Anda di halaman 1dari 12

AKUNTANSI UNTUK ENTITAS PARTAI POLITIK: STUDI PARTAI POLITIK DI INDONESIA,

DAN AKUNTANSI UNTUK ORGANISASI NON-PEMERINTAH: STUDI LSM DI INDONESIA

Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Sektor Publik

Oleh:

Rachmawati Yudiani
150810301092

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2017
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Partai Politik menurut Sigmund Neuman (Budiarjo, 2008:404) adalah organisasi dari
aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta
merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain
yang mempunyai pandangan berbeda. Di negara-negara berkembang, keadaan politik
sangat berbeda satu sama lain, demikian pula dengan keadaan partai politiknya yang
memiliki banyak sekali variasi. Namun pada umumnya, partai politik di negara berkembang
diharapkan juga melaksanakan fungsinya seperti di negara-negara yang sudah mapan
kehidupan politiknya.
Akan tetapi di negara baru, partai politik berhadapan dengan berbagai masalah seperti
kemiskinan, terbatasnya kesempatan kerja, pembagian pendapatan yang timpang dan
tingkat buta huruf yang tinggi. Peranan partai politik untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut dialami Bangsa Indonesia sejak merdeka. Namun pada pelaksanaannya, peranan
partai politik tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tidak adanya kerja sama, timbulnya
kecurigaan dan keinginan untuk menguasai kekuasaan membuat partai politik di Indonesia
dalam perjalanannya sering mengalami perpecahan. Memasuki masa orde baru, peranan
partai politik di Indonesia berkembang lebih leluasa.
Mengingat pentingnya fungsi partai politik maka menjadi hal yang menarik pula untuk
kita kawal sejauh mana tingkat efektifitas partai politik dalam menjalankan fungsi-fungsinya,
hal ini akan lebih menarik jika kita mau untuk menilik keadaan perpolitikan di negeri ini.
Sebuah kondisi yang pada awalnya hanya sebatas menarik, namun tanpa kita sadari
keadaan tersebut telah berubah menjadi hal yang wajib untuk semua kalangan masyarakat
berperan aktif dalam perpolitikan, jika dahulu masyarakat hanya menjadi obyek politik
sekarang mau tidak mau masyarakat harus menjadi subjek politik, kondisi ini bukan tanpa
sebab yang telah menjelma dalam realitas kehidupan masyarakat.
PEMBAHASAN

2.1 Partai Politik Sebagai Sebuah Entitas: Pengertian, Karakteristik, dan Lingkungannya
Definisi Partai Politik
Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa
dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UU RI Nomor 2/2008).
Tujuan Partai Politik
Pada dasarnya partai politik mempunyai tujuan umum dan khusus. Sebagaimana
dijelaskan oleh Bastian, 2007; Hafild, 2008 yaitu:
a) mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b) mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
c) mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Karakteristik Aktivitas Partai Politik


Pada dasarnya aktivitas politik adalah aktivitas untuk memperoleh, mengelola, dan
mengatur kekuasaan bagi amanat dan mandat dari konstituennya dengan cara-cara yang
demokratis. Partai politik memiliki karakteristik utama yaitu faktor kekuasaan yang
dimilikinya dan perannya dalam mewakili rakyat. Tujuan akhir dari partai politik adalah
mendapatkan mandat dari konstituennya untuk memegang kekuasaan lewat cara-cara
demokratis, yaitu pemilihan umum.

Struktur dan Mekanisme dalam Organisasi Partai Politik


Partai politik memiliki kepengurusan yang tersebar di berbagai tingkat di daerah.
Partai politik membentuk kepengurusan tingkat pusat yang disebut dengan Dewan
Pengurus Pusat (DPP) yang berkedudukan di ibukota negara. Begitu juga untuk tingkat
provisi disebut Dewan Pengurus Wilayah (DPW) yang berkedudukan di ibukota provinsi,
dan Dewan Pengurus Cabng (DPC) yang berkedudukan di kabupaten/kota.
Keuangan Partai Politik
Untuk mencapai tujuan dan menjalankan fungsi-fungsinya, partai politik
membutuhkan sumber keuangan. Keuangan partai politik bersumber dari:
1. Iuran anggota;
2. Sumbangan, dapat berupa uang, barang dan/atau jasa, yang sah menurut hukum;
dan
3. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Bantuan keuangan dari APBN/ APBD diberikan
secara proporsional kepada partai politik yang mendapatkan kursi di DPR/DPRD.
(UU No. 2 Tahun 2011).

