Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi kebanyakan pasien yang datang ketempat pelayanan kesehatan mengeluhkan
adanya nyeri. Nyeri yang dirasakan bisa yang berasal dari penyakit yang diderita atau
efek dari nyeri tersebut, yang dapat menyebabakan terganggunya rasa nyaman. Rasa
aman dan nyaman merupakan salah satu kebutuhan manusia menurut hierarki abraham
maslow. Kebutahan rasa nyaman “nyeri” diperlukan untuk proses kehidupan.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangata
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada asetiap orang dalam hal skala atau
tingkatya. Dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialaminya. Pada dasarnya sensasi nyeri dapat disebabkan oleh tiga stimulus
yang mekanis, termis dan kimia. Solusi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri tidak
hanya dengan pemberian obat analgetik saja. Sebaliknya perawat hanya mengajarkan
tindakan non farmakologis yang dapat menurunkan nyeri seperti tehnik relaksasi,
distraksi, kompres hangat dan dingin serta masase disekitar lokasi nyeri. Dengan
menerapkannya sehingga tidak ketergantungan pada obat nyeri.

B. Tujuan
Setelah melakukan penyusutan laporan pendahuluan diharapkan mahasiswa dapat :
(1) Melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman “nyeri”
(2) Menetapkan diagnosa keperawatan dalam upaya pemenuhan gangguan rasa nyaman
“nyeri”
(3) Menganalisis dan menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan gangguan
rasa nyaman nyeri
(4) Melakukan intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan gangguan rasa nyaman
“nyeri”
(5) Dapat menerapkan hasil asuhan keperawatan sebagai implikasi untuk bidang
keperawatan.
(6) Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 1


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kenyamanan adalah keadaan bebas cedera fisik dan psikologis atau keadaan aman
dan tentram (Potter dan Perry, 2006). Nyeri adalah suatu ketidaknyamanan yang
mengikat dan substansinya sangat subjektif, serta menimbulkan gangguan dan perubahan
aktivitas fisik, psikis yang meliputi emosi, pola pikir dan sebagainya (Atoilah &
Kusnadi, 2013). Secara umum nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadi rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke
otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan emosional (Alimul H, 2013)

B. Etiologi
a. Trauma
 Trauma mekanik berupa benturan, gesekan, luka dan lain lain akan meraangsang
nyeri akibat reseptor nyeri mengalami kerusakan.
 Trauma termik seperti panas api, air atau dingin yang berlebih akan merangsang
reseptor nyeri
 Trauma kimia seperti tersentuh asam atau basa yang kuat
 Trauma elektrik seperti aliran listrik yang kuat akan merangsang reseptor nyeri
akibat kejang otot atau kerusakan reseptor nyeri.
b. Neoplasma
 Neoplasma jinak akan menyebabkan penekanan pada ujung saraf reseptor nyeri
 Neoplasma ganas akan mengakibatakn kerusakan jaringan yang mengandung
reseptor nyeri dan akibat tarikan, jepitan atau metastase dari kanker
c. Peradangan seperti abses, pleuritis akan mengakibatkan kerusakan saraf reseptor
nyeri akibat adanya peradangan atau akibat dari penekan dari pembengkakan
jaringan
d. gangguan sirkulasi darah dan pembuluh darah
e. trauma psikologis.
(Atorlah dan Kusnadi, 2013)

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 2


C. Faktor predisposisi atau presipitasi

 Usia
 Jenis kelamin
 Kultur
 Makna nyeri
 Perhatian
 Ansietas
 Pengalaman masa lalu
 Pola koping
 Suport keluarga dan sosial

D. Patofisiologi
Mekanisme nyeri berkaaiatan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan reseptor
nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam-
macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan
oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal listrik atau mekanis. Selaamjutnya,
stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa impiuls implus nyeri
ke sum-sum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang bermeylin rapat atau serabut A
delta dan serabut lamban serabut C. Impuls-impuls yang ditransmisikanoleh serabyt delta
A mempuyai sifat inhibitor yang ditransmisikan keserabut C. Serabut-serabut aferen
masuk kespinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn.
Kemudian impuls nyeri menyeberangi sum sum tulang belakang pada interneuron dan
bersambung kejalur spinal asendens yang paling utama yaitu jalur sphinatolamic tract
(STT) atau jalur shpinatolamus dan spinoreticular tract(SRT) yang memberi informasi
tentang sifat dan lokasi nyeri dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme
terjadinya nyeri yaitu jalur opiate yang ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang
terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui notak tengah dan medulla
ketanduk dorsal dari sum sum tulang belakang yang berki=onduksi dengan nociceptor
impuls supresif. Serotinin merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif. Sistem
supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A.
Jalur kedua yaitu nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respon

