Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi yaitu saluran
pernapasan bagian atas, bagian bawah dan paru (Hidayat, 2006). Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak, tanpa
oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan
menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan
oksigen. Otak masih mampu menToleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak
secara permanen (Kozier dan Erb, 1998).
Fungsi sistem jantung adalah untuk mengantarkan oksigen, nutrien, dan substansi
lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung.
Kerja pompa jantung sangat penting untuk mempertahankan aliran oksigen. Proses yang
mempengaruhi oksigenasi pada klien termasuk perubahan yang mempengaruhi kapasitas
darah untuk membawa oksigen, seperti anemia dan perubahan yang mempengaruhi
gerakan dinding dada atau sistem saraf pusat klien (Potter dan Perry, 2006).
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali
bernafas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi,
kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan
keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan
bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan
kompetensi perawat dalaam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk
mengatasi masalah.
Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai ke

1
tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka
perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-
bahaya pemberian O2.

1.1 Tujuan
Setelah melakukan penyusunan laporan pendahuluan diharapkan mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan oksigenasi
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan gangguan oksigenasi
3. Melakukan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan oksigenasi
4. Melakukan evaluasi kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi
5. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan

2
TINJAUAN TEORI

1 DEFINISI

Oksigen atau zat asam adalah salah satu bahan farmakologi, merupakan gas yang tidak
berwarna, tidak berbau digunakan untuk proses pembakaran dan oksidasi. Oksigen merupakan
unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya
(utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan
menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomic. (Dedi Sudarmoko dan Agus Dwi Susanto,2010
). Oksigen banyak dipakai untuk pasien dengan kelainan kardiopulmoner. Kebutuhan Oksigen
orang dewasa sehat pada kondisi istirahat rata-rata 53 liter oksigen per jam, kalau sedang
bernapas rata-rata sekitar 500 mL udara per napas. Hal ini disebut volume tidal normal. yaitu
terdiri dari 150 mL udara akan pergi ke daerah yang tidak berfungsi di paru-paru, hal ini yang
disebut "ruangmati." Tingkat napas rata-rata adalah 12 napas per menit. Jadi, jumlah udara yang
menghirup oleh orang yang tersedia untuk digunakan adalah 12 x(500 ml -150 ml) =4.200
mL/menit. Kalikan dengan 60 untuk mendapatkan 252.000 mL/jam. Artinya, setiap jam, orang
akan bernapas dalam 252 liter udara (prasetyo Handrianto,2011)

Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru, dan difusi.
1.1 Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar
500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan atmofer (760 mmHg) sehingga
udara akan masuk ke alveoli.
a. Kebersihan jalan napas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akanmenghalangi
masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
b. Adekuatnya system saraf pusat dan pusat pernapasan.
c. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru.
d. Kemampuan otot-otot pernapasan seperti diafragma, eksternal interkosta, internal
interkosta, otot abdominal.

3
1.2 PerfusiParu
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, di
mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dri
ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam
proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung.Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi
variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi
penurunan volume atau tekanan darah sistemik.

1.3 Difusi
Oksigen terus- menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan
karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli.Difusi adalah pergerakan
molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah.Difusi udara respirasi
terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membrane
respirasi akan memengaruhi proses difusi. Misalnya pasa tekanan parsial (P) O2 di alveoli
sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga
oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 akan
dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 dengan maka CO2 akan
berdifusi keluar alveoli.

2. ETIOLOGI

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut


NANDA (2011),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada,
nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.

4
Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu :

1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi ketidakseimbangan


konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan
hipoksia jaringan perifer.
2. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
3. Faktor perkembangan. Pada bayi premature berisiko terkena penyakit membrane hialin
karena belum matur dalam menghasilkan surfaktan. Bayi dan toddler berisiko mengalami
infeksi saluran pernafasan akut. Pada dewasa, mudah terpapar faktor risiko kardiopulmoner.
System pernafasan dan jantung mengalami perubahan fungsi pada usia tua / lansia.
4. Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar. Obesitas yang
berat menyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik meningkatkan aktivitas fisik
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya hidup perokok dikaitkan dengan sejumlah
penyakit termasuk penyakit jantung, PPOK, dan kanker paru (Potter&Perry, 2006).

3. PATOFISIOLOGI

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus.
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan
pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas
miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002.

4. TANDA DAN GEJALA

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.


Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan
nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi
tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter

5
anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna kulit
abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun,
abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi
yaitu:

a. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls
dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap stres
fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ; pemeriksaan fungsi
paru, analisis gas darah (AGD).

6
6. PATHWAY

7.PENGKAJIAN

Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :

1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)

Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh
terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

7
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur
PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)

3. Riwayat perkembangan

a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt

b. Bayi : 44 x/mnt

c. Anak : 20 - 25 x/mnt

d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt

e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

4. Riwayat kesehatan keluarga

Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang
sama.

5. Riwayat sosial

Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi,
keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

6. Riwayat psikologis

Disini perawat perlu mengetahui tentang :

a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya

b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup

c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi

8
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi

7. Riwayat spiritual

8. Pemeriksaan fisik

a. Hidung dan sinus

 Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,


eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
 Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris

b. Faring

 Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak

c. Trakhea

 Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada
bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping
sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.

d. Thoraks

 Inspeksi :
 Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
 Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter
tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan
tranversal adalah 1 : 2

Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang
ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan

9
diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.

Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung


melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.

 Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24
x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau
tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau
bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt,
ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
 Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya
jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan
panjang ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang
ditandai dengan pernapasan yang lambat.
 Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada
yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan
perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
 Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan
yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan
kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode
apnea.
 Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu
kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
 Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya
stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas,

10
atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau
wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang
mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu
bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
 Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif
yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering
dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah.
 Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi
yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi
kurang dari 60 x/mnt.
 Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang
tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
 Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu
keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu
suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu
berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau
eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku
atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger
yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang
lama.
 Palpasi :

Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.

 Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem


bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa
pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada
pria lebih mudah terasa karena suara pria besar

11
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL BERDASARKAN
NANDA

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi diantaranya adalah :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Pola napas tidak efektif

3. Gangguan pertukaran gas

9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NIC NOC

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
1.Bersihan Jalan Nafas tidak NOC: NIC:
efektif berhubungan dengan: Respiratory status : Pastikan kebutuhan oral / tracheal
- Infeksi, disfungsi Ventilation suctioning.
neuromuskular, hiperplasia Respiratory status : Airway Berikan O2 ……l/mnt, metode………
dinding bronkus, alergi jalan patency Anjurkan pasien untuk istirahat dan
nafas, asma, trauma Aspiration Control napas dalam
- Obstruksi jalan nafas : Setelah dilakukan tindakan Posisikan pasien untuk
spasme jalan nafas, sekresi keperawatan selama memaksimalkan ventilasi
tertahan, banyaknya mukus, …………..pasien Lakukan fisioterapi dada jika perlu
adanya jalan nafas buatan, menunjukkan keefektifan Keluarkan sekret dengan batuk atau
sekresi bronkus, adanya jalan nafas dibuktikan dengan suction
eksudat di alveolus, adanya kriteria hasil : Auskultasi suara nafas, catat adanya
benda asing di jalan nafas. Mendemonstrasikan batuk suara tambahan
DS: efektif dan suara nafas yang Berikan bronkodilator :
- Dispneu bersih, tidak ada sianosis dan - ………………………

12
DO: dyspneu (mampu - ……………………….
- Penurunan suara nafas mengeluarkan sputum, - ………………………
- Orthopneu bernafas dengan mudah, tidak Monitor status hemodinamik
- Cyanosis ada pursed lips) Berikan pelembab udara Kassa basah
- Kelainan suara nafas (rales, Menunjukkan jalan nafas NaCl Lembab
wheezing) yang paten (klien tidak Berikan antibiotik :
- Kesulitan berbicara merasa tercekik, irama nafas, …………………….
- Batuk, tidak efekotif atau frekuensi pernafasan dalam …………………….
tidak ada rentang normal, tidak ada Atur intake untuk cairan
- Produksi sputum suara nafas abnormal) mengoptimalkan keseimbangan.
- Gelisah Mampu Monitor respirasi dan status O2
- Perubahan frekuensi dan mengidentifikasikan dan Pertahankan hidrasi yang adekuat
irama nafas mencegah faktor yang untuk mengencerkan sekret
penyebab. Jelaskan pada pasien dan keluarga
Saturasi O2 dalam batas tentang penggunaan peralatan : O2,
normal Suction, Inhalasi.
Foto thorak dalam batas
normal

13
2.Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan : Respiratory status : Posisikan pasien untuk
- Hiperventilasi Ventilation memaksimalkan ventilasi
- Penurunan energi/kelelahan Respiratory status : Airway Pasang mayo bila perlu
- Perusakan/pelemahan patency Lakukan fisioterapi dada jika perlu
muskulo-skeletal Vital sign Status Keluarkan sekret dengan batuk atau
- Kelelahan otot pernafasan Setelah dilakukan tindakan suction
- Hipoventilasi sindrom keperawatan selama Auskultasi suara nafas, catat adanya
- Nyeri ………..pasien menunjukkan suara tambahan
- Kecemasan keefektifan pola nafas, Berikan bronkodilator :
- Disfungsi Neuromuskuler dibuktikan dengan kriteria -…………………..
- Obesitas hasil: …………………….
- Injuri tulang belakang Mendemonstrasikan batuk Berikan pelembab udara Kassa basah
DS: efektif dan suara nafas yang NaCl Lembab
- Dyspnea bersih, tidak ada sianosis dan Atur intake untuk cairan
- Nafas pendek dyspneu (mampu mengoptimalkan keseimbangan.
DO: mengeluarkan sputum, Monitor respirasi dan status O2
- Penurunan tekanan mampu bernafas dg mudah, Bersihkan mulut, hidung dan secret
inspirasi/ekspirasi tidakada pursed lips) trakea
- Penurunan pertukaran udara Menunjukkan jalan nafas Pertahankan jalan nafas yang paten
per menit yang paten (klien tidak Observasi adanya tanda tanda
- Menggunakan otot merasa tercekik, irama nafas, hipoventilasi
pernafasan tambahan frekuensi pernafasan dalam Monitor adanya kecemasan pasien
- Orthopnea rentang normal, tidak ada terhadap oksigenasi
- Pernafasan pursed-lip suara nafas abnormal) Monitor vital sign
- Tahap ekspirasi berlangsung Tanda Tanda vital dalam Informasikan pada pasien dan keluarga
sangat lama rentang normal (tekanan tentang tehnik relaksasi untuk
- Penurunan kapasitas vital darah, nadi, pernafasan) memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk efektif
Monitor pola nafas

14
3.Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Respiratory Status : Gas Posisikan pasien untuk
ketidakseimbangan perfusi exchange memaksimalkan ventilasi
ventilasi Keseimbangan asam Basa, Pasang mayo bila perlu
perubahan membran Elektrolit Lakukan fisioterapi dada jika perlu
kapiler-alveolar Respiratory Status : Keluarkan sekret dengan batuk atau
DS: ventilation suction
sakit kepala ketika bangun Vital Sign Status Auskultasi suara nafas, catat adanya
Dyspnoe Setelah dilakukan tindakan suara tambahan
Gangguan penglihatan keperawatan selama …. Berikan bronkodilator ;
DO: Gangguan pertukaran pasien -………………….
Penurunan CO2 teratasi dengan kriteria hasi: -………………….
Takikardi Mendemonstrasikan Barikan pelembab udara
Hiperkapnia peningkatan ventilasi dan Atur intake untuk cairan
Keletihan oksigenasi yang adekuat mengoptimalkan keseimbangan.
Iritabilitas Memelihara kebersihan Monitor respirasi dan status O2
Hypoxia paru paru dan bebas dari Catat pergerakan dada,amati
kebingungan tanda tanda distress kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
sianosis pernafasan retraksi otot supraclavicular dan
warna kulit abnormal Mendemonstrasikan batuk intercostal
(pucat, kehitaman) efektif dan suara nafas yang Monitor suara nafas, seperti dengkur
Hipoksemia bersih, tidak ada sianosis dan Monitor pola nafas : bradipena,
hiperkarbia dyspneu (mampu takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
AGD abnormal mengeluarkan sputum, cheyne stokes, biot
pH arteri abnormal mampu bernafas dengan Auskultasi suara nafas, catat area
frekuensi dan kedalaman mudah, tidak ada pursed lips) penurunan / tidak adanya ventilasi dan
nafas abnormal Tanda tanda vital dalam suara tambahan
rentang normal Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
AGD dalam batas normal ststus mental
Status neurologis dalam Observasi sianosis khususnya
batas normal membran mukosa

15
Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
irama dan denyut jantung

16
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Perry. 2010. Fundamental keperawatan (ed.7vol.2). Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media
Action Publishing

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika

https://dediirawandi.files.wordpress.com/2014/08/penghisapan-lendir.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai