dari :

a Seksi penagihan

b Seksi pertimbangan dan keberatan

c Seksi pendapatan lain-lain

d Seksi penegakan hukum

g) Sub. Dinas Pembukuan dan Bagi Hasil Pendapatan

Sub ini mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan pelaporan

mengenai realisasi penerimaan dan tunggakan pajak, retribusi daerah dan

pendapatan lainnya serta PBB. Selain itu sub ini juga bertugas untuk

mengelola benda berharga membuat laporan bagi hasil pajak dan bukan

hasil pajak.

h) Cabang Dinas

i) Unit Pelaksana Teknis Dinas

j) Kelompok Jabatan Fungsional

D. Penyajian Data

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari staf Kasi Evaluasi dan

Pelaporan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Samarinda dan yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis bahas, maka

data tersaji dalam bentuk tabel-tabel. Tabelnya adalah :


30

Tabel 4.1

Rincian Pajak Daerah Tahun 2008

Jenis Penerimaan Target Realisasi


PAJAK DAERAH : 34.311.293.291 35.302.354.779
Pajak Hotel : 4.500.000.000,00 4.708.054.016,20
Hotel Bintang 4 1.000.000.000,00 1.141.409.445,00
Hotel Bintang 3 1.250.000.000,00 1.967.442.079,20
Hotel Bintang 2 200.000.000,00 -
Hotel Bintang 1 300.000.000,00 449.085.458,00
Hotel Melati 1.750.000.000,00 1.150.117.034,00
Pajak Restoran : 7.150.000.000,00 7.952.105.277,97
Restoran 4.550.000.000,00 6.957.346.785,97
Rumah Makan 1.750.000.000,00 825.550.973,50
Café 850.000.000,00 169.207.518,50
Pajak Hiburan : 3.386.500.000,00 3.472.791.148,80
Tontonan s/d Insidentil - 788.963.359,00
Tontonan Film/Bioskop 1.000.000.000,00 1.585.613.500,00
Karaoke 650.000.000,00 449.984.801,50
Permainan Bilyar 155.000.000,00 52.415.970,00
Permainan Bowling 17.500.000,00 6.685.462,00
Permainan Ketangkasan 300.000.000,00 190.847.106,00
Panti Pijat/Refleksi 200.000.000,00 127.271.000,00
Pusat Kebugaran 35.000.000,00 45.153.750,00
Lapangan Bulutangkis 10.000.000,00 3.234.500,00
VCD 7.500.000,00 7.305.000,30
Hiburan Yang Bersifat Insidentil 1.000.000.000,00 193.792.750,00
Futsal 11.500.000,00 21.523.950,00
Pajak Reklame : 3.550.000.000,00 3.304.729.501,00
Reklame papan s/d reklame berjalan - 678.488.005,00
Reklame Papan/Bill 3.000.000.000,00 2.392.799.754,00
Board/Videotron/Megatron
Reklame Kain 450.000.000,00 137.936.539,00
Reklame Selebaran 25.000.000,00 49.567.703,00
Reklame Berjalan 75.000.000,00 45.937.500,00

Jenis Penerimaan Target Realisasi


Pajak Penerangan Jalan : 21.724.793.291,00 22.008.806.565,00
31

Pajak Penerangan Jalan PLN 21.724.793.291,00 22.004.650.595,00


Genset/Generator - 4.155.970,00
Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan 300.000.000,00 399.572.548,00
C
Pajak Parkir 850.000.000,00 1.408.401.000,00
Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
32