2.2 Akuntabilitas Keuangan Partai Politik


Mekanisme akuntabilitas publik pada partai politik sangat diperlukan, karena dapat
menentukan kelangsungan hidup dan kredibilitas partai, dan secara keseluruhan dapat
mempengaruhi kualitas proses politik pada suatau negara. Segala sesuatu yang
berkaitan dengan penggunaan dana publik yang besar pasti akan menimbulkan
kerawanan, mulai dari rawan kolusi, korupsi, rawan konflik.

2.3 Peran Dan Fungsi Akuntansi Dalam Lingkungan Partai Politik


Peran dan fungsi akuntansi dalam lingkungan partai politik dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu peranan dan fungsi akuntansi bagi pihak internal maupun pihak
eksternal partai politik. Pembagian dalam kedua kelompok tersebut juga
menggambarkan pengguna dari informasi akuntansi.
Pihak Internal
1. Ketua Partai Politik. Ketua Partai Politik menggunakan akuntansi untuk menyusun
perencanaan, mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha memenuhi
tujuan, dan melakukan tindakan-tindakan koreksi yang diperlukan.
2. Staf. Staf berkepentingan dengan informasi mengenai transparansi pelaporan
kegiatan dan pelaporan keuangan Partai Politik. Staf juga tertarik dengan
informasi yang memungkinkan untuk menilai kemampuan organisasinya dalam
melaksanakan administrasi keuangan di tingkat Partai Politik sebagai cermin
akuntabilitas publik dan miniatur pelaksanaan administrasi publik di tingkat lokal
atau nasional.
Pihak Eksternal
1. Donatur. Donatur berkepentingan dengan informasi mengenai keseriusan dan
kredibilitas Partai Politik untuk menjalankan program-program pencerdasan
masyarakat secara politik.
2. Supplier/Pemasok/kreditur. Supplier tertarik dengan informasi akuntansi yang
memungkinkanya untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dapat
dibayar oleh Partai Politik pada saat jatuh tempo.

2.4 Tinjauan Terhadap Psak Nomor 45 Dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai
Politik
Standardisasi akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan partai politik,
akan memberikan informasi kepada publik bagaimana partai tersebut memperoleh dana,
kecakapannya mengelola dana, dan tertib pembelanjaannya. Pencatatan yang
transparan akan memberikan gambaran kepada publik tentang kualitas dan komitmen
partai tersebut dalam upaya bersama mencegah terjadinya taktik politik uang.
Dengan demikian pedoman akuntansi khusus untuk partai politik akan
diperlukan, terutama untuk mencatat pos – pos berikut:
1. Dana bantuan pemerintah. Dana bantuan yang berasal dari pemerintah
sepenuhnya berlaku standar akuntansi pemerintah (untuk pertanggungjawaban
dan penggunaan dana pemilu yang diterima melalui KPU). Bisa saja laporan
penggunaan dana tersebut menggunakan SAP yang dibuat oleh KPU, selama itu
ada konsensus atau peraturan yang mengatur. Sedangakan untuk sumber dana
dari pihak lain akan dipertanggungjawabkan kepada pemiliknya.
2. Laporan parpol. Laporan ini tergantung peruntukannya, artinya parpol harus
menyampaikan laporan sesuai dengan undang – undang yang berlaku, hal ini juga
berlaku untuk dana kampanye, bersumber dari APBD dan APBN melalui KPU.
Laporan partai politik juga harus terperinci untuk apa saja dana bantuan dari
pemerintah, apakah sesuai dengan peruntukannya.

2.5 Seluk-Beluk Organisasi LSM


Pengertian LSM
Lembaga swadaya masyarakat atau juga disebut dengan organisasi non-
pemerintah (non-government organization−NGO) merupakan organisasi yang
dikelola oleh swasta atau diluar pemerintahan. Istilah “swasta” ini bukan berarti
seperti organisasi bisnis yang bertujuan untuk memperoleh profit.
Ciri-ciri dan Topologi Organisasi LSM
Mengutip Salamo dan Anheier, Hadiwinata (Kompas, 17 April 2004) mendefinisikan
LSM, yang juga merupakan ciri-ciri LSM, sebagai berikut (Bastian, 2007:22).
1. Formal, yaitu secara organisasi bersifat permanen serta mempunyai kantor
dengan seperangkat aturan dan prosedur.
2. Swasta, yaitu kelembagaan yang berada di luar atau terpisah dari pemerintah.
3. Tidak mencari keuntungan, yaitu tidak memberikan keuntungan kepada direktur
atau pengurusnya.
Setiap jenis organisasi pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. kelebihan dan
kekurangan tersebut menunjukkan perbedaan karakteristik dengan jenis organisasi
lainnya. Kelebihan LSM akan menjadi kekuatan suatu organisasi LSM, yaitu antara lain
(Bastian, 2007: 42): kuatnya jalinan dengan grassroots; keahlian pengembangan
berdasarkan bidang; kemampuan berinovasi dan beradaptasi; pendekatan berorientasi
proses pengembangan; metologi partisipasi dan peralatan; komitmen jangka panjang
dan menekankan keberlanjutan; dan efektivitas biaya.
Dalam melaksanakan programnya, LSM mempunyai peran sebagai berikut (Bastian,
2007: 35).
1. Motivator
Dalam hal ini, LSM bertugas memberikan motivasi, menggali potensi,
menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran anggota masyarakat akan
masalah-masalah yang dihadapi dirinya maupun lingkungannya, akan potensi-
potensi sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang dimiliki, dalam
rangka memperbaiki nasib dan membangun masa depan yang lebih baik atas
potensi dan swadaya masyarakat itu sendiri.
2. Komunikator
Sebagai komunikator, tugas LSM antara lain:
a. Mengamati, merekam, serta menyalurkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
agar dijadikan bahan rumusan kebijakan dan perencanaan program
pembangunan;
b. Mengawasi pelaksanaan program pembangunan masyarakat;
3. Dinamisator
LSM bertugas merintis strategi, mengembangkan metode program, dan
memperkenalkan inovasi dibidang teknologi, serta pengelolaan organisasi yang
belum dikenal di lingkungan masyarakat setempat untuk pengembangan dan
kemajuan masyarakat lokal.
4. Fasilisator
LSM bertugas memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan program seperti
menyediakan bantuan dana, modal kerja, peralatan, bahan baku, saluran
pemasaran, dan sebagainya bagi kelompok-kelompok sasaran yang
membutuhkan.

Struktur Organisasi LSM


Secara kelembagaan, organisasi LSM juga berbeda dengan organisasi lainnya,
walaupun sama-sama organisasi publiknya. Struktur organisasi LSM tidak terlalu
formal, namun biasanya ada seseorang atau aktivitas senior yang memimpin. Pihak
yang berpengaruh ini biasanya berpeluang sangat besar dalam mengarahkan
kebijakan dan pengelolaan organisasi.

Pengelolaan Keuangan LSM


LSM termasuk dalam kategori organisasi nirlaba. Ciri organisasi nirlaba adalah
organisasi yang tidak berorientasi dan bertujuan utama mencari keuntungan. Namun
bukan berarti aspek keuangan menjadi aspek yang tidak penting. Justru inilah yang
menjadi kelemahan bagi LSM yang tidak mampu menjaga pendanaannya sehingga
tidak dapat menjalankan fungsi dan peranannya dalam masyarakat untuk mmberikan
pendampingan dan pemberdayaan.

