Anda di halaman 1dari 1

FK Bertambah? Baik Gak Sih?

Selasa, 29 Maret 2016, Bapak Muhammad Nasir selaku Menteri Ristekdikti memberikan izin kepada
delapan perguruan tinggi untuk membuka program studi kedokteran. Perguruan tinggi yang dimaksud
adalah: Universitas Khairun Ternate, Universitas Surabaya, Universitas Ciputra Surabaya, UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, UIN Alaudin Makassar, Universitas Bosowa Makassar, dan Universitas Wahid
Hasyim Semarang. Program studi kedokteran ditambah? Wah, bagus dong. Semakin banyak calon teman
sejawat baru, semakin banyak calon dokter, semakin banyak dokter, semakin tinggi mutu kesehatan
Indonesia. Tapi, apakah benar akan seperti itu? Berdasarkan data Konsil Kedokteran Indonesia, dari 75
program studi kedokteran-atau yang lumrah disebut fakultas kedokteran (FK), yang berakreditasi A hanya
17 institusi, yang berakreditasi B ada 28 institusi, sedang yang berakreditasi C ada 30 institusi. Semua
akreditasi tersebut selalu diperbarui dengan mengevaluasi kinerja dari FK-FK tersebut di berbagai aspek
secara berkala tiap periode teretentu. Dan diharapkan kinerja dari setiap institusi-institusi tersebut terus
meningkat dari waktu ke waktu sehingga akreditasi yang didapat semakin baik dari waktu ke waktu.
Dari data tersebut, bisa disimpulkan bahwa FK yang berakreditasi A masih sekitar 20% dari total 75 FK di
seluruh Indonesia. Masih ada sekitar 80% sisanya yang harus ditingkatkan mutu dan kinerjanya. Dan
untuk meningkatkan kualitas dari FK di Indonesia setidaknya 30 institusi yang berakreditasi C sebaiknya
ditingkatkan mutu dan kinerjanya sehingga akreditasinya meningkat menjadi B. Dan dapat disimpulkan
juga bahwa masih banyak FK-FK yang masih butuh perhatian khusus dan ditingkatkan mutunya. Lebih baik
memanfaatkan FK-FK yang sudah ada dan meningkatkan mutunya agar menghasilkan dokter-dokter yang
mumpuni.Selain itu, persebarannya ke seluruh penjuru Indonesia juga ditingkatkan agar mutu kesehatan
di Indonesia baik secara merata tanpa ada ketimpangan. Selain ditilik dari data-data yang ada dari
lembaga resmi, bisa dilihat juga dari segi prosedural yang ditetapkan. Ditetapkan dalam Peraturan Konsil
Kedokteran Indonesia (Perkonsil) No. 15 Tahun 2013 tentang Penerbitan Rekomendasi Pembukaan dan
Penutupan Program Studi Dokter (PSD). Di bab kedua tentang pembukaan program studi dokter dalam
Perkonsil tersebut secara garis besar banyak melibatkan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dalam proses
dan regulasinya. Dan suatu PSD atau FK tidak bisa dibuka secara resmi tanpa adanya rekomendasi untuk
membukanya secara resmi dari KKI.
Dan berdasarkan pernyataan dari ketua KKI Bambang Supriyatno dalam konferensi pers di Jakarta
tanggal 1 April 2016, ternyata diketahui pula bahwa Menristekdikti membuka kedelapan FK tersebut
tanpa adanya rekomendasi dari KKI. Pada akhirnya KKI justru mendesak Menristekdikti untuk meninjau
kembali izin tersebut. Selain itu, KKI juga mendesak Menristekdikti untuk membuat surat keptusan
moratorium kembali untuk pembukaan FK/PSD baru. KKI melakukan desakan tersebut dengan dalih KKI
merasa bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari praktik dokter atau dokter gigi yang tidak
kompeten atau tidak profesional. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan juga bahwa ijin pendirian FK yang
dicetuskan oleh Menristek juga patut dipertanyakan juga keabsahannya.
Selain dari dua aspek berikut, masih banyak hal lain yang layak dijadikan pertimbangan untuk
membangun FK-FK baru dengan keadaan sekarang ini, seperti persebaran dokter-dokter di Indonesia
yang kurang merata walau jumlahnya banyak, pelaksanaan UKMPPD yang masih harus ditingkatkan mutu,
pelaksanaan dan pengawasannya, dan masih banyak lagi. Lebih baik memperbaiki masalah-masalah
tersebut terlebih dahulu dibanding menambah FK baru yang bisa jadi menambah permasalahan lain. Jadi
berdasarkan pemaparan yang sudah saya paparkan tadi, bagaimana pandangan Anda tentang
pembangunan FK-FK baru ini? Baikkah? Burukkah? Bagaimana Anda menyikapi isu tersebut? Apakah
Anda mendukung? Atau justru menolak?

Anda mungkin juga menyukai