Anda di halaman 1dari 13

INOVASI PELAYANAN PUBLIK DINAS KESEHATAN KAB LAMONGAN

LESUNG SI PANJI
(Lenyapkan Pasung dan Memanusiakan Pasien Jiwa)

1. Apa masalah yang melatarbelakangi munculnya inovasi ini? (Maks. 500


kata)
Terdapat empat masalah yang menjadi latar belakang lahirnya program Lesung Si
Panji (Lenyapkan Pasung, Memanusiakan Pasien Jiwa) bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten Lamongan, diantaranya yaitu :
a. Sebelum ada inovasi, masalah kesehatan jiwa di Kabupaten Lamongan sangat
memprihatinkan. Kesehatan jiwa hanya sebuah nama program tanpa ada
kegiatan di dalamnya. Stigma di masyarakat bahwa sakit jiwa tidak dapat
disembuhkan dan merupakan penyakit keturunan masih sangat kuat.
Keterbatasan ekonomi, rendahnya tingkat pengetahuan dan penanganan
yang salah (berobat ke alternatif) sehingga menjadikan pasung sebagai
alternatif termudah dan termurah bagi keluarga. Dengan memasung
penderita maka keluarga tidak terbebani secara ekonomi, tidak terganggu
aktifitas kesehariannya dan merasa aman karena orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) otomatis tidak keluyuran.
b. Kesehatan jiwa digambarkan dalam sebuah rentang respon dari adaptif
sampai dengan maladaptif. Terdiri dari sehat jiwa, Resiko Masalah
psikososial dan gangguan jiwa. Dari tahun ke tahun prevalensi gangguan jiwa
terus meningkat. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013
disebutkan bahwa angka gangguan jiwa mencapai 0.17% dari jumlah
penduduk. Dengan proporsi rumah tangga yang pernah memasung anggota
keluarga yang gangguan jiwa berat sebesar 14.3% dan terbanyak di
lingkungan pedesaaan. Pada 2013 di Kabupaten Lamongan dengan luas
wiayah 1.812,80 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 1.200.500 jiwa,
estimasi ODGJ sebanyak 2.614 (0.22% x 1.200.558 jiwa) dan estimasi pasung
sebanyak 377 kasus pasung((14.3% x ODGJ). Pada 2013 Dinas Kesehatan
Kabupaten Lamongan belum ada data riil tentang jumlah ODGJ, termasuk
pasung.
c. Dalam upaya penelusuran/pendataan ODGJ tidaklah mudah karena mereka
disembunyikan oleh keluarga. Alasannya, keluarga malu. Ditambah dengan
lokasi yang kadang terpencil, misalnya di tengah hutan atau persawahan.
Sehingga, semakin menambah kesulitan petugas. Selain itu, di setiap
Puskesmas hanya ada satu orang petugas kesehatan jiwa tanpa ada kader
kesehatan jiwa, sehingga upaya pendataan tidak hanya terkendala pada
lokasi saja akan tetapi jumlah SDM.
d. Pelayanan Kesehatan Jiwa di tingkat puskesmas masih sangat terbatas,
bahkan hampir mati. Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petugas di
Puskesmas juga menjadi faktor terbatasnya pelayanan kesehatan jiwa.
Pelayanan yang diberikan hanya berupa pelayanan rujukan. Sehingga,
pelayanan kesehatan jiwa sangat tergantung pada rumah sakit jiwa. Faktor
lainnya yaitu ketersediaan obat-obatan kesehatan jiwa di Puskesmas, yang
tidak hanya terbatas, tapi sama sekali tidak tersedia. Sehingga tidak
mengherankan jika lagi-lagi pasung menjadi solusi termudah dan termurah
bagi masyarakat.

2. Siapa inisiator inovasi ini dan bagaimana inovasi berhasil memecahkan


masalah yang dihadapi? (maks. 600 kata)
Atas dasar permasalahan tersebut, maka Dinas Kesehatan melalui Seksi
Rujukan memulai program Lesung Si Panji. Inovasi ini berhasil memecahkan
masalah dengan membebaskan, mengobati, dan memberdayakan ODGJ sehingga
mereka kembali dapat diterima masyarakat. Beberapa perubahan yang dapat dilihat
berkat inovasi Lesung Si Panji. Pertama, inovasi ini dapat mengubah stigma
masyarakat bahwa dengan penanganan yang cepat dan tepat maka ODGJ dapat
disembuhkan dan kembali ke masyarakat.
Kedua, didapatkan data riil ODGJ dan pasung sehingga dapat dilakukan
penanganan/pembebasan pasung. Data ini sangat diperlukan karena menjadi titik
pijak sebelum tim bergerak.
Ketiga, ODGJ dan pasung yang semula sulit ditemukan, dengan adanya
program Lesung Si Panji dapat ditemukan dan ditangani serta dapat kembali
bekerja dan kembali bersosialisasi di masyarakat.
Keempat, melalui program Lesung Si Panji maka kualitas dan kuantitas
Pelayanan kesehatan jiwa meningkat, dengan diadakannya pelatihan dan sosialisasi
baik bagi tenaga kesehatan jiwa di puskesmas, kader kesehatan jiwa dan
masyarakat. Orang Dengan Gangguan Jiwa dapat kembali bekerja dan bersosialisasi
di masyarakat.