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 3


terhadap noloxone yang kuarang banyak diketehui mekanismenya. (Barbara c. Long,
1989 : Alimul. H, 2009)
E. Tanda dan gejala
a) Gangguan fisik
 Shok akibat sakit yang berlebuhan ditandai nadi cepat dan kecil, tekanan darah
turun, berkeringat ,muka pucat
 Nafsu makan menurun
 Perasaan tidak nyaman
b) Gangguan psikologis
 Cemas, takut dan gelisah
 Insomnia dan putus asa
 Depresi
c) Gangguan spiritual
d) Gangguan social
 Hambatan dalam pergaulan
 Perpecahan dalam keluarga
 Hambatan dalam pekerjaan.
F. Klasifikasi nyeri
(1) Nyeri berdasarkan tempatya
 Pheriperal pain, yakni nyeri yang terasa pada permukaan tubuh, misalnya kulit
 Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau
organ-organ tubuh visceral
 Referaid pain yaitu nyeri yang disebabkan karena penyakit organ atau struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan
daerah asal nyeri
 Central pain yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf
pusat, spinal cord, batang otak, talamus dll
(2) Nyeri berdasarkan sifatnya
 Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu menetap serta
menghilang
 Stedy pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam sewaktu
lama

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 4


 Proxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali,
nyeri tersebut biasanya kurang dari 10-15 menit, menghilang lalu timbul lagi.
(3) Menurut berat ringannya
 Nyeri ringan : nyeri dalam intensitas rendah
 Nyeri sedang : nyeri yang menimbulkan reaksi
 Nyeri berat : nyeri dengan intensitas tinggi
(4) Menurut serangannya
 Nyeri akut : nyeri yang terjadi dalam waktu < 6 bulan
 Nyeri kronik : nyeri yang terjadi dalam waktu > 6 bulan

G. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh

individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua

orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik

tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak

dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

1)skalaintensitasnyerideskritif

2) Skala identitas nyeri numerik

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 5


3) Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :

0 :Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan

lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah

dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi

masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,

tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi nafas panjang dan distraksi

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 6


10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau

intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri

sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi

perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.

Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih

obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan

sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun

dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak

terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien

skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri trbaru yang ia

rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan

seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan

klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numerik

(Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi

kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS

adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan

pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh

untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran

keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik

pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).

Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk

atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 7


H. Pemeriksaan penunjang
 Sinar x vertebra
 Computed tomography (CT)
 Ultrasonografy
 Elektromiogram (OMG)
 Magniting resonance imaging (MRI)

I. Pathway
Faktor penyebab
(trauma fisik, termal, listrik,mekanis, biologis, psikologi)

Kerusakan jaringan

Stimulasi pengeluaran histamin, bradikinin, prostaglandin

Reseptor nyeri (serabut delta A + serabut C)

Spinal

Sum-sum tulang belakang

Jalur spinal asendens (STT dan SRT)

Jalur spinal desendens (thalamus)

Otak tengah dan medulla spinalis

Tanduk dorsal

Efektor (serotinin)