Tabel 4.2

Rincian Pajak Daerah Tahun 2009

Jenis Penerimaan Target Realisasi


PAJAK DAERAH : 48.812.727.880 49.307.075.049,39
Pajak Hotel : 6.975.000.000,00 4.431.090.526,04
Hotel Bintang 4 1.400.000.000,00 949.514.884,94
Hotel Bintang 3 2.561.000.000,00 1.666.562.356,32
Hotel Bintang 2 479.000.000,00 -
Hotel Bintang 1 352.000.000,00 540.863.720,00
Hotel Melati Tiga 2.183.000.000,00 1.274.149.564,78
Pajak Restoran : 9.414.000.000,00 9.770.936.707,85
Restoran 6.277.000.000,00 8.429.171.714,40
Rumah Makan 2.366.000.000,00 1.145.749.354,45
Café 771.000.000,00 196.015.639,00
Pajak Hiburan : 4.000.000.000,00 3.746.136.710,75
Tontonan Film/Bioskop 1.230.000.000,00 1.735.693.200,00
Karaoke 715.000.000,00 682.569.608,75
Permainan Bilyar 140.000.000,00 74.496.296,00
Permainan Bowling 17.500.000,00 2.951.850,00
Permainan Ketangkasan 277.000.000,00 223.044.428,00
Panti Pijat/Refleksi 250.000.000,00 142.759.203,00
Pusat Kebugaran 17.000.000,00 6.232.500,00
Lapangan Bulutangkis 9.500.000,00 4.379.500,00
VCD 6.000.000,00 12.874.000,00
Hiburan Yang Bersifat Insidentil 1.303.000.000,00 823.867.350,00
Futsal 35.000.000,00 37.268.775,00
Pajak Reklame : 3.550.000.000,00 3.318.797.677,00
Reklame Papan/Bill 3.000.000.000,00 2.874.536.081,00
Board/Videotron/Megatron
Reklame Kain 450.000.000,00 378.126.821,00
Reklame Selebaran 25.000.000,00 1.462.500,00
Reklame Berjalan 75.000.000,00 64.672.275,00

Jenis Penerimaan Target Realisasi


Pajak Penerangan Jalan : 23.473.727.880,00 26.633.874.197,00
33

Pajak Penerangan Jalan PLN 23.473.727.880,00 26.624.404.765,00


Pajak Penerangan Jalan Genset - 9.469.432,00
Pajak Pengambilan Bahan Galian 400.000.000,00 142.360.504,75
Golongan C
Pajak Parkir 1.000.000.000,00 1.187.156.225,00
Pajak Air Bawah Tanah - 76.722.501,00
Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
34

Tabel 4.3

Rincian Retribusi Daerah Tahun 2008

Jenis Penerimaan Target Realisasi


RETRIBUSI DAERAH : 12.724.009.088 12.258.186.756
Retribusi Jasa Umum : 7.451.660.000,00 5.634.132.029,00
Retribusi Pelayanan Kesehatan 213.525.000,00 319.863.000,00
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan 2.500.000.000,00 1.393.484.500,00
Ret. Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan 81.110.000,00 49.230.000,00
Sipil
Ret. Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan 6.025.000,00 3.005.000,00
Mayat
Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum 1.300.000.000,00 224.482.000,00
Retribusi Pasar : 1.850.000.000,00 1.861.417.579,00
Retribusi Pelayanan Pasar 1.850.000.000,00 1.848.917.579,00
Retribusi Citra Niaga - 12.500.000,00
Retribusi Pengujian Kendaraaan Bermotor 1.300.000.000,00 1.512.975.500,00
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam 185.000.000,00 256.258.650,00
Kebakaran
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta 5.000.000,00 135.000,00
Retribusi Pelayanan Pendidikan 11.000.000,00 13.280.800,00
Retribusi Jasa Usaha : 2.860.055.394,00 4.202.538.794,00
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah : 966.331.594,00 2.578.036.004,00
Izin Pemakaian Tanah dan Bangunan 650.000.000,00 2.194.944.964,00
Mess Perwakilan Jakarta 165.000.000,00 95.850.000,00
Pemakaian Fasilitas Dermaga 91.661.700,00 155.615.700,00
Hasil Sewa Alat Berat 37.500.000,00 103.725.986,00
Sewa Rumah Dinas 22.169.894,00 27.899.354,00
Retribusi Tempat Pelelangan 315.000.000,00 219.270.750,00
Retribusi Terminal 450.000.000,00 443.576.550,00
Ret. Penyediaan dan /atau Penyedotan Kakus 65.975.000,00 66.200.000,00
Retribusi Rumah Potong Hewan 474.148.800,00 465.999.000,00
Retribusi Pelayanan Pelabuhan 450.000.000,00 373.405.000,00
Retribusi Pengolahan Limbah Cair 50.000.000,00 45.351.490,00
Retribusi Bandara 73.600.000,00 4.000.000,00
Retribusi Mobil Derek 15.000.000,00 6.700.000,00