3. Apa saja aspek kreatif dan inovatif dari inovasi ini? (Maks. 200 kata)
Program inovasi ini mempunyai tiga keunikan atau aspek kreatif. Pertama,
Program Lamongan Bebas Pasung “Lesung Si Panji” bersifat menyeluruh. Artinya,
tidak hanya terfokus di satu wilayah kecamatan atau Puskesmas saja. Akan tetapi
sudah tersistem di seluruh wilayah Kabupaten Lamongan.
Kedua, dilaksanakan secara gotong royong. Pada masing-masing wilayah
dibentuk koordinator yang terdiri dari beberapa puskesmas yang bergabung
menjadi satu. Sehingga petugas lebih percaya diri dan merupakan tanggungjawab
bersama.
Ketiga, dalam penanganan Pasung, pembebasan bukanlah tujuan akhir dari
program. Akan tetapi juga menyiapkan dan mendampingi ODGJ yang dipasung
dapat kembali berkarya dan bersosialiasi dengan masyarakat. Melalui Posyandu
jiwa maupun kunjungan rumah, sehingga keluarga dan masyarakat bersama-sama
merawat dan memberikan support ke ODGJ untuk kembali berkarya. Contohnya,
Pak S dari kecamatan Laren yang dipasung selama 32 tahun. Saat ini dapat bekerja
membuat sarung tenun. Demikian juga pada Ny S yang merupakan ODGJ dari
Kecamatan Modo setelah sehat mendapatkan beasiswa dari Dinas Pendidikan untuk
melanjutkan kuliah di perguruan tinggi kesenian.
4. Bagaimana inovasi ini dilaksanakan? (Maks. 600 kata)
Pelaksanaan Program Lamongan Bebas Pasung “Lesung si Panji” sejak 2013 –
2016 adalah :
 Mengajukan kegiatan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan agar di
upayakan kegiatan sosialisasi/pelatihan/refresh pengetahuan tentang
kesehatan jiwa baik bagi petugas kesehatan jiwa di Puskesmas (dokter dan
perawat) dan juga pembentukan kader jesehatan Jiwa di masyarakat. Pada
tahun 2015 dilaksanakan pelatihan Community Mental Health Nursing
(CMHN) tingkat dasar bagi 34 petugas jiwa. Pelatihan kader dengan jumlah
peserta 25 kader kesehatan jiwa dan sosialisasi kader kesehatan Jiwa,
dengan jumlah peserta 132 kader.
 Pada 2016 dilaksanakan pelatihan General Practitioner Plus (GP Plus) bagi
dokter umum plus kesehatan jiwa di puskesmas dengan jumlah peserta 33
dokter umum. Dengan adanya pelatihan-pelatihan ini menjadikan
peningkatan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat. Pelatihan dan
sosialisasi bagi kader kesehatan jiwa juga sangat berperan besar bagi
peningkatan pelayanan kesehatan jiwa. Sebab dengan meningkatnya
pengetahuan masyarakat dapat menghapus stigma, sehingga pemahaman
masyarakat berubah. Dengan penemuan dini, penanganan yang tepat orang
dengan gangguan jiwa dapat di sembuhkan.
 Penelusuran dan pendataan ODGJ terutama yang dipasung (angka riil),
dengan menggandeng institusi pendidikan yaitu: Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Lamongan dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Lamongan, dengan mengerahkan mahasiswa dan mahasiswi
untuk langsung terjun ke desa-desa secara door to door untuk mendata dan
menelusur baik ODGJ maupun pasung. Dan upaya ini sangat efektif, yang
semula di Dinas Kesehatan belum memiliki data ODGJ dan pasung akhirnya
ditemukan sejumlah 2.404 ODGJ dan 103 pasung di tahun 2015. Pasung yang
dibebaskan sejumlah 99 kasus.
 Dengan semakin tingginya angka temuan pasung, maka Dinas Kesehatan
berinisiatif membentuk Tim Teknis Penanganan Kesehatan Jiwa Kabupaten
Lamongan. Yang mana tim ini bertugas terjun ke puskesmas dengan kasus
pasung yang sulit dibebaskan. Tim terdiri dari Petugas jiwa kabupaten dan
petugas jiwa puskesmas yang sudah mahir jiwa. Saat kunjungan /
pelaksanaan bebas pasung tim juga melibatkan lintas sektor, antara lain:
Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), dari kepolisian, koramil dan
wilayah terkait.
 Selain membentuk Tim Penanganan Kesehatan Jiwa Kabupaten, dibentuk
juga tim koordinator wilayah pembebasan pasung di Puskesmas, tim ini
terdiri dari beberapa puskesmas. Dengan menerapkan kerja gotong royong,
beberapa puskesmas bergabung dan secara bergiliran melaksananakan
kegiatan bebas pasung. Dengan sistem ini, kepercayaan diri petugas
meningkat, sehingga satu kasus pasung ditangani secara bersama – sama.
 Pengadaan obat-obatan kesehatan jiwa di Puskesmas, baik melalui
Pemerintah Kabupaten Lamongan maupun melalui pengajuan ke Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Dengan tersedianya obat-obatan kesehatan
jiwa maka Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang dipasung, baik yang
dibebaskan dengan cara dirujuk maupun dibebaskan di masyarakat tetap
dapat melanjutkan terapi. Sehingga meminimalkan angka pemasungan.

5. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan? (Maks.


300 kata)
Pihak – pihak yang telah membantu merealisasikan program “Lesung Si Panji”
adalah :
a. Bupati Lamongan, berperan memberikan dukungan baik secara moril
maupun materil berupa anggaran dalam pelaksanaan program.
b. Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, berperan menyusun perencanaan
kegiatan, penyusunan strategi pelaksanaan, perencanaan dan pengajuan
anggaran untuk program “Lesung si panji”, penyusunan dan pengajuan obat-
obatan kesehatan jiwa, melakukan monev kegiatan bebas pasung serta
pelayanan rujukan ke RSJ maupun RSU;
c. Petugas Kesehatan Jiwa, berperan melakukan deteksi dini, pendataan ODGJ,
rujukan , kunjungan rumah, pemberdayaan ODGJ yang sudah sehat, dan
pembinaan kader.
d. Institusi pendidikan (Akper Pemkab Lamongan dan Stikes Muhammadiyah
Lamongan), berperan ikut serta melakukan pendataan ODGJ dan Pasung,
melakukan kunjungan rumah ke Orang dengan Gangguan Jiwa.
e. Kodim 0812 Lamongan beserta jajarannya, bersama masyarakat, kepolisian,
perangkat desa dan puskesmas memberikan penanganan terhadap pasien
gangguan jiwa.
f. Perangkat desa, berperan mengkoordinasikan penerapan program Desa
Siaga melalui optimalisasi peran Poskesdes, Polindes, Poskesdesr, Kader
kesehatan di masing-masing desa yang bertujuan agar masyarakat dapat
berperan besar dalam menjaring pasien gangguan jiwa yang belum
terdeteksi, bahkan mampu membantu pemulihan pasien yang telah dirawat
dokter atau psikiater sebelumnya melalui program konseling kesehatan
jiwa di tingkat desa.
g. Kader Kesehatan Jiwa, berperan melakukan deteksi dini pada keluarga,
melakukan kunjungan rumah ODGJ, memantau minum obat, dan merujuknya
ke puskesmas apabila ditemukan ada kemunduran perilaku.

6. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk melaksanakan inovasi ini dan
bagaimana sumber daya itu dimobilisasi? (Maks. 500 kata)
 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan program inovasi
“Lesung Si Panji” terdiri dari beberapa elemen, yaitu :
Di tingkatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan yang terdiri dari Kepala
Dinas Kesehatan, kepala bidang Pelayanan Kesehatan, Kepala seksi rujukan
dan khusus yang memiliki tugas sebagai supervisi, analisis, dan monitoring
hasil kegiatan. Sementara yang berperan di tingkatan pelatih/instruktur pada
saat pelatihan petugas kesehatan jiwa maupun kader kesehatan jiwa adalah
tim Community Mental Health Nursing (CMHN) Propinsi Jawa Timur.
Dari kalangan pelaksana program, melibatkan seluruh petugas kesehatan
jiwa di Puskesmas sejumlah 33 petugas, 33 dokter puskesmas, Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan di 27 Kecamatan, terutama untuk Orang
Dengan Gangguan Jiwa yang sudah tidak lagi memiliki keluarga. Serta dari
jajaran kepolisian dan TNI.
Pelaksanaan kegiatan tidak lepas dari peran para dosen dari institusi
pendidikan kesehatan (Akademi Keperawatan Pemkab Lamongan dan Stikes
Muhammadiyah Lamongan) dan mahasiswa mahasiswi yang terlibat langsung
dalam upaya penelusuran dan juga pembebasan Orang Dengan Gangguan
Jiwa yang dipasung. Institusi pendidikan juga berperan pada saat
pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa terutama yang eks pasung, dan
pembentukan Posyandu jiwa. Khususnya di wilayah Puskesmas Mantup,
Dradah dan Modo.
Kader kesehatan jiwa di setiap wilayah puskesmas, baik yang telah
mendapatkan pelatihan maupun yang belum, yang juga berperan penting
dalam pelaksanaan Program inovasi “Lesung si Panji”. Terutama dalam
upaya pemberdayaan Orang dengan Gangguan Jiwa Eks pasung. Seperti
contoh di wilayah Puskesmas Maduran, kader Kesehatan jiwa memberikan
pelatihan membuat kerajian berupa tudung saji. Hasil kerajian yang
kemudian dijual dan hasil/keuntungan penjualan diberikan kepada orang
dengan gangguan jiwa.