Rasa nyeri

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 8


J. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penangguang jawab
b. Keluhan utama : pasien melapaorkan adanya nyeri
c. Riwayat penyakit sekarang
P (pemacu) : faktor yang mempengaruhi gawat ringannya nyeri
Q (quality) : nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (severity/scale) : skala/keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lam/waktu serangan/frekuensi nyeri
d. Riwayat penyakit dahulu : adanya riwayat nyeri atau tidak sebelumnya
e. Fokus pemeriksaan fisik
 Tekana darah : menurun
 Nadi : cepat dan kecil
 Pernafasan : meningkat
 Pemeriksaan head to toe
Fokus pemeriksaan :
 Perubahan kulit ( kering/lembab)
 Pucat
 Ekspresi wajah cemas, gelisah
 Wajah meringis
 Berkeringat
f. Pengkajian pola fungsi kesehatan
 Aktivitas latihan : adanya nyeri menyebabkan kelemahan
 Pola istirahat tidur : adanya nyeri menyebabkan perubahan pola atau gangguan
istirahat dan jam kebiasaan tidur
 Nutrisi metabolik : adanya nyeri menyebabkan nafsu makan menurun
 Pola eliminasi : perubahan pola defekasi, perubahan berkemih dari nyeri

K. Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (biologis, kimia, fisik, dan
psikologis) kerusakan jaringan
b) Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik atau psikososial kronis
(kanker metastasic, cedera neurologis, dan arthritis)

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 9


L. Perencanaan keperawatan

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan agen penyebab 1) Pain level : tingkat Manajemen nyeri :
cedera (biologis, kimia, nyeri - Lakukan pengkajin nyeri yang
fisik, psikologis), kerusakan 2) Pain control : komprehensif (lokasi,
jaringan ditandai dengan. pngendalian nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
3) Comfort level : kualitas, intensitas dan faktor
DS : tingkat kenyamanan presipitasi)
 Pasien melaporkan Setelah dilakukan - Berikan informasi tentang nyeri ,
secara verbal isyarat asuhan keperawatan antisipasi nyeri
adanya nyeri selama 3x24 jam - Ajarkan penggunaan tehnik non
DO: diharapkan nyeri farmokologigis ( relaksasi, terapi
 Posisi untuk berkurang sampa musik, kompres hangat, atau
menghindari nyeri hilang dengan kriteria dingin, masase)
 Perubahan tonus otot hasil : - Monitor vital sign

 Respon outonomik - Memperlihatkan - Tingkatkan istirahat

 Perubahan selera pengendalian nyeri - Kolaboratif : berikan analgetik

makan - Melaporkan nyeri untuk mengurangi nyeri

 Perilaku eksperesif berkurang


- Mampu mengenali
 Bukti nyeri yang
nyeri
dapat diamati
- Skala nyeri turun
 Gangguan tidur
- Menyatakan rasa
 Wajah topeng (
nyaman setelah
nyeri)
nyeri berkurang
- TTV dalam
rentang normal
- Tidak mngelami
gangguan tidur

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 10


Nyeri kronis berhubungan 1) Tingkat kenyamanan Manajemen nyeri
dengan ketunadayaan fisik 2) Tingkat depresi - Pantau tingkat kepuasan pasien
atau psikososial kronis 3) Pengendalian diri terhadap manajemen nyeri
(kanker metastasis cedera terhadap depresi - Tingkatkan istirahat dan tidur
neurologis dan athritis), 4) Pengendalian nyeri yang adekuat
ditandai dengan : 5) Tingkat nyeri - Jelaskan pada pasien tentang nyeri
- Lakukan tehnik non farmakologis
DS : Setelah dilakukan asuhan (relaksasi, masase punggung)
 Pasien depresi, keperawatan selama 3x24 - Kolaborasi : berikan obat
keletihan dan takut jam diharapkan nyeri analgetik.
kembali cedera pasien berkurang sampai
hilang dengan kriteria
DO : hasil :
 Anoreksia - Melaporkan
 Perubahan pola tidur bahawa tingkat

 Wajah topeng nyeri pasien

 Perilaku melindungi dipertahankan/kura

 Perilaku protektif ng

yang dapat diamati - Megenali faktor-


faktor yang
 Gelisah
meningkatkan
 Penurunan interaksi
nyeri dan
dengan orang alin
melakukan
 Perubahan BB
tindakan perada
nyeri
- Melaporkan
kesejahteraan fisik
dan psikologis

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 11


DAFTAR PUSTAKA

Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal : 87.

Shone, N. (1995). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80

Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan.

Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm : 123-
136.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63

Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. Hlm
1502-1533.

Kelompok IV (Alys S,Asep H,Budi M,Enung K,Farid A,Irma R,Wawan W ) Page 12

Anda mungkin juga menyukai