Jenis Penerimaan Target Realisasi


35

Retribusi Perijinan Tertentu : 20.781.704.280,00 25.753.629.150,26


Retribusi Izin Mendirikan Bangunan : 14.005.000.000,00 17.191.464.476,76
Retribusi Mendirikan Bangunan 13.500.000.000,00 16.707.523.751,76
Retribusi Urusan Perumahan/Perubahan Fungsi 500.000.000,00 478.255.725,00
Retribusi Izin Pemukiman 5.000.000,00 5.685.000,00
Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman 954.500.000,00 861.000.000,00
Beralkohol
Retribusi Izin Gangguan (HO) 3.000.000.000,00 3.867.633.870,00
Retribusi Izin Trayek 68.000.000,00 64.340.000,00
Retribusi Usaha Angkutan Sungai 30.600.000,00 27.279.500,00
Gerobak Sorong 750.000,00
Retribusi Izin Pembuatan Badan Kapal 175.000.000,00 235.430.000,00
Ret. Usaha Peternakan & Pengawasan 2.420.000,00
Retribusi Izin Usaha Perdagangan dan TDP 500.000.000,00 775.410.000,00
Retribusi Izin Keg. Pengush. Di. Bid. Kesejah. 7.500.000,00 13.353.300,00
Sosial
Ret. Izin Kegiatan Penyelengg. Pelayanan 60.000.000,00 70.750.000,00
Infokom
Ret. Surat Izin Usaha Jasa Kontruksi 60.000.000,00 71.986.000,00
Retribusi Sertifikasi Kapal Sungai 30.495.000,00 41.175.000,00
Ret. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah 1.000.000.000,00 1.006.105.800,00
Retribusi Usaha Kepariwisataan 106.000.000,00 143.885.000,00
Ret. Izin Tempat Pencucian Kend. Bermotor 56.609.280,00 35.203.340,00
Ret. Pered. Hasil Hutan Kayu & Hasil Hutan
Ikutan 650.000.000,00 872.355.183,50
Ret. Pelayanan Jasa Usaha Koperasi 13.000.000,00 19.445.000,00
Ret. Tempat Penumpukan Kayu Bundar/Kayu
Masak 65.000.000,00 73.049.900,00
Retribusi Pertambangan Umum - 380.592.780,00
Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
36

Tabel 4.4

Rincian Retribusi Daerah Tahun 2009

Jenis Penerimaan Target Realisasi


RETRIBUSI DAERAH : 41.282.227.500 44.316.466.397,83
Retribusi Jasa Umum : 8.221.025.000,00 10.462.327.358,39
Retribusi Pelayanan Kesehatan 320.000.000,00 4.883.954.843,39
Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan 2.500.000.000,00 1.231.050.000,00
Ret. Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan 124.000.000,00 56.462.000,00
Sipil
Ret. Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan 6.025.000,00 7.380.000,00
Mayat
Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum 1.300.000.000,00 364.770.000,00
Retribusi Pasar : 2.050.000.000,00 2.062.573.420,00
Retribusi Pelayanan Pasar 2.050.000.000,00 2.027.073.420,00
Retribusi Citra Niaga - 35.500.000,00
Retribusi Pengujian Kendaraaan Bermotor 1.660.000.000,00 1.676.303.595,00
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam 250.000.000,00 167.719.500,00
Kebakaran
Retribusi Pelayanan Pendidikan 11.000.000,00 12.114.000,00
Retribusi Jasa Usaha : 6.943.672.500,00 6.122.447.452,00
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah : 5.092.500.000,00 4.447.694.352,00
Izin Pemakaian Tanah dan Bangunan 4.500.000.000,00 3.968.930.752,00
Mess Perwakilan Jakarta 165.000.000,00 95.325.000,00
Pemakaian Fasilitas Dermaga 325.000.000,00 270.558.600,00
Hasil Sewa Alat Berat 75.000.000,00 112.880.000,00
Sewa Rumah Dinas 27.500.000,00 -
Retribusi Tempat Pelelangan 270.000.000,00 263.559.000,00
Retribusi Terminal 475.000.000,00 443.532.700,00
Ret. Penyediaan dan /atau Penyedotan Kakus 72.572.500,00 103.600.000,00
Retribusi Rumah Potong Hewan 450.000.000,00 455.322.500,00
Retribusi Pelayanan Pelabuhan 450.000.000,00 383.232.900,00
Retribusi Pengolahan Limbah Cair 45.000.000,00 14.056.000,00
Retribusi Bandara 73.600.000,00 6.500.000,00
Retribusi Mobil Derek 15.000.000,00 4.950.000,00

Jenis Penerimaan Target Realisasi


Retribusi Perijinan Tertentu : 26.117.530.000,00 27.731.691.587,44
37

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan : 18.505.000.000,00 18.805.560.764,19