2.6 Akuntabilitas Lsm: Antara Isu,Tuntutan Dan Realita


Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa tumbuh pesatnya LSM di indonesia
pasca-reformasi 1998 tidak diiringi dengan perhatian yang memadai akan akuntabilitas
LSM dari kalangan aktivis LSM sendiri. Namun, dibebebrapa negara perhatian
terhadap akuntabilitas LSM ini sudah mulai mengembangkan beragam perspektif.
Secara umum akuntabilitas dipahami sebagai status bertanggung jawab terhadap
tindakan dan keputusan seseorang atau lembaga.
Jadi, akuntabilitas terkait dengan tindakan atau perilaku yang didasarkan pada standar
etik, kinerja optimal, mekanisme kontrol, konsistensi terhadap visi dan mandat
organisasi dan penghargaan prinsip-prinsip demokrasi, HAM dan hak asasi
perempuan. Reaksi dari komunitas LSM sendiri dengan gencarnya pertanyaan
terhadap akuntabilitas LSM berbeda-beda diberbagai negara.

2.7 Mengembangkan Akuntasi Untuk Lsm


Sebelum mengembangkan lebih jauh tentang akuntansi untuk LSM, perlu melihat
kembali definisi akuntansi. Menurut Accounting Principle Board (1970) dan American
Accounting Associtation (1960).
“akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang fungsinya meneydiakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan
agar berguna dalam mengambil keputusan ekonomi-membuat pilihan-pilihan nalar di
antara bergabagi alternatif arah tindakan.” (Accounting Principle Board ,1970)
Kebanyakan organisasi nirlaba ini menggunakan beberapa parameter tunggal sebagai
ukuran keberhasilannya, seperti jumlah dana sumbangan yang diperoleh, pertumbuhan
jumlah anggota dan luas wilayah dampingan, jumlah orang yang dilayani, dan biaya
overhead yang mampu diminimalisasikannya (Bastian,2007).

Ruang Lingkup
Kegiatan-kegiatan LSM lebih banyak berupa program-program bantuan dan layanan
sosial, terutama bagi kelompok masyarakat lemah. Akibatnya, program-program yang
dijalankan oleh LSM merupakan program pemberdayaan masyarakat yang berorientasi
untuk meningkatkan kemandirian, swadaya dan otomi kepada masyarakat yang
menjadi sasaran pembinaannya. Kegiatan LSM mencakup semua kegiatan yang
berkaitan dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajibannya
sebagai manusia dan warga negara. Untuk itu, LSM perlu menyusun tujuan atau
sasaran, agenda kegiatan, maupun program bagi masyarakat. Dalam menyusun tujuan
dan kegiatan-kegiatannya diperlukan pengelolaan organisasi yang erat kaitannya
dengan siklus penganggaran yang ada pada organisasi LSM.
Ada berbagai macam sumber pendanaan pada LSM menurut
pertanggungjawaban dengan format dan ketentuan yang berbeda-beda pula. Namun,
pada dasarnya ada dua pola pertanggungjawaban di dalanm organisasi LSM, yaitu:
1. Pertanggungjawaban yang bersifat vertikal.
Pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
seperti kepada pembina apabila organisasi LSM tersebut mekamai sistem
stuktural.
2. Pertanggungjawaban yang bersifat horizontal.
Pertanggungjawaban kepada masyarakat luas secara perorangan maupun
lemabaga, khususnya yang menjadi donatur atau penyandang dana dan objek
program dan kegiatan LSM.
Dan apabila organisasi LSM ini mengabaikan pola pertanggungjawaban horizontal ini
akan berdampak pada ketidak puasan dan ketidak percayaan masyarakat dan
lembaga lain untuk menggunakan jasa LSM tersebut. Kedua pola pertanggungjawaban
ini merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas publik.

Sifat dan Karakteristik


Sifat dan karakteristik LSM ini dipengaruhi oleh lingkungan yang mempengaruhinya.
Perbedaaan lingkungan yang mempengaruhi menjadikan LSM berbeda dengan
organisasi publik lainnya seperti lembaga pendidikan, kesehatan dan lain-lainnya.
Perbedaan ini membandingkan tujuan organisasi, sumber pendanaan, pola
pertanggungjawaban, stuktur organisasi dan anggarannya.
Setiap organisasi pasti memiliki tujuan yang spesifik yang ingin dicapai. Karena LSM
termasuk dalam organisasi nirlaba, maka tujuannya bukan untuk mencari laba
sebagaimana organisasi privat atau swasta. Bastian (2007) menyatakan bahwa tujuan
utama LSM adalah untuk memberikan pelayanan atau menyelenggarakan seluruh
aktivitas yang terkait dengan pemberian dana oleh sebuah lembaga donor, yang
dibutuhkan maupun yang telah menjadi kegiatan rutin dari organisasi LSM itu sendiri.