 Pendanaan
Dalam mendukung Program Inovasi “Lesung si Panji” di Dinas Kesehatan
sebagai leading sector program mengajukan anggaran bersumber dana dari
APBD Kabupaten Lamongan. Yang direalisasikan dalam bentuk :
a. Pelatihan bagi petugas kesehatan jiwa (Perawat) sejumlah 33 Petugas
Kesehatan jiwa di puskesmas.
b. Pelatihan General Practitioner Plus (GP Plus) bagi Dokter umum di
puskesmas.
c. Pelatihan dan sosialisasi bagi kader kesehatan jiwa.
d. Pengadaan obat – obatan kesehatan jiwa
e. Pengadaan kendaraan bermotor bagi petugas jiwa di puskesmas.
f. Monitoring serta evaluasi ke puskesmas dan kunjungan rumah ke orang
dengan gangguan jiwa.
g. Event Jambore kesehatan jiwa, sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan
Program Inovasi “Lesung si Panji”

7. Apa saja output/keluaran yang dihasilkan oleh inovasi ini? (Maks. 400 kata)

Pertama, kepedulian masyarakat meningkat. Semula stigma bahwa orang dengan


gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan dan tidak dapat kembali lagi bekerja
seperti sedia kala terbantahkan. Keluarga yang tadinya tidak mau membawa
keluarga yang sakit jiwa ke pelayanan kesehatan dan malah memasungnya tersebut.
Saat ini pemahaman masyarakat tentang kesehatan jiwa sangat berubah. Keluarga
mau melepas anggota keluarga yang dipasung dan membawanya berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Bahkan keberhasilan satu keluarga biasanya kemudian
ditularkan ke keluarga yang lainnya. Keluarga dan masyarakat memberikan
kesempatan bagi orang dengan gangguan jiwa untuk kembali bekerja. Bahkan
beberapa ODGJ dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Dengan
peningkatan kepedulian ini, pada kasus kesehatan jiwa yang baru, dapat segera
mendapatkan penanganan yang dini dan tepat, sehingga menekan angka orang
dengan gangguan jiwa berat dan juga penanganan yang salah (pasung). masyarakat
juga bersemangat berobat ke puskemas karena pelayanan kesehatan jiwa yang
diberikan secara gratis.

Kedua, Dinas Kesehatan memiliki data yang valid tentang kondisi kesehatan jiwa di
kabupaten Lamongan. Baik Data Orang Dengan Gangguan Jiwa dan juga pasung.
Sehingga memudahkan dalam penyusunan rencana kegiatan kesehatan jiwa.

Ketiga, melalui program inovasi “Lesung Si Panji” menemukan Orang dengan


Gangguan Jiwa yang dipasung bukan lagi sulit. Akan tetapi lebih mudah, karena
masyarakat atau kader kesehatan jiwa langsung merespons dengan cara melapor ke
petugas kesehatan jiwa di puskesmas ketika menemukan kasus pasung maupun
orang dengan gangguan jiwa kasus baru. Sehingga sampai dengan akhir tahun 2016
ditemukan sejumlah 190 kasus pasung, keseluruhan dapat dibebaskan dan kembali
berkarya serta bersosialisasi di masyarakat.

Keempat, meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan jiwa di


puskesmas. Baik kualitas maupun kuantitas pelayanan kesehatan jiwa meningkat.
Hal ini ditengarai dengan jumlah kunjungan rawat jalan dan kunjungan rumah
untuk jiwa meningkat dari tahun ke tahun. Serta menurunnya jumlah orang dengan
gangguan jiwa yang di rujuk ke RSJ mapun RSU.

8. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi


kegiatan dalam inovasi ini? (Maks. 400 kata)

Dengan diterapkannya program inovasi “Lesung Si panji” sejak tahun 2014 sampai
dengan saat ini semakin mempermudah dalam penanganan kesehatan jiwa,.
Masyarakat tidak lagi bingung jika ada kasus pasung maupun kasus Orang Dengan
Gangguan Jiwa yang baru. Masyarakat cukup melapor ke petugas kesehatan jiwa di
Puskesmas secara langsung maupun melalui kader kesehatan jiwa. Akan tetapi
monitoring kegiatan oleh dinas kesehatan tetap dilaksanakan. Dengan kunjungan ke
puskesmas dan juga kunjungan rumah ke orang dengan gangguan jiwa eks pasung,
enam bulan sekali.