Retribusi Mendirikan Bangunan 18.000.000.000,00 18.801.587.764,19
Retribusi Urusan Perumahan/Perubahan Fungsi 500.000.000,00 3.973.000,00
Retribusi Izin Pemukiman 5.000.000,00
Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman 1.190.000.000,00 1.097.175.000,00
Beralkohol
Retribusi Izin Gangguan (HO) 3.750.000.000,00 3.920.038.882,00
Retribusi Izin Trayek 100.000.000,00 67.490.000,00
Retribusi Usaha Angkutan Sungai 41.000.000,00 33.212.000,00
Retribusi Izin Pembuatan Badan Kapal 350.000.000,00 114.965.000,00
Retribusi Izin Usaha Perdagangan dan TDP 632.000.000,00 710.420.000,00
Retribusi Izin Keg. Pengush. Di. Bid. Kesejah. 7.500.000,00 3.180.000,00
Sosial
Ret. Izin Kegiatan Penyelengg. Pelayanan 70.000.000,00 24.177.500,00
Infokom
Ret. Surat Izin Usaha Jasa Kontruksi 70.000.000,00 71.175.000,00
Retribusi Sertifikasi Kapal Sungai 52.530.000,00 34.270.000,00
Ret. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah 500.000.000,00 1.961.044.120,00
Retribusi Usaha Kepariwisataan 140.000.000,00 159.449.000,00
Ret. Izin Tempat Pencucian Kend. Bermotor 60.000.000,00 39.614.700,00
Ret. Pered. Hasil Hutan Kayu & Hasil Hutan
Ikutan 560.000.000,00 547.279.621,25
Ret. Pelayanan Jasa Usaha Koperasi 14.500.000,00 18.756.000,00
Ret. Tempat Penumpukan Kayu Bundar/Kayu
Masak 75.000.000,00 123.884.000,00
Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
38

Tabel 4.5

Rincian Kekayaan Dipisahkan Tahun 2008

Jenis Penerimaan Target Realisasi

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN


8.850.000.000,00 3.557.247.187,32
DAERAH YANG DIPISAHKAN
Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada
8.500.000.000,00 3.557.247.187,32
Perusahaan Milik Daerah/BUMD
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 350.000.000,00 -
Bank Pembangunan Daerah (BPD 8.500.000.000,00 3.557.247.187,32
Kaltim)/Bank Kaltim
Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Tabel 4.6

Rincian Kekayaan Dipisahkan Tahun 2009

Jenis Penerimaan Target Realisasi

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN


5.350.000.000,00 9.363.235.104,04
DAERAH YANG DIPISAHKAN
Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada
5.350.000.000,00 9.363.235.104,04
Perusahaan Milik Daerah/BUMD
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 350.000.000,00 400.000.000,00
Bank Pembangunan Daerah (BPD 5.000.000.000,00 8.963.235.104,04
Kaltim)/Bank Kaltim
Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
39

Tabel 4.7

Rincian Lain-lain PAD Yang Sah Tahun 2008

Jenis Penerimaan Target Realisasi

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI


28.595.287.035,00 25.469.326.643,59
DAERAH YANG SAH
Penerimaan Jasa Giro : 12.000.000.000 5.525.591.316
Jasa Giro Kas Daerah 12.000.000.000,00 5.525.591.316,07
Pendapatan Bunga Deposito : 13.452.723.550,00 2.084.254.060,70
Rekening Deposito pada Bank BPD Kaltim 13.452.723.550,00 2.084.254.060,70
Pendapatan dari angsuran : 651.900.000,00 633.752.589,27
Angsuran/Cicilan Penjualan Rumah 477.000.000,00 483.804.496,24
Angsuran/Cicilan Penjualan Kendaraan 174.900.000,00 149.948.093,03
Penerimaan Lain-lain : 2.490.663.485,00 17.225.728.677,55
Leges dan Biaya Administrasi 350.000.000,00 119.782.655,00
Denda 50.000.000,00 6.516.245,00
Kontra Pos 2.047.523.566,00 6.881.582.711,55
Setoran Hutang Pinjaman 43.139.919,00 117.667.860,00
Penerimaan Lain-lain - 10.100.179.206,00
Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
40

