Oleh:
Rachmawati Yudiani
150810301092
2.1 Partai Politik Sebagai Sebuah Entitas: Pengertian, Karakteristik, dan Lingkungannya
Definisi Partai Politik
Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa
dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UU RI Nomor 2/2008).
Tujuan Partai Politik
Pada dasarnya partai politik mempunyai tujuan umum dan khusus. Sebagaimana
dijelaskan oleh Bastian, 2007; Hafild, 2008 yaitu:
a) mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b) mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
c) mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.4 Tinjauan Terhadap Psak Nomor 45 Dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai
Politik
Standardisasi akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan partai politik,
akan memberikan informasi kepada publik bagaimana partai tersebut memperoleh dana,
kecakapannya mengelola dana, dan tertib pembelanjaannya. Pencatatan yang
transparan akan memberikan gambaran kepada publik tentang kualitas dan komitmen
partai tersebut dalam upaya bersama mencegah terjadinya taktik politik uang.
Dengan demikian pedoman akuntansi khusus untuk partai politik akan
diperlukan, terutama untuk mencatat pos – pos berikut:
1. Dana bantuan pemerintah. Dana bantuan yang berasal dari pemerintah
sepenuhnya berlaku standar akuntansi pemerintah (untuk pertanggungjawaban
dan penggunaan dana pemilu yang diterima melalui KPU). Bisa saja laporan
penggunaan dana tersebut menggunakan SAP yang dibuat oleh KPU, selama itu
ada konsensus atau peraturan yang mengatur. Sedangakan untuk sumber dana
dari pihak lain akan dipertanggungjawabkan kepada pemiliknya.
2. Laporan parpol. Laporan ini tergantung peruntukannya, artinya parpol harus
menyampaikan laporan sesuai dengan undang – undang yang berlaku, hal ini juga
berlaku untuk dana kampanye, bersumber dari APBD dan APBN melalui KPU.
Laporan partai politik juga harus terperinci untuk apa saja dana bantuan dari
pemerintah, apakah sesuai dengan peruntukannya.
Ruang Lingkup
Kegiatan-kegiatan LSM lebih banyak berupa program-program bantuan dan layanan
sosial, terutama bagi kelompok masyarakat lemah. Akibatnya, program-program yang
dijalankan oleh LSM merupakan program pemberdayaan masyarakat yang berorientasi
untuk meningkatkan kemandirian, swadaya dan otomi kepada masyarakat yang
menjadi sasaran pembinaannya. Kegiatan LSM mencakup semua kegiatan yang
berkaitan dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajibannya
sebagai manusia dan warga negara. Untuk itu, LSM perlu menyusun tujuan atau
sasaran, agenda kegiatan, maupun program bagi masyarakat. Dalam menyusun tujuan
dan kegiatan-kegiatannya diperlukan pengelolaan organisasi yang erat kaitannya
dengan siklus penganggaran yang ada pada organisasi LSM.
Ada berbagai macam sumber pendanaan pada LSM menurut
pertanggungjawaban dengan format dan ketentuan yang berbeda-beda pula. Namun,
pada dasarnya ada dua pola pertanggungjawaban di dalanm organisasi LSM, yaitu:
1. Pertanggungjawaban yang bersifat vertikal.
Pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
seperti kepada pembina apabila organisasi LSM tersebut mekamai sistem
stuktural.
2. Pertanggungjawaban yang bersifat horizontal.
Pertanggungjawaban kepada masyarakat luas secara perorangan maupun
lemabaga, khususnya yang menjadi donatur atau penyandang dana dan objek
program dan kegiatan LSM.
Dan apabila organisasi LSM ini mengabaikan pola pertanggungjawaban horizontal ini
akan berdampak pada ketidak puasan dan ketidak percayaan masyarakat dan
lembaga lain untuk menggunakan jasa LSM tersebut. Kedua pola pertanggungjawaban
ini merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas publik.
Tujuan
Pada dasarnya, akuntansi bagi organisasi publik, seperti hal organisasi LSM, memiliki
tiga tujuan pokok, yaitu sebagai penyedia informasi keuangan, pengendalian
manajemen dan akuntabilitas. Bagi LSM yang bersangkutan, informasi mengenai
pengelolaan bagi lembaga pemberi dana maupun publik. Tujuan utama akuntansi
dalam LSM adalah menyediakan informasi keuangan yang berguna bagi manajemen
dan pihak eksternal LSM. Sehingga dengan informasi tersebut dapat digunakan untuk
berikut ini (Bastian, 2007:
1. Memberikan informasi yang diperlukan dalam mengelola secara tepat, efisien, dan
ekonomis atas suatu kegiatan serta alokasi sumber daya yang dipercayakan
kepada organisasi
2. Memberikan informasi yang memungkinkan pengelola organisasi untuk
melaporkan pelaksanaan tanggung jawabnya mengelola secara tepat dan efektif
program berserta penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, di
samping untuk melaporkan kepada publik atau lembaga pemberi dana hasil
operasi organisasi.
3.1 Kesimpulan
Penyusunan Laporan keuangan tahunan Partai politik mengacu pada PSAK No. 45
tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
dan terdiri atas laporan berikut ini: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan
Perubahan dalam aktiva Neto/Ekuitas, Laporan anrus kas, Cacatan atas laporan keuangan.
Selain mengacu pada PSAK No. 45. Penyusunan laporan keuangan partai politik juga terikat
pada ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan mengenai partai politik dan
pemilu seperti Undang-undang No. 2 tahun 2008, Undang-undang No. 2 tahun 2011, dan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 17 Tahun 2013.
Standar laporan keuangan khusus untuk partai politik perlu dibuat. Hal ini karena
karakter partai politik yang tidak sama dengan karakter organisasi nirlaba. Perbedaan
karakteristik ini mengakibatkan perbedaan transaksi keuangan, bentuk laporan keuangan
dan pengukuran-pengukuran tertentu terhadap pos-pos dalam laporan keuangan.
Opini publik terhadap LSM masih kurang baik. Hal ini disebabkan ketidakkonsistenan
sebagian komunitas LSM yang menyimpang dari filosofi dasar pembentukan LSM. Selain itu
kurangnya perhatian LSM terhadap akuntabilitas dan minimnya akses informasi tentang LSM
merupakan salah satu penyebab kecilnya peluang LSM untuk mendapatkan dukungan dana
lokal, antara lain filantropy dan dana corporate social responsibility (CSR).
Akuntansi LSM meliputi sistem akuntansi keuangan, dan sistem akuntansi biaya.
Sedangkan pelaporan keuangan mengacu pada PSAK Nomor 45 tentang Standar Akuntansi
untuk entitas nirlaba. Laporan keuangan organisasi LSM terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan aktivitas, laporan neraca, dan catatan atas laporan keuangan.
REFERENSI
Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi. 2016. Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke-2. Jakarta:
Salemba Empat.