Pada kasus pasung temuan baru, Dinas Kesehatan melalui Tim Teknis Penanganan
Kesehatan Jiwa terjun langsung ke lokasi, guna memonitor secara langsung langkah-
langkah pembebasan pasung.
Upaya pemantauan lainnya yaitu dengan cara pelaporan kegiatan pelayanan
kesehatan jiwa di puskesmas setiap bulannya, dan dievaluasi melalui pertemuan
petugas kesehatan jiwa setiap tiga bulan sekali.

Evaluasi setiap tahun juga dilakukan, untuk memonitor dan mengevaluasi kegiatan
dalam setahun serta penyusunan kegiatan untuk tahun berikutnya. Khususnya pada
perencanaan pengadaan obat-obatan kesehatan jiwa. Dan juga pemaparan target
kegiatan tahun selanjutnya. Evaluasi tidak hanya per puskesmas saja, akan tetapi
juga per koordinator wilayah (korwil). Korwil yang masih terdapat kasus pasung
diminta untuk membuat rencana aksi kegiatan dan juga target dari aksi bebas
pasung.

Untuk memantau perkembangan kondisi Orang Dengan Gangguan Jiwa sehingga


tidak lagi terjadi gaduh gelisah, dan mampu kembali berkarya, puskesmas
diwajibkan membentuk posyandu jiwa, yang pelaksanaan kegiatannya dilaksanakan
setiap bulan nya. Setiap Puskesmas memiliki jenis ketrampilan yang berbeda-beda,
sesuai dengan ketrampilan di masyarakat. Dengan posyandu jiwa, kondisi orang
dengan gangguan jiwa juga dimonitor dengan KMSJ ( Kartu Menuju Sehat Jiwa).
Sehingga dapat diketahui perkembangan pasien serta kepatuhan minum obat.

Pada Puskesmas yang belum memiliki posyandu jiwa, monitor kondisi pasien
dengan kunjungan rumah dan juga memaksimalkan peran kader kesehatan jiwa
untuk memantau kondisi perkembangan pasien. Terutama perkembangan perilaku
dan juga kepatuhan minum obat. Apabila terdapat kemunduran perilaku maupun
berhenti minum obat, pasien segera dirujuk ke puskesmas maupun ke RSJ ataupun
RSU.

9. Apa saja kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi dan
bagaimana kendala tersebut diatasi? (Maks. 300 kata)
Terdapat empat kendala yang dihadapi saat pelaksanaan program inovasi
“Lesung Si panji” :
a. Mental petugas sangat diuji pada awal pelaksanaan program. Menghadapi
keluarga dan masyarakat dengan trauma yang cukup mendalam akan
perilaku kekerasan yang dilakukan Orang Dengan Gangguan Jiwa adalah
tantangan terberat bagi petugas. Pendekatan yang dilakukan kadang
memerlukan waktu berbulan-bulan. Akan tetapi masalah ini teratasi dengan
adanya tim koordinator wilayah. Rasa bersama di antara sesama petugas,
dengan saling menyemangati dan gotong royong dalam pendekatan ke
keluarga. Secara rutin petugas bergantian mengunjungi keluarga dan
melakukan pendekatan ke masyarakat dan melibatkan keluarga dan
masyarakat sebagai kader kesehatan jiwa. Sehingga akhirnya perjuangan
para petugas berbuah manis ketika keluarga siap menerima dan melakukan
bebas pasung.
b. ODGJ yang dipasung cenderung disembunyikan oleh keluarga, sehingga
menyulitkan dalam penelusuran. Untuk mengatasi hal ini dinas kesehatan
menerima setiap informasi dari masyarakat terkait ODGJ dipasung, yang
kemudian ditelusur. Serta bekerja sama dengan instansi pendidikan untuk
melakukan penelusuran langsung door to door.
c. Sebagian keluarga sangat keberatan untuk melepas ODGJ yang dipasung. Hal
ini dikarenakan trauma ketika ODGJ mengamuk, khawatir ODGJ hilang/kabur
saat mendapat perawatan di RSJ dan juga keterbatasan biaya. Untuk
mengatasi hal ini, pelaksanaan pelepasan dilakukan langsung di tengah –
tengah keluarga, dengan proses secara bertahap. Petugas kesehatan jiwa di
puskesmas, melakukan kunjungan secara rutin, dengan pelepasan secara
bertahap dan pemberian obat/ therapy di tengah – tengah keluarga langsung.
Sampai dengan keluarga dan ODGJ siap lepas 100%.
d. Keterbatasan obat – obatan dan peralatan untuk bebas pasung juga menjadi
kendala, akan tetapi hal ini di atasi dengan cara pengajuan obat ke dinas
kesehatan propinsi dan juga pengadaan dari dinas kesehatan kabupaten.
Sementara untuk alat alat pada saat bebas pasung, mandiri dari pengadaan
puskesmas dan masyarakat.

10. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan dari inovasi ini? (Maks. 700 kata)

Program inovasi “Lesung Si panji” diawali dengan pemikiran bagaimana dinas


kesehatan dapat mewujudkan Lamongan bebas pasung di tahun 2016.
Sebelumnya angka pasung dan juga data valid jumlah orang dengan gangguan
Jiwa tidak ada. Ketergantungan masyarakat Kabupaten Lamongan pada
pelayanan rumah sakit jiwa, yang tentu saja, sangat terbatas dan memerlukan
biaya untuk perwatannya. Usaha yang dilakukan untuk mewujudkan Lamongan
Bebas Pasung 2016 tidak hanya pada pemenuhan pelayanan dan fasilitas
kesehatan jiwa saja, tapi juga merubah pola pikir masyarakat dimana stigma
masyarakat masih sangat kuat.
Program Inovasi “Lesung Si panji” memberikan manfaat yang sangat positif bagi
masyarakat luas, membuka wawasan dan merubah mind set masyarakat tentang
kesehatan jiwa. Dan berimbas pada aspek sosial di masyarakat. Serta mendukung
program propinsi Jawa Timur yaitu Jawa Timur Bebas pasung 2017.

Dengan terlaksananya Program Inovasi “Lesung si panji” Masyarakat tidak lagi


menjadikan pasung sebagai jalan terakhir penanganan Orang Dengan Gangguan
Jiwa. Selain itu, pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas bukan lagi hal aneh.
Penanganan secara alternative (ke Kyai maupun ke dukun) tidak lagi menjadi
pilihan karena dengan Program Inovasi “Lesung si panji” pelayanan kesehatan
jiwa menjadi lebih murah, terjangkau dan aman.

Manfaat utama dari Program Inovasi “Lesung si panji” adalah:

Bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa


a. Terpenuhi hak-haknya sebagai manusia seutuhnya, merdeka dan medapatkan
pelayanan kesehatan jiwa.
b. Dapat kembali berkarya dan bersosialisasi di masyarakat
Bagi Masyarakat
a. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa terpenuhi di tingkat
pelayanan dasar (Puskesmas) secara gratis. Baik pelayanan rawat jalan maupun
kegawatdaruratan psikiatri.
b. Khusus bagi keluarga Orang Dengan Gangguan Jiwa yang dipasung, tidak lagi
terbebani secara mental, ekonomi dan sosial. Bahkan Orang Dengan Gangguan
Jiwa yang dipasung dapat membantu perekonomian keluarga dengan kembali
bekerja dan berkarya di masyarakat.
c. Kesadaran masyarakat akan kebutuhan pelayananan kesehatan jiwa meningkat.
Sehingga tidak lagi terjadi penanganan yang salah pada Orang Dengan gangguan
Jiwa.
d. Stigma di masyarakat bahwa Orang Dengan Gangguan Jiwa tidak dapat
disembuhkan, semakin berubah. Bahwa dengan kasih sayang dan kepedulian
keluarga, penanganan secara dini dan tepat Orang Dengan Gangguan Jiwa dapat
kembali berkarya.

Manfaat bagi petugas kesehatan Jiwa :


a. Meningkatkan angka cakupan pelayanan kesehatan jiwa
b. Kepercayaan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas
meningkat
c. Menurunkan angka gaduh gelisah dan menekan angka pemasungan, dan
pemasungan kembali (Re Pasung)
e. Kepercayaan diri dan ketrampilan petugas tentang kesehatan jiwa di puskesmas
meningkat
f. Dengan kunjungan rumah, dan posyandu jiwa kondisi pasien termonitor dan
orang dengan gangguan jiwa dapat kembali berkarya serta kembali
kemasyarakat.

Manfaat bagi pengambil kebijakan :


a. Terwujudnya Lamongan Bebas pasung 2016, dengan hasil 100% dan
Terlaksananya Jambore kesehatan jiwa sebagai perwujudan bahwa orang
dengan gangguan jiwa dapat bebas pasung dan dimanusiakan.
b. Perencanaan untuk pengembangan Kabupaten Lamongan sebagai Kabupaten
sehat jiwa, dengan di bangun nya Puskesmas dengan layanan rawat inap dan
rehabilitasi bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa.
c. Memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat secara
menyeluruh dan kontinue. Sesuai dengan target Standar Pelayanan Minimal
Daerah, yaitu memberikan pelayanan pada Orang Dengan Gangguan Jiwa.
d. Tersedianya data secara lengkap dan valid terkait tentang kondisi kesehatan
jiwa di kabupaten Lamongan. Khususnya data orang dengan gangguan jiwa,
orang dengan masalah kejiwaan dan pasung.
e. Perencanaan kegiatan terkait Kesehatan jiwa, dapat direncanakan secara
tepat dan berkesinambung.
11. Apa bedanya sebelum dan sesudah inovasi? (Maks. 700 kata)

a. Sebelum adanya inovasi


Sebelum dilaksanakannya Program Inovasi “Lesung Si panji”, masyarakat tidak
mengetahui bahwa di Puskesmas terdapat pelayanan kesehatan jiwa. Kalaupun
ada, pelayananannya terbatas pada pelayanan rujukan ke Rumah Sakit Jiwa.
Karena pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat baik rawat jalan maupun
rawat inap sangat tergantung pada rumah sakit jiwa.