Tabel 4.8

Rincian Lain-lain PAD Yang Sah Tahun 2009

Jenis Penerimaan Target Realisasi

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI


29.555.044.620,00 23.263.223.449,19
DAERAH YANG SAH
Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak
Dipisahkan - 153.900.000,00
Penjualan Mesin/Alat-alat berat yang tidak
terpakai - 153.900.000,00
Penerimaan Jasa Giro : 13.000.000.000,00 1.971.100.858,30
Jasa Giro Kas Daerah 13.000.000.000,00 1.971.100.858,30
Pendapatan Bunga Deposito : 13.409.481.135,00 3.981.506.846,23
Rekening Deposito pada Bank 13.409.481.135,00 3.981.506.846,23
Pendapatan dari angsuran : 654.900.000,00 1.337.034.482,02
Angsuran/Cicilan Penjualan Rumah 480.000.000,00 527.450.503,00
Angsuran/Cicilan Penjualan Kendaraan 174.900.000,00 809.583.979,02
Penerimaan Lain-lain : 2.490.663.485,00 15.819.681.259,64
Leges dan Biaya Administrasi 350.000.000,00 343.070.747,95
Denda 50.000.000,00 114.809.000,00
Penerimaan Hibah Luar - 126.825.750,00
Penerimaan PABT - 1.739.000,00
Penerimaan sewa exavator - 2.125.000,00
Pertambangan Umum - 50.000,00
Lain-lain potongan - 11.954.069.487,69
Kontra Pos 2.047.523.566,00 3.110.600.000,00
Setoran Hutang Pinjaman 43.139.919,00 5.105.900,00
Penerimaan Lain Rumah Susun - 64.360.000,00
Surat Tanda Kecakapan - 6.000.000,00
Denda SITU - 90.926.374,00
Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
41

Tabel 4.9

Rincian pendapatan daerah tahun 2008

2008
KETERANGAN
ANGGARAN REALISASI
Pajak Daerah Rp 41.461.293.291,00 Rp 43.254.460.056,97
Retribusi Daerah Rp 31.093.419.674,00 Rp 35.608.983.973,26
Hasil pengelolaan kekayaan
Rp 8.850.000.000,00 Rp 3.957.246.687,32
daerah yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan asli daerah
Rp 28.595.287.035,00 Rp 25.469.326.643,59
yang sah
Total Pendapatan Asli Daerah
Rp 110.000.000.000,00 Rp 108.290.017.361,14
(PAD)
Total dana perimbangan Rp 908.652.789.845,00 Rp1.023.593.978.871,00
Total lain-lain pendapatan daerah
Rp 404.150.000.000,00 Rp 447.598.353.800,00
yang sah
Total Pembiayaan Rp 885.922.702.669,00 Rp 346.490.997.706,71
Total pendapatan daerah Rp2.308.725.492.514,00 Rp1.925.973.347.738,85
Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Tabel 4.10

Rincian pendapatan daerah tahun 2009

2009
KETERANGAN
ANGGARAN REALISASI
Pajak Daerah Rp 48.812.727.880,00 Rp 49.307.075.049,39
Retribusi Daerah Rp 41.282.227.500,00 Rp 44.316.466.397,83
Hasil pengelolaan kekayaan
Rp 5.350.000.000,00 Rp 9.363.235.104,04
daerah yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan asli daerah
Rp 29.555.044.620,00 Rp 23.263.223.449,19
yang sah
Total Pendapatan Asli Daerah
Rp 125.000.000.000,00 Rp 126.250.000.000,45
(PAD)
Total dana perimbangan Rp 990.882.415.565,00 Rp 891.558.238.988,00
Total lain-lain pendapatan daerah
Rp 132.831.724.437,00 Rp 129.549.188.715,00
yang sah
Total Pembiayaan Rp1.057.421.408.131,00 Rp 3.262.059.971,00
Total pendapatan daerah Rp2.713.540.675.533,00 Rp1.367.576.615.074,45
Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
42

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Samarinda.

Maka penulis akan menganalisis dengan menggunakan rumus-rumus yang

telah dikemukakan pada bab III didukung dengan teori-teori yang

mendasarinya. Penulis pertama-tama akan menghitung tingkat

kemandirian dengan rumus yang telah disebutkan dalam bab III guna

mengetahui tingkat kemandirian pemerintah daerah dalam hal

kemandirian keuangan daerahnya untuk tahun 2008 dan 2009. Kemudian

tingkat kemandiriran kedua tahun tersebut diperbandingkan.

