Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Perencanaan

Perencanaan yaitu suatu patokan untuk menjadikan mudah manajer supaya tercapainya sebuah tujuan,
membuat strategi untuk mencapai tujuan tersebut dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan adalah sebuah proses paling penting dari seluruh fungsi manaajemen karena
tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain seperti pengoranisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak bisa
berjalan.

Dengan pengertian lain, perencanaan adalah proses dasar dari manajemen untuk menetapkan tujuan
dan langkah-langkah yang harus dilakukan agar tujuan dapat tercapai. Perencanaan memberikan
informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan dengan akurat dan efektif. Rencana yang baik harus
berdasarkan atas sasaran, bersifat sederhana, memiliki standar dan fleksibel, seimbang dan memakai
sumber-sumber yang tersedia dulu.

Tujuan Perencanaan

Masing-masing aktivitas organisasi dalam meraih tujuan membutuhkan perencanaan yang sangat
matang atau serius yang sesuai dengan tujuannya. Hal ini disesuaikan berdasarkan bidang-bidang yang
akan dicapai. Menurut Albert Silalahi (1987:167), menerangkan bahwa tujuan perencanaan adalah
sebagai berikut:

Perencanaan merupakan jalan atau cara untuk mengantisipasi dan merekam perubahan “a way to
anticipate and offset change”

Perencanaan memberi arahan “direction” terhadap administrator-administrator ataupun non


administrator.

Perencanaan juga bisa menghindari atau setidak-tidaknya memperkecil tumpang-tindih dan pemborosan
“wasteful” pelaksanaan aktivitas-aktivitas

Perencanaan menentukan tujuan dan standar yang hendak dipakai untuk memudahkan pengawasan.

Fungsi Perencanaan

Fungsi dari perencanaan adalah sebuah proses diambilnya keputusan berhubungan dengan hasil yang
diinginkan, dengan menggunakan sumber daya dan pembentukan sebuah sistem komunikasi yang sangat
mungkin adanya pelaporan dan pengendalian hasil akhir dan juga perbandingan hasil-hasil itu dengan
rencana yang dibuat.
Banyak manfaat dari dibuatnya perencanaan yaitu terciptanya sifisiensi dan efektivitas pelaksanaan
kegiatan perusahana bisa melaksanakan koreksi terhadap penyimpanan sedini mungkin,
mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul menghindari kegiatan, pertumbuhan dan perubahan
yang tidak terara dan terkontrol.

Manfaat Perencanaan

Manfaat dari perencanaan adalah sebagai berikut:

Sebuah bentuk perencaan bisa membuat pelaksanaan tugas menjadi lebih tepat dan aktivigtas setiap
unit akan terorganisir dengan baik menuju arah yang sama.

Sebuah perencanaan yang disusun dari penelitian yang akurat akan menghindarkan adanya kesalahan
yang bisa saja terjadi.

Suatu perencanaan mencakup standar atau batasan tindakan dan biaya akan menjadikan mudah
pelaksanaan pengawasan

Perencanaan dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan aktivitas sehinga aparat pelaksana
memiliki irama atau gerak dan pandangan yang sama untuk mencapai tujuan perusahaan.

Tahap Dasar Perencanaan

Seluruh aktivitas perencanaan pada dasarnya melewati empat tahap, antara lain:

Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan perencaan yang diawali dengan keputusan-keputusan suatu
keinginan atua keperluan organisasi atua kelompok kerja. Tanpa adanya rumusan tujuan yang jelas
organisasi akan memakai sumber daya, sumber daya yang tidak efektif.

Merumuskan keadaan saat ini, pemahaman akan posisi perusahaan sekarang dari tujuan yang akan
dicapai atau sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujua dalah sangat penting karena tujaun dan
rencana berhubungan waktu yang akan datang.Hanya setelah keadaan perusahaan sekarang ini dianalisa
rencana bisa dirumusan untuk menunjukkan rencana kegiatan lebih lanjut. Tahap kedua ini
membutuhkan informasi terutama keuangan dan data statistik yang diperoleh melalui komunikasi dalam
organisasi.
Mengindentifikasi seluruh kemudahan dan hambatan, semua kekuatan dan kelemahan dan juga
kemudahan dan hambatan membutuhkan pengindentifikasian untuk mengukur kemampuan organisasi
dalam mencapai tujuan.Untuk itu dibutuhakn pengetahuan faktor-faktor lingkungan intern dan ekstern
yang bisa membantu organisasi mencapai tujuannya atau yang mungkin menimbulkan masalah.
Meskipun sulit dilaksanakan antisipasi keadaan, masalah dan kesempatan dan juga ancaman yang
mungkin terjadi diwaktu mendatang adalah bagian esensi dari proses perencanaan.

