Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma interpretif, dengan
tentang praktik akuntansi keberlanjutan suatu entitas. Untuk dapat mencapainya, paling
tidak ada tiga langkah dilakukan peneliti dalam tahapan pengumpulan data, yaitu: 1) Proses
memasuki situs/lokasi penelitian (getting in), 2) Proses bersosialisasi selama berada dalam
situs/lokasi penelitian (getting along), 3) Proses pengumpulan data (logging the data). Dari
tahapan tersebut, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengamati perilaku,
tindakan dan ucapan informan melalui observasi langsung (data primer) yang terekam baik
primer dapat digali melalui data-data dokumentasi (data sekunder). Dokumen ini meliputi
laporan entitas yang terpublikasi dan lainnya. Referensi-referensi lain sebagai upaya
penggalian makna digali dari berbagai artikel, jurnal dan tulisan-tulisan yang terpublikasi.
Teknik pengumpulan data primer dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: Tahap awal:
Peneliti memasuki situs penelitian (PT SLJ, Tbk) sebagai observasi awal (observasi pasip)
di mana peneliti mulai melakukan penjajakan maupun pengenalan. Pada tahapan ini
peneliti sekedar mengamati aktifitas obyek penelitian, tentang bagaimana aktivitas berjalan
Tahab kedua: Peneliti maknai sebagai Observasi moderat, di mana peneliti mulai
melakukan wawancara/dialog tidak terstruktur yang masih terbatas pada sekitar apa yang
dapat diamati dan dilihat selama proses pengamatan. Wawancara tidak terstruktur lebih
seperti dialog (wawancara mendalam) yang dilakukan dalam suasana tidak formal dengan
materi pembicaraan yang mengarah pada kedalaman informasi. Teknik ini dapat dilakukan
berulang-ulang dengan berbagai informan, karena informan sendiri sering tidak menyadari
bila telah terjadi wawancara/dialog, karena berlangsung dalam situasi akrab dan tidak
terkesan sebuah aktivitas interogasi yang menyebabkan informan tidak bebas bertutur
kata. Pada tahapan ini, peneliti juga mengembangkan ilmu fisiognomi dan bahasa tubuh.
Yaitu ilmu yang dapat membantu peneliti untuk membaca karakter serta menangkap makna
ekspresi informan saat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti (Prasetyo 2009:
6). Dengan pembacaan bahasa tubuh dan ekspresi wajah informan, maka peneliti dapat
Tahab ketiga: Peneliti maknai sebagai Observasi Aktif, tahap di mana sembari
observasi peneliti juga melakukan berbagai kegiatan dan menyatu dengan obyek melalui
pembauran diri sebagai bagian dari obyek pada aktivitas individu atau kelompok di dalam
menyelesaikan satu satuan pekerjaan. Di sini peneliti juga dapat menggalih berbagai
informasi dari informan yang terlibat dalam aktivitas kesehariannya. Pada tahap ini juga
dilakukan klarifikasi berbagai data dari tahapan-tahapan yang telah dilalui, inventarisir
dilakukan pada data primer dan data skunder. Dokumen sebagai data sekunder yang
perusahaan, serta dokumen berbentuk gambar seperti: foto, gambar, sketsa, dan lain-lain untuk
Tahab keempat: Peneliti maknai sebagai observasi lengkap, di mana peneliti dapat
inti. Dalam hal ini Informan dipilih secara purposive, dengan harapan dapat memperoleh
informasi dari sumber yang tepat dan kompeten sesuai dengan apa yang informan ketahui
tentang sesuatu hal. Yaitu: Pertama: Informan pada level pengambil keputusan, seperti:
Pimpinan Perusahaan (Direktur). Pimpinan harian (tingkat manajer), meliputi: Divisi Pro-
duksi; Divisi P2H; Divisi HRD; Divisi SHE dan Divisi Akuntansi dan Keuangan. Kemudian
level pimpinan operasional (Kepala Unit Divisi), meliputi: Kepala HRD & TC; Kepala Logistik
log. Kedua: Informan pada level pelaksana satuan spkerjaan, seperti: Staf Mekanik
Produksi; Staf Logistik Log; staf IT & EDP. Kemudian tingkat Operasional (obrolan di
Lapangan) meliputi: Staf Produksi; Staf Mekanik; Staf Keamanan; Staf Driver; Staf Clening
Service; dan lain-lain. Ketiga: Informan dari komunitas masyarakat setempat yang memiliki
atau menarik generalisasi kesimpulan yang berlaku bagi suatu populasi, melainkan lebih
fokus pada representasi terhadap fenomena sosial. Maka dalam prosedur sampling yang
terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci atau situasi sosial tertentu yang
sesuai dengan fokus penelitian. Pemilihan informan dilakukan berdasarkan kriteria tertentu
seperti yang dijelaskan oleh Bungin (2003: 54-5), antara lain: Pertama. Subjek tidak hanya
sekedar tahu dan dapat memberi informasi, tetapi juga telah menghayati dengan sungguh-
sungguh sebagai akibat dari keterlibatannya yang cukup lama dengan lingkungan atau
kegiatan yang bersangkutan. Kedua. Subjek masih terlibat secara aktif pada lingkungan
melalui analisis deskriptif dari prosedur situasional dan bangunan sosialnya. Upaya
pencarian makna, peneliti harus mampu membuka selubung praktik yang digunakan orang
epoche sebagai titik awal suatu proses analisis yang membiarkan kita pertama-tama
kemudian membangun lagi suatu koneksi yang asli dengan ”world of life” (Fay dan Riot:
2007).
