PENDAHULUAN
Tubuh kita ini adalah ibarat suatu jaringan listrik yang begitu kompleks,
didalamnya terdapat beberapa ‘pembangkit’ lokal seperti jantung, otak dan ginjal.
Juga ada ‘rumah-rumah’ pelanggan berupa sel-sel otot. Untuk bisa mengalirkan
listrik ini diperlukan ion-ion yang akan mengantarkan ‘perintah’ dari pembangkit
ke rumah-rumah pelanggan. Ion-ion ini disebut sebagai elektrolit. Ada dua tipe
elektrolit yang ada dalam tubuh, yaitu kation (elektrolit yang bermuatan positif)
dan anion (elektrolit yang bermuatan negatif). Masing-masing tipe elektrolit ini
saling bekerja sama mengantarkan impuls sesuai dengan yang diinginkan atau
dibutuhkan tubuh.1
Beberapa contoh kation dalam tubuh adalah Natrium (Na+), Kalium (K+),
Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg2+). Sedangkan anion adalah Klorida (Cl-),
HCO3-, HPO4-, SO4-. Dalam keadaan normal, kadar kation dan anion ini sama
besar sehingga potensial listrik cairan tubuh bersifat netral. Pada cairan ektrasel
(cairan diluar sel), kation utama adalah Na+ sedangkan anion utamanya adalah
Cl.. Sedangkan di intrasel (di dalam sel) kation utamanya adalah kalium (K+).
Disamping sebagai pengantar aliran listrik, elektrolit juga mempunyai banyak
manfaat, tergantung dari jenisnya. Contohnya :
1. Defenisi
2. Etiologi
6. Penatalaksanaan Hipokalemia
Tingkat-tingkat serum kalium diatas 3.0 mEq/liter tidak dipertimbangkan
bahaya atau sangat mengkhawatirkan; mereka dapat dirawat dengan penggantian
potassium melalui mulut. Tingkat-tingkat yang lebih rendah dari 3.0 mEq/liter
mungkin memerlukan penggantian intravena. Keputusan keputusan adalah
spesifik pasien dan tergantung pada diagnosis, keadaan-keadaan dari penyakit,
dan kemampuan pasien untuk mentolerir cairan dan obat melalui mulut. Melalui
waktu yang singkat, dengan penyakit-penyakit yang membatasi sendiri seperti
gastroenteritis dengan muntah dan diare, tubuh mampu untuk mengatur dan
memulihkan tingkat-tingakt potassium dengan sendirinya. Bagaimanapun, jika
hypokalemia adalah parah, atau kehilangan-kehilangan potassium diperkirakan
berjalan terus, penggantian atau suplementasi potassium mungkin diperlukan.
Pada pasien-pasien yang meminum diuretiks, seringkali jumlah yang kecil
dari potassium oral mungkin diresepkan karena kehilangan akan berlanjut selama
obat diresepkan. Suplemen-suplemen oral mungkin dalam bentuk pil atau cairan,
dan dosis-dosisnya diukur dalam mEq. Dosis-dosis yang umum adalah 10-20mEq
per hari. Secara alternatif, konsumsi dari makanan-makanan yang tinggi dalam
potassium mungkin disarankan untuk penggantian.
Pisang-pisang, apricot-aprocit, jeruk-jeruk, dan tomat-tomat adalah tinggi
dalam kandungan potassiumnya. Karena potassium diekskresikan (dikeluarkan) di
ginjal, tes-tes darah yang memonitor fungsi ginjal mungkin diperintahkan untuk
memprediksi dan mencegah naiknya tingkat-tingkat potassium yang terlalu tinggi.
Ketika potassium perlu diberikan secara intravena, ia harus diberikan secara
perlahan-lahan. Potassium mengiritasi vena dan harus diberikan pada kecepatan
dari kira-kira 10 mEq per jam.
Begitu juga, menginfus potassium terlalu cepat dapat menyebabkan iritasi
jantung dan memajukan irama-irama yang berpotensi berbahaya seperti
ventricular tachycardia.9 Untuk bisa memperkirakan jumlah kalium pengganti
yang bisa diberikan, perludisingkirkan dulu faktor-faktor selain deplesi kalium
yang bisa menyebabkanhipokalemia, misalnya insulin dan obat-obatan. Status
asam-basa mempengaruhikadar kalium serum.
Koreksi dilakukan berdasarkan kadar kalium, yaitu:
1. Kalium 2,5–3,5 mEq/LBerikan 75 mEq/kgBB per oral per hari dibagi tiga
dosis.
2. Kalium <2,5 mEq/
Ada 2 cara, berikan secara drip intravena dengan dosis:
a. [(3,5 – kadar K+terukur) x BB(kg) x 0,4] + 2 mEq/kgBB/24 jam, dalam 4
jam pertama.[(3,5 – kadar K+terukur) x BB(kg) x 0,4] + (1/6 x 2 mE/
kgBB/24jam), dalam 20 jam berikutnya.
b. (3,5 – kadar K+ terukur) + (1/4 x 2 mEq/kgBB/24 jam), dalam 6 jam.
