Anda di halaman 1dari 18

Ha Sakinah Se

04011181320027
PSPD A 2013
1. Hubungan jenis kelamin dan usia terhadap kasus ? Moulya, sakinah
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi
frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang
ditemukan pada usia dibawah 1 tahun. Insedensi meningkat dan mencapai
puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa nak-
anak dan kehidupan dewasa. Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu
dewasa yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara
berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan
tembakau.

2. Apa pengaruh riwayat penyakit dengan keluhan sekarang ?endy, sakinah


Faringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang berulang-ulang
faringitis akut atau karena iritasi faring akibat merokok. Gejala-gejala yang
dulu seperti tenggorokan kering dan gatal adalah gejala-gejala awal yang
berulang sebelum terjadi faringitis kronis eksaserbasi akut

3. Apa hubungan kebiasaan merokok 5 batang/hari dengan kasus ? emir, sakinah


Merokok dapat merusak silia pada saluran pernapasan yang bertanggung jawab
untuk menyikat keluar benda asing, kotoran, iritasi, dan lender berlebih. Ini
sebabnya bakteri dan virus bisa dengan mudah masuk karena silia telah rusak
akibat merokok 5 batang setiap hari. Kemudian bakteri, virus, iritan dan benda
asing tersebut dapat menyebabkan faringitis secara bertahap menyebabkan
faringitis kronik.

4. Bagaimana cara pemeriksaan otoskopi? fauzik, sakinah


1. Pasien duduk dengan badan sedikit condong ke depan dan kepala lebih tinggi
sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga &
membran timpani.

2. Salam dan informed consent.

3. Inspeksi & palpasi

Mula-mula lihat bentuk dan keadaan telinga (pre & post aurikula)

Apakah ada kelainan congenital


Apakah ada tanda peradangan atau sikatrik bekas operasi
Apakah ada tanda radang, fistel, atau abses retroaurikula
Apakah ada nyeri tekan tragus dan tarik aurikula
Apakah ada nyeri ketok atau tekan daerah mastoid

4. Dilanjutkan dengan pemeriksaan otoskopi


Tarik daun telinga ke atas dan ke belakang sehingga liang telinga lurus dan
mempermudah melihat keadaan liang telinga dan membran timpani
Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk telinga kanan, dan sebaliknya
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
yang dinilai adakah radang pada mukosa seperti furunkel, granulasi, jamur,
korpus alienum, cairan, dan serumen ?

5. Bila CAE bersih, nilai membrane timpani


Apakah utuh atau perforasi
bila utuh nilai apakah ada tanda radang, reflek cahaya, dan adanya
bulging/retraksi
bila perforasi, sebutkan lokasi, jumlah, dan luasnya (sentral, marginal, subtotal,
total)

5. Apa etiologi penyakit pada kasus ? sakinah, fauzik


Faringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang berulang-ulang
faringitis akut atau karena iritasi faring akibat merokok berlebihan dan
penyalahgunaan alkohol, sering konsumsi minuman ataupun makanan yang
panas, dan batuk kronis karena alergi. Faringitis kronis akibat gangguan
pencernaan pada lambung juga mungkin terjadi namun merupakan
penyebab yang jarang ditemukan. Penyebab lain yang tidak termasuk
iritan adalah pemakaian suara berlebihan misalnya pada orator, sinusitis,
rhinitis, inhalasi akibat uap yang merangsang mukosa faring, debu, serta
kebiasaan bernafas melalui mulut karena hidung tersumbat.

6. Apa prognosis penyakit pada kasus ? fira, sakinah


Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik.
P a s i e n d e n g a n f a r i n g i t i s biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.

7. Apa SKDI penyakit pada kasus ? akbar, sakinah


Standar kompetensi: 4A
Dokter harus mampu mendiagnosis, melakukan pentlaksanaan secara mandiri dan
tuntas.