Penelitian fenomenologi merupakan kreasi dari dialog dan empati. Para penganut
aliran fenomenologi menggunakan intuisi langsung (direct intuition) dan secara dekat
sebagai ‘struktur dasar dari kehidupan’ (Letiche 2006). Pengembangan teknik analisis
model penelitian fenomenologi dapat didasarkan pada teori dan nilai-nilai budaya. Metode
rerangka analisis dari teori Functionalism Structural Parsons dan nilai-nilai budaya, dengan
Parsons dan para pengikutnya, menurut Intizar (2008) dapat dikaji melalui anggapan-
anggapan dasar bahwa: Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari bagian-
bagian yang saling berhubungan satu sama lain, dengan demikian hubungan pengaruh
selalu cenderung bergerak kearah ekuilibrium yang bersifat dinamis. Sistem sosial
pangan, dan perubahan-perubahan dalam sistem sosial secara gradual melalui penye-
suaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner. Faktor penting yang memiliki daya
integrasi suatu sistem sosial adalah konsensus atau mufakat di antara para anggota
menyatakan bahwa untuk menghasilkan output yang baik, maka tahapan analisis data yang
dapat dilakukan adalah. Pertama: Penentuan dan penetapan item yang akan dijadikan fokus
kajian secara jelas. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pembiasan pembahasan
terhadap fokus kajian. Kedua: Dilakukan pemahaman dan pemaknaan pada nilai-nilai
Dua model pendekatan rerangka análisis di atas, dalam melakukan analisis data, ada
beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian, yaitu:
pertama, peneliti melakukan reduksi data yang mengandung arti bahwa reduksi data
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa
sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman
1992: 16). Peneliti melakukan reduksi data dengan melakukan pengelompokan pada data
kinerja entitas menjadi 4 (empat) kategori unutk mempermudah dan mempercepat proses
kategori data pencapaian kinerja sosial, 3) kategori data pencapaian kinerja ekonomi, dan 4)
Kedua, setelah kegiatan reduksi data, penyajikan data dilakukan dengan cara
mula-mula disajikan terpisah (sesuai kategori data), tetapi setelah tindakan terakhir
direduksi, keseluruhan data tindakan dirangkum dan disajikan secara terpadu sehingga
dokumen data sekunder, seperti: profil perusahaan, struktur organisasi perusahaan. Serta
dokumen berbentuk gambar, seperti: foto, gambar, sketsa, dan lainnya untuk saling melengkapi
kecukupan informasi.
Keempat: Suatu penarikan kesimpulan bagi peneliti yang kompeten akan menangani
kesimpulan itu dengan longar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah
disediakan, mula-mula belum jelas, namun kemudian meningkatkan menjadi lebih rinci dan
mengakar dengan kokoh (Miles dan Huberman 1992: 19). Kesimpulan yang dapat diambil
dari proses interpretasi dokumen adalah merupakan penyimpulan akhir temuan penelitian,
diikuti dengan kegiatan triangulasi atau pengujian temuan penelitian. Kegiatan triangulasi
dilakukan dengan peninjauan kembali hasil catatan lapangan, bertukar pikiran dengan ahli,
Proses analisis data selama penelitian dilakukan paling tidak ada tiga hal utama yang
saling terkait, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kegiatan
tersebut sebagaimana diuraikan di atas sebagai sebuah jalinan pada saat sebelum, selama,
dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar (Miles dan Huberman 1992:19).
Selanjutnya menyatakan bahwa tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data
itu sendiri merupakan proses siklus dan interaktif, dapat dilihat pada gambar 3.1:
Data Data
Collection Display
Data Conclusions
Reducting Drawing/Verifying
empat sumbu kumparan itu selama proses pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-
balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama
sisa waktu penelitian. Proses analisis data merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil obser-
vasi, wawancara dan dokumen untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang obyek
penelitian pada ranah/kasus praktik akuntansi keberlanjutan yang diteliti dan menyajikan