Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini masih banyak sekali pemuda-pemudi yang kurang memahami
makna dari seorang warga negara. Tidak hanya itu saja, bahkan tidak mengetahui apa saja
hak dan kewajiban yang dimilikinya sebagai warga negara. Hal tersebut dikarenakan
masih kurangnya kesadaran dari para generasi muda terhadap statusnya sebagai warga
negara atau kurangnya sikap nasionalisme terhadap negaranya.
Selain itu, banyak warga negara Indonesia yang tidak mengetahui atu masih
kebingungan bagaimana cara orang asing menjadi warga Indonesia, yang realitasnya itu
banyak sekali orang asing yang menjadi warga negara Indonesia, terlebih-lebih pada dunia
sepak bola. Banyak sekali orang asing yang bermain bola di Indonesia yang kemudian
dapat menjadi warga negara Indonesia.
Masyarakat itu bertanya memangnya menjadi warga negara Indonesia itu mudah. Apa
hanya dengan menetap atau berdomisili di Indonesia orang asing dapat menjadi warga
negara Indonesia ataukah ada tahap-tahap tertentu untuk menjadi warga negara Indonesia.
Masyarakat juga bertanya, apakah kami bisa berpindah kewarganegaraan dari
kewarganegaraan Indonesia ke kewarganegaraan asing, seperti halnya yang dilakukan oleh
para pemain bola dari luar negeri yang dapat berubah menjadi kewarganegaraan Indonesia.
Contohnya, beberapa tahun yang lalu di Indonesia sering sekali melakukan
naturalisasi pemain sepak bola. Sebenarnya apa devinisi naturalisasi itu? Apakah dengan
naturalisasi itu seseorang yang berkewarganegaraan asing bisa menjadi
berkewarganegaraan Indonesia?

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari warga negara dan kewarganegaraan (Indonesia) ?
2. Apa saja asas kewarganegaraann itu ?
3. Apa saja unsur kewarganegaraan itu ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari warga negara dan kewarganegaraan (Indonesia)
2. Mengetahui asas-asas kewarganegaraan
3. Mengetahui unsur-unsur kewarganegaraan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Warga Negara dan Kewarganegaraan Indonesia


1. Warga Negara Indonesia
Warga negara Indonesia diatur oleh Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 26
menyatakan “warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan
undang-undang sebagai warga negara.” Di dalam penjelasannya UUD 1945 pasal 26
ini, dinyatakan bahwa orang-orang bangsa lain, misalnya orang peranakan Belanda,
peranakan Cina, peranakan Arab, dan lain-lain yang bertempat tinggal di Indonesia,
mengakui Indonesia sebagai Tanah Airnya dan bersikap setia kepada Negara Republik
Indonesia dapat menjadi warga negara. Di dalam pasal ini juga dijelaskan tentang
ketentuan siapa-siapa saja yang menjadi warga negara Indonesia, yaitu:[1]

1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara.
2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
indonesia.
3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

Jadi, berdasarkan hal di atas, bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah
orang-orang Indonesia asli, orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang menjadi warga negara.
Penduduk Indonesia terdiri atas dua, yaitu warga negara dan orang asing. Hal ini di
dasarkan pada UUD 1945 pasal 26 ayat 2. Sebelumnya penduduk Indonesia terbagi
menjadi tiga golongan, yaitu golongan Eropa, golongan Timur Asing, dan golongan
Bumiputera atau Pribumi.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan ada banyak undang-undang yang mengatur tentang
kewarganegaraan dari mulai UU no.3 tahun 1946 tentang warga negara dan penduduk
negara sampai yang sekarang berlaku yaitu UU no.12 tahun 2006. Perubahan undang-
undang sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang dilakukan karena
menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan supaya tercipta kesejahteraan
rakyatnya.
Menurut Undang-Undang no.12 tahun 2006 yang menjadi warga negara Indonesia
adalah:[2]

a) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan


perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum undang-
undang ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia (WNI).
b) Anak yang yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga
negara Indonsia.
c) Anak yang yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
Indonesia dan ibu warga negara asing.
d) Anak yang yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
asing dan ibu warga negara Indonesia.

1 Ibid., hlm. 51
2 A. Ubaedillah, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media, 2008), hlm. 91-92
e) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia,
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
f) Anak yang lahir dalam tenggang waktu tiga ratus (300) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia.
g) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia.
h) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin.
i) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
j) Anak yang baru lahir yang di temukan di wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui.
k) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
l) Anak yang lahir di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seoarang ayah dan
ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkuan.
m)Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibu meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Jadi, warga negara Indonesia adalah orang Indonesia asli, dan orang asing yang
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia menjadi warga negara,
yang mengakui negara Indonesia sebagai Tanah Airnya dan setia kepada Indonesia.

2. Kewarganegaraan Indonesia
Istilah kewarganearaan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang menunjukan
hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara.[3] Menurut Peraturan
Penutup Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 Pasal II tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia yang di dalam mennjelasankan bahwa kewarganwgaraan diartikan
segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban
negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun menurut UU
Kewarganegaraaan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang
berhubungan dengan negara.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.[4]
a) Kewarganegaraan dalam Arti Yuridis dan Sosiologis
1) Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat
hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan negara yang
bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum, misalnya akta kelahiran, surat
pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan lain-lain.
2) Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum,
tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib,
ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir dari
penghayatan warga negara yang bersangkuan.

3 Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi,


hlm. 49
4 Ibid., hlm. 40-50
Dalam dunia ini, pasti ada bahkan banyak warga negara yang hanya secara yuridis
saja atau secara sosiologis saja. Jadi, kurang baiklah jika hanya memilih salah satunya
saja. Kita sebagai warga negara yang ideal seharusnya memiliki keduanya, baik secara
yuridis yang merupakan ikatan formal dengan negara maupun secara sosiologis yang
merupakan ikatan emosional dan penghayatan hidupnya dalam negara yang
bersangkutan.

b) Kewaarganegaraan dalam Arti Formil dan Materiil


1) Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukan pada tempat kewarganegaraan.
Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
2) Kewarganegaraan dalam arti materiil menunjuk pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
Dengan memiliki suatu kewarganegaraan seseorang telah terikat oleh hukum dari
negara yang bersangkutan, sehingga ia harus tunduk pada hukum negara tersebut.
Selain itu, ia juga dilindungi oleh negara tersebut dari kekuasaan negara lain dan ia juga
diberi hak dan kewajiban terhadap negara yang bersangkutan.
Jadi, intinya kewarganegaraan merupakan suatu hubungan negara dengan warga
negaranya sehingga terciptalah hubungan timbal balik diantara keduanya. Hubungan
timbal balik tersebut pada warga negaranya berupa hak dan kewajiban warga negara
terhadap negaranya, sedangkan pada negaranya yaitu kewajiban untuk menjamin dan
melindungi warga negaranya tanpa kecuali.

B. Asas Kewarganegaraan
Seseorang dapat dinyatakan sebagai warga negara suatu negara haruslah melalui
ketentuan-ketentuan dari suatu negara. Ketentuan inilah yang menjadi asas atau pedoman
dalam menentukan kewarganegaraan seseorang. Setiap negara memiliki kebebasan dan
kewenangan untuk menentukan asas kewarganegaraannya. Dalam penentuan
kewarganegaraan ada 2 (dua) asas atau pedoman, yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan
kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan.[5] Dalam asas
kewarganegaraan yang berdasarkan kelahiran ada 2 (dua) asas kewarganegaraan yang
digunakan, yaitu ius soli (tempat kelahiran) ius sanguinis (keturunan). Sedangkan dari asas
kewarganegaraan yang berdasarkan perkawinan juga dibagi menjadi 2 (dua), yaitu asas
kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.

1. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran


Ketika SMP dan SMA kita telah mempelajari tentang asas kewarganegaraan, yaitu ius
soli (asas kelahiran) dan ius sanguinis (asas keturunan). Kedua asas ini termasuk dalam
asas kewarganegaraan yang berdasarkan kelahiran.
Ius soli (asas kelahiran) berasal dari latin; ius yang berarti hukum atau pedoman,
sedangkan soli berasal dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau daerah.[6] Jadi,
ius soli adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah
kelahiran seseorang. Jadi, seseorang dapat menjadi warga negara dimana dia dilahirkan.
Contoh negara yang menganut asas kewarganegaran ini, yaitu negara Amerika Serikat,
Brazil, Argentina, Bolivia, Kamboja, Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Dominika,

5 A. Ubaedillah, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm. 74-76
6 Srijanti, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Mengembangkan Etika
Berwarganegara, hlm.75
Ekuador, El Savador, Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras, Jamaika, Lesotho,
Meksiko, Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venuzuela, dan lain-lain.[7]
Ius sanguinis (asas keturunan) juga berasal dari bahasa latin, ius yang berarti hukum
atau pedoman, sedangkan sanguinis dari kata sanguis yang berarti darah atau
keturunan.[8] Jadi, ius sanguinis adalah asas kewarganegaraan yang berdasarkan darah
atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang mendapat warga negara jika orang
tuanya adalah warga negara suatu negara. Misalkan seseorang yang lahir di Indonesia,
namun orang tuanya memiliki kewarganegaraan dari negara lain, maka ia mendapat
kewarganegaraan dari orang tuanya. Contoh negara yang menggunakan asas ini adalah
negara China, Bulgaria, Belgia, Replublik Ceko, Kroasia, Estonia, Finlandia, Jepang,
Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia, India, Irlandia, Israel, Italia, Libanon, Filipina,
Polandia, Portugal, Rumania, Rusia, Rwanda, Serbia, Slovakia, Korea Selatan,
Spanyol, Swedia, Turki, dan Ukraina.[9]

2. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan


Selain dilihat dari sisi kelahiran, kewarganegaraan juga dilihat dari sisi perkawinan
yang mencakup asas kesatuan atau kesamaan hukum dan asas persamaan derajat.
Asas kesatuan atau kesamaan hukum itu berdasarkan pada paradigma bahwa suami-
isteri ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana
sejahtera, sehat, dan tidak terpecah.[10] Jadi, suami-isteri atau keluarga yang baik dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakatnya harus mencerminkan adanya suatu
kesatuan yang bulat. Dan untuk merealisasikan terciptanya kesatuan dalam keluarga
atau suami-isteri, maka semuanya harus tunduk pada hukum yang sama. Dengan
kebersamaan tersebut sehingga masing-masing tidak terdapat perbedaan yang dapat
mengganggu keutuhan dan kesejahteraan keluarga.
Asas persamaan derajat menyebutkan bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarganegaraan masing-masing pihak.[11] Jadi, baik suami maupun
isteri tetap dangan kewarganegaraan aslinya, sama seperti sebelum mereka dikaitkan
oleh pernikahan dan keduanya memiliki hak untuk memilih kewarganegaraan yang
dianutnya.
Selain itu, dalam hukum negara juga mengatur tentang asas warga negara, yaitu pada
UU Nomor 12 Tahun 2006. Hukum negara tersebut membagi asas kewarganegaraan
juga menjadi dua asas atau pedoman, yaitu (1) asas kewarganegaraan umum dan (2)
asas kewarganegaraan khusus.[12]

3. Asas Kewarganegaraan Umum


Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2006 asas kewarganegaraan umum terdiri atas (4)
empat asas, yaitu asas kelahiran (ius soli), asas keturunan (ius sanguinis), asas
kewarganegaraan tunggal, dan asas kewarganegaraan ganda terbatas.
Asas kelahiran (ius soli) dan asas keturunan (ius sanguinis) mempunyai pengertian
yang sama dengan yang telah diterangkan di atas tadi. Sedangkan asas
kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi

7 Wania Nevela, Negara-negara yang Termasuk Ius Soli, (www.Keykodeswanianavela.blogspot.com,


2012
8 Srijanti, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan...,hlm. 75
9 Wania Nevela, Negara-negara yang Termasuk Ius Soli, (www.Keykodeswanianavela.blogspot.com,
2012)
10 A. Ubaedillah, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm. 76
11 Ibid.
12 Srijanti, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan ..., hlm. 75
setiap orang.[13] Jadi, setiap warga negara hanya memiliki satu kewarganegaraan, tidak
bisa memiliki kewarganegaraan ganda atau lebih dari satu. Asas kewarganegaraan
ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda (lebih dari satu
kewarganegraan) bagi anak-anak sesui dengan ketentuan yang diatur dalam UU.[ 14]
Jadi, kewarganegraan ini hanya bisa dimiliki ketika masih anak-anak dan setelah anak
tersebut berumur 18 (delapan belas) tahun, maka ia harus memilih atau menentukan
salah satu kewarganegaraannya.
Jadi, sebagai seorang warga negara tidak boleh memiliki lebih dari satu
kewarganegaraan dan jika seseorang berhak mendapatkan status kewarganegaraan
karena kelahiran dan keturunan sekaligus, maka ia harus memilih salah satu
diantaranya ketika ia sudah berumur 18 tahun.

4. Asas Kewarganegaraan Khusus


Asas ini terdiri atas beberapa macam asas atau pedoman kewarganegaraan, yaitu
a) Asas Kepentingan Nasional
Adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan
mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan
kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuan sendiri.

b) Asas Perlidungan Maksimum


Adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan
perlindungan penuh kepada setiap warga negara Indonesia dalam keadaan apapun,
baik di dalam maupun di luar negeri.
c) Asas Persamaan di dalam Hukum dan Pemerintahan
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia
mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
d) Asas Kebenaran Substantif
Adalah asas dimana prosedur kewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat
administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e) Asas Non-Diskriminatif
Adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ihwal yang
berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis
kelamin, serta harus menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya
dan hak warga negara pada khususnya.
f) Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap HAM
Adalah asas yang dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga
negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya, dan
hak warga negara pada khususnya.
g) Asas Keterbukaan
Adalah asas yang menetukan bahwa segala hal ihwal yang berhubungan
dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.
h) Asas Publisitas
Adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh dan atau
kehilangan kewarganegaraan RI akan diumumkan dalam berita negara RI agar
masyarakat mengetahuinya.

13 Ibid.
14 Ibid. hlm. 76
Jadi, pada asas kewarganegaraan khusus ini lebih membahas atau mengatur
berdasarkan hubungan timbal balik antara negara dan warga negaranya dalam hal hak
dan kewajiban diantara keduanya, seperti menjaga kedaulatan negara, menjamin hak
asasi manusia, dan sebagainya.

C. Unsur Kewarganegaraan
Dalam penentuan keawarganegaraan seseorang ada beberapa cara yang dilakukan.
Cara tersebut didasarkan pada beberapa unsur, yaitu :

1. Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis)


Dalam unsur ini cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan pada
keawarganegaraan orang tuanya. Maksudnya, kewarganegaraan orang tuanya
menentukan kewarganegaraan anaknya.[15] Misalkan jika seseorang dilahirkan dari
orang tua yang berkewarganegaraan Indonesia, maka ia dengan sendirinya telah
berkewarganegaraan Indonesia.
Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, hal tersebut
terbukti dalam sistem kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam suatu suku
dengan sendirinya ia langsung menjadi anggota suku tersebut. Sekarang prinsip tersebut
diterapkan pada beberapa negara di dunia, yaitu negara Inggris, Amerika Serikat,
Perancis, Jepang, dan juga negara yang kita cintai, Indonesia.
Jadi, pada cara penentuan kewarganegaraan ini didasarkan pada salah satu asas
kewarganegaraan, yaitu asas keturunan (ius sanguinis), yang dimana seseorang dengan
sendirinya atau secara langsung tanpa melalui beberapa tahap yang rumit dapat
memiliki kewarganegaraan seperti yang dimiliki oleh kedua orang tuanya.

2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli)


Pada unsur ini, kewarganegaraan seseorang dapat ditentukan berdasarkan daerah
tempat ia dilahirkan.[16] Misalkan ada seseorang dilahirkan di dalam daerah atau
wilayah hukum negara Indonesia, maka dengan sendirinyapun ia memiliki
kewarganegaraan Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan anggota
tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Di samping dan bersama-sama dengan
prinsip ius sanguinis, prinsip ius soli ini juga berlaku di negara Amerika Serikat,
Inggris, Perancis, dan juga Indonesia.[17]

3. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)


Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan ius soli dan ius sanguinis
tetap bisa mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu dengan
pewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur unsur ini di berbagai
negara itu berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan kondisi dan situasi setiap negara itu
berbeda, jadi persyaratannya itu menyesuaikan dengan kondisi dan situasi negaranya.
Pewarganegaraan ini dibagi menjadi dua macam, yaitu pewarganegaraan aktif dan
negatif.

15 A. Ubaedillah, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.77
16 Ibid.
17 Ibid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah kita mempelajari makalah ini dapat kita simpulkan bahwa kewarganegaraan
merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap warga negara. Ini dikarenakan bahwa
dengan pemahaman kewarganegaraan yang baik, maka kehidupan berbangsa dan bernegara
akan menjadi tentram dan jelas. Dan kita sebagai warga negara yang bertanggungjawab
terhadap masyarakat, bangsa, dan negara hendaknya kita berusaha untuk meningkatkan
pengamalan prinsip serta nilai-nilai luhur bangsa terutama memahami manusia yang pada
dasarnya memiliki harkat dan martabat yang sama sebagai mahluk ciptaan Tuhan, agar
tercipta suatu keadilan dalam kehidupan bernegara.

B. Kritik & Saran


Akhir terselesaikannya makalah ini, kami selaku pemakalah menyadari dalam
penyusunan makalah ini, yang membahas tentang kewarganegaraan, masih jauh dari
kesempurnaan. baik dari tata cara penulisan dan bahasa yang dipergunakan maupun dari segi
penyajian materinya.
Untuk itu kritik dan saran dari pembimbing atau dosen yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini yang bersifat kousteuktif dan bersifat komulatif sangatlah kami
harapkan, supaya dalam penugasan makalah yang akan datang lebih baik dan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Ubaedillah, A., dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta:
Prenada Media, 2003.

_____ , Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, HAM, dan


Masyarakat Madani, Jakarta: Prenada Media, 2008.

Ensiklopedi Indonesia

Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, Pancasila dan Kewarganegaraan, Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2005.

Srijanti, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Mengembangkan Etika


Bewarganegara, Jakarta: Salemba Empat, 2007.

Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan


Tinggi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.

Wania Nevela, Negara-negara yang Termasuk Ius Soli,


www.Keykodeswanianavela.blogspot.com, 2012.

Anda mungkin juga menyukai