Anatomi dan fisiologi tenggorokan


2.3.1 Anatomi Tenggorokan8
Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra, terdiri
dari faring dan laring. Bagian terpenting dari tenggorokan adalah epiglottis, ini menutup
jika ada makanan dan minuman yang lewat dan menuju esophagus.
Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga mulut terletak
di depan batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah. Bibir dan
pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis oris yang dipersarafi oleh
nervus fasialis. Vermilion berwarna merah karena ditutupi lapisan sel skuamosa. Ruangan
diantara mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris.
Palatum dibentuk oleh dua bagian: premaksila yang berisi gigi seri dan berasal
prosesusnasalis media, dan palatum posterior baik palatum durum dan palatum mole,
dibentuk olehgabungan dari prosesus palatum, oleh karena itu, celah palatum terdapat
garis tengah belakang tetapi dapat terjadi kearah maksila depan.
Lidah dibentuk dari beberapa tonjolan epitel didasar mulut. Lidah bagian depan
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
terutamaberasal dari daerah brankial pertama dan dipersarafi oleh nervus lingualis dengan
cabang kordatimpani dari saraf fasialis yang mempersarafi cita rasa dan sekresi kelenjar
submandibula. Saraf glosofaringeus mempersarafi rasa dari sepertiga lidah bagian
belakang. Otot lidah berasal dari miotom posbrankial yang bermigrasi sepanjang duktus
tiroglosus ke leher. Kelenjar liur tumbuh sebagai kantong dari epitel mulut yang terletak
dekat sebelah depan saraf-saraf penting. Duktus sub mandibularis dilalui oleh saraf
lingualis. Saraf fasialis melekat pada kelenjar parotis.
Faring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut. Faring adalah
suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas
dan sempit dibagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung
ke esophagus setinggivertebra servikalis ke enam. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana,ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui
isthmus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah berhubungan melalui aditus laring
dan kebawah berhubungan dengan esophagus.Panjang dinding posterior faring pada
orang dewasa kurang lebih empat belas centimeter; bagian ini merupakan bagian dinding
faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lender, fasia faringobasiler,
pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring,
orofaring, dan laringofaring (hipofaring).
Pada mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang oksiput inferior,
kemudianbagian depan tulang atas dan sumbu badan, dan vertebra servikalis lain.
Nasofaring membuka kearah depan hidung melalui koana posterior. Superior, adenoid
terletak pada mukosa atap nasofaring. Disamping, muara tuba eustachius kartilaginosa
terdapat didepan lekukan yangdisebut fosa rosenmuller. Otot tensor velipalatini,
merupakan otot yang menegangkan palatum dan membuka tuba eustachius masuk ke
faring melalui ruangan ini.
Orofaring kearah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila faringeal
dalamkapsulnya terletak pada mukosa pada dinding lateral rongga mulut. Didepan
tonsila, arcus faring anterior disusun oleh otot palatoglossus, dan dibelakang dari arkus
faring posterior disusun oleh otot palatofaringeus, otot-otot ini membantu menutupnya
orofaring bagian posterior. Semua dipersarafi oleh pleksus faringeus.
2.3.1.1 Vaskularisasi.8
Berasal dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
berasal daricabang a. Karotis ekstern serta dari cabang a.maksilaris interna yakni cabang
palatine superior.
2.3.1.2 Persarafan8
Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang dari n.vagus, cabang dari n.glosofaringeus
dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus
faring yang ekstensif ini keluar untuk otot-otot faring kecuali m.stilofaringeus yang
dipersarafi langsung oleh cabang n.glossofaringeus.
2.3.1.3 Kelenjar Getah Bening8
Aliran limfe dari dinding faring dapat melalui 3 saluran yaitu superior,media dan
inferior. Saluran limfe superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar
getah bening servikal dalam atas. Saluran limfe media mengalir ke kelenjar getah bening
jugulodigastrik dan kelenjar getah bening servikal dalam atas, sedangkan saluran limfe
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.
Berdasarkan letak, faring dibagi atas:
2.3.1.4. Nasofaring
Berhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid, jaringan
limfoid pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang disebut fosa rosenmuller,
kantong rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus
tubarius, suatu refleksi mukosa faring diatas penonjolan kartilago tuba eustachius, konka
foramen jugulare, yang dilalui oleh nervus glosofaring, nervus vagus dan nervus
asesorius spinal saraf kranial dan vena jugularis interna bagian petrosus os.tempolaris dan
foramen laserum dan muara tuba eustachius. 9