Kedua, penulis akan menghitung rasio efektivitas pendapatan asli

daerah (PAD) untuk menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam

merealisasikan penerimaan PAD dibandingkan dengan yang ditargetkan

pada tahun 2008 dan 2009 serta membandingkan efektivitas kedua tahun

tersebut.

Terakhir, penulis akan menghitung derajat kontribusi BUMD

(Badan Usaha Milik Daerah) untuk mengetahui tingkat kontribusi

perusahaan daerah dalam mendukung pendapatan daerah. Dan mencari

pada tahun 2008 atau 2009 yang kontribusi BUMDnya sangat mendukung

pendapatan daerah.
43

B. Analisis Data

Di dalam analisis data ini penulis akan menghitung kemandirian,

efektivitas PAD, dan kontribusi BUMD dengan menggunakan rumus yang

telah disebutkan pada bab III. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Tingkat Kemandirian untuk tahun 2008 adalah :

Realisasi Pendapatan Asli Daerah


Tingkat kemandirian  x 100%
Realisasi Total Pendapatan Daerah
Rp 108.290.017.361,14
 x 100%
Rp 1.925.973.347.738,85
 5,62 %

Dari perhitungan di atas pada tahun 2008 tingkat kemandirian pemerintah

daerah adalah sebesar 5,62 %.

Tingkat Kemandirian untuk tahun 2009 adalah :

Realisasi Pendapatan Asli Daerah


Tingkat kemandirian  x 100%
Realisasi Total Pendapatan Daerah
Rp 126.250.000.000,45
 x 100%
Rp 1.367.576.615.074,45
 9,23 %

Dari perhitungan di atas pada tahun 2009 tingkat kemandirian pemerintah

daerah adalah sebesar 9,23 %.

Efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2008

Realisasi Pendapatan Asli Daerah


Rasio Efektivitas PAD  x 100%
Target Pendapatan Asli Daerah

Rp 108.290.017.361,14

Rp 110.000.000.000,00
 98 %

Dari perhitungan di atas, maka pada tahun 2008 kemampuan pemerintah

daerah dalam merealisasikan penerimaan PAD dibandingkan dengan yang

ditargetkan adalah sebesar 98 %.


44

Efektivitas Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2009

Realisasi Pendapatan Asli Daerah


Rasio Efektivitas PAD  x 100%
Target Pendapatan Asli Daerah

Rp 126.250.000.000,45
 x 100%
Rp 125.000.000.000,00
 101 %

Dari perhitungan di atas, maka pada tahun 2009 kemampuan pemerintah

daerah dalam merealisasikan penerimaan PAD dibandingkan dengan yang

ditargetkan adalah sebesar 101 %.

Derajat Kontribusi BUMD pada tahun 2008

Realisasi Penerimaan Bagian Laba BUMD


Kontribusi BUMD  x 100%
Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Rp 3.957.246.687,32
 x 100%
Rp 108.290.01 7.361,14
 3,65 %

Dari perhitungan di atas, maka tingkat kontribusi perusahaan daerah

dalam mendukung pendapatan daerah pada tahun 2008 adalah sebesar

3,65%.

Derajat Kontribusi BUMD pada tahun 2009

Realisasi Penerimaan Bagian Laba BUMD


Kontribusi BUMD  x 100%
Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Rp 9.363.235.104,04
 x 100%
Rp 126.250.000.000,45
 7,42 %

Dari perhitungan di atas, maka tingkat kontribusi perusahaan daerah

dalam mendukung pendapatan daerah pada tahun 2008 adalah sebesar

7,42%.

C. Pembahasan
45

Berdasarkan perhitungan untuk mengetahui tingkat kemandirian

pemerintah daerah, didapatkan pada tahun 2008 tingkat kemandirian

pemerintah daerah adalah sebesar 5,62 %. Nilai ini masih tergolong

tingkat kemandiriannya masih sangat rendah karena angka yang didapat

berada diantara 0% - 25 % yang berarti peranan pemerintah pusat lebih

dominan daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak mampu

melaksanakan otonomi daerah secara finansial). Sedangkan pada tahun

2009 tingkat kemandirian pemerintah daerah adalah sebesar 9,23 %.

Seperti halnya pada tahun 2008, untuk tahun 2009 tingkat kemandiriannya

juga masih tergolong sangat rendah karena angka yang didapat masih

berada diantara 0% - 25% yang berarti peranan pemerintah pusat lebih

dominan daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak mampu

melaksanakan otonomi daerah secara finansial).

Namun jika dilihat, antara tahun 2008 dan 2009 terlihat adanya

peningkatan tingkat kemandirian sebesar 3,61 %. Ini merupakan

perubahan yang cukup bagus. Karena apabila setiap tahun terjadi

peningkatan maka lama kelamaan tingkat kemandirian dapat lebih

meningkat lagi dan bisa saja tingkat kemadiriannya tergolong menjadi

tinggi yang berarti campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena

daerah telah benar-benar mampu mandiri dalam melaksanakan urusan

otonomi daerah. Meningkat dan menurunnya tingkat kemandirian dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :


46

1). Naiknya nilai tingkat kemandirian dapat disebabkan karena nilai

realisasi pendapatan asli daerah yang meningkat diikuti dengan

menurunnya nilai realisasi total pendapatan daerah.

2). Naiknya nilai tingkat kemandirian juga dapat disebabkan karena nilai

realisasi pendapatan asli daerah dan nilai realisasi total pendapatan

daerah secara bersamaan mengalami peningkatan tetapi peningkatan

untuk nilai realisasi pendapatan asli daerah lebih besar dibandingkan

dengan peningkatan nilai realisasi total pendapatan daerah.

3). Turunnya nilai tingkat kemandirian dapat disebabkan karena nilai

realisasi pendapatan asli daerah yang menurun diikuti dengan

meningkatnya nilai realisasi total pendapatan daerah.

4). Turunnya nilai tingkat kemandirian juga dapat disebabkan karena nilai

realisasi pendapatan asli daerah dan nilai realisasi total pendapatan

daerah secara bersamaan mengalami penurunan tetapi penurunan

untuk nilai realisasi total pendapatan daerah lebih besar dibandingkan

dengan penurunan nilai realisasi pendapatan asli daerah.

Untuk efektivitas pendapatan asli daerah, dari hasil perhitungan

didapat pada tahun 2008 kemampuan pemerintah daerah dalam

merealisasikan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan

dengan yang ditargetkan adalah sebesar 98 %. Nilai ini jika mengacu pada

tabel 3.2, nilai ini tergolong efektif karena nilai yang didapat dari hasil

perhitungan berada di >90 - 100. Sedangkan untuk tahun 2009 efektivitas

didapat sebesar 101 %. Hal ini membuktikan bahwa pada tahun 2009
47

untuk efektivitas pendapatan asli daerah yaitu tergolong sangat efektif

karena nilai yang didapat dari hasil perhitungan berada pada >100. Dan

antara tahun 2008 dan 2009 didapat adanya kenaikan efektifitas pungutan

pendapatan asli daerah sebesar 3 %. Meningkat dan menurunnya

efektifitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1). Naiknya nilai efektifitas dapat disebabkan karena nilai realisasi

pendapatan asli daerah yang meningkat diikuti dengan menurunnya

nilai target pendapatan asli daerah.

2). Naiknya nilai efektifitas juga dapat disebabkan karena nilai realisasi

pendapatan asli daerah dan nilai target pendapatan asli daerah secara

bersamaan mengalami peningkatan tetapi peningkatan untuk nilai

realisasi pendapatan asli daerah lebih besar dibandingkan dengan

peningkatan nilai target pendapatan asli daerah.

3). Turunnya nilai efektifitas dapat disebabkan karena nilai realisasi

pendapatan asli daerah yang menurun diikuti dengan meningkatnya

nilai target pendapatan asli daerah.

4). Turunnya nilai efektifitas juga dapat disebabkan karena nilai realisasi

pendapatan asli daerah dan nilai target pendapatan asli daerah secara

bersamaan mengalami penurunan tetapi penurunan untuk nilai target

pendapatan asli daerah lebih besar dibandingkan dengan penurunan

nilai realisasi pendapatan asli daerah.

Dari hasil perhitungan, didapatlah kontibusi perusahaan daerah

dalam mendukung pendapatan daerah untuk tahun 2008 adalah sebesar


48

3,65%. Mengacu pada Tabel 3.1, nilai ini tergolong kurang mendukung,

karena nilai ini berada di antara 0% - 25% yang berarti kontribusi

perusahaan daerah kurang mendukung pendapatan daerah. Dan untuk

tahun 2009 didapat dari hasil perhitungan sebesar 7,42%. Seperti halnya

tahun 2008, untuk tahun 2009 kontribusi perusahaan juga tergolong

kurang mendukung karena nilai yang didapat berada diantara 0% - 25%.

