Anda di halaman 1dari 16

Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

ANALISIS MASALAH
1. Arkan usia 15 bulan dibawa ke puskesmas karena belum bisa berdiri. Arkan baru
bisa tengkurap pada usia 6 bulan. Saat ini bisa merayap, kepala bisa berdiri tegak
selama beberapa detik, dan belum bisa duduk. Arkan belum bisa bicara, baru
mengoceh ba-ba dan ma-ma, sering tidak menoleh ketika dipanggil. Arkan belum
bisa memegang benda, belum bisa memasukkan makanan ke mulut dan bertepuk
tangan.
a. Bagaimana makna klinis dari hasil anamnesis diatas? 4, 5

Usia Pasien Anamnesis Usia Normal Makna Klinis


6 Bulan Baru Bisa Tengkurap 4-6 Bulan Motorik Kasar Normal
Belum Bisa Berdiri 9-12 Bulan Gangguan Motorik Kasar
Kepala Bisa Berdiri Tegak 3-6 Bulan Gangguan Motorik Kasar
Selama Beberapa Detik
Belum Bisa Duduk 6-9 Bulan Gangguan Motorik Kasar
Belum Bisa Bicara, Baru 8-9 Bulan Gangguan
Mengoceh Ba-Ba Dan Ma-Ma Bahasa/Komunikasi
15 Bulan
Belum Bisa Memegang Benda 3-6 Bulan Gangguan Motorik Halus
Belum Bisa Memasukkan 6-9 Bulan Gangguan Personal-
Makanan Ke Mulut Sosial

Belum Bisa Bertepuk Tangan. 6-9 Bulan Gangguan Personal-


Sosial
Berdasarkan data anamnesis yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Arkan usia 15
bulan mengalami Global Developmental Delayed atau Keterlambatan Perkembangan
Umum yaitu keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih
aspek perkembangan. Aspek perkembangan Arkan yang terganggu adalah motorik kasar,
motorik halus, bahasa, dan personal-sosial.

2. Arkan anak ketiga dari ibu usia 28 tahun. Selama hamil periksa ke bidan 3 kali.
Lahir SC karena ibu preeclampsia, pada usia kehamilan 38 minggu. Setelah lahir
tidak langsung menangis, menangis setelah lebih kurang 10 menit. Berat badan
lahir 2200 gram, panjang badan tidak diukur. Dirujuk di ruang perinatal RSMH
karena susah bernapas dan dirawat selama seminggu. Saat dirawat anak mengalami
kuning dan diterapi sinar, tidak pernah kejang .
a. Bagaimana tatalaksana bayi tidak menangis saat lahir dan susah bernapas? 5, 4
Kejadian asfiksia neonatorum dapat menyebabkan terjadinya neonatal encephalopathy
yang berdampak pada perkembangan anak di masa yang akan datang. Penelitian Pin
TW, et al (2009) menunjukkan 47% bayi dengan riwayat post asphyxia neonatal
encephalopathy mengalami gangguan perkembangan kognitif dan sensori-motor.
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

3. Arkan masih mendapat ASI, diberi susu formula sejak usia 2 bulan selang-seling
dengan ASI. Sekarang makan nasi tim, belum bisa makan nasi biasa.
a. Apa dampak pemberian susu formula sejak usia 2 bulan? Dan apa hubungannya
dengan keluhan pasien sekarang? 4, 5
Bayi yang diberi formula akan kenyang dan cenderung malas untuk menyusu
sehingga pengosongan payudara menjadi tidak baik. Akibatnya payudara menjadi
bengkak sehingga ibu kesakitan, dan akhirnya produksi ASI memang betul menjadi
kurang. Belum lagi akibat pemberian susu formula, masalah medis lain yang mungkin
timbul adalah perubahan flora usus, terpapar antigen dan kemungkinan meningkatnya
sensitivitas bayi terhadap susu formula (alergi) dan bayi kurang mendapat
perlindungan kekebalan dari kolostrum yang keluar justru di hari hari pertama
kelahiran
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

Berbagai dampak negative yang tejadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula,
antara lain :
1) Infeksi saluran pernapasan
Susu buatan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu menggunakan botol
dan tidak merebusnya setiap selesai memberikan minum. Bakteri tumbuh sangat
cepat pada minuman buatan.
Susu formula tidak mengadung antibody untuk melindungi tubuh bayi
tehadap infeksi. Bayi yang diberi susu formula lebih sering sakit infeksi saluran
pernafas.

2) Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)


Saluran pencernaan bayi dapat terganggu akibat dari pengenceran susu
formula yang kurang tepat, sedangkan susu yang terlalu kental dapat membuat
usus bayi susah mencerna, sehingga sebelum susu dicerna oleh usus akan
dikeluarkan kembali melalui anus yang mengakibatkan bayi mengalami diare
(Khasanah, 2011).
Hal lain yang penting diperhatikan adalah osmolitas. Pada susu sapi dan
kedelai, zat-zat mineral dan karbohidrat adalah penentu dari osmolitas ini. Larutan
dengan osmolitas tinggi akan menghasilkan gangguan pada usu halus, sehingga
terjadi diare atau dehidrasi, karena terjadi ketidak seimbangan elektrolit.
Atas dasar pertimbangan tersebut Committee on Nutrition of the American
Academy of Pediatrcs menetapkan tingkat osmolitas pada susu formula tidak
boleh lebih dari 400 m Osm per liter. Sebagai pembanding ASI hanya mempunyai
osmolitas 286-300m Osm per liter.( Suhardjo, 2007).

3) Meningkatkan resiko serangan asma


ASI dapat melindungi bayi dari penyakit langka botulism, penyakit ini
merusak fungsi saraf, menimbulkan berbagai penyakit pernapasan dan
kelumpuhan otot (Nasir, 2011).
Peneliti sudah mengevaluasi efek perlindungan dari pemberian ASI,
bahwa pemberian ASI melindungi terhadap asma dan penyakit alergi lain.
Sebaliknya, pemberian susu formula dapat meningkatkan resiko tersebut (Oddy,
dkk, 2003) dalam (Roesli, 2008).

4) Malnutrisi
Pemberian susu formula yang encer untuk menghemat pengeluaran dapat
mengakibatkan kekurangan gizi karena asupan kurang pada bayi secara tidak
langsung. Kurang gizi juga akan terjadi jika anak sering sakit, terutama diare dan
radang pernafasan (Roesli, 2008).

5) Kekurangan Vitamin
Susu formula tidak mengandung vitamin yang cukup baik,menurut Ricard dan
Victor (1992), ASI banyak mengandung vitamin C dan D.

6) Kekurangan Zat Besi


Zat besi dari susu formula tidak diserap secara sempurna seperti zat besi dan ASL
bayi yang diberi minuman buatan seperti susu formula dapat terkena anemia
karena kekurangan zat besi.

7) Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)


Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapatkan susu formula diperkirakan
karena kelebihan air dan komposisi lemak tubuh yang berbeda dibandingkan bayi
yang mendapatkan ASI ( Khasanah, 2011).

8) Protein yang tidak cocok


Susu formula mengandung terlalu banyak kasein, kesein mengadung campuran
asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan atau dicerna oleh ginjal bayi
yang belum sempurna.

tidak ada hubungan

b. Bagaimana pola pemberian makanan dari neonatal sampai batita? 5, 4


Pola pemberian ASI dan MP-ASI

Umur (bulan) ASI Makanan lumat Makanan lembik Makanan


keluarga
0-6 bulan
6-9 bulan
9-12 bulan
12-24 bulan

Jenis dan Macam Makanan Pendamping ASI

Makanan Lumat
 semua makanan yang dimasak atau disajikan secara halus dan dilumatkan, yang diberikan
pertama kali kepada bayi disamping ASI.
 Beberapa contoh makanan lumat : bubur tepung, bubur beras (encer), bubur kacang hijau
saring, dan pisang lumat, tomat saring, biscuit yang dilumatkan, dll.
 Makanan lumat diberikan kepada bayi berusia 6-9 bulan.