Gambar
2.11.
Anatomi
faring
dan
struktur

sekitarnya
2.3.1.5 Orofaring
Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan kebelakang
adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat dirongga orofaring adalah dinding
posterior faring, tonsil palatina fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula,
tonsil lingual dan foramen sekum.9
a. Dinding Posterior Faring
Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang
akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot bagian tersebut.
Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan
dengan gangguan n.vagus.9
b. Fosa tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya
adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole)
terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fossa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat
jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Fosa
tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring dan disebu kapsul
yang sebenar- benarnya bukan merupakan kapsul yang sebena-benarnya.9
c. Tonsil
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan
ikat dengan kriptus didalamnya.9
Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil
lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil
palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas
tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang
kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah.9
Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang
disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi
kriptus. Di dalam kriptus biasanya biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang
terlepas, bakteri dan sisa makanan.9
Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul
tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi
pada tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina ascendens,
cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal.9
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum
pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-
kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat
penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.9
Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan dan
dapat meluas keatas pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.9
2.3.1.6 Laringofaring (hipofaring)9
Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula
epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan
pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis (muara glotis bagian medial dan
lateral terdapat ruangan) dan ke esofagus, nervus laring superior berjalan dibawah dasar
sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Sinus piriformis terletak di antara lipatan
ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas anteriornya adalah laring, batas inferior adalah
esofagus serta batas posterior adalah vertebra servikal. Lebih ke bawah lagi terdapat otot-
otot dari lamina krikoid dan di bawahnya terdapat muara esofagus.
Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak
langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur
pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua
buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum
glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga ³ kantong pil´ ( pill pockets),
sebab pada beberapa orang, kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu.
Dibawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan
perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk infantil (bentuk
omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi
demikian lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung
tampak menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis
ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus
piriformis dan ke esofagus.2 Nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus
piriformis pada tiap sisi laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
anestesia lokal di faring dan laring pada tindakan laringoskopi langsung.
2.3.2 Fisiologi Tenggorokan
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara dan
untuk artikulasi.8
 Proses menelan
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan dari mulut ke
faring secara volunter. Tahap kedua, transport makanan melalui faring dan tahap
ketiga, jalannya bolus melalui esofagus, keduanya secara involunter. Langkah yang
sebenarnya adalah: pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga tengah lidah.
Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke orofaring. Otot supra hiod
berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring intrinsik berkontraksi dalam gerakan
seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari lidah bagian
belakang akan mendorong makanan kebawah melalui orofaring, gerakan dibantu oleh
kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus dibawa melalui introitus
esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus
berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan melalui
esofagus dan masuk ke lambung.9
 Proses Berbicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan
faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding
belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-
mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama-
sama m.konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli
palatini menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior
faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding
belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring
sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif
m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu
bersamaan.9
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi,
tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat
bersamaan dengan gerakan palatum.9

FARINGITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT (J31.2)

Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena


faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi
virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia
ini viral faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau
sekolah.
National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan ± 2 0 0 k u n j u n g a n k e
dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena
v i r a l faringitis. Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat
disebabkan akibat infeksi m a u p u n n o n i n f e k s i . F a r i n g i t i s d a p a t m e n u l a r
m e l a l u i droplet infection d a r i o r a n g y a n g menderita faringitis.
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
Faktor risiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya
daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang
berlebihan.
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma dan toksin. Virus dan bakteri
melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi
bakteri grup A Streptococcus hemolitikus banyak menyerang anak usia sekolah
dan orang dewasa. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah.