Mengembangkan rencana atau serangkaian aktivitas untuk mencapai tujuan. Tahap akhir dalam proses
perencanaan mencakup pengembangan berbagai alternatif aktivitas untuk mencapai tujuan, penilaian
alternatif-alternatif tersebut dan dipilihnya alternatif terbaik yaitu yang paling memuaskan diantara
berbagai alternafif yang ada.

Syarat-Syarat Perencanaan

Syarat-syarat dari perencanaan adalah sebagai berikut:

Memiliki tujuan yang jelas

Bersifat simpel atau sederhana

Mencakup analisis terhadap pekerjaan yang dikerjakan

Sifatnya fleksibel

Memiliki keseimbangan yakni keselarasan tanggung jawab dan tujuan setiap bagian dalam perusahana
dengan tujuan akhir perusahaan yang sudah ditetapkan.

Memiliki kesan bahwa segala sesuatu itu sudah disediakan dan juga dapat digunakan dengan efektif dan
mempunyai daya guna
Berdasarkan tipologi tersebut, maka jenis-jenis perencanaan yang terbentuk dan berkembang antara lain
berdasarkan paradigma perencanaan :

Theosentris. Theosentris adalah suatu paham yang melahirkan suatu pemerintahan teokrasi, yang
menggabungkan antara dogma-dogma agama dan kekuasaan dimana masyarakat diatur dan diperintah
oleh raja-raja melalui suatu sistem yang bersifat militer, yang didampingi oleh ahli agama atau pendeta.
Pada paradigma perencanaan ini, fungsi perencanaan harus menunjang kekuatan monarki, serta
memberikan tekanan pada kepentingan penguasa, birokrat, militer dan penguasa keagamaan. Contoh
hasil perencanaan jenis ini adalah Kota Jogja secara kosmologi, dan Hasta kosala-kosali secara mitologi.

Positivism. Perencanaan jenis ini hanya percaya pada perihal yang nyata, tidak khayal, menolak
metafisika dan teologi. Perencanaan harus bermanfaat dan diarahkan pada pencapaian kemajuan, pasti,
jelas dan tepat, serta menuju kearah penataan dan penertiban. Pembangunan dan kemajuan ditandai
oleh dominasi kerja ilmu pengetahuan modern atau ilmu-ilmu positif. Fungsi perencanaan ini adalah
memastikan bahwa perencanaan memiliki kapasitas rekayasa sosial, memiliki citra pasti, memiliki cetak
biru (blueprint) dari suatu badan perencanaan, program-program pasti dilaksanakan di lapangan tanpa
perubahan, bersifat lebih kearah pekerjaan keteknikan (engineering), penerapan standard-standard
teknis, pendekatan master plan, dan land use. Contoh hasil perencanaan jenis ini adalah landuse
planning sebagai bentuk orientasi spasial dan RUTRK-RTRTK sebagai bentuk standard planning.

Utopianism. Utopianism adalah suatu paham yang bertujuan mengembangkan nilai-nilai esensial
kemanusiaan dan lingkungan yang telah terabaikan oleh sistem industri dan birokrasi, untuk dibawa ke
suatu masa depan yang ideal (lingkungan sosial dan fisik). Fungsi perencanaan jenis ini adalah untuk
mempertahankan atau mengembalikan kesinambungan searah dan lembaga-lembaga kota yang telah
dihancurkan untuk kepentingan ekonomi profit, dikaitkan kembali dengan nilai-nilai lingkungan
perdesaan (udara bersih, open spaces, pohon-pohon). Contoh hasil perencanaan jenis ini adalah
perencanaan kota baru, garden city, dll sebagai bentuk idealisme serta utopianisme.