Makanan Lembik
 Makanan peralihan dari makanan lumat menjadi makanan orang dewasa.
 Dapat berupa : nasi tim bayi, bubur campur, bubur kacang hijau, pisang, pepaya, jeruk dll.
 Makanan lembek diberikan pada bayi umur 9-12 bulan.

Makanan Padat
1. Makanan sama dengan makanan keluarga, tapi dipilih makanan yang lunak dan tidak
pedas.
2. Diberikan pada bayi usia 12 – 24 bulan.

Arkan, 15 bulan belum bisa makan nasi biasa berarti sudah terjadi gangguan perkembangan
oromotor sehingga anak menjadi sulit makan.
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

4. Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol. Tidak ada kelainan anatomi pada anggota
gerak. Hasil pemeriksaan KPSP usia 15 bulan didapatkan 3 yang bisa dilakukan
Arkan.
a. Bagaimana prosedur pemeriksaan KPSP, dan interpretasinya? 4, 5
KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) merupakan suatu instrument deteksi dini
dalam perkembang anak usia 0 sampai 6 tahun. KPSP ini berguna untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Instrumen KPSP ini dapat
dilakukan di semua tingkat pelayanan kesehatan dasar. Formulir KPSP terdiri dari 9-10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak yang terdiri dari
gerak kasar, gerak halus, sosialisasi dan kemandirian serta berbicara dan berbahasa.
Adapun cara menggunakan KPSP adalah:
1. Pada waktu pemeriksanaan anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun lahir anak, bila
umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Tentukan umur anak
dengan menjadikannya dalam bulan. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan
menjadi 1 bulan.
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3
bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
3. Setelah menetukan umur anak maka selanjutnya pilihlah KPSP sesuai dengan umur
anak.
4. KPSP terdiri dari 2 pertanyaan yaitu :
a. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak.
b. Perintah kepada ibu/pengasuh anak/petugas untuk melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP.
5. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh sebab itu
pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apayang ditanyakan kepadanya.
6. Pertanyaan ditanyakan secara berurutan, satu per satu. Setiap pertanyaan hanya ada
satu jawabanya atau tidak, catatlah setiap jawaban tersebut pada formulir KPSP
tersebut.
7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab.
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

Kuesioner Praskrining untuk 15 bulan

No Pemeriksaan Aspek YA TIDAK


perkembangan
1 Tanpa bantuan, apakah anak dapat Gerak halus V
mempertemukan dua kubus kecil yang ia
pegang? Kerincingan bertangkai dan tutup,
panci tidak ikut dinilai
2 Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan Gerak kasar V
dengan berpegangan?
3 Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk Sosialisasi & V
tangan atau melambai-lambai? Jawab TIDAK kemandirian
bila ia membutuhkan kemandirian bantuan.
4 Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika Bicara & bahasa V
ia memanggil/melihat ayahnya, atau
mengatakan “mama” jika memanggil/melihat
ibunya? Jawab YA bila anak mengatakan
salah satu diantaranya.
5 Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa Gerak kasar V
berpegangan selama kira-kira 5 detik?
6 Dapatkan anak berdiri sendiri tanpa Gerak kasar V
berpegangan selama 30 detik atau lebih?
7 Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, Gerak kasar V
apakah anak dapat membungkuk untuk
memungut mainan di lantai dan kemudian
berdiri kembali?
8 Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi &
diinginkannya tanpa menangis atau merengek? kemandirian
Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau
mengeluarkan suara yang menyenangkan
9 Apakah anak dapat berjalan di sepanjang Gerak kasar V
ruangan tanpa jatuh atau terhuyunghuyung?
10 Apakah anak dapat mengambil benda kecil Gerak halus V
seperti kacang, kismis, atau potongan biskuit
dengan menggunakan ibu seperti pada gambar
ini
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

Interpretasi Hasil KPSP


 Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)
 Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
 Bila jawaban Ya 9-10: perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan
(S)
 Bila jawaban Ya 7-8: perkembangan anak meragukan (M)
 Bila jawaban Ya ≤6: kemungkinan ada penyimpangan (P).

SESUAI
- Beri pujian ibu karena telah mengasuh anak dengan baik.
- Teruskan pola asuh sesuai dengan tahapan perkembangan
- Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai usia dan
kesiapan anak.
- Ingatkan untuk pemeriksaan KPSP pada usia 3 bulan selanjutnya

MERAGUKAN :
- Beri petunjuk pada ibu/keluarga agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak
lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
- Ajari ibu untuk mengintervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengejar
ketinggalannya.
- Lakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk menunjang adanya penyakit yang
menyebabkan keterlambatan perkembangan
- Evaluasi kembali setelah 2 minggu jika tetap 7 atau 8 lakukan pemeriksaan lanjutan
lainnya

PENYIMPANGAN
- Lakukan pemeriksaan anak secara menyeluruh
Anamnesis, pemeriksaan fisis umum dan neuorologik dan pemeriksaan penunjang
bila ada indikasi

KASUS ARKAN
Hasil pemeriksaan KPSP usia 15 bulan didapatkan 3, menandakan adanya penyimpangan
dalam perkembangan Arkan.
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

LEARNING ISSUE

a. Pertumbuhan anak normal (1,2,3,4,5,6)


Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah
atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif
sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m),
umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan
adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap kelompok umur dan
masingmasing organ juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda. Terdapat 3
periode pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun, dan masa pubertas.
Lanjut buku Tumbuh Kembang Anak hal 98

b. Algoritme penegakan diagnosis GDD 1, 4

1. Anamnesis
Dokter memulai anamnesis dengan mendengarkan penjelasan orangtua secara seksama
tentang perkembangan anaknya. Orang tua dapat mencatat setiap keterlambatan
perkembangan, perubahan tubuh dan kurang responsifnya anak tersebut, sehingga perlu
perhatian khusus. Tiap orangtua tentunya memiliki daerah perhatian yang berbeda.
Penggalian anamnesis secara sistematis meliputi, resiko biologi akibat dari gangguan
prenatal atau perinatal, perubahan lingkungan akibat salah asuh, dan akibat dari penyakit
primer yang sudah secara jelas terdiagnosis saat infant.

Tabel 2. Anamnesis Keterlambatan Perkembangan Global menurut First Lewis dan


Judith, 199410
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

Contoh, dari pandangan biologi, infant dengan berat badan lahir rendah seringkali
beresiko terhadap angka kejadian perdarahan intraventrikel, sepsis atau meningitis,
gangguan metabolik, dan defisit nutrisi yang dapat secara langsung memengaruhi
perkembangan otak. Anak dengan resiko lingkungan termasuk didalamnya ibu yang
masih muda dan tidak berpengalaman serta ibu yang tidak sehat secara individu atau
kekurangan finansial. Anak yang hidup dalam keluarga bermasalah akibat obat-obatan
terlarang, minuman keras dan kekerasan sering menyebabkan hasil buruk. Anak
dengan faktor resiko kondisi medis seperti myelomeningocele, sensorineural deafness,
atau trisomy 21 diketahui memiliki hubungan dengan keterlambatan perkembangan
anak. Perhatian saat ini sering pula akibat dari infeksi virus HIV. Kurangnya motorik
milestones, peubahan perilaku, atau kognitif buruk serta perubahan fungsi serebelum
dalam tahun pertama sering dihubungkan dengan HIV.

2. Pemeriksaan Fisik
Faktor risiko untuk keterlambatan dapat dideteksi dari pemeriksaan fisik. Pengukuran
lingkar kepala (yang mengindikasikan mikrosefali atau makrosefali) adalah bagian
penting dalam pemeriksaan fisik. Perubahan bentuk tubuh sering dihubungkan dengan
kelainan kromosom, atau faktor penyakit genetik lain sulit dilihat dalam pemeriksaan
yang cepat.10 Sebagai tambahan, pemeriksaan secara terstruktur dari mata, yaitu
fungsi penglihatan dapat dilakukan saat infant, dengan menggunakan pemeriksaan
sederhana seperti meminta mengikuti arah cahaya lampu. Saat anak sudah memasuki
usia pre-school, pemeriksaan yang lebih mendalam diperlukan seperti visus, selain itu
pemeriksaan saat mata istirahat ditemukan adanya strabismus. Pada pendengaran,
dapat pula dilakukan test dengan menggunakan brain-stem evoked potentials pada
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

infant. Saat umur memasuki 6 bulan, kemampuan pendengaran dapat dites dengan
menggunakan peralatan audiometri. Pada usia 3-4 tahun, pendengaran dapat diperiksa
menggunakan audiometer portable. Pemeriksaan telinga untuk mencari tanda dari
infeksi otitis media menjadi hal yang penting untuk dilakukan karena bila terjadi
secara kontinyu akan menyebabkan gangguan pendengaran ringan. Pemeriksaan kulit
secara menyeluruh dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit ektodermal
seperti tuberous sklerosis atau neurofibromatosis yang dihubungkan dengan delay.
Pemeriksaan fisik juga harus meliputi pemeriksaan neurologi yang berhubungan
dengan perkembangan seperti adanya primitive reflek, yaitu moro reflex, hipertonia
atau hipotonia, atau adanya gangguan tonus.10,11

3. Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, pemeriksaan laboratorium untuk anak dengan kemungkinan gangguan
perkembangan tidak dibedakan dengan tes skrining yang dilakukan pada anak yang
sehat. Hal ini penting dan dilakukan dengan periodik. Adapun beberapa pemeriksaan
penunjangnya antara lain11,12:

a. Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum glukosa,
bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase. Skrining metabolik rutin
untuk bayi baru lahir dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan sebagai
evaluasi inisial pada KPG. Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya bila
didapatkan riwayat dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang mengarah
pada suatu etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anak-anak dicurigai
memiliki masalah dengan gangguan motorik atau disabilitas kognitif,
pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak dengan
gangguan tonus otot harus diskrining dengan menggunakan kreatinin
phospokinase atau aldolase untuk melihat adanya kemungkin penyakit muscular
dystrophy.

b. Tes sitogenetik
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG meskipun tidak
ditemukan dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang menunjukkan
suatu sindrom yang spesifik. Uji mutasi Fragile X, dilakukan bila adanya riwayat
keluarga dengan KPG. Meskipun skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan
anak laki-laki karena insiden yang lebih tinggi dan severitas yang lebih buruk,
skrining pada wanita juga mungkin saja dilakukan bila terdapat indikasi yang
jelas. Diagnosis Rett syndrome perlu dipertimbangkan pada wanita dengan
retardasi mental sedang hingga berat yang tidak dapat dijelaskan.

c. Skrining tiroid
Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital
perlu dilakukan. Namun, skrining tiroid pada anak dengan KPG hanya dilakukan
bila terdapat klinis yang jelas mengarahkan pada disfungsi tiroid.
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

d. EEG
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan KPG yang memiliki riwayat
epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik (Landau-Kleffner). Belum terdapat
data yang cukup mengenai pemeriksaan ini sehingga belum dapat digunakan
sebagai rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan KPG tanpa riwayat epilepsi.

e. Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada KPG
(terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila tersedia MRI harus lebih
dipilih dibandingkan CT scan jika sudah ditegakkan diagnosis secara klinis
sebelumnya.

c. Definisi GDD 4, 1
Keterlambatan perkembangan umum (KPU) atau global developmental delay (GDD)
adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia, dan
didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motor
kasar/motor halus, bicara/ berbahasa, kognisi, dan personal/sosial.

d. Tatalaksana GDD 1, 4
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih belum ditemukan. Hal
itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana anak-anak belajar dan
berkembang dengan cara mereka sendiri berdasarkan kemampuan dan kelemahan
masing-masing. Sehingga penanganan KPG dilakukan sebagai suatu intervensi awal
disertai penanganan pada faktor-faktor yang beresiko menyebabkannya. Intervensi yang
dilakukan, antara lain6,9,12:

1. Speech and Language Therapy


Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi CP, autism,
kehilangan pendengaran, dan KPG. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berbicara, berbahasa dan oral motoric abilities. Metode yang dilakukan
bervariasi tergantung dengan kondisi dari anak tersebut. Salah satunya, metode
menggunakan jari, siulan, sedotan atau barang yang dapat membantu anak-anak untuk
belajar mengendalikan otot pada mulut, lidah dan tenggorokan. Metode tersebut
digunakan pada anak-anak dengan gangguan pengucapan. Dalam terapi ini, terapis
menggunakan alat-alat yang membuat anak-anak tertarik untuk terus belajar dan
mengikuti terapi tersebut.

2. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri dalam
menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka antara bermain,
belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, memakai pakaian, makan,
dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami kemunduran pada kemampuan
kognitif, terapi ini dapat membantu mereka meningkatkan kemampuannya untuk
menghadapi permasalahannya.
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

3. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus,
keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya. Kemampuan motorik
kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang besar seperti berguling,
merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan motorik halus yakni
menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan mengambil barang. Dalam
terapi, terapis akan memantau perkembangan dari anak dilihat dari fungsi, kekuatan,
daya tahan otot dan sendi, dan kemampuan motorik oralnya. Pada pelaksanaannya,
terapi ini dilakukan oleh terapi dan orang-orang yang berada dekat dengan anak
tersebut. Sehingga terapi ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

4. Behavioral Therapies
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya dan
memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau buruk
seperti melempar barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lain-lain.
Behavioral therapy merupakan psikoterapi yang berfokus untuk mengurangi masalah
sikap dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Terapi ini dapat
dikombinasikan dengan terapi yang lain dalam pelaksanaanya. Namun, terapi ini
bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu terlihat pada terapi kognitif yang
lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang mempengaruhi sikap tertentu,
sedangkan behavioural therapy dilakukan dengan mengubah dan mengurangi sikap-
sikap yang tidak diinginkan. Beberapa terapis mengkombinasikan kedua terapi
tersebut, yang disebut cognitive-behavioural therapy.

Perlu mengingat bahwa penyebab GDD dapat saja tidak diketahui sehingga diperlikan
kepekaan terhadap keadaan-keadaan yang dapat membuat keterlambatan perkembangan dari
penderita GDD. Beberapa profesi yang berbeda dapat membantu dalam berbagai tahap
perkembangan anak. Orang-orang yang terlibat adalah:2
1. Orang tua
Merupakan orang yang paling penting dari semua karena mereka yang paling
mengetahui keadaan anak mereka. Orang tua dapat menggabungkan banyak saran
yang dibuat oleh terapis dan guru ke dalam rutinitas sehari-hari anak.
2. Dokter keluarga
Anak-anak dengan keterlambatan perkembangan memiliki kebutuhan
kesehatan yang sama seperti anak-anak lain dari usia yang sama. Dokter keluarga
mengetahui keadaan seluruh keluarga, sehingga dapat memberikan dukungan dan
dorongan.
3. Dokter anak
Merupakan dokter spesialis dalam kesehatan dan perkembangan anak-anak.
Dokter anak bekerja sama dengan orang lain dan dapat membuat rujukan ke
spesialis yang tepat bila diperlukan.
4. Perawat
Dapat memberikan bantuan dalam berbagai cara. Perawat dari ibu dan anak
memantau perkembangan awal anak-anak dan membantu orang tua yang peduli
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