3. Jumlah Kalium
Walaupun perhitungan jumlah kalium yang dibutuhkan untuk
menggantikehilangan tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk menghitung
jumlah kalium yangdibutuhkan pasien. Namun, 40—100 mmol K+suplemen
biasa diberikan padahipokalemia moderat dan berat. Pada hipokalemia ringan
(kalium 3—3,5 mEq/L) diberikan KCl oral 20 mmolper hari dan pasien
dianjurkan banyak makan makanan yang mengandung kalium.KCL oral
kurang ditoleransi pasien karena iritasi lambung. Makanan yangmengandung
kalium cukup banyak dan menyediakan 60 mmol kalium
4. Kecepatan Pemberian Kalium Intravena
Kecepatan pemberian tidak boleh dikacaukan dengan dosis. Jika kadar serum
> 2mEq/L, maka kecepatan lazim pemberian kalium adalah 10 mEq/jam dan
maksimal20 mEq/jam untuk mencegah terjadinya hiperkalemia. Pada anak,
0,5—1mEq/kg/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis
maksimum dewasa. Pada kadar < 2 mEq/L, bisa diberikan kecepatan 40
mEq/jam melalui vena sentraldan monitoring ketat di ICU. Untuk koreksi
cepat ini, KCl tidak boleh dilarutkandalam larutan dekstrosa karena justru
mencetuskan hipokalemia lebih berat.
5. Koreksi Hipokalemia Perioperatif
KCL biasa digunakan untuk menggantikan defisiensi K+, karena juga
biasadisertai defisiensi Cl-.
Jika penyebabnya diare kronik, KHCO3 atau kalium sitrat mungkin lebih
sesuai.
Terapi oral dengan garam kalium sesuai jika ada waktu untuk koreksi dan
tidakada gejala klinik.
Penggantian 40—60 mmol K+menghasilkan kenaikan 1—1,5 mmol/L dalam
K+serum, tetapi ini sifatnya sementara karena K+akan berpindah kembali ke
dalamsel. Pemantauan teratur dari K+serum diperlukan untuk memastikan
bahwa defisitterkoreksi.
6. Kalium intravena
KCl sebaiknya diberikan iv jika pasien tidak bisa makan dan mengalami
hipokalemia berat.
Secara umum, jangan tambahkan KCl ke dalam botol infus. Gunakan
sediaansiap-pakai dari pabrik. Pada koreksi hipokalemia berat (< 2
mmol/L), sebaiknyagunakan NaCl, bukan dekstrosa. Pemberian
dekstrosa bisa menyebabkanpenurunan sementara K+serum sebesar 0,2—
1,4 mmol/L karena stimulasipelepasan insulin oleh glukosa.
Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9% menyediakan 40 mmol
K+/L.Ini harus menjadi standar dalam cairan pengganti K+
Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan beban cairan.
Jikaada aritmia jantung, dibutuhkan larutan K+yang lebih pekat diberikan
melalui vena sentral dengan pemantauan EKG. Pemantauan teratur sangat
penting.Pikirkan masak-masak sebelum memberikan > 20 mmol K+/jam.
Konsentrasi K+> 60 mmol/L sebaiknya dihindari melalui vena perifer,
karena cenderung menyebabkan nyeri dan sklerosis vena.
7. Komplikasi
Pasien-pasien ini mempunyai risiko lebih tinggi untuk hipokalemia letal pada
keadaan-keadaan penuh stres seperti infark miokardial, syok septik atau
ketoasidosis diabetikum.
8. Prognosis
KASUS
A. IDENTITAS
1. Nama : Tn. T
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 21 Tahun
4. Alamat : Jln. Tanjung Tada
5. Tanggal Pemeriksaan : 04 November 2017
6. Ruangan : Rajawali Bawah
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Lemah Pada Kaki
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
- Status pasien : Sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- Berat Badan : 5kg
- Tinggi Badan : 170 cm
- IMT : 17.3 (Gizi Kurang)
2. Tanda Vital
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit reguler
- Pernafasan : 22 x/menit
- Suhu : 36.0oC Axilla
3. Kepala
- Wajah : Pucat (-), Sianosis (-), Edema (-), Jejas (-)
- Deformitas : Tidak ada
- Bentuk : Normocepal
- Mata :
a. Eksoftalmus (-)
b. Konjungtiva : anemis -/-
c. Sklera : Ikterus -/-
d. Pupil : bulat isokor, diameter 2,5 mm
RCL +/+, RCTL +/+
- Mulut : Hiperemis (-), Ulkus (-), Lidah Kotor (-)
4. Leher
Jantung
6. Abdomen
- Inspeksi : Datar, pembesaran vena – vena (-)
- Auskutasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Tympani pada 4 kuadran abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (+) pada regio epigastrium, massa (-)
7. Extremitas
- Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), tremor halus (-/-),
tidak ada hambatan gerak
- Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), tidak ada
hambatan gerak
D. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah
DARAH LENGKAP
NILAI RUJUKAN
(04 November 2017)
WBC 17,6x 103/mm3 4,8 – 10,8
RBC 5,2 x 106/mm3 4,7 – 6,1
PLT 383 x 103/mm3 150 – 450
HGB 14,9 g/dl 14 – 18
2. Elektrolit
G. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- RL : NaCl 0,9%
- WIDA KN 2
- KSR2x1
-
BAB IV
KESIMPULAN