Faring merupakan sebuah bangunan berbentuk pipa yang


menghubungkan bagian belakang hidung dan rongga mulut dengan pintu masuk
laring dan introitus-esofagus. Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring,
orofaring, dan hipofaring. Faringitis kronis adalah kondisi inflamasi dalam waktu
yang lama pada mukosa faring dan jaringan sekitarnya. Faringitis kronis terbagi
menjadi faringitis kronis hiperplastik (granular) dan faringitis kronis atropi atau
kataralis.
Etiologi
Faringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang berulang-ulang
faringitis akut atau karena iritasi faring akibat merokok berlebihan dan
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
penyalahgunaan alkohol, sering konsumsi minuman ataupun makanan yang panas,
dan batuk kronis karena alergi. Faringitis kronis akibat gangguan pencernaan pada
lambung juga mungkin terjadi namun merupakan penyebab yang jarang
ditemukan. Penyebab lain yang tidak termasuk iritan adalah pemakaian suara
berlebihan misalnya pada orator, sinusitis, rhinitis, inhalasi akibat uap yang
merangsang mukosa faring, debu, serta kebiasaan bernafas melalui mulut
karena hidung tersumbat.
Patogenesis
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsungmenginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal.
Kuman menginfiltrasi lapisane p i t e l , k e m u d i a n b i l a e p i t e l t e r k i k i s
maka jaringan limfoid superfisial bereaksi,
t e r j a d i pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Pada stadium awal terdapathiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat.
Eksudat mula-mula serosa tapi menjadimenebal dan kemudian cendrung menjadi
kering dan dapat melekat pada dinding faring. Denganh i p e r e m i , p e m b u l u h d a r a h
d i n d i n g f a r i n g m e n j a d i l e b a r. B e n t u k s u m b a t a n y a n g b e r w a r n a kuning,
putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak
bahwa folikellimfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau
terletak lebih ke lateral, menjadim e r a d a n g d a n m e m b e n g k a k . V i r u s -
v i r u s s e p e r t i Rhinovirus dan Corona virusdapatmenyebabkan iritasi sekunder pada
mukosa faring akibat sekresi nasal. Infeksi streptococcal memiliki karakteristik
khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karenafragmen M protein dari Group
A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan
dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain
itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus
terganggu akibatterbentuknya kompleks antigen-antibodi.
Klasifikasi Faringitis
1. Faringitis akut
a. Faringitis viral
Disebabkan oleh rinovirus yang dapat menimbulkan gejala rhinitis dan
beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis. Gejalanya
berupa demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan.
Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.
b.Faringitis bakterial
Infeksi grup A Streptokokus B hemolitikus merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Pasien
mengalami nyeri kepala, muntah, kadang-kadang demam dengan suhu
yang tinggi. Pada pemeriksaan tampak tonsil memebesar, faring dan
tonsil hiperemis. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal, dan
nyeri tekan.
Terdapat dua bentuk faringitis kronis yaitu :
1. Faringitis kronis hiperplastik
2. Faringitis kronis atrofi
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
a. Faringitis kronis hiperplastik
Faktor predisposisi :
- Rinitis kronis dan sinusitis
-Inflasi kronik yang dialami perokok dan peminum alkohol
- Inhalasi uap yang merangsang
-Infeksi
-Daerah berdebu
-Kebiasaan bernafas melalui mulut
Manifestasi klinis :
-Rasa gatal, kering dan berlendir yang sukar dikeluarkan dari tenggorokan
-Batuk serta perasaan mengganjal di tenggorokan
Pemeriksaan fisik :
-Penebalan mukosa di dinding posterior faring
-Hipertrofi kelenjar limfe di bawah mukosa
-Mukosa dinding faring posterior tidak rata (granuler)
-Lateral band menebal
Penatalaksanaan :
-Dicari dan diobati penyakit kronis di hidung dan sinus paranasal
-Local dapat dilakukan kaustik dengan zat kimia (nitras argenti, albothyl) atau
dengan listrik (elektrokauter)
-Sebagai simptomatik diberikan obat kumur atau isap, obat batuk (antitusif
atauekspektoran).
b. Faringitis kronis atrofi
Adalah faringitis yang timbul akibat rangsangan dan infeksi pada laring karena
terjadi rhinitis atrofi, sehingga udara pernafasan tidak diatur suhu dan
kelembabannya sehingga menimbulkan rangsangan infeksi pada faring.
Manifestasi klinis :
-Tenggorokan terasa kering dan tebal
-Mulut berbau
Pemeriksaan fisik :
Pada mukosa faring terdapat lendir yang melekat, dan bila lendir itu diangkat
akantampak mukosa dibawahnya kering.
Penatalaksanaan :
Terapi sama dengan rhinitis atrofi, ditambah obat kumur, obat simtomatik dan
menjaga hygiene mulut.
Gejala Klinis
Gejala umum yang sering ditemukan ialah:
- Gatal dan kering pada tenggorokkan
- Suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0 C
- Rasa lesu dan nyeri disendi
- Tidak nafsu makan (anoreksia)
- Rasa nyeri ditelinga (otalgia)
- Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak
- Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,dan menjadi kering, gambaran seperti
kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus.
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
- Jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak
Diagnosis :
Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang
cermat dan dilakukan pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi
tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher. Pada faringitis dapat dijumpai faring
yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar getah
bening di leher.
Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam
p e n e g a k k a n d i a g n o s a antara lain yaitu :
- pemeriksaan darah lengkap
-GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri
streptococcusgroup A
-Throat culture
Namun pada umumnya peran diagnostik pada laboratorium dan radiologi terbatas.
Penatalaksanaan
Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum yang cukup dan
berkumur dengan air yang hangat. Analgetika diberikan jika perlu. Antivirus
metisoprinol (isoprenosine)diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan
dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6kali pemberian/hari pada orang dewasa dan
pada anak <5tahun diberikan 50mg/kgBb dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.
Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya
streptococcus group Ad i b e r i k a n a n t i b i o t i k y a i t u P e n i c i l l i n G
B e n z a t i n 5 0 . 0 0 0 U / k g B B / I M d o s i s t u n g g a l a t a u amoksisilin
50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa
3 x 5 0 0 m g selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik juga
diberikan kortikosteroid karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis karena dapat
menekan reaksi inflamasi. Steroid y a n g d a p a t d i b e r i k a n b e r u p a d e k s a m e t a s o n
8 - 1 6 m g / I M s e k a l i d a n p a d a a n a k - a n a k 0 , 0 8 - 0 , 3 mg/kgBB/IM sekali. dan
pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat diberikan analgetik, antipiretik dan
dianjurkan pasien untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air hangat
atau antiseptik.
Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan
melakukan kaustik f a r i n g d e n g a n m e m a k a i z a t k i m i a l a r u t a n n i t r a s
a rg e n t i a t a u d e n g a n l i s t r i k ( electro cauter ). Pengobatan simptomatis
diberikan obat kumur, jika diperlukan dapat diberikann obat batuk antitusif
atau ekspetoran. Penyakit pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis
kronik atrofi pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik
atrofi hanyaditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan
mulut.
Prognosis
Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien
d e n g a n f a r i n g i t i s biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.
Komplikasi
Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis,
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapat
terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam
rematik akut. Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun
hematogenik.

Pasien datang ke Poli THT RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes pada tanggal 17 Desember
2012 pukul 11.10 WITA. Anamnesis dilakukan pada tanggal 17 Desember pukul 11.20
WITA secara autoanamnesis.
Keluhan Utama : Batuk sejak 1 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit : pasien merasakan batuk sejak 1 hari SMRS. Awalnya
muncul perasaan tidak enak pada daerah tenggorok yang akhirnya menjadi batuk. Batuk
dirasakan tanpa lendir atau batuk kering. Pasien mengeluhkan suara serak sejak 1 hari
SMRS. Suara serak dirasakan setelah pasien merasakan batuk. Pasien juga mengeluhkan
demam sejak 1 hari SMRS. Demam disertai rasa menggigil. Awalnya pasien merasakan
badannya terasa hangat pada sore harinya dan pada pagi harinya panasnya meningkat.
Demam juga dirasakan setelah pasien meminum air es dan makanan yang pedis yang
lama- kelamaan meningkat panasnya. Pasien merasakan kepala terasa berat saat bangun
pagi setelah panas muncul. Kepala terasa berat dirasakan awalnya di belakang kepala
seperti terikat dan makin lama makin memberat. Makan dan minum pasien baik, sakit
menelan (-), sakit pada daerah sendi (+), pilek (-), mual (+), muntah (-) dan
pembengkakan pada leher (+).
Riwayat Penyakit Dahulu : sejak SMA kelas 1 tahun 2008 pasien sering mengalami
gejala seperti ini dan disertai sakit menelan. Pembengkakan pada leher sejak SMA kelas
1. Bengkak tersebut dirasakan hilang timbul. Riwayat alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga : dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala
yang sama dengan pasien.
Riwayat kebiasaan : merokok (-), meminum alkohol (-)
Riwayat Pengobatan Sebelumnya :
 obat amoxcicilin, parasetamol dan demacolin saat SMA.
 Sebelun berobat ke Poli THT pasien sempat meminum obat demacolin dan
amoxcicilin.
PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal : 17 Desember 2012 pukul 12.30 WITA)
Keadaan Umum : Pasien tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
N : 98x/mnt
S :38oC
RR : 27x/mnt
Kepala : Bentuk normal, rambut tidak mudah dicabut, warna : hitam putih
Kulit : Sianosis (-), Ikterik(-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan
konjungtiva (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung dan tidak langsung (+/+)
Telinga : Deformitas daun telinga (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), discharge
(-/-)
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), tonsil T1/T1, hiperemis (-), uvula
edema (+) hiperemis (+), faringitis hiperemis (+) granulasi(+)
edema (+)
Leher : Pembesaran KGB (+) diderah sub mandibula dengan konsistensi
agak keras , diameter ± 5 cm dan terfiksasi , trakea letak tengah.