Tetapi, antara tahun 2008 dan 2009 adanya kenaikan sebesar 3,77%.

Meningkat dan menurunnya kontribusi perusahaan daerah dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1). Naiknya kontribusi perusahaan daerah dapat disebabkan karena

realisasi penerimaan laba dari perusahaan daerah yang meningkat

diikuti dengan menurunnya nilai realisasi pendapatan asli daerah.

2). Naiknya kontribusi perusahaan daerah juga dapat disebabkan karena

nilai realisasi penerimaan laba dari perusahaan daerah dan nilai

realisasi pendapatan asli daerah secara bersamaan mengalami

peningkatan tetapi peningkatan untuk nilai realisasi penerimaan laba

dari perusahaan daerah lebih besar dibandingkan dengan peningkatan

nilai realisasi pendapatan asli daerah.

3). Turunnya nilai kontribusi perusahaan daerah dapat disebabkan karena

nilai realisasi penerimaan laba dari perusahaan daerah yang menurun

diikuti dengan meningkatnya nilai realisasi pendapatan asli daerah.

4). Turunnya nilai kontribusi perusahaan daerah juga dapat disebabkan

karena nilai realisasi penerimaan laba dari perusahaan daerah dan nilai
49

realisasi pendapatan asli daerah secara bersamaan mengalami

penurunan tetapi penurunan untuk nilai realisasi pendapatan asli

daerah lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai realisasi

penerimaan laba dari perusahaan daerah.


50

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

analisis dan pembahasan, maka penulis mengambil kesimpulan.

Kesimpulan tersebut adalah :

1. Dari hasil perhitungan dan pembahasan mengenai tingkat

kemandirian, disimpulkan bahwa keuangan daerah pada Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota

Samarinda pada tahun 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 5,62%

dan 9,23%. Dan nilai terebut menunjukkan bahwa tingkat

kemandiriannya masih tergolong sangat rendah yang berarti maka

daerah tersebut sangat tergantung kepada pemerintah pusat yang

berarti tidak mampu melaksanakan otonomi daerah.

2. Dari hasil perhitungan dan pembahasan mengenai efektifitas

pendapatan asli daerah, disimpulkan bahwa kemampuan pemerintah

daerah dalam merealisasikan penerimaan PAD dibandingkan dengan

yang ditargetkan pada tahun 2008 adalah sebesar 98% dan untuk tahun

2009 adalah sebesar 101%. Untuk tahun 2008 menunjukkan

kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) tergolong efektif dan pada tahun 2009 tergolong sangat

efektif.
51

3. Dari hasil perhitungan dan pembahasan mengenai kontribusi

pembagian laba yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk

mendukung pendapatan daerah, disimpulkan bahwa pada tahun 2008

pembagian laba yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk

mendukung pendapatan daerah adalah sebesar 3,65% dan untuk tahun

2009 adalah sebesar 7,42%. Nilai kedua tahun ini sama-sama

tergolong kurang mendukung yang berarti bagian laba atas penyertaan

modal pada perusahaan daerah kurang mempengaruhi peningkatan

atau penurunan pendapatan daerah.

B. Saran

Setelah penulis membahas masalah ini maka penulis memberikan

saran untuk Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(DPPKAD) Kota Samarinda. Saran tersebut adalah :

1. Bila dilihat dari data yang digunakan oleh penulis, maka penulis

menyarankan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah (DPPKAD) Kota Samarinda untuk meningkatkan penerimaan

dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yaitu bagian

laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah karena

walaupun tergolong kurang mendukung pendapatan daerah, tetapi

peningkatan bagian laba dari tahun 2008 ke 2009 sangat potensial.

2. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(DPPKAD) Kota Samarinda juga perlu meningkatkan penerimaan

pajak daerah yang berupa pajak restoran karena dilihat dari data yang
52

penulis gunakan, pajak restoran mengalami peningkatan yang lumayan

besar sehingga dapat terus meningkatkan pendapatan asli daerah.

3. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(DPPKAD) Kota Samarinda perlu meningkatkan retribusi daerah

khususnya retribusi jasa umum karena peningkatan retribusi jasa

umum dari tahun 2008 ke 2009 hampir mencapai 50 %, sehingga

sangat potensial untuk mempengaruhi jumlah pendapatan asli daerah.

Anda mungkin juga menyukai