Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks
dari perasaan, sikap dan persepsi bawa sadar maupun sadar. Konsep diri
memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap
situasi dan hubungan kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain.
Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu
yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika
seseorang anak mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep
diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil.
Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat
menjadi sumber stress atau konflik.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagi organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan
dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia
tidak memiliki kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak
bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi gangguan konsep diri ?
2. Apa saja penyebab gangguan konsep diri ?
3. Apa saja jenis gangguan konsep diri ?
4. Bagaimana rentang respon gangguan konsep diri?
5. Bagaimana proses terjadinya masalah gangguan konsep diri?
6. Bagaimana tanda dan gejala gangguan konsep diri?
7. Apa akibat gangguan konsep diri?
8. Bagaimana mekanisme koping gangguan konsep diri?
9. Bagaimana penatalaksanaan gangguan konsep diri?
10. Bagaimana pohon masalah gangguan konsep diri?
11. Apa diagnosa keperawatan gangguan konsep diri?
12. Bagaimana rencana asuhan keperawatan gangguan konsep diri?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengerti definisi gangguan konsep diri
2. Agar mahasiswa mengerti penyebab gangguan konsep diri
3. Agar mahasiswa mengerti jenis gangguan konsep diri
4. Agar mahasiswa mengerti rentang respon gangguan konsep diri
5. Agar mahasiswa mengerti proses terjadinya masalah gangguan konsep diri
6. Agar mahasiswa mengerti tanda dan gejala gangguan konsep diri
7. Agar mahasiswa mengerti akibat gangguan konsep diri
8. Agar mahasiswa mengerti mekanisme koping gangguan konsep diri
9. Agar mahasiswa mengerti penatalaksanaan gangguan konsep diri
10. Agar mahasiswa mengerti pohon masalah gangguan konsep diri
11. Agar mahasiswa mengerti diagnosa keperawatan gangguan konsep diri
12. Agar mahasiswa mengerti rencana asuhan keperawatan gangguan konsep diri
BAB II
ISI

A. Definisi Gangguan Kepribadian


Konsep diri merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak
didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman
seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai
dengan tahap perkembangan psikososial seseorang. Secara umum konsep diri
adalah semua tanda, keyakinan dan pendirian yang merupakan suatu
pengetahuan individu tentang dirinya yang dapat memengaruhi hubungannya
dengan orang lain, termasuk karakter, kemampuan, nilai, ide dan tujuan (Hidayat,
2006:238).
Diri merupakan bagian paling kompleks dari semua kualitas manusia. Diri
adalah kerangka acuan dimana seseorang mempersepsi dan mengevaluasi dunia.
Konsep diri terdiri semua nilai-nilai, keyakinan dan ide-ide yang berkonstribusi
terhadap pengetahuan diri dan memengaruhi hubungan seseorang tentang
karakteristik dan kemampuan pribadi serta tujuan dan cita-cita seseorang
(Stuart,2016:213).

B. Penyebab Gangguan Kepribadian


1. Faktor Predisposisi
a. Biologi
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti : suhu dingin
atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan
yg tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara atau zat kimia.

b. Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor
yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.

c. Sosio Kultural
Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya,
tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.

d. Faktor Predisposisi gangguan citra tubuh


1) Kehilangan / kerusakan bagian tubuh.
2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh.
3) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun
fungsi tubuh.
4) Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi, kemoterapi

e. Faktor predisposisi gangguan harga diri


1) Penolakan dari orang lain.
2) Kurang penghargaan.
3) Pola asuh yang salah
4) Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
5) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.

f. Faktor predisposisi gangguan peran


1) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan,
perubahan situasi dan keadaan sehat – sakit.
2) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
3) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang
harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran
yang sesuai.
4) Peran yang terlalu banyak.

g. Faktor predisposisi gangguan identitas diri


1) Ketidakpercayaan orang tua pada anak.
2) Tekanan dari teman sebaya.
3) Perubahan struktur sosial (Stuart,2016 : 221).

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar
individu terdiri dari :

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak
adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan
hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya. Ada 3 jenis
transisi peran :
1) Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap perkembangan
dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma – norma budaya,
nilai – nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui peristiwa penting dalam kehidupan individu seperti
kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat – sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
a) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
b) Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal.
c) Prosedur medis dan perawatan (Stuart,2016 : 221).

C. Jenis Gangguan Kepribadian


1. Persepsi diri
Persepsi seseorang tentang realitas dipilih dan didasarkan pada pengalaman
konsisten dengan pandangan seseorang saat ini terhadap diri. Cara seseorang
berperilaku adalah hasil dari bagaimana seseorang mempersepsikan situasi.
Bukan peristiwa itu sendiri yang memunculkan respons tertentu melainkan
pengalaman subjektif individu terhadap peristiwa itu. Persepsi diri sulit untuk
berubah namun ada cara untuk mengubah persepsi, termasuk memodifikasi
proses kognitif, mengkonsumsi obat-obatan, mengalami gangguan sensorik,
dan menciptakan perubahan biokimia dalam tubuh (Stuart,2016:214).
2. Citra tubuh
Citra tubuh adalah jumlah dari sikap sadar dan bawah sadar seseorang
terhadap tubuh sendiri. Hal ini termasuk persepsi sekarang dan masa lalu serta
perasaan tentang ukuran, fungsi, bentuk/penampilan, dan potensi. Citra tubuh
terus berubah saat persepsi dan pengalaman baru terjadi dalam kehidupan.
Eksistensi tubuh menjadi penting dalam mengembangkan citra tubuh
seseorang. Pakaian menjadi identitas tubuh, seperti halnya barang milik
seseorang (Stuart,2016:214).
3. Ideal diri
Merupakan persepsi seseorang mengenai bagaimana berperilaku
berdasarkan standar pribadi tertentu. Standar ini mungkin menggambarkan
tipe seseorang yang diinginkan atau aspirasi, tujuan, atau nilai-nilai yang ingin
dicapai. Ideal diri menimbulkan harapan diri berdasarkan norma-norma
masyarakat, yang dicobanya untuk menyesuaikan diri (Stuart,2016:214-215).
4. Harga diri
Merupakan penilaian harga diri pribadi seseorang, berdasarkan seberapa
baik perilakunya cocok dengan ideal diri. Seberapa sering seseorang mencapai
tujuan secara langsung mempengaruhi perasaan kompeten (harga diri tinggi)
atau rendah diri (harga diri rendah). Harga diri tinggi adalah perasaan
penerimaan diri, tanpa syarat, meskipun salah, kalah dan gagal, sebagai
pembawaan yang berharga dan penting. Harga diri yang tinggi telah dikaitkan
dengan ansietas yang rendah, fungsi kelompok yang efektif, penerimaan, dan
toleransi dari yang lain (Stuart,2016:215-216).

5. Penampilan peran
Peran adalah sekumpulan pola perilaku yang diharapkan secara sosial
berhubungan dengan fungsi seseorang dalam kelompok sosial yang berbeda.
Perilaku peran berkaitan erat dengan konsep diri dan identitas, dan gangguan
peran yang sering melibatkan konflik antara fungsi independen dan dependen.
Harga diri tinggi dihasilkan dari peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai
dengan ideal diri seseorang.

6. Identitas diri
Merupakan kesadaran diri yang didasarkan pada observasi dan penilaian
diri. Hal ini tidak terkait dengan satu prestasi, aktivitas, karakteristik, atau
peran. Identitas berbeda dari konsep diri yaitu perasaan berbeda dari orang
lain. Orang dengan rasa identitas positif melihat dirinya sebagai individu yang
unik dan berharga (Stuart,2016:216).

D. Rentang Respon
Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah Difusi identitas
Disosiasi Depersonalisasi

E. Proses Terjadinya
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan,dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya denga orang lain. Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun
dipelajari. Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu
sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan
dari orang lain. Gangguan harga diri digambarkan sebagai oerasaan yang negetiv
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktifitas, perasaan
tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secar sosial.
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistik (Keliat, 2001).

F. Tanda dan Gejala Gangguan Kepribadian


Perilaku yang berhubungan dengan gangguan konsep diri antara lain:
1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
2. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
3. Perasaan tidak mampu
4. Rasa bersalah
5. Sikap negatif pada diri sendiri
6. Sikap pesimis pada kehidupan
7. Keluhan sakit fisik
8. Pandangan hidup yang terpolarisasi
9. Menilak kemampuan diri sendiri
10. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
11. Perasaan cemas dan takut
12. Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik positif.
13. Ketidakmampuan menentukan tujuan (Wijayaningsih, 2015 : 50).

G. Akibat Gangguan Kepribadian


1. Perubahan penampilan peran
Mekanisme : Berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang
disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari gangguan konsep diri.
2. Keputusasaan
Mekanisme : merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuan karena
menganggap dirinya tidak mampu.
3. Menarik diri
Mekanisme : perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas berada di
lingkungan tersebut yang merupakan akibat dari gangguan konsep diri (Keliat,
2001)

H. Mekanisme Koping Gangguan Kepribadian’


Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (
misalnya konser musik, menonton televisi secara obsesif ).
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya ikut serta
dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng ).
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu ( misal : olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes
untuk mendapatkan popularitas ).
4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di
luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya: penyalahgunaan obat ).

Pertahanan jangka panjan g mencakup berikut ini Stuart ( 2016 ) :


a. Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri
individu
b. Identitas negatif adalah asumsi yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat
c. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi, penglihatan (displacement), splitting, berbalik marah terhadap diri
sendiri dan amuk (Stuart, 2016:224)

I. Penatalaksanaan Gangguan Kepribadian


1. Penatalaksanaan Keperawatan Dibagi menjadi empat yaitu :
a. Memberi kesempatan untuk berhasil
b. Menanamkan gagasan
c. Mendorong aspirasi
d. Membantu membentuk koping
2. Penatalaksanaan Medis
a. Clorpromazine ( CPZ )
Untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan dan
perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin.
Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin (Keliat, 2001).
b. Trihexyphenidyl ( THP )
Untuk segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan
idiopatik. Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis
berat, psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna (Keliat, 2001)
c. Haloperidol ( HPL )
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi netral
serta fungsi kehidupan sehari-hari. Efek samping : sedasi, gangguan
otonomik dan endokrin (Keliat, 2001).
d. Terapi okupasi / rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan
menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa
kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan (Keliat, 2001)
e. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif
dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud
untuk mengembalikan penderita ke masyarakat (Keliat, 2001)
J. Pohon Masalah Gangguan Kepribadian

K. Asuhan Keperawatan pada Gangguan Kepribadian


1. Pengkajian
Pengkajian terhadap masalah konsep diri adalah presepsi diri atau pola
konsep diri, pola berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terhadap
stres, serta adanya nilai keyakinan dan tanda tanda ke arah perubahan fisik,
seperti kecemasan, ketakutan, rasa marah, rasa bersalah, dan lain lain.
a. Citra tubuh
Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta
perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru.
Yang perlu dikembangkan dalam citra tubuh pasien sebagai berikut :
1) Berat badan
2) Tinggi badan
3) Bentuk tubuh
4) Tanda-tanda pertumbuhan sekunder
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
Yang perlu dikembangkan dalam ideal diri pasien sebagai berikut :

1) cita cita pasien

2) harapan pasien

3) identifikasi pada orang tua

4) Aspirasi pasien

5) Nilai-nilai yang ingin dicapai

c. Harga diri
Harga diri adalah penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Yang
perlu dikembangkan dalam harga diri pasien sebagai berikut :

1) percaya diri

2) penghargaan dari orang lain

d. Peran

Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh


lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok
sosial. Yang perlu dikembangkan dalam peran sebagai berikut :

1) Minat dan bakat

2) Aktualisasi diri
e. Identitas
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsisten dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung
sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja. Yang
perlu dikembangkan dalam identitas diri :

1) Nama pasien

2) Usia pasien

3) Agama pasien

4) Jenis kelamin pasien

5) Status pasien

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa : ketidak efektifan Koping berhubungan dengan gangguan konsep
( Harga diri rendah) diri dikarenakan harapan diri yang tidak realistis.
b. Diagnosa : Kehilangan harapan berhubungan dengan gangguan konsep diri
(ideal diri) dikarenakan harapan orang tua yang tidak realistis.
c. ketidakefektifan Performa peran, berhubungan dengan gangguan konsep diri
( peran ) dikarenakan ketidakmampuan menerima peran baru dalam diri.

3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa : Koping, ketidak efektifan berhubungan dengan gangguan
konsep diri dikarenakan harapan diri yang tidak realistis.
Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap
stressor, pilihan yang tidak adekuat terhadap respons untuk bertindak dan
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan harga diri yang realistis
Tujuan Khusus : Klien dapat menunjukkan penyelesaian masalah yang ia
hadapi
Kriteria Evaluasi :
1) Menunjukkan koping yang efektif
2) Menggunakan perilaku untuk menurunkan stress
3) Menggunakan strategi koping yang paling efektif
4) Berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari hari
5) Mengungkapakan secara verbal tentang rencana penerimaan atau
mengubah situasi

Intervensi :
1) Peningkatan koping
Membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi stressor,
perubahan atau ancaman yang menggangu pemenuhan tuntutan dan
peran hidup
2) Konseling
Menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada
kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien dan orang terdekatuntuk
meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian masalah, dan
berhubungan interpersonal.
3) Bantuan emosi
Memberikan penenangan, penerimaan dan dorongan selama periode
stress
4) Peningkatan peran
Membantu pasien, orang terdekat paseien, atau anggota keluarga untuk
memperbaiki hubungan dengan mengklarifikasi dan menambahkan
perilaku peran tertentu
5) Peningkatan harga diri
Membantu pasien untuk meningkatkan personal terhadap harga dirinya

Rasional :
1) Kebiasaan dan psikologis respon terhadap stress dapat berbeda beda
dan menunjukkan tingkatan ketidakefektifan koping.
2) Penilaian yang akurat dapat memfasilitasi pencarian dari strategi
koping yang sesuai. Pasien yang memiliki status kesehatan yang
berubah ubah bukan berarti kesulitan koping yang dialami pasien
menjadi satu satunya penyeban yang berhubungan.
3) Keberhasilan penyesuaian disebabkan oleh koping yang dialami
sebelumnya berhasil.
4) Pasien dengan riwayat gangguan beradaptasi koping bisa
membutuhkan sumber tamabahan seperti ; kemampuan koping
sebelumnya dapat mencukupi dalam situasi yang ada.
5) Pasien dapat didukung dengan strstegi yang sudah disiapkan seperti
saat perawatan dirumah sakit, sebelum pasien diizinkan pulang tanpa
dukungan yang cukup untuk keefektifan koping. Misalnya ; pelayanan
kesehatan dapat dilakukan oleh orang orang yang perduli dengannya
seperti perawat yang ada dirumah, komunitas, dan konseling spiritual.
6) penyelesaian masalah yang sesuai memerlukan informasi yang akurat
dan pilihan yang sesuai. Pasien dengan ketidakefektifan koping yang
tidak dapat mendengar dan mengasimilasi informasi yang dibutuhkan
7) pasien dapat merasakan perawatan lebih baik dari pada mereka
mengatasi sendiri dan merasa sedikit lepas kendali dalam
menyelesaikan masalah.

Aktifitas Kolaboratif
1) Awali dengan diskusi tentang perawatan pasien untuk meninjau
mekanisme koping pasien dan untuk menyusun rencana perawatan
2) Libatkan sumber sumber dirumah sakit dalam memberi dukungan
emosional untuk pasien dan keluarga
3) Perawat berperan sebagai penghubung antara pasien, penyedia layanan
kesehatan laindan sumber komunitas.
b. Diagnosa : Kehilangan harapan gangguan konsep diri (ideal diri)
dikarenakan harapan yang tidak realistis.
Definisi :Kehilangan harapan dapat terjadi seiring dengan sakit yang di
derita. Itu dapat terjadi dua kali dengan kejadian yang lebih parah yang
dapat mengakibatkan keadaan yang permanen atau menjadikan penyebab
stress yang lebih akut, sehingga pasien tidak dapat membuat keputusan
dalam dirinya.
Tujuan Umum : Menentukan ideal diri yang realistis
Tujuan Khusus :Dapat berperilaku yang sesuai dengan ideal diri yang ia
harapkan
Kriteria Evaluasi :
1) Pasien mulai mengenali pilihan dan alternatif lain yang akan diambil.
2) Pasien mulai memobilisasi energi dalam dirinya (membuat keputusan )

Intervensi :
1) Mengkaji peran penyakit dalam kehilangan harapan pasien
2) Mengkaji penampilan secara fisik
3) Mengkaji selera, latihan dan pola tidur
4) Mengkaji dukungan lingkungan sosial

Rasional :
1) Tingkat dari fuungsi fisik, daya tahan untuk beraktifitas, perawatan
yang akan berkontribusi untuk kehilangan harapan.
2) Kehilangan harapan pasien memungkinkan tidak mempunyai energi
atau ketertarikan untuk menjalankan aktifitas
3) Mengubah Perilaku yang menyimpang dari standart normal yang
terbukti sesuai dengan kehilangan harapan
4) Pasien dapat didukung dengan strstegi yang sudah disiapkan seperti
saat perawatan dirumah sakit, sebelum pasien diizinkan pulang tanpa
dukungan yang cukup untuk keefektifan koping. Misalnya ; pelayanan
kesehatan dapat dilakukan oleh orang orang yang perduli dengannya
seperti perawat yang ada dirumah, komunitas, dan konseling spiritual.

c. Diagnosa : Performa peran, ketidakefektifan berhubungan dengan


gangguan konsep diri dikarenakan ketidakmampuan menerima peran baru
dalam diri.
Definisi : Pola perilaku dan ekspresi diri yang tidak sesuai dengan konteks
lingkungan, norma, dan harapan.
Tujuan umum : Menunjukkan performa peran
Tujuan khusus : Mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan peran
Kriteria evaluasi :
1) Kemampuan untuk memenuhi harapan peran
2) Pengetahuan tentang periode transisi peran
3) Penampilan perilaku peran dalam keluarga, persahabatan, dan tempat
karier
4) Melaporkan strategi perubahan peran

Intervensi :
1) Peningkatan koping
Membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi stressor,
perubahan, atau ancaman, yang menghambat pemenuhan tuntutan dan
peran hidup
2) Penumbuhan harapan
3) Peningkatan peran
Membantu pasien, orang terdekat paseien, atau anggota keluarga untuk
memperbaiki hubungan dengan mengklarifikasi dan menambahkan
perilaku peran tertentu
Rasiolnal :
1) Penilaian yang akurat dapat memfasilitasi pencarian dari strategi koping
yang sesuai. Pasien yang memiliki status kesehatan yang berubah ubah
bukan berarti kesulitan koping yang dialami pasien menjadi satu satunya
penyeban yang berhubungan.
2) Pasien dengan riwayat gangguan beradaptasi koping bisa membutuhkan
sumber tamabahan seperti ; kemampuan koping sebelumnya dapat
mencukupi dalam situasi yang ada
3) Memfasilitasi perkembangan cara pandang yang positif terhadap situasi
tertentu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep diri merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak
didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman
seseorang terhadap dirinya. Terdapat beberapa penyebab gangguan konsep diri
yang dibagi atas jenis-jenisnya. Gangguan konsep diri dibagi menjadi persepsi diri,
citra tubuh, harga diri, penampilan peran, dan identitas diri.

Anda mungkin juga menyukai