tentang perkembangan anak mereka. Mereka mampu memberikan saran dan


informasi tentang masalah kesehatan dan perilaku.
5. Terapis
Terapis bertujuan untuk mengajarkan orang tua bagaimana membantu anak-
anak mereka cara yang terbaik mempelajari semua keterampilan yang diperlukan
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Semua anak-anak belajar melalui bermain
dan prinsip ini digunakan untuk memberitahu orang tua tentang cara terbaik dalam
mendorong perkembangan anak mereka.
6. Lembaga sosial
Memberikan konseling dan dukungan bagi keluarga yang memiliki anak
dengan kebutuhan khusus. Informasi tentang program intervensi dini dan hak dan
membantu dalam menemukan layanan yang paling tepat, juga diberikan. Lembaga
sosial juga dapat memberikan informasi bagi orang tua yang ingin bertemu orang
lain dengan pengalaman yang sama.
7. Psikolog
Memonitor pembangunan secara keseluruhan anak-anak dengan
mengamati dan memahami kemajuan dalam belajar bersama perkembangan
emosional dan sosial. Psikolog juga tersedia untuk membantu jika ada beberapa
kekhawatiran tentang kesejahteraan emosional anak dan perilaku atau kesulitan
dalam keluarga
8. Guru pendidikan khusus
Guru pendidikan khusus memberikan dukungan kepada keluarga dalam berbagai
cara, membantu keluarga untuk:
 memahami lebih lanjut tentang keterlambatan pertumbuhan anak mereka
dan dampaknya terhadap pembelajaran dan pengembangan
 membangun terapi / rencana program pendidikan individual
 mendukung anak dan staff pengajaran anak dalam TK dan program
perawatan anak
 membuat keberhasilan transisi masuk ke sekolah.
9. Audiolog
Memberikan tes pendengaran pada anak untuk memastikan mereka dapat
mendengar cukup baik untuk belajar berbicara dan memahami bahasa. Beberapa anak
dengan keterlambatan pertumbuhan tidak bisa menanggapi suara secara konsisten.
Mereka kadang-kadang tidak dapat menunjukkan kepada kita betapa mereka bisa
mendengar. Audiolog memiliki tes khusus untuk mengukur pendengaran anak-anak
tersebut. Jika ketulian terdeteksi, audiolog bekerja dengan spesialis telinga untuk
meningkatkan pendengaran anak. Jika itu tidak mungkin, audiolog akan mengatur alat
bantu dengar untuk dipasang dan memberitahukan orang tua dalam penggunaannya.
Semua profesi ini dapat membantu keluarga untuk mengembangkan keterampilan
yang dianjurkan. Namun, orang tua dapat memilih sumber anjurannya sendiri untuk
menemani mereka ke pertemuan dan janji untuk memberikan dukungan.
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

e. Skdi GDD 4, 1

f. Etiologi CP 1, 4
Palsi serebral adalah penyakit dengan berbagai macam penyebab. Hal-hal yang
diperkirakan sebagai penyebab palsi serebral adalah sebagai berikut:
1. Prenatal
Penyebab utama palsi serebral pada periode ini adalah malformasi otak kongenital.
Sedangkan penyebab lainnya adalah: infeksi intrauterin (infeksi Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes virus dan sifilis), trauma, asfiksiaintrauterin (abrupsio
plasenta, plasenta previa, anoksia maternal, kelainan umbilikus, perdarahan plasenta,
ibu hipertensi, dan lain- lain), toksemia gravidarum, maternal seizure disorder, dan
sangat jarang yaitu faktor genetik, kelainan kromosom.
2. Perinatal
Penyebab palsi serebral dalam periode ini antara lain: anoksia / hipoksia yang
dialami bayi selama proses kelahiran, trauma (disproporsi sefalopelvik, sectio
caesaria), prematuritas, dan hiperbilirubinemia. Ikterus berat dan tidak diterapi dapat
merusak sel otak secara permanen.
3. Postnatal
Penyebab palsi serebral dalam periode ini antara lain trauma kepala, infeksi
(meningitis / ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan), anoksia, dan luka
parut pada otak setelah operasi.

g. Pemeriksaan penunjang CP 4, 1
1) Pemeriksaan neuroradiologik
Pemeriksaan khusus neuroradiologi untuk mencari kemungkinan penyebab cerebral
palsy perlu dikerjakan, salah satu pemeriksaan yaitu dengan melakukan CT-Scan
kepala, CT-Scan kepala yaitu pemeriksaan imaging untuk mengetahui struktur
jaringan otak selain itu juga dapat menjabarkan area otak yang kurang berkembang,
kista abnormal ataupun kelainan lainnya.
MRI merupakan tehnik imaging yang canggih, dimana menghasilkan gambar yang
lebih baik dalam hal struktus atau area abnormal dengan lokasi lekat dengan tulang.
Neuroimaging direkomendasikan dalam evaluasi anak cerebral palsy jika etiologi
tidak dapat ditemukan.
2) Pemeriksaan lainnya
Dalam hal ini pun perlu adanya pemeriksaan lainnya, dimana yang
mempertimbangkan kondisi lain yang berhubungan dengan cerebral palsy. Beberapa
dokter mengatakan bahwa terdapat penyakit kejang maka harus dilakukan EEG,
Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

dimana dapat membantu untuk melihat aktivitas elektrik otak dan akan menunjukkan
penyakit kejang tersebut. Identifikasi kelainan penyerta sangat penting sehingga
diagnosis dini akan lebih mudah ditegakkan. Banyak kondisi diatas dapat diperbaiki
dengan terapi spesifik sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup penderita cerebral
palsy.
3) Pemeriksaan pendengaran (untuk menetukan status pendengaran)
4) Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan)
5) Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes
6) Analisa kromosom

Daftar Pustaka

Fitriadi, Yogi. 2014. PALSI SEREBRAL. From :


http://eprints.undip.ac.id/44903/3/YogiFitriadi_22010110130153_Bab2KTI.pd
f (26 Maret 2018)
Marcdante, K. J., Kliegman, R. M., Jenson, H. B. & Behrman, R. E., 2014. Nelson
Ilmu Kesehatan Anak Esensial. 6 ed. Singapore: Elsevier.
Marnoto, Budining Wirasatari. 2013. PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI
BARU LAHIR. From: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-susu-
formula-pada-bayi-baru-lahir (27 Maret 2018)

Pribadi, Sidik. 2017. Global Development Delay. From:


https://www.scribd.com/document/360754973/GDD (27 Maret 2018)

Rodiyah, R. 2012 Pengetahuan Cerebral Palsy. From: http://etheses.uin-


malang.ac.id/2241/5/08410114_Bab_2.pdf (27 Maret 2018)
Soetjiningsih, Ranu, IG. N. G. 2012. Tumbuh Kembang Anak. 2 ed. Jakarta : EGC
Tjandrajani, A., et all. 2012. Keluhan Utama pada Keterlambatan Perkembangan
Umum Di Klinik Khusus Tumbuh Kembang RSAB Harapan Kita. From:
https://www.scribd.com/document/98024754/Global-Developmental-Delay
(27 Maret 2018)

resusitasi neonatus http://digilib.unila.ac.id/2415/9/BAB%20II.pdf


Melina Indah Sari | 04011181520025 | Alpha 2015

Anda mungkin juga menyukai