Rasionalism. Rasionalisme adalah sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal (rasio) dan
pengalaman (empiris) berfungsi meneguhkan pengetahuan yang diperoleh oleh akal. Fungsi planning
disini merupakan suatu aktivitas publik, masyarakat memutuskan dan mengontrol pembangunannya
sendiri dengan cara rasional. Esensi planning dalam paradigma ini adalah rasionalitas atau penerapan
akal sehat, mengarah pada cara kerja ilmiah, memiliki citra pasti dan menyeluruh, program-program
disusun untuk dievaluasi dan memberikan peluang bagi adanya tindakan pemecahan masalah (problem
solving). Contoh hasil paradigma perencanaan jenis ini adalah Repelita atau Repelitada, Pembagain
wilayah, dan SWP. Jenis perencanaan ini menganut paham-paham seperti rasional komprehensif,
incrementalism, dan strategic planning.

Pragmatisme. Dalam perencanaan jenis ini, perubahan bukan dituntun oleh pikiran-pikiran yang datang
dari luar, melainkan oleh pengalaman empiris langsung dimana kebenaran adalah sesuatu yang
membuktikan dirinya benar melalui pengalaman praktis dan muara akhir dari pragmatisme adalah
manfaat. Sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan praktis, tidak memiliki kekuatan kebenaran.
Paradigma ini muncul karena adanya kejenuhan - kejenuhan terhadap teori planning yang telah mapan
dan sering disebut sebagai pendekatan anti teori atau anti planning. Fungsi paradigma perencanaan jenis
ini menekankan pada incrementalism yang didasarkan pada market decision-making, pembangunan
diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar tanpa intervensi jauh dari pemerintah, dan yang
penting adalah melakukan aksi atau kegiatan nyata (getting things done). Contoh perencanaan ini adalah
Kawasan Bisnis (swasta) dan Housing Estate.

Fenomenologi. Paradigma perencanaan ini memberi perhatian pada perihal yang nampak, terlihat pada
dirinya sendiri. Pengamatan pada yang nampak bertujuan me-nemukan “hakekat” dengan
menghubungkan kesadaran subyek dengan obyek dan menolak bentuk-bentuk konformitas. Realitas itu
relatif, hanya dapat dipahami melalui agregat individu. Fungsi perencanaan ini adalah ketidak percayaan
pada planning yang bersifat menyeluruh dan berlaku umum (menolak "comprehensive planning" dan
"positive planning") dan Planning harus berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dan diarahkan pada
tindakan nyata, bukan sebagai alat penguasa dan pemilik modal. Dalam paradigma ini planning harus
responsif dan mendukung terbentuknya konsensus-konsensus baru atas dasar pluralisme. Contoh hasil
perencanaan jenis ini adalah advocacy dan empowerment sebagai bentuk pemihakan dan equity
planning.

Sedangkan berdasarkan substansi atau sektoral atau obyek dari perencanaan, maka jenis perencanaan
dibedakan menjadi:

Sosial. Dalam jenis perencanaan ini dimungkinkan penggunaan dua pendekatan atau lebih misalnya
social reform, atau social learning. Contoh : Keluarga Berencana, Perencanaan Kesehatan, Pengentasan
Kemiskinan, dll.

Ekonomi. Jenis perencanaan ini pada umumnya menggunakan pendekatan social reform – rational
planning. Contohnya Repelita, Repelitada dan Business Plan.

Spasial. Sama seperti perencanaan ekonomi, jenis perencanaan ini pada umumnya menggunakan
pendekatan social dan rational planning. Contohnya RUTRK, RDTRK, RTRK, Perencanaan Kawasan Wisata,
dll.

Di dalam perkembangannya, perencanaan menghadapi tantangan akibat kemajuan peradaban manusia


serta teknologi yang begitu pesat. Tantangan perencanaan yang seperti masih saja menjadi pekerjaan
rumah bagi para perencana dewasa ini antara lain:

Kemiskinan dan ketidakadilan sosial;

Globalisasi dan pasar bebas atau kapitalisme atau komisialisasi atau privatisasi

Demokratisasi dan Desentralisasi;


Pluralisme

Kerusakan lingkungan;

Konsepsi dan peran negara

Anda mungkin juga menyukai