Dokumen - Tips - Tutorian Skenario B Blok 16
Dokumen - Tips - Tutorian Skenario B Blok 16
04011181320027
PSPD A 2013
1. Hubungan jenis kelamin dan usia terhadap kasus ? Moulya, sakinah
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi
frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang
ditemukan pada usia dibawah 1 tahun. Insedensi meningkat dan mencapai
puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa nak-
anak dan kehidupan dewasa. Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu
dewasa yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara
berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan
tembakau.
Mula-mula lihat bentuk dan keadaan telinga (pre & post aurikula)
Gambar
2.11.
Anatomi
faring
dan
struktur
sekitarnya
2.3.1.5 Orofaring
Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan kebelakang
adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat dirongga orofaring adalah dinding
posterior faring, tonsil palatina fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula,
tonsil lingual dan foramen sekum.9
a. Dinding Posterior Faring
Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang
akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot bagian tersebut.
Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan
dengan gangguan n.vagus.9
b. Fosa tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya
adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole)
terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fossa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat
jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Fosa
tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring dan disebu kapsul
yang sebenar- benarnya bukan merupakan kapsul yang sebena-benarnya.9
c. Tonsil
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan
ikat dengan kriptus didalamnya.9
Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil
lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil
palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas
tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang
kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah.9
Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang
disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi
kriptus. Di dalam kriptus biasanya biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang
terlepas, bakteri dan sisa makanan.9
Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul
tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi
pada tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina ascendens,
cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal.9
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum
pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-
kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat
penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.9
Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan dan
dapat meluas keatas pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.9
2.3.1.6 Laringofaring (hipofaring)9
Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula
epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan
pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis (muara glotis bagian medial dan
lateral terdapat ruangan) dan ke esofagus, nervus laring superior berjalan dibawah dasar
sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Sinus piriformis terletak di antara lipatan
ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas anteriornya adalah laring, batas inferior adalah
esofagus serta batas posterior adalah vertebra servikal. Lebih ke bawah lagi terdapat otot-
otot dari lamina krikoid dan di bawahnya terdapat muara esofagus.
Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak
langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur
pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua
buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum
glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga ³ kantong pil´ ( pill pockets),
sebab pada beberapa orang, kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu.
Dibawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan
perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk infantil (bentuk
omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi
demikian lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung
tampak menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis
ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus
piriformis dan ke esofagus.2 Nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus
piriformis pada tiap sisi laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
anestesia lokal di faring dan laring pada tindakan laringoskopi langsung.
2.3.2 Fisiologi Tenggorokan
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara dan
untuk artikulasi.8
Proses menelan
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan dari mulut ke
faring secara volunter. Tahap kedua, transport makanan melalui faring dan tahap
ketiga, jalannya bolus melalui esofagus, keduanya secara involunter. Langkah yang
sebenarnya adalah: pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga tengah lidah.
Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke orofaring. Otot supra hiod
berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring intrinsik berkontraksi dalam gerakan
seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari lidah bagian
belakang akan mendorong makanan kebawah melalui orofaring, gerakan dibantu oleh
kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus dibawa melalui introitus
esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus
berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan melalui
esofagus dan masuk ke lambung.9
Proses Berbicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan
faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding
belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-
mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama-
sama m.konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli
palatini menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior
faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding
belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring
sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif
m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu
bersamaan.9
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi,
tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat
bersamaan dengan gerakan palatum.9
Pasien datang ke Poli THT RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes pada tanggal 17 Desember
2012 pukul 11.10 WITA. Anamnesis dilakukan pada tanggal 17 Desember pukul 11.20
WITA secara autoanamnesis.
Keluhan Utama : Batuk sejak 1 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit : pasien merasakan batuk sejak 1 hari SMRS. Awalnya
muncul perasaan tidak enak pada daerah tenggorok yang akhirnya menjadi batuk. Batuk
dirasakan tanpa lendir atau batuk kering. Pasien mengeluhkan suara serak sejak 1 hari
SMRS. Suara serak dirasakan setelah pasien merasakan batuk. Pasien juga mengeluhkan
demam sejak 1 hari SMRS. Demam disertai rasa menggigil. Awalnya pasien merasakan
badannya terasa hangat pada sore harinya dan pada pagi harinya panasnya meningkat.
Demam juga dirasakan setelah pasien meminum air es dan makanan yang pedis yang
lama- kelamaan meningkat panasnya. Pasien merasakan kepala terasa berat saat bangun
pagi setelah panas muncul. Kepala terasa berat dirasakan awalnya di belakang kepala
seperti terikat dan makin lama makin memberat. Makan dan minum pasien baik, sakit
menelan (-), sakit pada daerah sendi (+), pilek (-), mual (+), muntah (-) dan
pembengkakan pada leher (+).
Riwayat Penyakit Dahulu : sejak SMA kelas 1 tahun 2008 pasien sering mengalami
gejala seperti ini dan disertai sakit menelan. Pembengkakan pada leher sejak SMA kelas
1. Bengkak tersebut dirasakan hilang timbul. Riwayat alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga : dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala
yang sama dengan pasien.
Riwayat kebiasaan : merokok (-), meminum alkohol (-)
Riwayat Pengobatan Sebelumnya :
obat amoxcicilin, parasetamol dan demacolin saat SMA.
Sebelun berobat ke Poli THT pasien sempat meminum obat demacolin dan
amoxcicilin.
PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal : 17 Desember 2012 pukul 12.30 WITA)
Keadaan Umum : Pasien tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
N : 98x/mnt
S :38oC
RR : 27x/mnt
Kepala : Bentuk normal, rambut tidak mudah dicabut, warna : hitam putih
Kulit : Sianosis (-), Ikterik(-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan
konjungtiva (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung dan tidak langsung (+/+)
Telinga : Deformitas daun telinga (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), discharge
(-/-)
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), tonsil T1/T1, hiperemis (-), uvula
edema (+) hiperemis (+), faringitis hiperemis (+) granulasi(+)
edema (+)
Leher : Pembesaran KGB (+) diderah sub mandibula dengan konsistensi
agak keras , diameter ± 5 cm dan terfiksasi , trakea letak tengah.
Thoraks
Bentuk : Nomal, pelebaran
vena (-), jejas/massa
(-)
Paru-Paru Depan
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis D=S, sela iga melebar (+)
Palpasi : Vocal Fremitus D=S, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Paru-paru Belakang
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis D=S, kelainan tulang belakang
(-).
Palpasi : Vocal Fremitus D=S
Perkusi : Sonor +/+
Nyeri ketok CVA (-/-)
Auskultasi : Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS 7 midklavikula sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS 3 parasternal sinistra
Batas Kanan : ICS 5 parasternum dekstra
Batas Kiri : ICS 3-ICS 7 midklavikula sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : perut agak cembung, pelebaran vena
Auskultasi : Bising Usus Normal (12x/ menit)
Palpasi : nyeri tekan epigastrik(-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
Ballotement (-/-)
Perkusi :Timpani pada seluruh lapangan abdomen
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
Ekstremitas :
◦ Tidak ada deformitas, akral hangat
Indikasi
Gangguan pendengaran
Sumbatan di liang telinga
Kontraindikasi
Ada riwayat gangguan telinga
Pasien tidak kooperatif
Pendengaran pada satu telinga terpengaruh
Rinoskopi
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan rinoskopi anterior dilakukan dengan menggunakan spekulum hidung yg
dimasukkan kedalam kavum nasi. Kemudian struktur kavum nasi dilihat dengan
menundukkan dan menegakkan posisi kepala penerita.
Rinoskopi Posterior
Dilakukan seperti pada pemeriksaan nasofaring dan biasanya sekaligus bersama-sama
pemeriksaannya. Pemeriksaan in lebih sulit dan memerlukan ketrampilan, ketenangan
pasien dan kerjasama pasien.
Menggunakan kaca reflektor dan lampu kepala. Dengan menggunakan spatel, lidah
ditekan kebawah. Pada saat memasukkan kaca reflektor, penderita diminta bernafas dari
mulut, tetapi setelah kaca masuk penderita diminta bernafas dari hidung.
Daftar pustaka:
C. Pemeriksaan Orofaring
Dua per tiga bagian depan lidah ditekan dengan spatula lidah kemudian diperhatikan :
1. Dinding belakang faring : warnanya, licin atau bergranula, sekret ada atau tidak
dan gerakan arkus faring.
2. Tonsil: besar, warna, muara kripti, apakah ada detritus, adakah perlengketan
dengan pilar, ditentukan dengan lidi kapas. Ukuran tonsil adalah sebagai berikut:
- T0: Tonsil sudah diangkat
- T1: Tonsil masih di dalam fossa tonsilaris
- T2: Tonsil sudah melewati pilar posterior belum melewati garis para
median
- T3: Tonsil melewati garis paramedian belum lewat garis median
(pertengahan uvula)
- T4: Tonsil melewati garis median, biasanya pada tumor
3. Mulut :bibir, bukal, palatum, gusi dan gigi geligi
4. Lidah : gerakannya dan apakah ada massa tumor, atau adakah berselaput
5. Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor, kista dan lain-lain.
6. Palpasi kelenjar liur mayor (parotis dan mandibula)
DAFTAR PUSTAKA:
Anonim. Penuntun Skills Lab, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang:
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Lynn S. Bickley. 2012. Bates' Guide to Physical Examination and
History-Taking. Amerika Serikat: Lippincott Williams & Wilkins
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi E, Iskandar N, Jenny Bashiruddin, Ratna Restuti. Faringitis. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.ed 6.2007: 217-219.