Stigma di masyarakat bahwa orang dengan gangguan jiwa tidak dapat


disembuhkan, ditambah dengan terbatasnya pelayanan kesehatan jiwa ditingkat
Puskesmas, serta keterbatasan biaya membuat pasung dijadikan sebagai satu
satunya akternatif termurah, termudah dan tercepat dalam penanganan orang
dengan gangguan jiwa.

Terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan petugas jiwa di puskemas semakin


memperparah kondisi kesehatan jiwa di Kabupaten Lamongan. Termasuk
ketidakadaan obat-obatan kesehatan jiwa. Semakin membuat miris kondisi
penanganan orang dengan gangguan jiwa.

Berangkat dengan data penemuan 15 kasus pasung di tahun 2013 dan tidak ada
upaya yang bisa dilakukan baik oleh puskesmas, dan juga dinas kesehatan.
Penanganan hanya sebatas pendataan. Gambaran kondisi kesehatan jiwa di
Kabupaten Lamongan juga masih samar, data terkait jumlah Orang Dengan
gangguan Jiwa dan juga pasung tidak ada dan sulit ditemukan.

Kepedulian masyarakat, termasuk petugas kesehatan dan juga lintas sektor yang
belum terpapar sosialisasi penanganan kesehatan jiwa, membuat mandeknya
pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat. Dan imbasnya, orang dengan gangguan
jiwa tetap terpasung, tetap terkurung dan terbelenggu, tidak mendapatkan hak
haknya sebgai manusia. Terutama pelayanan kesehatan jiwa. Yang seharusnya
menjadi hak mutlak bagi orang dengan gangguan jiwa.

b. Sesudah Adanya Inovasi

Berangkat dengan temuan kasus pasung sejumlah 15 kasus di 2013 dan tanpa
adanya aksi yang berarti, yang kemudian membuat Dinas Kesehatan Kabupaten
Lamongan mulai mencari upaya untuk membuat sebuah terobosan untuk
menggali angka pasung dan juga data ODGJ yang valid. Melalui Program inovasi
“Lesung si panji”, dimulai lah langkah-langkah pelaksanaan program.

Advokasi ke tingkat pembuat kebijakan membuahkan hasil, dengan


digelontorkan sejumlah anggaran untuk menerapkan Program inovasi “Lesung si
panji”, yang meskipun pelan tapi tetap dijalankan. Melalui pelatihan-pelatihan
bagi petugas kesehatan jiwa di puskesmas dan juga bagi kader kesehatan jiwa,
termasuk juga sosialisasi bagi masyarakat, membuahkan hasil yang cukup
memuaskan. Yang semula stigma orang dengan gangguan jiwa tidak dapat
disembuhkan apalagi dan diberdayakan, ternyata berubah. Masyarakat yakin dan
percaya bahwa dengan penanganan yang tepat dan cepat orang dengan gangguan
jiwa dapat sehat dan kembali berkarya.

Data valid terkait kondisi kesehatan jiwa di kabupaten lamongan, dapat di


temukan. Yaitu 2.402 orang dengan gangguan jiwa di 27 wilayah kecamatan. Dan
di tahun 2016 jumlah penderita yang ditemukan menjadi 2.614 orang.

Sedangkan untuk angka pasung, yang dimulai pada 2013 dengan jumlah pasung
15 kasus tanpa bisa diselesaikan. Di tahun 2014 kembali ditemukan kasus pasung
dengan total temuan sebanyak 42 kasus pasung dan dibebaskan sebanyak 35
kasus. Di tahun 2015 kembali terjadi peningkatan, total temuan 103 kasus dan
dibebaskan 99 kasus. Ditahun 2016 kembali ditemukan 30 kasus pasung, dan
dibebaskan sejumlah 56 kasus. Total dari 2013- 2016 sebanyak 190 kasus dan
keseluruhan dibebaskan.

Orang Dengan Gangguan Jiwa yang dulunya menjadi beban keluarga kini mampu
berkarya bahkan memberikan tambahan penghasilan pada keluarga. Dengan
kembali bekerja dan bersosialisasi di masyarakat. Hak-hak orang dengan
gangguan jiwa terpenuhi, yaitu dimanusiakan dan mendapatkan hak-haknya
terutama hak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Di puskesmas yang semula pelayanan kesehatan jiwa hanya sebuah nama


program, kini menjadi program yang cukup popular dengan diperkuat oleh
petugas-petugas yang terlatih, pengadaan obat-obatan kesehatan jiwa, dan
juga pemberdayaan pasien gangguan jiwa melalui pelatihan maupun
posyandu jiwa.