Tujuan
Pada dasarnya, akuntansi bagi organisasi publik, seperti hal organisasi LSM, memiliki
tiga tujuan pokok, yaitu sebagai penyedia informasi keuangan, pengendalian
manajemen dan akuntabilitas. Bagi LSM yang bersangkutan, informasi mengenai
pengelolaan bagi lembaga pemberi dana maupun publik. Tujuan utama akuntansi
dalam LSM adalah menyediakan informasi keuangan yang berguna bagi manajemen
dan pihak eksternal LSM. Sehingga dengan informasi tersebut dapat digunakan untuk
berikut ini (Bastian, 2007:
1. Memberikan informasi yang diperlukan dalam mengelola secara tepat, efisien, dan
ekonomis atas suatu kegiatan serta alokasi sumber daya yang dipercayakan
kepada organisasi
2. Memberikan informasi yang memungkinkan pengelola organisasi untuk
melaporkan pelaksanaan tanggung jawabnya mengelola secara tepat dan efektif
program berserta penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, di
samping untuk melaporkan kepada publik atau lembaga pemberi dana hasil
operasi organisasi.

2.8 Sistem Akuntansi LSM


Organisasi LSM termasuk dalam kategori organisasi nirlaba. Untuk itu, perlakuan
akuntansinya dan pelaporan keuangannya mengacu pada PSAK No 45 tentang Standar
Akuntansi untuk Entitas Nirlaba. LSM menyelenggarakan pembukuan terpadu
berdasarkan peraturan tata buku yang berlaku. Pembukuan keuangan LSM diperiksa
oleh peninjau organisasi dan pemberi dana. Sementara itu, kewenangan, penerimaan,
penyimpanan, dan penggunaan dana, serta pembukuan keuangan LSM yang
diselenggarakan oleh pelaku organisasi LSM ditentukan oleh badan penyandang dana
berdasarkan status LSM yang dimaksud.

2.9 LAPORAN KEUANGAN LSM


Pengguna Laporan Keuangan LSM
Pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi dalam laporan keuangan LSM,
diantaranya: Pengurus, Staf/relawan, Pemerintah, Penyumbang, Kreditur, dan
Publik/masyarakat luas (donatur & objek dampingan).

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


Sebelumnya disini tujuan utama laporan keuangan sendiri yaitu menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu LSM
untuk memenuhi kepentingan para staf/relawan, penyumbang, pemerintah, dan pihak lain
yang menyediakan sumber daya bagi LSM, serta masyarakat luas. Jika lebih diperinci
tujuan laporan keuangan LSM adalah memberikan informasi keuangan untuk:
i. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada partai politik dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan melalui laporan keuangan LSM.
ii. Manajerial
Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan
pengelolaan keuangan LSM serta memudahkan pengendalian yang efektif atas
seluruh aset, utang, dan aset bersih.

2.10 Laporan Posisi Keuangan


Tujuan laporan posisi keuangan yaitu untuk menyediakan informasi mengenai aset,
kewajiban, dan aset bersih, serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur
tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam Laporan Posisi Keuangan yang digunakan
bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu
aktivis LSM, para penyumbang, kreditur, masyarakat, dan pihak-pihak lain untuk menilai:
1. Kemampuan LSM untuk memperjuangkan dan mengaplikasikan nilai, visi, dan misi
organisasi dan keberlanjutan eksistensinya dalam menjalankan fungsi dan
perannya;
2. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan
kebutuhan pendanaan eksternal.
Penyajian Aset dan Kewajiban
1. Laporan Posisi Keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan
informasi yang relevan mengenai sifat, likuiditas, fleksibilitas keuangan dan
hubungan antara aset dan kewajiban.
2. Kas atau aset lain yang dibatasi penggunaannya oleh penyumbang harus disajikan
terpisah dari kas atau aset lain yang tidak terikat penggunaannya.

2.11 Laporan Arus Kas


Tujuan Laporan Arus Kas
Tujuan utama Laporan Arus Kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2
tentang Laporan Arus Kas.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyusunan Laporan keuangan tahunan Partai politik mengacu pada PSAK No. 45
tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
dan terdiri atas laporan berikut ini: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan
Perubahan dalam aktiva Neto/Ekuitas, Laporan anrus kas, Cacatan atas laporan keuangan.
Selain mengacu pada PSAK No. 45. Penyusunan laporan keuangan partai politik juga terikat
pada ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan mengenai partai politik dan
pemilu seperti Undang-undang No. 2 tahun 2008, Undang-undang No. 2 tahun 2011, dan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 17 Tahun 2013.
Standar laporan keuangan khusus untuk partai politik perlu dibuat. Hal ini karena
karakter partai politik yang tidak sama dengan karakter organisasi nirlaba. Perbedaan
karakteristik ini mengakibatkan perbedaan transaksi keuangan, bentuk laporan keuangan
dan pengukuran-pengukuran tertentu terhadap pos-pos dalam laporan keuangan.
Opini publik terhadap LSM masih kurang baik. Hal ini disebabkan ketidakkonsistenan
sebagian komunitas LSM yang menyimpang dari filosofi dasar pembentukan LSM. Selain itu
kurangnya perhatian LSM terhadap akuntabilitas dan minimnya akses informasi tentang LSM
merupakan salah satu penyebab kecilnya peluang LSM untuk mendapatkan dukungan dana
lokal, antara lain filantropy dan dana corporate social responsibility (CSR).
Akuntansi LSM meliputi sistem akuntansi keuangan, dan sistem akuntansi biaya.
Sedangkan pelaporan keuangan mengacu pada PSAK Nomor 45 tentang Standar Akuntansi
untuk entitas nirlaba. Laporan keuangan organisasi LSM terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan aktivitas, laporan neraca, dan catatan atas laporan keuangan.

REFERENSI
Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi. 2016. Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke-2. Jakarta:
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Asp - RTM 11
    Asp - RTM 11
    Dokumen18 halaman
    Asp - RTM 11
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Asp - RTM 9
    Asp - RTM 9
    Dokumen12 halaman
    Asp - RTM 9
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Asp - RTM 2
    Asp - RTM 2
    Dokumen11 halaman
    Asp - RTM 2
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Asp - RTM 10
    Asp - RTM 10
    Dokumen12 halaman
    Asp - RTM 10
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Asp - RTM 10
    Asp - RTM 10
    Dokumen12 halaman
    Asp - RTM 10
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Asp - RTM 7
    Asp - RTM 7
    Dokumen11 halaman
    Asp - RTM 7
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Asp - RTM 9
    Asp - RTM 9
    Dokumen12 halaman
    Asp - RTM 9
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Asp - RTM 5
    Asp - RTM 5
    Dokumen11 halaman
    Asp - RTM 5
    Rachmawati Yudiani
    100% (1)
  • Asp - RTM 4
    Asp - RTM 4
    Dokumen12 halaman
    Asp - RTM 4
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Asp - RTM 2
    Asp - RTM 2
    Dokumen11 halaman
    Asp - RTM 2
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Asp - RTM 3
    Asp - RTM 3
    Dokumen11 halaman
    Asp - RTM 3
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Jurnal - Semua Transaksi - 1092
    Daftar Jurnal - Semua Transaksi - 1092
    Dokumen2 halaman
    Daftar Jurnal - Semua Transaksi - 1092
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Asp - RTM 2
    Asp - RTM 2
    Dokumen11 halaman
    Asp - RTM 2
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Teori - PPT Aset
    Teori - PPT Aset
    Dokumen13 halaman
    Teori - PPT Aset
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat
  • Kasus 1
    Kasus 1
    Dokumen3 halaman
    Kasus 1
    Rachmawati Yudiani
    Belum ada peringkat