Thoraks
Bentuk : Nomal, pelebaran
vena (-), jejas/massa
(-)
 Paru-Paru Depan
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis D=S, sela iga melebar (+)
Palpasi : Vocal Fremitus D=S, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
 Paru-paru Belakang
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis D=S, kelainan tulang belakang
(-).
Palpasi : Vocal Fremitus D=S
Perkusi : Sonor +/+
Nyeri ketok CVA (-/-)
Auskultasi : Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
 Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS 7 midklavikula sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS 3 parasternal sinistra
Batas Kanan : ICS 5 parasternum dekstra
Batas Kiri : ICS 3-ICS 7 midklavikula sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, tunggal, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : perut agak cembung, pelebaran vena
Auskultasi : Bising Usus Normal (12x/ menit)
Palpasi : nyeri tekan epigastrik(-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
Ballotement (-/-)
Perkusi :Timpani pada seluruh lapangan abdomen
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
Ekstremitas :
◦ Tidak ada deformitas, akral hangat

Diagnosis Kerja : J31.2 Chronic Pharyngitis ( Eksaserbasi Akut).


Pengobatan : Zycin 1X1
Cotridex 3X1
Asam Mefenamat 500mg 3X1
Faringitis
Faringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang berulang-ulang
faringitis akut atau karena iritasi faring akibat merokok berlebihan dan
penyalahgunaan alkohol, sering konsumsi minuman ataupun makanan yang panas,
dan batuk kronis karena alergi. Faringitis kronis akibat gangguan pencernaan pada
lambung juga mungkin terjadi namun merupakan penyebab yang jarang
ditemukan. Penyebab lain yang tidak termasuk iritan adalah pemakaian suara
berlebihan misalnya pada orator, sinusitis, rhinitis, inhalasi akibat uap yang
merangsang mukosa faring, debu, serta kebiasaan bernafas melalui mulut
karena hidung tersumbat.
Pada pasien penyebab terjadinya faringitis kronik adalah memakan
makanan yang dingin dan pedis. Riwayat minum alkohol (-) dan meroko (-).
Gejala umum yang sering ditemukan pada faringitis ialah:
1. Gatal dan kering pada tenggorokkan,
2. Suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0 c,
3. Rasa lesu dan nyeri disendi,
4. Tidak nafsu makan (anoreksia),
5. Rasa nyeri ditelinga (otalgia),
6. Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak,
7. jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak
Pada pasien ditemukan sesuai dengan gejala pada teori diatas yaitu:
batuk, demam, kepala terasa berat, suara serak, nyeri sendi dan bengkak pada
leher .
Pada pemeriksaan ditemukan penebalan mukosa di dinding posterior faring,
hipertrofi kelenjar limfe di bawah mukosa, mukosa dinding faring posterior tidak
rata (granuler), lateral band menebal. Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan
adanya faring yang hiperemis, bergranular, edema serta uvula yang hiperemis
dan edema yang sesuai dengan pemeriksaan faringitis kronik.
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam
p e n e g a k k a n d i a g n o s a antara lain yaitu :
- pemeriksaan darah lengkap
-GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri
streptococcusgroup A
-Throat culture
Namun pada umumnya peran diagnostik pada laboratorium dan radiologi terbatas.
Namun pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya
streptococcus group Ad i b e r i k a n a n t i b i o t i k y a i t u P e n i c i l l i n G
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
B e n z a t i n 5 0 . 0 0 0 U / k g B B / I M d o s i s t u n g g a l a t a u amoksisilin
50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa
3 x 5 0 0 m g selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik juga
diberikan kortikosteroid karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis karena dapat
menekan reaksi inflamasi. Steroid y a n g d a p a t d i b e r i k a n b e r u p a d e k s a m e t a s o n
8 - 1 6 m g / I M s e k a l i d a n p a d a a n a k - a n a k 0 , 0 8 - 0 , 3 mg/kgBB/IM sekali. dan
pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat diberikan analgetik, antipiretik dan
dianjurkan pasien untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air hangat
atau antiseptik.
Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan
melakukan kaustik f a r i n g d e n g a n m e m a k a i z a t k i m i a l a r u t a n n i t r a s
a rg e n t i a t a u d e n g a n l i s t r i k ( electro cauter ). Pengobatan simptomatis
diberikan obat kumur, jika diperlukan dapat diberikann obat batuk antitusif
atau ekspetoran. Penyakit pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis
kronik atrofi pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik
atrofi hanyaditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan
mulut.
Pengobatan pada pasien juga sesuai dengan pengobatan pada faringitis
akut dan faringitis kronik yaitu Zycin 1X1 sebagai antibiotiknya, Asam Mefenamat
500mg 3X1 diberikan untuk nyeri sendi, Cortidex 3X1 diberikan sebagai
antiedema dan antiperadangan. Pasien juga diberikan informasi untuk
menghindari faktor pencetusnya yaitu menghindari makanan yang berminyak
dan pedis, makanan atau minuman yang dingin, dan makanan yang berlemak.

Otoskopi, rinoskopi, Orofaring


Otoskopi
Otoskopi adalah pemeriksaan telinga dengan menggunakan otoskop, terutama untuk
melihat gendang telinga. Pada otoskopi didapatkan gambaran membran timpani sebagai
berikut:
 Membran timpani hiperemi
 Posisi membran timpani berubah menjadi retraksi (tertarik ke medial) dengan
tanda seperti brevis lebih menonjol, tampak lebih cekung, manubrium malei
tampak lebih horizontal dan pendek, plika anterior tidak tampak lagi dan refleks
cahaya hilang atau berubah.
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
 Kadang tampak adanya air fluid level (gambaran cairan yang berbatas tegas
dengan udara di kavum timpani) dan (air bubles) gelembung udara bercampur
dengan cairan di dalam kavumtimpani.

Indikasi
 Gangguan pendengaran
 Sumbatan di liang telinga
Kontraindikasi
 Ada riwayat gangguan telinga
 Pasien tidak kooperatif
 Pendengaran pada satu telinga terpengaruh

Rinoskopi
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan rinoskopi anterior dilakukan dengan menggunakan spekulum hidung yg
dimasukkan kedalam kavum nasi. Kemudian struktur kavum nasi dilihat dengan
menundukkan dan menegakkan posisi kepala penerita.

Yang dilihat adalah :


1. Konka inferior nasi
2. Vestibulum
3. Meatus inferior
4. Meatus Media
5. Konka media
6. Septum nasi dan
7. Apakah ada tumor atau tanda-tanda radang

Rinoskopi Posterior
Dilakukan seperti pada pemeriksaan nasofaring dan biasanya sekaligus bersama-sama
pemeriksaannya. Pemeriksaan in lebih sulit dan memerlukan ketrampilan, ketenangan
pasien dan kerjasama pasien.
Menggunakan kaca reflektor dan lampu kepala. Dengan menggunakan spatel, lidah
ditekan kebawah. Pada saat memasukkan kaca reflektor, penderita diminta bernafas dari
mulut, tetapi setelah kaca masuk penderita diminta bernafas dari hidung.

Yang perlu diperhatikan adalah :


1. Bagaimana keadaan koana
2. Septum nasi
3. Konka nasalis media dan superior
4. Adakah sekret atau postnasal drip
5. Adakah masa tumor
6. Bagaimana keadaan fossa Rossenmuller
7. Bagaimana keadaan muara tuba eustachi dan
8. Pada anak kecil perhatikan keadaan adenoidnya.
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
Indikasi
 Gangguan mukosa hidung
 Gangguan septum rongga hidung
Kontraindikasi
 Perdarahan
 Pasien tidak kooperatif

Daftar pustaka:

Mangunkusumo E, Soetjipto D. Dalam buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung


tenggorok kepala dan leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007

A. Pemeriksaan Rinoskopi Anterior


Pasien duduk menghadap pemeriksa. Spekulum hidung dipegang dengan tangan kiri
(right handed), arah horizontal, dengan jari telunjuk ditempelkan pada dorsum nasi.
Tangan kanan untuk mengatur posisi kepala. Spekulum dimasukkan ke dalam rongga
hidung dalam posisi tertutup, dan dikeluarkan dalam posisi terbuka. Saat
pemeriksaandiperhatikan keadaan :
- Rongga hidung, luasnya lapang/sempit( dikatakan lapang kalau dapat
dilihat pergerakan palatum mole bila pasien disuruh menelan) , adanya
sekret, lokasi serta asal sekret tersebut.
- Konka inferior, konka media dan konka superior warnanya merah muda
(normal), pucat atau hiperemis. Besarnya, eutrofi, atrofi, edema atau
hipertrofi.
- Septum nasi cukup lurus, deviasi, krista dan spina. Jika terdapat sekret
kental yang keluar daridaerah antara konka media dan konka inferior
kemungkinan sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid
anterior, sedangkan sekret yang terdapat di meatus superior berarti sekret
berasal dari sinus etmoid posterior atau sinus sphenoid.
- Massa dalam rongga hidung, seperti polip atau tumor perlu diperhatikan
keberadaannya.
- Asal perdarahan di rongga hidung, krusta yang bau dan lain-lain perlu
diperhatikan.

B. Pemeriksaan Rinoskopi Posterior


Untuk pemeriksaan ini dipakai kaca tenggorok. Kaca ini dipanaskan dulu dengan lampu
spritus atau dengan merendamkannya di air panas supaya kaca tidak menjadi kabur oleh
nafas pasien. Sebelum dipakai harus diuji dulu pada punggung tangan pemeriksa apakah
tidak terlalu panas.
Lidah pasien ditekan dengan spatula lidah, pasien bernafas melalui mulut kemudian kaca
tenggorok dimasukkan ke belakang uvula dengan arah kaca ke atas. Setelah itu pasien
diminta bernafas melalui hidung. Perlu diperhatikan kaca tidak boleh menyentuh dinding
posterior faring supaya pasien tidak terangsang untuk muntah. Sinar lampu kepala
diarahkan ke kaca tenggorok dan diperhatikan :
Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
- septum nasi bagian belakang
- nares posterior (choana)
- sekret di dinding belakang faring (post nasal drip)
- dengan memutar kaca tenggorok lebih ke lateral maka tampak konka
superior, konka media dan konka inferior.
- pada pemeriksaan rinoskopi posterior dapat dilihat nasopharing,
perhatikan muara tuba, torus tubarius dan fossa rossen muller.

C. Pemeriksaan Orofaring
Dua per tiga bagian depan lidah ditekan dengan spatula lidah kemudian diperhatikan :
1. Dinding belakang faring : warnanya, licin atau bergranula, sekret ada atau tidak
dan gerakan arkus faring.
2. Tonsil: besar, warna, muara kripti, apakah ada detritus, adakah perlengketan
dengan pilar, ditentukan dengan lidi kapas. Ukuran tonsil adalah sebagai berikut:
- T0: Tonsil sudah diangkat
- T1: Tonsil masih di dalam fossa tonsilaris
- T2: Tonsil sudah melewati pilar posterior belum melewati garis para
median
- T3: Tonsil melewati garis paramedian belum lewat garis median
(pertengahan uvula)
- T4: Tonsil melewati garis median, biasanya pada tumor
3. Mulut :bibir, bukal, palatum, gusi dan gigi geligi
4. Lidah : gerakannya dan apakah ada massa tumor, atau adakah berselaput
5. Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor, kista dan lain-lain.
6. Palpasi kelenjar liur mayor (parotis dan mandibula)

DAFTAR PUSTAKA:
Anonim. Penuntun Skills Lab, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang:
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Lynn S. Bickley. 2012. Bates' Guide to Physical Examination and
History-Taking. Amerika Serikat: Lippincott Williams & Wilkins

DAFTAR PUSTAKA

Ifan. Faringitis Kronik. Diakses Dari


http://ifan050285.wordpress.com/2010/02/12/faringitis-kronik/ ( diunduh tanggal 20-12-
2012 jam 18.00 WITA)

Sudibio. Faringitis. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/47800396/faringitis


(diunduh tanggal 20-12-2012 jam 18.00 WITA).

Saraswati D. Faringitis Gerd. Diakses dari


Ha Sakinah Se
04011181320027
PSPD A 2013
http://www.scribd.com/doc/49624473/faringitis-gerd ( diunduh tanggal 20-12-2012 jam
18.00 WITA)

Soepardi E, Iskandar N, Jenny Bashiruddin, Ratna Restuti. Faringitis. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.ed 6.2007: 217-219.

Prof.Dr.Iskandar N, editors. Faringitis. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok Hidung


Telinga.ed 12.2010: 176-185.

Soetirto Indro,Bashiruddin Jenny,Bramantyo Brastho,Gangguan pendengaran Akibat


Obat ototoksik,Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga ,Hidung ,Tenggorok Kepala &
Leher.Edisi IV.Penerbit FK-UI,jakarta 2007,halaman 9-15,53-56.

Anatomi fisiologi telinga. Available from : http://arispurnomo.com/anatomi-fisiologi-


telinga

Telinga : Pendengaran dan sistem vestibular. Available from :


http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://webschoolsolutions.com/patts/systems/ear.htm

Adams,G.L.1997.Obat-obatan ototoksik.Dalam:Boies,Buku Ajar Penyakit


THT,hal.129.EGC,Jakarta.
1. Andrianto,Petrus.1986.Penyakit Telinga,Hidung dan Tenggorokan,75-
76.EGC,Jakarta
2. Anatomi dan fisiologi hidung. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21283/4/Chapter%20II.pdf
3. Anatomi dan fisiologi system pernapasan. Available from :
http://fraxawant.wordpress.com/2008/07/16/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
pernapasan/
4. Difteri. Available from http://www.scribd.com/doc/44244704/Refrat-Difteri-
Sari

Difteri tonsil. Available from http://www.scribd.com/doc/36494895/difteri-tonsil

Anda mungkin juga menyukai