Melalui program inovasi “Lesung si panji”, semakin meningkatkan


kepercayaan masyarakat pada pelayanan publik di kabupaten lamongan.
Masyarakat tidak lagi menjadikan pasung sebagai penanganan orang dengan
gangguan jiwa, akan tetapi berobat ke puskesmas, dengan pelayanan yang
dekat, cepat dan tepat serta ODGJ kembali berdaya guna.

12. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik dari penerapan inovasi ini?
(Maks. 500 kata)

Pembelajaran pertama adalah bahwa perubahan yang terkesan mustahil pun bisa
dilakukan. Dengan penemuan orang dengan gangguan jiwa yang cepat,penanganan
yang tepat dan kontinyu ODGJ dapat kembali hidup normal berkarya mandiri dan
kembali bisa bersosialisi ke masyarakat. Dengan kerja gotong royong, hal yang
sebelumnya tidak ada menjadi ada. Bekerja sama dengan berbagai intitusi yang
terkait seperti dari Puskesmas Se- Kabupaten Lamongan, Tenaga Kesejahteraan
Sosial Masyarakat (TKSK) ,Koordinator Wilayah (KORWIL), Kepolisian setempat
dan program dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang juga ikut andil
langsung mendukung program Pemerintah Kabupaten Lamongan ini.

Selain itu, pembelajaran kedua adalah perubahan pola pikir. Untuk


menyukseskan suatu program baru, bukan sekadar membenahi teknis. Teknis
justru relatif mudah dilakukan. Misalnya, dengan menggelar beberapa pelatihan
untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan jiwa. Masalahnya memang
bukan teknis. Melainkan pola pikir. Mengubah pola pikir tidak gampang.
Terutama bagi para petugas-petugas kesehatan jiwa yang harus menguasai
semua skill maupun akademiknya

Mengubah pola pikir juga perlu waktu. Sebab, musuhnya adalah zona nyaman dan
kebiasaan. Siapa yang bisa menjamin bahwa membebaskan seorang pasung yang
berbagai tipe kejiwaanya.Ada yang gaduh gelisah dan tidak biasa mengkondisikan
pasien pasung akhirnya mereka mampu membebaskan mereka dengan izin dari
pihak keluarga. Izin keluarga inipun kadang tidak mudah, dan membutuhkan
waktu berbulan-bulan. Dalam hal ini kesabaran bagi petugas sangat dibutuhkan.

Yang juga tidak kalah penting setelah dua pembelajaran di atas adalah pada mindset
stigma angka pasung harus benar benar NOL (0) Kesuksesan program inovasi “
Lesung Si Panji” sangat banyak memberi pembelajaran. Mulai dari awal rintisan
program hingga berhasil saat ini banyak pengalaman dan pelajaran. Banyak hal
yang bisa dikembangkan lebih lanjut.

13. Apakah inovasi ini berkelanjutan dan sedang atau sudah direplikasi di
tempat lain? (maksimal 500 kata)

Program inovasi “Lesung Si Panji” bukan hanya program yang mengikuti trend
terkini. Juga bukan program yang hanya dilaksanakan sesaat saja. Program ini
merupakan program yang terus berkelanjutan. Sebab, kebutuhan masyarakat akan
kesehatan jiwa adalah kebetuhan berkelanjutan. Dimulai sejak masih dalam
kandungan hingga manusia meninggal. Dan tujuan utama dari program inovasi
“Lesung Si Panji” adalah mewujudkan Masyarakat Lamongan Sehat Jiwa.

Saat ini “Lesung Si Panji” dalam fase pemberdayaan orang dengan gangguan
jiwa. Yang mana ODGJ dapat kembali berkarya dan berdaya guna. Melalui
pembentukan posyandu jiwa, monitoring terhadap kondisi ODGJ tetap terpantau.
Sehingga tidak ditemukan lagi pasung di Kabupaten Lamongan.

Di Kabupaten Lamongan saat ini telah terbentuk tujuh posyandu jiwa, dengan
ketrampilan Orang Dengan gangguan Jiwa antara lain: menenun, menjahit atau
membuat kopyah, membuat tudung saji, mumbuat jus dan jamu, membuat
tampah, memotong rambut, dan membuat olahan makanan berbahaan dasar ikan.
Serta beberapa pekerjaan lainnya. Ditargetkan di tahun 2018 seluruh puskesmas
sudah memiliki posyandu jiwa.

Program ini telah direplikasi di semua puskesmas yang ada di Kabupaten


Lamongan. Sehingga, sudah mampu menjangkau seluruh wilayah kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai